Anda di halaman 1dari 11

TEORI EKSPRESIVISME

DOSEN PENGAMPUH : RIZKI AMELIYAH,M.Pd

KELOMPOK 1:
ALPIAN SAPUTRA
EVA SULASTRI( 19541010)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) CURUP
2020/2021

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kehadiran Allah swt yang senan tiasa menghadirkan rahmat
serta hidayahNya kepada kami hususnya kelompok satu dalam pembagian tugas makalah
teori sastra, dengan izinNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
“teoa teori ekspresivisme’’ tentunya dalam karya sastra. Kami, begitu sangat menyadari
bahwa dalam dalam pembuatan dan penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, maka dari itu kami membutuhkan saran motivasi kedepanya terutama dari
bapak dosen “toeori sastra” begitupan dengan pembaca makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ......................................................................

B. RUMUSAN MAKALAH..................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. TEORI TEORI EKSPRESIVISME...................................................

B. PENELITIAN BERALIRAN EKSPRESIVISME...........................

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada akhir abad ke 19 sinar romantic dan ekspresianisme mulai pudar. Ilmu sastra mulai
meniadakan unsure penulis sebagai factor dalam memahami, mengapreasi dan menilai karya
sastra. Karya sastra dengan berpedoman pada geografi pengarangnya menghadapi persoalan-
persoalan mendasar yang cukup menyulitkan keasahannya sebagai teori sastra yang bias
dipertanggungjawab secara ilmiah. Persoalan otonomi tidak lagi berkaitan dengan penulis
tetapi mulai terfokus pada karya sastra itu sendiri dan bahkan pada pembacanya. Teori
ekspresianisme mengungkapkn tentang latar belakang atau kepribadian dan kehidupan
pengarang yang dapat membantu dan memberikan penjelasan dan karya itu dipandang
sebagai sarana untuk mengungkapkn ide atu gagasan,cita-cita,rasa dan pengalaman
pengarang. Sejarah pertumbuhan ekspresivisme adalah Sekitar tahun 1800 (pada zaman
romantic,abad 18-19)teori ekspresivisme mendapat perhatian daaan berkembang.Dan pada
tahun 1800 disebut oleh Abrams (1987)mengingat dalam taahun seorang penyair inggriis
yang terkenal yaitu: Wordsworrth is menulis sebuah dokumen yang penting yang
menandakan aewal pergantian teori sastra dan sudut pandang mimetic daan pragmatic
kepada sujdut pandang yang ekspresif. Penelitian ekspresivisme sastra adalah model
penelitian yang jarang dilakukan oleh peneliti sastra. Penelitian yang berupa kajian semi-
psikologis ini, mungkin kurang menarik dan atau dipandang kurang menguntungkan bagi
peneliti. Peneliti sering merasa kesulitan jika harus berhubungan langsung dengan
pengarangnya. Mungkin karena pengarangnya telah tiada atau jauh dari pembaca. Dalam
kritik sastra, suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau norma-normanya,
diselidik, diperiksa satu per satu, kemudian ditentukan berdasarkan teori-teori penilaian
karya sastra, bernilai atau tidak bernilaikah, bermutu seni atau tidak bagian-bagian atau
unsur-unsur karya sastra yang diselidik atau yang dianalisis itu. Baru sesudah itu, dengan
pertimbangan-pertimbangan seluruh penilaian terhadap bagian-bagian yang merupakan
kesatuan yang erat, dengan menimba mana yang bernilai dan mana yang tidak atau kurang
bernilai tinggi, sedang, kurang bernilai, atau tidak bernilai sastra. Salah satu teori kritik
sastra yang akan dibahas dalam makalah ini adalah teori kritik expressive criticism atau
yang biasa disebut kritik ekspresivisme.

B. Rumusan Masalah

1.apa teoari ekspresivisme itu?


2. bagaimana Penelitian Beraliran Ekspresivisme ?s

3.contoh teori kritik ekspresivisme?

