Anda di halaman 1dari 17

REKAYASA IDE

MK. TEORI & SEJARAH SASTRA

PRODI S1 PBSI - FBS

SKOR :

Kebermaknaan Buku Teks Bahasa Indonesia SMP berdasarkan


Kurikulum 2013 dalam Rangka Menyahuti Revolusi Industri 4.0

NAMA MAHASISWA : Perdana Gemilang Manurung


NIM : 2203111059
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd.
MATA KULIAH : Teori dan Sejarah Sastra

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA & SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Oktober 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya
rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga saya bisa menyusun atau menyelesaikan tugas
REKAYASA IDE dengan Judul "Kebermaknaan Buku Teks Bahasa Indonesia SMP
berdasarkan Kurikulum 2013 dalam Rangka Menyahuti Revolusi Industri 4.0". Penulisan ini
saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan kemampuan yang saya miliki, dan
tugas ini disususun dalam rangka memenuhi tugas Rekayasa Ide pada mata kuliah teori dan
sejarah sastra. Penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah
membantu dan secara khusus saya berterimakasih Dosen pengampu karena telah memberikan
bimbingannya kepada saya untuk menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini hingga selesai.

Medan, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Manfaat Penulisan

1.4 Fokus Permasalahan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori

2.2 Identifikasi Masalah

BAB III SOLUSI PERMASALAHAN

3.1Telah tergantikan Buku Teks Bahasa Indonesia SMP ke dalam bentuk E-Book

3.2Peran Guru SMP bahasa Indonesia menghadapi revolusi industry 4.0

3.3 keuntungan di Revolusi Industri 4.0 ini dalam pendidikan mengenai

Buku Teks bahasa Indonesia

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Implementasi kurikulum dalam kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh dukungan


sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai terutama kondisi ruang pembelajaran,
perpustakaan, laboratorium dan alat bantu pembelajaran. Salah satu aspek yang memiliki
peranan penting dalam pembelajaran di sekolah adalah keberadaan buku teks pelajaran. Di
samping berfungsi mendukung guru dalam proses pembelajaran, buku teks pelajaran juga
merupakan salah satu sumber pengetahuan bagi siswa. Dalam hal ini, kualitas buku teks
pelajaran yang dijadikan sumber pembelajaran turut menentukan hasil pencapaian tujuan
pembelajaran. Semakin baik kualitas buku teks, maka semakin baik pula pengajaran mata
pelajaran yang ditunjang oleh buku teks tersebut. Buku teks Bahasa Indonesia yang bermutu
tentunya akan meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia. Terkait
dengan kualitas buku teks, Badan Standar Nasional Pendidikan (selanjutnya disingkat BSNP)
telah mengembangkan beberapa komponen yang dijadikan landasan dalam telaah buku teks.
Menurut BSNP, buku teks berkualitas wajib memenuhi empat komponen kelayakan yang
meliputi kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kebahasaan, dan kelayakan
kegrafikan. Keempat komponen tersebut dijabarkan dalam beberapa indikator yang rinci
sehingga guru dapat menerapkannya (Muslich, 2010: 291). Peranan penting telaah buku teks
di atas menunjukkan bahwa upaya telaah buku teks sangat penting untuk dilakukan.
Pengabaian telaah buku teks berarti mengabaikan mutu pembelajaran juga. Keberadaan buku
teks sebagai sumber belajar justru dapat menjadi sumber masalah dalam pembelajaran
tersebut. Kekeliruan atau ketidaktepatan yang ada dalam buku pegangan guru maupun buku
pegangan siswa tersebut dapat saja terjadi. Guru sebagai pengendali utama di dalam
pembelajaran di kelas perlu mencermati terlebih dahulu terhadap buku siswa maupun buku
pegangan guru yang sudah disediakan pemerintah. Buku teks tanpa dilakukan telaah terlebih
dahulu pada akhirnya siswa yang menjadi korban. Berbagai kemungkinan dapat saja terjadi.
Buku yang tidak sesuai standar kelayakan kualitas dapat menyebab kegagalan dalam menarik
minat siswa untuk mempergunakan sehingga berimbas pada motivasi dan prestasi belajar.
(Greene dan Petty dalam Tarigan dan Tarigan, 2009: 20). Sebagaimana kita ketahui, telah
banyak diberitakan pada media massa mengenai kasus buku teks yang mencoreng dunia
pendidikan khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Merebaknya kasus tersebut
mengisyaratkan bahwa telaah buku teks sangat penting untuk dilakukan. Setelah melakukan
identifikasi awal (prapenelitian) terhadap buku teks Bahasa Indonesia kelas VII berbasis
kurikulum 2013, ditemukan beberapa keunggulan dan kelemahannya. Disinyalir masih
banyak permasalahan lain yang dapat teridentifikasi dalam penelitian ini. Selain kasus di atas,
bergulirnya wacana penerapan kurikulum baru pada pertengahan tahun 2012 yang diberi
nama Kurikulum 2013. Banyak kalangan menduga penerapan kurikulum 2013 terlalu
dipaksakan. Hal tersebut berdampak pada persiapan pemerintah yang kurang maksimal. Salah
satu kebijakan pemerintah dalam implementasi kurikulum 2013 adalah penggunaan buku
pegangan siswa dan dilengkapi oleh buku pegangan guru. Buku tersebut disusun dan
didistribusikan oleh pemerintah pusat. Penyusunan buku teks tersebut diduga kurang
maksimal akibat terburu-burunya penerapan kurikulum 2013. Dengan demikian, patut
kiranya dilakukan telaah dengan intensif terhadap buku teks pegangan guru maupun buku
pegangan siswa khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini mengingat paradigma
pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia berbeda dengan sebelumnya, sehingga
