Anda di halaman 1dari 12

PENDEKATAN MIMETIK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Rutin Mata Kuliah Apresiasi dan Kritik Sastra

Dosen Pengampu: Dr. Elly Prihasti Wuriyani, S. S., M. Pd.

Kelompok 3:

Hanum Citra Khumairoh Nasution (220331106)

Heni Atikah (2203111062)

Lisnawati Sitorus (2203311028)

Perdana Gemilang Manurung (2203111059)

Salsa Bila Nopriyanti Daulay (2203311032)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan Mimetik” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Apresiasi dan Kritik Sastra”.
Makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pendekatan dalam Apresiasi dan Kritik
Sastra, khususnya Pendekatan Mimetik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Elly Prihasti Wuriyani, S. S., M. Pd.
selaku dosen pengampu atas bimbingannya dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi menyempurnakan makalah ini di kemudian hari.

Medan, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
2.1 Pengertian Mimetik.....................................................................................................4
2.2 Lahirnya Mimetik........................................................................................................5
2.3 Tokoh-Tokoh Mimetik................................................................................................7
2.4 Metode Pendekatan Mimetik.......................................................................................8
BAB III......................................................................................................................................9
PENUTUP.................................................................................................................................9
3.1 Simpulan......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karya sastra diciptakan pengarang tidak hanya untuk disimpan di lemari atau
disimpan di perpustakaan untuk pajangan saja. Karya sastra diciptakan sebagai sebuah
pernyataan diri pengarang yang ditujukan untuk orang lain. Pernyataan tersebut
mewakili hal-hal yang dipikirkan, yang dirisaukan, yang dilihat, dan yang ingin
dicapainya. Pengarang mengungkapkan semua itu dengan memanfaatkan media
bahasa. Karena, pada dasarnya, melalui sebuah bahasa seseorang dapat memahami
apa yang disampaikan orang lain. Demikian halnya dengan karya sastra. nilai-nilai
dalam karya sastra akan berjalan dalam pemikiran pembaca melalui pengalaman-
pengalaman serta pola pikir, hingga idealisme. Dengan adanya proses tersebut, maka
muncul ekspresi beragam dari hasil pembacaan, yang salah satu bentuknya berupa
perilaku kritis.
Pandangan awal, kritik sastra dipahami sebagai upaya penghakiman karya sastra,
dan tidak selamanya hidup. Hal tersebut dikarenakan nilai-nilai yang ditemukan
dalam karya sastra, memunculkan dua sisi, yaitu setuju dan tidak setuju. Dengan
demikian, kritik sastra pun berkembang mengikuti fenomena memahami nilai karya
sastra yang demikian. Beberapa menghakimi karya sastra, lainnya sekedar
membicarakan karya sastra, dan sebagian lainnya lagi mengangkat derajat karya
sastra tertentu tersebut. Kegiatan tersebut sering diketahui dengan sebutan kritik
sastra. Oleh karena itu kritik sastra merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk menemukan pemahaman, nilai hakiki dalam karya sastra untuk
kembali disampaikan pada orang lain.

Kritik sastra merupakan dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu yang secara praktik
dan teori dapat diaplikasikan pada beragam teks yang ada dengan teori dan prinsip
penjelasan sebagai latar belakang praktis yang menghubungkan antara ideology,
kekuatan struktur, politik, religious, atau hal lain yang bersifat alami dan memiliki
focus pada konstruksi sejarah untuk disampaikan kepada orang lain (Habib, 2005:2).
Seseorang dapat membuat kritik sastra yang baik apabila dia betul-betul menaruh
minat, perhatian, kepekaan yang terlatih, dan pemahaman yang tinggi pada karya
sastra melalui pengalaman manusiawinya. Yang dimaksud dengan “mendalami serta

