Anda di halaman 1dari 2

REVIEW

EKOFEMINISME DAN PERAN PEREMPUAN DALAM


LINGKUNGAN

Ekofeminisme; istilah baru

Pada dasarnya, Ekofeminisme adalah sebuah istilah baru untuk gagasan lama yang tumbuh dari
berbagai gerakan sosial yakni gerakan feminis, perdamaian dan ekologi pada tahun 1970-an dan awal
1980-an. Namun baru menjadi popular dalam kaitannya berbagai proses dan aktivitas menentang
perusakan lingkungan hidup, yang semula dipicu oleh bencana ekologis yang terjadi secara berulang-
ulang. Ekofeminisme merupakan suatu keterkaitan dan keseluruhan dari teori dan praktek. Hal ini
menuntut kekuatan khusus dan integritas dari setiap unsur hidup.

Saya memahami Ekofeminisme sebagai sebuah pemikiran untuk menyetarakan hak dan
kewajiban perempuan, khususnya terkait dengan lingkungan dan alam. Mengapa hal itu perlu
dipikirkan? Ya, karena selama ini kaum perempuan sering diremehkan, direndahkan, serta ditindas.
Kenyataan bahwa memang perempuan selalu di “alam-kan” atau di “feminin-kan” seringkali
menyakiti hati mereka. Di “alam-kan” bila diasosiasikan dengan binatang misalnya, ayam, kucing,
ular. Sementara itu perempuan di “feminin-kan” berkaitan dengan aktivitas seperti diperkosa,
dipenetrasi, digarap, dikesploitasi, dan lainnya yang sejenis. Perhatikan bahwa kata-kata tersebut
adalah kata-kata yang dipakai dalam menunjukkan aktivitas yang berhubungan dengan alam.
Misalnya tanah yang digarap, bumi yang dikuasai, dan hutan yang diperkosa, tambang yang
dieksploitasi. Jadi tidak mengada-ada jika perempuan dan alam mempunyai kesamaan semacam
simbolik karena sama-sama ditindas oleh manusia yang berciri maskulin.

Ekofeminisme; kesadaran feminis

Atas dasar pemikiran diatas maka para feminis harus menyadari keterkaitan antara perempuan
dengan alam. Hal yang lebih penting dan perlu digarisbawahi di sini adalah menyadari adanya
hubungan kekuasaan yang tidak adil, adanya model relasi dominasi di dalam wacana lingkungan
hidup yang sama persis dengan wacana perempuan.

Para ekofeminisme tidak ingin mengembalikan perempuan pada argumentasi mitos dan
streotip, akan tetapi ingin melihatnya sebagai argumentasi berdasarkan kesadaran feminis, yakni,
melihat adanya relasi yang berimbang dalam masyarakat, demikian pula relasi di dalam wacana
lingkungan.
Tokoh-tokoh dan pemikir ekofeminis: alam, budaya dan perempuan, bersepakat bahwa fokus
dari wacana lingkungan dan perempuan bukan terletak pada kedekatan antara perempuan dengan
lingkungan melainkan melihat budaya perempuan/alam sebagai model yang lebih baik daripada
budaya laki-laki/alam. Maksudnya, tradisi dan nilai-nilai perempuan dianggap mempunyai nilai-nilai
lebih sehingga model lingkungan hidup yang mengadaptasi nilai-nilai feminis akan lebih baik bagi
sistem lingkungan hidup secara keseluruhan.

Ekofeminisme; keseimbangan

Beberapa uraian dan contoh-contoh perjuangan perempuan dalam Jurnal “Ekofeminisme dan
Peran Perempuan dalam Lingkungan” karya Tri Marhaeni Pudji Astuti terlihat jelas peran perempuan
dalam pengelolaan lingkungan juga penyelamatan lingkungan. Terlihat juga bagaimana pola pikir,
budaya dan kedekatan secara fisik dan emosional antara perempuan dengan lingkungan. Demikian
juga pemikiran yang bedasarkan ‘kearifan lokal’ sangat berbahaya jika dipertahankan. Namun juga
berbahaya jika dihilangkan secara frontal. Oleh karenanya dalam menyikapi bentuk ‘kearifan lokal’
harus disesuaikan dan diadaptasi sehingga tidak bertentangan dengan usaha-usaha konservasi
lingkungan dan penyeleamatan lingkungan, akan tetapi juga menghormati dan menghargai cara-cara
yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Berkaitan dengan persamaan hak dan kesetaraan gender
antar perempuan dan laki-laki, menurut saya solusi terbaik yang dapat dilakukan oleh tokoh-tokoh dan
pemikir ekofeminis adalah dengan mengubah pola pikir. Maksudnya disini, kaum perempuan harus
dapat menyesuaikan dan beradaptasi dengan kemajuan zaman, perkembangan teknologi, serta
meningkatkan kreativitas tanpa menghilangkan jati diri perempuan.

Anda mungkin juga menyukai