Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan petunjuk, kesehatan, ketabahan dan kesabaran kepada kami
sehingga penulisan makalah yang berjudul “Bahasa Yang Digunakan Dalam
Khasanah Sastra Nusantara” ini terselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan tujuan menyediakan bahan materi pembelajaran
bagi kita para mahasiswa Universitas Negeri Medan prodi Sastra Indonesia
kelas A stambuk 2019, serta pelaksanaan tugas rutin bagi mata kuliah Sastra
Nusantara.
Makalah ini memuat tentang “Bahasa apa saja yang digunakan dalam
khasanah Sastra Nusantara”, tema yang akan dibahas di makalah ini sengaja
dipilih oleh Dosen Pengampu untuk kami pelajari lebih dalam. Butuh waktu
yang cukup panjang untuk mendalami materi ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini denagn baik.
Kami selaku penyusun mengucapkan banyak terimah kasih kepada Dosen
Pengampu yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian makalah
ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat dimulai dengan baik dan dihargai
oleh pembaca dan pendengar. Meski makalah ini mempunyai kekurangan, kami
selaku penyusun mohon kritik dan sarannya. Terimah kasih.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. I
DAFTAR ISI........................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................ 1
Batasan Masalah .................................................................................. 1
Tujuan Penulisan.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 2
Definisi Sastra dan Bahasa .................................................................. 2
Ciri Kebahasaan Sastra ........................................................................ 2
Definisi dan Hakikat Sastra Nusantara ................................................ 3
Ragam Karya Sastra Nusantara dan Bahasa Yang Digunakan............. 3
BAB III PENUTUP ................................................................................ 7
Kesimpulan .......................................................................................... 7
Saran .................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ IV
II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebudayaan adalah salah satu yang dijadikan objek penelitian yang nanti akan
dikembangkan kemudian dipelajari secara mendalam. Lepas dari masalah tersebut, sastra
nusantara yang berarti adalah semua hasil sastra/kebudayaan yang berada di Indonesia baik
dari sabang sampai Marauke merupakan salah satu hal yang wajib kita ketahui dan dipelajari.
Sastra merupakan karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai medianya. Berbeda
dengan seni lukis yang menggunakan medianya cat atau warna, sastra menggunakan
medianya yaitu bahasa. Bahasa ini merupakan ciptaan manusia yang mempunyai muatan,
budaya dan linguistic dari pemakai bahasa tertentu.
Oleh sebab itu sebagai makhluk sosial yang,menikmati peranan karya sastra dalam
kehidupan sehari-hari harus memahami, memaknai, dan menerapkan bahasa dan sastra agar
kita lebih mengetahui bagaimana perkembangan sastra dan bahasa yang ada di Nusantara
semakin baik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan makalah ini kami akan memfokuskan pada beberapa masalah
seperti:
Mengetahui definisi sastra dan bahasa
Mengenal ciri kebahasaan sastra
Bagaimana Hakikat sastra Nusantara
Apa saja ragam sastra yang di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN
Kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, yaitu sas yang berarti mengarahkan,
mengejar, memberi petunjuk, atau instruksi, dan tra yang berarti alat atau sarana. Jadi sastra
berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, dan buku instruksi atau pengajaran.
1. Aristoteles seorang fisuf dari Yunani kuno berpendapat bahwa sastra kegiatan utama
manusia untuk menemukan dirinya disamping kegiatan lainnya melalui agama, ilmu
pengetahuan dan filsafat.
2. Prof. Dr. A. Teeiw, ahli sastra dari Belanda berpendapat bahwa sastra adalah segala
sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis.
Sedangkan Bahasa menurut Kridalaksana (1983) dan juga dalam Djoko Kentjono
(1982), “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentiikasi diri”.
Jadi, karena penggunaan bahasa dalam karya sastra sebagian besar bukan merupakan
makna aslinya, maka kita sebagai pembaca harus dapat memahami dan menganalisis karya
sastra tersebut. hal ini dilakukan agar kita dapat mengetahui kandungan isinya, sehingga tidak
terjadi salah tafsir.
Sastra Nusantara, termasuk sastra Indonesia, pada prinsipnya adalah kebhinekaan, ika
dalam manusia. Kebhinekaan tidak berarti pengurungan diri di bawah langit satu dua pulau
atau kampung kecil ketika dunia menjadi sebuah kampung kecul dan sejarah pun
menunjukkan bahwa sastra berkembang tidak karena ketertupan tapi karena keterbukaan.
Pada dasarnya nilai yang didukun oleh sastra itu bersifat universal yang dituang dengan
warma-warna lokal, karena pada hakikatnya kebudayaan etnik, nasional, dan dunia tak ubah
sebuah benang dinding. Etnik dan bangsa hanyalah perbatasan semu bagi kemanusian yang
dilahirkan oleh kondisi sejarah tertentu sehingga perlu mengindahkannya guna
mengejawantahkan kemanusian itu sendiri sesuai perkembangan dan proses.
A. Sastra Melayu
Bahasa Melayu masuk ke Sumatera dan sekitarnya pada pertengahan abad ke-14
dibawa oleh oleh orang Jawa Hindu. Oleh karenanya, bahasa Melayu juga disebut bahasa
Jawi, bentuk derivate kata Jawa untuk menunjuk berbagai hal yang menyangkut Nusantara,
termasuk Orang Melayu.