3
menilai tinggi pengalaman manusiawi” adalah menunjukkan kerelaan jiwa untuk
menyelami dunia karya sastra, kemampuan untuk membeda-bedakan pengalaman
secara mendasar, dan kejernihan budi untuk menentukan macam-macam nilai.
Dengan demikian kritik sastra akan bergantung dari masing-masing pembaca, tidak
mengenal hukum yang memiliki ketentuan mutlak, tapi adalah sebuah kreativitas
kritis. Walaupun demikian sebagai sebuah ilmu pengetahuan, kritik sastra tetap akan
tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku di dunia ilmu pengetahuan, yaitu
bersifat ilmiah dan berdasar.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pendekatan mimetik?
2. Bagaimana lahirnya pendekatan mimetik?
3. Siapa saja tokoh pendekatan mimetik?
4. Bagaimana metode yang digunakan dalam pendekatan mimetik?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan mimetik.
2. Untuk mengetahui sejarah lahirnya perkembangan pendekatan mimetik.
3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh pendekatan mimetik.
4. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pendekatan mimetik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Mimetik

Istilah mimetik berasal dari bahasa Yunani ‘mimesis’ yang berarti ‘meniru’,‘tiruan'
atau ‘perwujudan’. Secara umum mimetik dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang
memandang karya sastra sebagai tiruan atau pembayangan dari dunia kehidupan nyata.
Mimetik juga dapat diartikan sebagai suatu teori yang dalam metodenya membentuk
suatu karya sastra dengan didasarkan pada kenyataan kehidupan sosial yang dialami dan
kemudian dikembangkan menjadi suatu karya sastra dengan penambahan skenario yang
timbul dari daya imajinasi dan kreatifitas pengarang dalam kehidupan nyata tersebut.

Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam menganalisis sebuah karya sastra.
Berdasarkan pendapat Abrams (dalam Teeuw, 1988:50) bahwa di bidang sastra dan
pendekatan terhadap karya sastra sepanjang zaman, Abrams memperlihatkan bahwa
kekacauan dan keragaman teori tersebut lebih mudah dipahami dan diteliti jika
berpangkal pada situasi karya sastra secara menyeluruh (the total situation of a work of
art). Abrams memberikan sebuah kerangka yang sederhana tetapi cukup efektif:
(Semesta) Universe Work (Karya) (Pencipta) Artist Audience (Pembaca)

Model ini memiliki pendekatan kritis utama terhadap karya sastra yaitu:

a. Pendekatan yang menitikberatkan pada karya itu sendiri. Pendekatan ini


disebut pendekatan objektif.
b. Pendekatan yang menitikberatkan pada penulis. Pendekatan ini disebut
pendekatan ekspresif.
c. Pendekatan yang menitikberatkan pada pembaca. Pendekatan ini disebut
pendekatan pragmatik.
d. Pendekatan yang menitikberatkan pada semesta. Pendekatan ini disebut
pendekatan mimetik.

Semi (1985:43) menuliskan bahwa pendekatan mimetik bertolak dari pemikiran


bahwa sastra -sebagaimana hasil seni yang lain- merupakan pencerminan atau
representasi kehidupan nyata. Sastra merupakan tiruan atau pemaduan antara kenyataan

4
dengan imajinasi pengarang atau hasil imajinasi pengarang yang bertolak dari suatu
kenyataan.

Menurut Abrams (dalam Siswanto, 2008:188) pendekatan mimetik adalah


pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra
dengan kenyataan di luar karya sastra. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai
imitasi dari realitas.

Menurut Waluyo (1994 :20), cerita fiksi merefleksikan kehidupan masyarakat.


Sering kali dinyatakan bahwa karya sastra merupakan dokumen sosial. Cerita fiksi adalah
karya sastra yang paling bersifat mimetik (meniru kenyataan hidup masyarakat).

Pendekatan mimetik memandang karya sastra sebagai tiruan atau pembayangan dunia
kehidupan nyata sebagaimana dikemukakan pertama kali oleh filsuf Plato dan Aristoteles.
Plato berpendapat bahwa seni hanyalah tiruan alam yang nilainya jauh di bawah realitas
sosial dan ide, sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa tiruan itu justru
membedakannya dari segala sesuatu yang nyata dan umum karena seni merupakan
aktivitas manusia.