struktur dan muatan buku teks pun berbeda. Walaupun buku teks tersebut disusun oleh
pemerintah, namun upaya telaah tersebut perlu dilakukan dengan objektif untuk mendapatkan
gambaran objektif buku teks pegangan guru dan siswa. Berdasarkan pengalaman empiris
peneliti sebagai guru Bahasa Indonesia di SMP, tidak dapat dipungkiri buku teks Bahasa
Indonesia kelas VII berbasis Kurikulum 2013 menyebabkan kebingungan pada guru dan
siswa dalam penggunaannya. Pergeseran paradigma pembelajaran Bahasa Indonesia ke arah
pembelajaran berbasis teks membutuhkan adaptasi yang tidak singkat. Hal ini mengingat
pada jenjang sebelumnya (SD) siswa belum akrab dengan pembelajaran bahasa berbasis teks.
Rasionalitas penelitian ini didukung pula oleh hasil identifikasi permasalahan di lapangan.
Guru-guru masih banyak yang kebingungan dengan penggunaan buku teks pegangan guru
dan buku teks pegangan siswa. Kondisi demikian menyebabkan guru luput untuk melakukan
telaah buku teks. Era revolusi industri 4.0, khususnya dunia pendidikan, pihak sekolah, guru
dan siswa hidup dalam dunia digital yang serbamaju. Dalam kaitan ini, keberadaan dan peran
guru menjadi amat penting agar melek pada literasi digital. "Karena mereka akan hidup di
dunia digital, tentu di dalam dunia pendidikan, persoalan kita tidak hanya anak didiknya yang
dikuatkan, juga gurunya. Karena gurunya lah yang harus menghidupkan literasi digital," kata
Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Inovasi, Ananto Kusuma Seta, pada
Seminar Nasional Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) yang digelar Pusat Teknologi
Komunikasi dan Informasi Pendidikan (Pustekkom) di Jakarta, Kamis (11/10). Menurut
Ananto, literasi digital bukan sekadar mata pelajaran tentang komputer. Tetapi harus semua
mata pelajaran yang menggunakan teknologi 4.0 dalam keseharian anak didik. "Anak zaman
now atau milenial milenial tidak lagi membaca buku cetak Mereka menggunakan digital
seperti menghirup oksigen. Terpenting bagi sekolah dan guru jangan salah memanfaatkan
dengan pengadaan tablet atau pengadaan komputer semata. Ini yang terjadi di sejumlah
negara seperti Meksiko menjadi gagal total," cetus Ananto, yang pernah menjabat Kepala
Biro Perencanaan Kerja Sama Luar Negeri (PKLN) Kemendikbud. Hemat dia, menghadapi
4.0, sekolah atau lembaga pendidikan tidak mesti menyiapkan siswa dengan satu anak satu
komputer atau one children one tablet. Tidak kalah penting adalah values atau nilai nilai soft
skills, empati, kolaborasi yang mendasari ke depan. "Saya kira 4.0 sebentar lagi akan berganti
menjadi 5.0 dan seterusnya. Maka nilai-nilai itu yang harus ditanamkan pada anak zaman
now, jangan sampai lulusan kita menghasilkan lulusan yang akan bertanding dengan robot,"
tegasnya.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah teori dan sejarah sastra


b. Melatih mahasiswa untuk berpikir ktitis dalam melahirkan sebuah ide kreatif
c. Menciptakan sebuah Rekayasa Ide yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidik
d. Mengerti Bagaimana mengaplikasikan Sebuah Rekayasa Ide yang telah dibuat

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang sejauh
mana kelayakan isi buku teks Bahasa Indonesia kelas VII kurikulum 2013 guna dalam proses
belajar mengajar, baik dari segi pelaksanaan pendekatan saintifik, penerapan model
pembelajaran, konsep penilaiannya,untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
tentang telaah buku teks, upaya untuk meingkatkan kualitas pendidikan, kualitas proses
belajar mengajar, dan perkembangan ilmu pengetahuan.