BAB II PEMBAHASAN

A.TEORI EKSPRESIVISME

Teori ekspresif sastra (The expressive theory of literature) adalah sebuah teori yang
memandang karya sastra terutama sebagai pernyataan atau ekspresi dunia batin
pengarangnya. Karya sastra dipandang sebagai sarana pengungkap ide, angan-angan, cita-
cita, cita rasa, pikiran dan pengalaman pengarang. Dalam ungkapan yang lain, sastra
adalah proses imajinatif yang mengatur dan menyintesiskan imajinasi-imajinasi,
pemikiran-pemikiran, dan perasaan-perasaan pengarang (Abrams, 1987:20). Studi sastra
dalam model ini berupaya mengungkapkan latar belakang kepribadian dan kehidupan
(biografi) pengarang yang dipandang dapat membantu memberikan penjelasan tentang
penciptaan karya sastra. Oleh karena itu, teori ini seringkali disebut pendekatan biografi.
Sejarah Pertumbuhan abad ke-3 M, Longinus, dalam bukunya berjudu Peri Hypsous (Yun.
= Tentang Keluhuran) mengungkapkan bahwa ciri khas dan ukuran seni sastra adalah
keluhuran (yang luhur, yang mulia, yang unggul) sebagai sumber utama pemikiran dan
perasaan pengarang, yang bersumber dari daya wawasan yang agung, emosi atau nafsu
(passion) yang mulia, retorika yang unggul, pengungkapan (diksi) dan penggubahan yang
mulia. Unsur terpenting dalam penciptaan seni sastra adalah kreativitas dalam jiwa
pengarang. Sumber-sumber keagungan itu mengilhami dan merasuki kata-kata dengan
semangat ilahi. Pandangan ini tidak banyak memengaruhi pertumbuhan teori
ekspresionisme. Baru sekitar tahun 1800 (pada jaman Romantik, abad 18-19) teori
ekspresivisme mendapat perhatian dan berkembang dengan pesat. Dalam zaman ini, kritik
ekspresif mendapat perhatian utama. Oleh karena karya sastra dipahami sebagai ekspresi,
peluapan, atau ungkapan perasaan pengarangnya, atau sebagai hasil imajinasi
pengarangnya yang menjabarkan pandangan, pemikiran, dan perasaannya, maka tolok ukur
penilaian terhadap karya sastra terutama ditujukan kepada: kesungguhan hatinya
(sincerity), keasliannya (genuineness), dan kememadaiannya (adequacy) dalam
mengungkapkan visi dan pemikiran individual si pengarang itu sendiri. Aspek-aspek itu
seringkali dicari di dalam karya sastra sebagai pembuktian akan watak dan pengalaman-
pengalaman khusus pengarang, baik yang disadarinya maupun yang tidak disadarinya.
Kritik semacam ini masih diteruskan dalam tradisi-tradisi kritik sastra psikoanalitik dan
kritik kesadaran (critics of consciousness) dalam mazhab Jenewa. Praktek Ekspresivisme
Praktik-praktik kritik ekspresif sastra terpusat pada upaya menyelami jiwa pengarang karya
sastra tersebut. Menurut mereka, materi dan bahan-bahan penulisan karya sastra tidak
terletak di luar diri individu melainkan terkandung dalam diri dan jiwa manusia
penciptanya. Pengarang dianggap seorang pencipta yang membayangkan imajinasi
kehidupan yang terpilih dan teratur. Kedudukan pengarang dan karyanya begitu erat,
seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya. Tolok ukur sastra yang baik dalam
pendekatan ini adalah: orisinalitas, kreativitas, jenialitas, dan individualitas. Benar-
tidaknya, objektif-tidaknya suatu penilaian sastra sangat tergantung pada intensi pengarang
dalam mewujudkan keorisinalan dan kebaruan penciptaan seninya. Data-data biografik dan
historis menjadi bahan yang penting dalam studi sastra.

1. teori-teori yang termasuk dalam teori ekspresivisme

a. Teori ekspresi sastra ( the eksprisive theory of literature )

adalah sebuah teori yang memandang karya sastra sebagai penyetaan atau ekspresi dunia
latin pengarangnya. Teori ini juga merupakan studi yang paling matang dan tertua dalam
sejarah studi sastra. ( Wellek dan Warran,1993;82). Teori dapat dianggap sebagai studi
yang yang systematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatifnya.

b. Teori sastra Romantik zaman romantic ditandai dengan semacam “Manifesto”


( pernyataan yang revolusioner dari Wordsworth yang menegaskan bahwa karya sastra
yang baik adalah peluapan yang spontan dari perasaan –perasaan yang kuat). Unsure-unsur
utama sastra adalah perasaan-perasaan emosi manusia penyair yang dikumpulkan dalam
keheningan dan revisi dalam revisi dalam proses komposisinya

2. sejarah pertumbuhan ekspresivisme

Theew (1988) dan Abrams ( 1987) menyebut Longinus, seorang negarawan dan ahli
kritik sastra yang hidup dalam abad ke 3 masehi, sebagai pelopor teori ini. Dalam
bukunya berjudul Peri Hypsus ( Yun = tentang keluhuran ). Longginus mengungkapkan
bahwa cirri khas dan ukuran seni sastra adalah keluhuran ( yang luhur, yang mulia, yang
unggul ) sebagai sumber pemikiran dan perasaan pengarang sumber keluhuran itu
misalnya : daya wawasan yang agung, emosi, yang mulia, rektorika yang unggul,
pengungkapan ( DKSI) dan pengubahan yang mulia. Unsure terpenting dalam penciptaan
seni sastra adalah kreatifitas dalam jiwa pengarang.