2.2 Lahirnya Mimetik

Pandangan tentang mimetic pertama kali diungkapkan oleh filsuf terkenal yaitu Plato
yang kemudian diungkapkan lagi oleh muridnya yaitu Aristoteles. Plato berpendapat
bahwa seni hanyalah tiruan alam yang nilainya jauh di bawah kenyataan dan ide.
Menurutnya lagi, seni adalah sesuatu yang rendah, yang hanya menyajikan suatu ilusi
tentang kenyataan dan tetap jauh dari kenyataan.

Berbeda dengan Plato, Aristoteles menyatakan bahwa tiruan itu justru


membedakannya dari segala sesuatu yang nyata dan umum karena seni merupakan
aktivita smanusia. Dalam sebuah penciptaan sastrawan tidak semata-mata meniru
kenyataan melainkan sekaligus menciptakan.

Mimetik berasal dari bahasa Yunani ‘mimesis’ yang berarti tiruan. Dalam
hubungannya dengan kritik sastra mimetic diartikan sebagai sebuah pendekatan yang
dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan
realitas atau kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles menjadi sangat
menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang
menghubungkan antara persoalan filsafat dengan kehidupan (Ravertz, 2007: 12).

5
Pengertian mimesis (Yunani: perwujudan atau peniruan) pertama kali dipergunakan
dalam teori-teori tentang seni seperti dikemukakan Plato (428-348) dan Aristoteles (384-
322), dan dari abad ke abad sangat memengaruh iteori-teori mengenai seni dan sastra di
Eropa (Van Luxemburg, 1986:15).

Dalam mengadakan kritik terhadap karya sastra sering orang melakukannya mengacu
kepada dunia di luar karya sastra. Wellek (1990: 329-330) adanya koherensi di dalam
karya sastra dan berdasarkan pada fakta-fakta pengalaman merupakan nilai estetis.
Adapun kematangan dalam karya sastra dapat dilihat dari kebenaran pengalaman yang
mengacu pada dunia di luar karya sastra, yang menuntut perbandingan antara sastra dan
kenyataan. Diungkapkan lebih lanjut bahwa dalam penilaian akan dikaitkan dan
didasarkan pada istilah estetika mengenai kejelasan, intensitas, perbandingan yang
berpola, keluasan dan kedalaman yang mirip dengan kehidupan. Analogi antara sastra dan
kehidupan sangat menonjol kalau diolah dengan gaya tertentu. Kritik ini diungkapkan
oleh Luxemburg (1989: 70) merupakan kriteria yang mengaitkan karya sastra dengan
kenyataan yang ditiru atau tercermin di dalamnya. Ini merupakan kriteriun realism atau
mimesis. Sebuah karya sastra dinyatakan baik bila kenyataan diungkapkan dengan tepat,
lengkap atau secara tipikal (menampilkan ciri-ciri yang khas). Bila sang kritikus
mengharapkan dari sastra supaya kenyataan diperjelas, maka kriterium ini yang
ditonjolkan. Penilaian ini mengutamakan bahwa karya sastra secara tidak langsung
memantulkan kenyataan. Sementara itu Yudiono KS (1990: 32) mengungkapkan bahwa
kritik ialah kritik yang menekankan pada ketepatan atau kebenaran karya sastra dalam
membayangkan atau melukiskan obyek yang bersangkutan. Seperti pada pandangan Plato
(Ratna, 2010: 70) bahwa karya sastra tidak dapat mewakili dunia kenyataan yang
sesungguhnya, melainkan hanyalah sebagai peniruan dari kenyataan.

6
2.3 Tokoh-tokoh Pendekatan Mimetik

1. Plato (427-347 SM)

Dilahirkan di lingkungan keluarga bangsawan kota Athena. Semenjak muda ia


sangat mengagumi Socrates (470-399), seorang filsuf yang menentang ajaran parasofis,
sehingga pemikiran Plato sangat dipengaruhi sosok yang di kemudian hari menjadi
gurunya tersebut. Salah satu pemikiran pemikiran Plato yang terkenal ialah
pandangannya mengenai realitas .Menurutnya realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia:
dunia yang terbuka bagi rasio dan unia yang hanya terbuka bagi pancai ndra. Dunia
pertama terdiri atas idea-idea dan dunia berikutnya ialah dunia jasmani .Bahkan
pemikiran Plato tersebut bahkan berhasil mendamaikan pertentangan antara pemikiran
Hera Kleitosdan Parmenides (Bartness.1979:14). Pandangan Plato mengenai dunia
tersebut sterkait juga dengan konsep mimesis.