B. Sastra Minangkabau
Bahasa Minangkabau merupakan salah satu anak cabang bahasa Austronesia. Walaupun
ada perbedaan pendapat mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu,
ada yang menganggap bahasa yang dituturkan masyarakat ini sebagai sebagai bagian dari
dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya,
sementara yang lain justru beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda
dengan Melayu serta ada juga yang menyebut bahasa Minangkabau merupakan bahasa proto-
Melayu.
C. Sastra Jawa
Sastra Jawa dimulai dengan sebuah prasasti yang ditemukan di daerah Sukabumi, Pare,
Kediri Jawa Timur. Setelah prasasti Sukabumi, ditemukan prasasti lainnya dari tahun 856
yang berisikan sebuah sajak yang disebut kakawin. Kakawin yang tidak lengkap ini adalah
sajak tertua dalam bahasa Jawa.
D. Sastra Sunda
Sastra Sunda adalah karya kesusastraan dalam bahasa Sunda atau dari daerah kebudayaan
suka bangsa Sunda atau dimana mereka memberikan pengaruh besar. Tradisi sastra di Jawa
Barat terdapat dibagi kedalam dua jalur berdasarkan perbedaan bahasa yang digunakan oleh
sastrawan di daerah tersebut, yakni bahasa nasional dan bahasa daerah/etnis.
E. Sastra Betawi
Sastra Betawi merupakan sebuah karya yang menggunakan bahasa Betawi dan dikarang
oleh orang Betawi. Namun mereka yang bukan keturunan suku Betawi juga bisa membuat
sebuah karangan Betawi. Jadi, asal-usul pengarang tidak persoalkan, yang jelas, karangan itu
ditulis atau disampaikan dalam bahasa Betawi.
F. Sastra Batak
Pada masyarakat Batak Toba terkenal cerita Si Boru Tumbaga dan terjadinya Danau
Toba. Bahwa cerita Si Boru Tumbaga ini menggambarkan perbedaan antara anak laki-laki
dan wanita yang masih tumpang, terutama dalam hal hak waris. Cerita terjadinya Danau Toba
menggambarkan bahwa seseorang yang melanggar janji akan di kutuk. Kutukan itu
datangnya dari Tuhan berupa keajaiban atau dalam bentuk yang lain. Sastra Batak, khususnya
cerita rakyat dalam bahasa Batak disebut Turi-turi. Masyarakat Batak dikatakan kaya raya
akan dongeng-dongen. Cerita-cerita seperti itu masih popular, khusunya oleh para nenek-
nenek terhadap cucu-cucunya ataupun orangtua terhadap anak-anaknya pada waktu
senggang.
G. Sastra Karo
Bahasa Karo adalah bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat Karo. Ruang
lingkup penggunaan bahasa itu tidak mengenal ruang dan waktu. Sastra Karo dapat
digolongkan menjadi (Pantun, Gurindam, Anding-Anding (sindiran), Kuan-Kuan
(perempamaan), Bintang-bintang (mirip pantun), Bilang-Bilang (ungkapan rasa sedih), Cerita
Rakyat (dongeng). Salah satu karya sastra Karo yang menggabungkan beberapa jenis sastra
adalah “Cakap Lamat”. Cakap Lamat merupakan dialog, atau percakapan yang diselingi
dengan pepatah, perumpamaan, dan gurindam.
H. Sastra Aceh
Pada dasarnya bentuk kesusastraan Aceh dapat dibagi dalam dua jenis utama, yaitu
sastra tutur (lisan) dan sastra tulisan. Sastra lisan ialah sastra bersifat prosa (haba jameun)
yang diceritakan masyarakat tentang berbagai peristiwa, baik mengenai peperangan, kisah
asmara dan cerita-cerita nasehat lainnya. Kemudian sastra tulisan, jenis sastra ini yang paling
banyak kita jumpai ialah dalam bentuk hikayat.
I. Sastra Bali
Sastra Nusantara, termasuk sastra Indonesia, pada prinsipnya adalah kebhinekaan, ika
dalam manusia. Kebhinekaan tidak berarti pengurungan diri di bawah langit satu dua pulau
atau kampung kecil ketika dunia menjadi sebuah kampung kecul dan sejarah pun
menunjukkan bahwa sastra berkembang tidak karena ketertupan tapi karena keterbukaan.
Pada dasarnya nilai yang didukun oleh sastra itu bersifat universal yang dituang dengan
warma-warna lokal, karena pada hakikatnya kebudayaan etnik, nasional, dan dunia tak ubah
sebuah benang dinding. Etnik dan bangsa hanyalah perbatasan semu bagi kemanusian yang
dilahirkan oleh kondisi sejarah tertentu sehingga perlu mengindahkannya guna
mengejawantahkan kemanusian itu sendiri sesuai perkembangan dan proses.
3.2 SARAN
Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu lah saran dan
kritik yang bersifat membangun masih sangat kami harapkan guna penulisan makalah ini
selanjutnya agar menjadi lebih baik.
7
DAFTAR PUSTAKA