3. tolak ukur ekspresivisme

dalam teori sastra Kreatifitas, individual, harilintas yang artinya karya sastra yang baik
ditinjaukan melalui peluapan yang spontan diperasaan yang kuat dari diri
pengarangannya

4. latar belakang munculnya kritik terhadap teori ekspresivisme.

Pada akhir abad ke 19 sinar romantic dan ekspresianisme mulai pudar. Ilmu sastra mulai
meniadakan unsure penulis sebagai factor dalam memahami, mengapreasi dan menilai
karya sastra. Karya sastra dengan berpedoman pada geografi pengarangnya menghadapi
persoalan-persoalan mendasar yang cukup menyulitkan keasahannya sebagai teori sastra
yang bias dipertanggungjawab secara ilmiah. Persoalan otonomi tidak lagi berkaitan
dengan penulis tetapi mulai terfokus pada karya sastra itu sendiri dan bahkan pada
pembacanya. Dalam buku The International fallacy Wimsat dan Bearsdley yang
mengemukakan tentang teori ekspresivisme yaitu: Terwujudnya suaatu karya sastra
karena dengaan adanya niaat penulis namun niat itu tidak dapat dijadikan norma untuk
menilai arti sebuaah teks. Pengarang harus mampu menuangkan makna niat dalam
karyanya dan makna muatan seharusnya dinilai tanpa perlu meniliti. Kesejajaran antara
makna pengarang dan makna muatan serta syarat-syarat antara makna pengarang
subjektif. Makna sebuah puisi sangat bersifat pribadi atau biografis untuk menjelaskan
pemakaian bahanya tetapi jika penggunnaan bahasanya jelas maka tidak perlu
lagikonsultasi terhadap pengarang. Suatu hal yang bersifat abstrak akan mencari makna
pengarang dengan sungguh-sungguh dalam suatu pikiran yang sesat.

5. latar belakang munculnya teori-teori baru tentang pengarang,

yaitu : Dalam bahasa ( sastra tertulis ) pengarang tidak dapat berkomunikasi secara
langsung dengan pembacanya. Dengan demikian, jika dalam tulisannya pengarang
memperkenalkan sujud pandangan aku. Teori mengenai pengarang yang paling mutakir
dikemukakan oleh Umberto Eko(1992). Dengan istilah Liminal Authord atau Authord on
the Thershold ( pengarang ambang). Menurut Eko pada saat pengarang menulis karya dia
sesungguhnya berada dalam situasi ambang. Dalam situasi ini pengarang tidak sebagai
individu empiric dan dia juga tidak hadir di dalam teks yang ditulisnya.