2. Aristoteles (384-322)

Lahir di Stagirus, Macedonia, di daerahTharke, Yunani Utara tahun 384 SM. Ia


belajar di sekolah filsafat yang didirikan Plato dan tinggal di Akademia hingga Plato
meninggal dunia.

3. MH (Meyer Howard) Abrams Lahir di Jewis, 23 juli 1912. Class of 1916 Profesor
Emeritus SastraI nggris, telah menjadi anggota dari Departemen Bahasa Inggris di
Cornell University sejak 1945. Dia adalah otoritas pada literature abad ke-18 dan 19,
kritik sastra, dan Romantisisme Eropa.

Tokoh mimetic lainnya yaitu Levin dan Ravertz.

7
2.4 Metode Pendekatan Mimetik

Dalam pendekatan Mimetik terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam kritik
mimetik, yaitu sebagai berikut:

1. Kepada kelompok masyarakat tertentu, terutama masyarakat yang disebut dalam


karya sastra diberi angket tentang keadaan sosio-budaya masyarakatnya, baik masa
lalu maupun masa kini. Angket diolah secara kualitatif, yang ada dalam karya sastra
tersebut.
2. Dengan menghubungkan suatu unsur yang ada dalam karya sastra dengan unsur
tertentu bersamaan dengan yang terdapat dalam masyarakat. Sejauh mana unsur-
unsur itu benar-benar berfungsi dalam karya sastra, sejauh itu pula hubungan antara
karya sastra dengan masyarakat.
3. Kepada anggota masyarakat tertentu yang diminta membaca karya sastra, diberi
beberapa pertanyaan. Pertanyaan diarahkan kepada masalah sosial yang telah
bergeser atau hilang dalam masyarakat. Pengolahan secara kualitatif akan dapat
menjawab tentang hubungan karya sastra dengan keadaan sosialnya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari penjelasan tentang teori pendekatan mimetik di atas, dapat penulis


simpulkan bahwa:

1. Istilah mimetik berasal dari bahasa Yunani yaitu mimesis yang berarti “meniru”,
“tiruan” atau “perwujudan”.
2. Secara umum mimetik dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang memandang
karya sastra sebagai tiruan atau pembayangan dari dunia kehidupan nyata.
3. Dan banyak juga pengertian mimetik menurut para ahli yaitu Plato, Aristotes,
Ravertz, dan Abrams. Mereka juga termasuk para tokoh mimetik.
4. Adapun pandangan tentang mimetik pertama kali diungkapkan oleh filsuf terkenal
yaitu Plato yang kemudian diungkapkan lagi oleh muridnya yaitu Aristoteles.
5. Pendekatan mimetik ini menghubungkan karya sastra dengan alam semesta (dalam
istilah Abrams disebut universe).

9
DAFTAR PUSTAKA

Asriningsari, Ambarini dan Nazla Maharani Umaya. 2016. Jendela Kritik Sastra.
Semarang: Percetakan Lontar Media.
Effendi, Agik Nur. 2020. Kritik Sastra; Pengantar Teori, Kritik, & Pembelajarannya.
Malang: Penerbit Mazda Media.
Sembiring, Devi Suryani Br, Inayah Hanum, Febrianti Siregar, dan Lukita  Annisya.
2021. Analisis Cerita Pusuk Buhit Pada Masyarakat Batak Toba Berdasarkan
Pendekatan Mimetik. Universitas Negeri Medan. 135-142.
Winarti. Gambaran Pendidikan Pesantren Pada Novel Negeri 5 Menara Karya A.
Fuadi: Pendekatan Mimetik. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 1-9.

10

Anda mungkin juga menyukai