B. Penelitian Beraliran Ekspresivisme

1. Munculnya Ekspresivisme Penelitian ekspresivisme

sastra adalah model penelitian yang jarang dilakukan oleh peneliti sastra. Penelitian yang
berupa kajian semi-psikologis ini, mungkin kurang menarik dan atau dipandang kurang
menguntungkan bagi peneliti. Peneliti sering merasa kesulitan jika harus berhubungan
langsung dengan pengarangnya. Mungkin karena pengarangnya telah tiada atau jauh dari
pembaca. Penelitian eskpresivisme lebih memandang karya sastra sebagai ekspresi dunia
batin pengarangnya. Karya sastra diasumsikan sebagai curahan gagasan, angan-angan,
cita-cita, citarasa, pikiran, kehendak, dan pengalaman batin pengarang. Penelitian
eskpresivisme lebih mendasarkan pada aspek latar belakang kepengarangan, kepribadian,
dan hal ihwal yang melingkupi kehidupan pengarang. Berbagai hal ini akan diungkap
oleh peneliti untuk melengkapi pemahaman tentang teks sastra. Penelitian semacam ini
merupakan studi sistematis tentang psikologis pengarang dan proses kreatifnya.
Penelitian sastra ekspresivisme akan lebih menguntungkan manakala si pengarang masih
hidup dan mudah dihubungi atau diajak berkomunikasi. Jika sang pengarang telah
meninggal dunia, peneliti juga dapat menanyakannya pada saudara atau kerabat terdekat.
Dengan kata lain, model life history atau studi biografi lengkap akan membantu peneliti
eskpresivisme. Ekspresivisme pertama kali dipelopori oleh Longinus. Ia menyatakan
bahwa ciri khas dan ukuran seni sastra yang bermutu adalah keluhuran (yang luhur,
agung, unggul, mulia) sebagai sumber utama pemikiran dan perasaan pengarang. Sumber
keluhuran itu antara lain karya yang mengekspresikan daya wawasan yang agung, emosi
yang mulia, retorika yang unggul, pengungkapan dan pengubahan yang mulia.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teori ekspresif sastra (The expressive theory of literature) adalah sebuah teori yang
memandang karya sastra terutama sebagai pernyataan atau ekspresi dunia batin
pengarangnya. Karya sastra dipandang sebagai sarana pengungkap ide, angan-angan, cita-
cita, cita rasa, pikiran dan pengalaman pengarang. Dalam ungkapan yang lain, sastra adalah
proses imajinatif yang mengatur dan menyintesiskan imajinasi-imajinasi, pemikiran-
pemikiran, dan perasaan-perasaan pengarang (Abrams, 1987:20). Studi sastra dalam model
ini berupaya mengungkapkan latar belakang kepribadian dan kehidupan (biografi) pengarang
yang dipandang dapat membantu memberikan penjelasan tentang penciptaan karya sastra.
Oleh karena itu, teori ini seringkali disebut pendekatan biografi.

1. teori-teori yangtermasuk dalam teori ekspresivisme:

a. Teori ekspresi sastra ( the eksprisive theory of literature ) adalah sebuah teori yang
memandang karya sastra sebagai penyetaan atau ekspresi dunia latin pengarangnya. Teori ini
juga merupakan studi yang paling matang dan tertua dalam sejarah studi sastra. ( Wellek dan
Warran,1993;82). Teori dapat dianggap sebagai studi yang yang systematis tentang psikologi
pengarang dan proses kreatifnya.

b. Teori sastra Romantik zaman romantic ditandai dengan semacam “Manifesto”


( pernyataan yang revolusioner dari Wordsworth yang menegaskan bahwa karya sastra yang
baik adalah peluapan yang spontan dari perasaan –perasaan yang kuat).

2. sejarah pertumbuhan ekspresivisme Theew (1988) dan Abrams ( 1987) menyebut


Longinus, seorang negarawan dan ahli kritik sastra yang hidup dalam abad ke 3 masehi,
sebagai pelopor teori ini. Dalam bukunya berjudul Peri Hypsus ( Yun = tentang keluhuran

3. tolak ukur ekspresivisme dalam teori sastra Kreatifitas, individual, harilintas yang artinya
karya sastra yang baik ditinjaukan melalui peluapan yang spontan diperasaan yang kuat dari
diri pengarangannya

4. latar belakang munculnya kritik terhadap teori ekspresivisme.


5. latar belakang munculnya teori-teori baru tentang pengarang, yaitu : Dalam bahasa
( sastra tertulis ) pengarang tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan
pembacanya. Dengan demikian, jika dalam tulisannya pengarang memperkenalkan sujud

2. Munculnya Ekspresivisme Penelitian ekspresivisme sastra adalah model penelitian


yang jarang dilakukan oleh peneliti sastra. Penelitian yang berupa kajian semi-psikologis
ini, mungkin kurang menarik dan atau dipandang kurang menguntungkan bagi peneliti.
Peneliti sering merasa kesulitan jika harus berhubungan langsung dengan pengarangnya.
Mungkin karena pengarangnya telah tiada atau jauh dari pembaca. Penelitian
eskpresivisme lebih memandang karya sastra sebagai ekspresi dunia batin pengarangnya.
Karya sastra diasumsikan sebagai curahan gagasan, angan-angan, cita-cita, citarasa,
pikiran, kehendak, dan pengalaman batin pengarang. Penelitian eskpresivisme lebih
mendasarkan pada aspek latar belakang kepengarangan, kepribadian, dan hal ihwal yang
melingkupi kehidupan pengarang.
DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Taum, Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Bogor: Mardiyua. Teeuw, A. 1984. Sastra
dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.

Anda mungkin juga menyukai