1.4 Fokus Permasalahan

Fokus masalah dalam rekayasa ide ini yang mengkaji tentang Kebermaknaan buku teks
bahasa Indonesia SMP berdasarkan Kurikulum 2013 dalam rangka Menyahuti Revolusi
Industri 4.0
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori

A. KURIKULUM 2013

Kurikulum 2013 Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi
untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut.
Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan
menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Tujuan dan fungsi Kurikulum 2013 secara spesifik mengacu pada
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-
undang Sisdiknas ini disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuannya, yaitu untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Proses pembelajaran pada
kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik.
Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah
(scientific appoach) dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen: mengamati,
menanya, menalar, mencoba atau mencipta, menyajikan atau mengkomunikasikan.
Pergeseran paradigma pembelajaran abad ke-21 tersebut diakomodasi dalam kurikulum
2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya. Menurut kurikulum 2013, bahasa
tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi sarana mengembangkan kemampuan berpikir.
Melalui pendekatan berbasis teks, peserta didik memiliki kesempatan yang banyak untuk
membaca, menulis dan mempresentasi isi dan merespon teks yang dibacanya.
Pembelajaran berbasis teks dilaksanakan secara bersiklus melalui langkah-langkah
membangun konteks, pemodelan teks, penyusunan teks secara bersama-sama, dan
penyusunan teks secara mandiri. Sementara itu, penilaian pada kurikulum 2013
dilaksanakan melalui prinsip autentic assesment pada ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (Kusaeri, 2014: 14). Buku Teks Bacon dalam Tarigan dan Tarigan (2009:
12) menyatakan bahwa buku teks pelajaran adalah buku yang dirancang, dipersiapkan,
dan disusun oleh para pakar dalam bidangnya serta dilengkapi dengan sarana pengajaran
yang sesuai untuk digunakan di dalam kelas. A.J. Loveridge (1970: 9) menyatakan “A
textbook is a school-book in which selected material on a certain subject, in a written
form which will satisfy a specific learning and teaching situation, is systematically set out
for assimilation.” Buku teks adalah buku sekolah yang memuat bahan yang telah diseleksi
mengenai bidang studi tertentu, dalam bentuk tertulis yang memenuhi syarat tertentu
dalam kegiatan belajar mengajar, disusun secara sistematis untuk diasimilasikan.
Rumusan senada juga disampaikan oleh Muslich (2010: 50-51) buku ajar yang berupa
buku teks adalah buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi
tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu,
orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk diasimilasikan. Buku teks
pelajaran merupakan salah satu media pembelajaran. Sebagai salah satu media
pembelajaran, buku teks pelajaran memiliki beberapa fungsi. Sitepu berpendapat bahwa
dilihat dari isi dan dan penyajiannya, buku teks pelajaran berfungsi sebagai pedoman
manual bagi siswa dalam belajar dan bagi guru dalam membelajarkan untuk mata
pelajaran tertentu. Oleh karena itu, buku teks yang terstandar dapat dijadikan sebagai
sarana atau sumber belajar untuk meningkatkan dan meratakan mutu pendidikan nasional.
Dari hasil kajian diketahui bahwa buku buku teks yang digunakan di sekolah sekolah di
Indonesia terdiri atas empat jenis. Apabila ditinjau berdasarkan klasifikasi buku
pendidikan, maka terdiri atas (1) buku teks pelajaran; (2) buku pengajaran; (3 buku
pengayaan; dan (4) buku rujukan (Tim Pusat Perbukuan, 2006: 4). Menelaah buku teks
merupakan kajian ilmiah yang dilakukan untuk pengukuran atau penetapan kelayakan
kualitas suatu buku teks. Terkait dengan bermutu dan tidaknya sebuah buku teks, perlu
dicermati komponen-komponen terkait kriteria kelayakan buku teks. Berbagai kriteria
telah banyak dikembangkan oleh para pakar atau secara kelembagaan (BSNP). Landasan
teoretis terkait kriteria penilaian dalam penelitian ini adalah kriteria yang telah
dikembangkan oleh BSNP yang terdiri atas kelayakan isi, penyajian, kebahasaan, dan
kegrafikan. Buku Teks Pegangan Guru dan Siswa Buku pelajaran kelas VII kurikulum
2013 terbagi dalam dua jenis buku yakni buku pegangan guru dan buku pegangan siswa.
Kedua buku itu bersifat komplementer dan saling melengkapi. Terjadi kekompakan
dalam pembelajaran di dalam kelas, mengingat guru dan siswa memiliki pola yang sama
dalam mengembangan materi pembelajaran. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menerbitkan sebuah paket yang terdiri atas buku teks pegangan guru dan buku teks siswa
untuk digunakan pada kelas VII SMP di seluruh Indonesia yang telah
mengimplementasikan kurikulum 2013. Perubahan kurikulum akan mengubah perangkat
dan salah satunya buku pelajaran. Isi dalam buku pelajaran pun dapat disesuaikan dengan
pembelajaran oleh guru sama halnya siswa. Dalam buku pelajaran bahasa Indonesia
kurikulum 2013 terdapat dua buku berdasar pada pemakaiannya yakni buku siswa dan
buku guru. Keduanya memiliki hubungan yang erat, sehingga penggunaanya tidak
terlepaskan. Buku siswa membantu siswa dan mengonstruksi pemahaman dalam
pembelajaran di kelas.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 dengan pembelajaran berbasis teks
bertujuan agar dapat membawa peserta didik sesuai perkembangan mentalnya, dan
menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis. Dalam penerapannya,
pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki prinsip, yaitu sebagai berikut.

a. Bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau
kaidah kebahasaan.

b. Penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasan untuk


mengungkapkan makna.

c. Bahasa bersifat fungsional, artinya penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat
dipisahkan dari konteks, karena bentuk bahasa yang digunakan mmencerminkan ide,
sikap, nilai, dan ideologi pemakai/penggunanya.

d. Bahasa merupakan sarana pembentukan berpikir manusia.

Dengan prinsip di atas, maka pembelajaran bahasa berbasis teks membawa implikasi
metodologis pada pembelajaran yang bertahap. Hal ini diawali dari kegiatan guru
membangun konteks, dilanjutkan dengan kegiatan pemodelan, membangun teks secara
bersama-sama, sampai pada membangun teks secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan
karena teks merupakan satuan bahasa yang mengandung pikiran dengan struktur yang
lengkap. Guru harus benar-benar meyakini bahwa pada akhirnya peserta didik mampu
menyajikan teks secara mandiri. Secara rinci tahapan tersebut sebagai berikut.
a. Membangun konteks
Membangun kontek, yaitu melalui kegiatan mengamati teks dalam konteksnya dan
menanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan teks yang diamatinya. Pada langkah
membangun konteks peserta didik dapat didorong untuk memahami nilai spiritual, nilai
budaya, tujuan yang melatari bangun teks. Dalam proses ini peserta didik mengeksplorasi
kandungan teks serta nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Di samping itu, peserta didik
dapat mengungkap laporan hasil pengamatan untuk bahan tindak lanjut dalam kegiatan
belajar.
b. Membentuk model (Pemodelan)
Pemeodelan, yaitu melalui kegiatan mencoba dan menalar merumuskan model strukur
fonologi, gramatikal, leksikal, dan makna teks dibacanya. Dalam langkah ini peserta didik
didorong untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan memperhatikan (1) simbol, (2)
bunyi (3) tata bahasa dan (4) makna. Melalui analisis fakta dan data pada teks yang
dipelajarinya peserta didik memperoleh model imbuhan, struktur imkata, frase, klausa,
kalimat, maupun paragraf. Semua kegiatan tersebut peserta didik pelajari pada konteks
pemakaiannya. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengeksplorasi jenis teks yang
dipelajarinya serta mengenali ciri-cirinya. Proses aktivitas pengenalan bukan sebagai
tujuan akhir pembelajaran, melainkan sebagai awal kegiatan untuk mengembangkan daya
cipta.
c. Membangun teks bersama-sama
Membangun teks bersama/berkelompok, yaitu menyusun teks bersama masih dalam
kegiatan mencoba, menalar, dan mencipta secara kolaboratif yang dilanjutkan dengan
menyaji. Peserta menggunakan hasil mengeksplorasi model-model teks untuk
membangun teks dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Melalui kegiatan ini
diharapkan semua peserta didik dapat memperoleh pengalaman mencipta teks sebagai
dasar untuk mengembangkan kompetensi individu.
d. Mengembangkan teks secara mandiri
Mengembangkan teks secara mandiri, yaitu dengan titik tekan pada peserta didik dapat
menunjukkan kompetensinya secara individual dalam mencipta. Oleh karena itu, dimensi
kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia wajib memenuhi empat langkah dasar, enam
langkah mengembangkan keterampilan beraktivitas secara saintifik, dua model kegiatan
koloboratif dan individual, dan berdimesi beraktivitas dan berkarya.
Untuk implemetasi dalam pembelajaran, guru dapat menggunakan model pembelajaran,
antara lain model inkuiri based learning, discovery based learning, problem based
learning, dan project based learning. Model-model tersebut masing-masing memiliki
langkah kerja yang sistematis dalam penerapannya. Dalam penerapan model tidak ada satu
model yang unggul dari model lain, namun guru perlu mencocokkan dengan lingkup
materi dan strategi pembelajaran yang digunakan.
C. Revolusi Industri 4.0
Benny Susetyo (2005) mengatakan bahwa fungsi yang paling vital pendidikan adalah
menggugah kesadaran kritis siswanya atau rakyat pada umumnya, sehingga memberikan
kedewasaan berpikir, logis, dan mampu membaca serta kritis terhadap perkembangan
sekitarnya. Memang, pendidikan seharusnya demikian, bukan mengajarkan materi ajar
hanya sebagai materi ajar belaka. Akan tetapi, dengan menggunakan materi ajar, seorang
guru harus mampu membangun sebuah kesadaran, terutama kesadaran kritis peserta
didiknya. Hal ini sejalan dengan kritik Paulo Freire, dalam buku "Pendidikan yang
Membebaskan" (terjemahan Mujib Hermani, 2001) terhadap model pendidikan gaya
"bank". Pendidikan yang hanya mentransfer ilmu pengetahuan dari seorang guru terhadap
peserta didiknya. Padahal, menurut Paulo, pendidikan harus mampu membebaskan atau
membangun kesadaran peserta didik terhadap penindasan, terutama penindasan struktural.
Pendidikan, dengan demikian, harus berfokus pada kesadaran.Atau dalam praktiknya,
pendidikan harus mau dan mampu bergulat dengan persoalan-persoalan yang ada di
sekitar pendidikan itu berada.Persoalan yang ada hadir di masyarakat harus dikritisi dan
dicari solusinya. Sikap kritis bukan sesuatu yang terberikan. Sikap kritis merupakan sikap
yang dilatihkan terus-menerus melalui pendidikan di dalam ruang-ruang belajar. Ruang
belajar menjadi sebuah laboratorium untuk membedah persoalan yang memang ada hadir
dalam kehidupan peserta didik. Tidak ada pendidikan yang tak berakar. Pendidikan
berakar di kehidupan nyata. Era revolusi industri 4.0 adalah fakta kehidupan yang harus
dihadapi peserta didik saat ini. Oleh karena itulah, mau tidak mau, siap tidak siap, guru
harus menghadirkan revolusi industri 4.0 di dalam ruang-ruang belajar. "Akan tetapi, jika
guru abai dalam penguasaan teknologi, tidak kreatif, dan inovatif, maka guru akan bisa
digantikan teknologi. Maka guru selain melek literasi digital juga menempatkan diri
sebagai motivator dan inspirator," kata Unifah. (OL-1)
2.2 Identifikasi Masalah

1. Telah tergantikan Buku Teks Bahasa Indonesia SMP yang telah disediakan oleh
Pemerintah di Internet.

Di jaman era revolusi industri 4.0 banyak sekali buku yang sudah tergantikan dengan buku
yang ada di Internet . Siswa - siswa jaman sekarang sudah malas buka dan membaca buku
dalam bentuk kertas , melainkan siswa lebih suka membaca buku yang sudah ada tersedia di
internet. Mengapa? karena di jaman ini anak-anak sudah memiliki alat telekomunikasi yang
canggih sehingga mereka bisa mencari buku teks mata pelajaran bahasa indonesia maupun
mata pelajaran lainnya di internet.

2. Peran Guru SMP bahasa Indonesia dalam mempersiapkan peserta didiknya menghadapi
revolusi industri 4.0

Di era revolusi industri 4.0 ini banyak guru yang belum mengerti atau belum memahami
bagaimana lagi harus mempersiapkan peserta didiknya dalam menghadapi era revolusi 4.0
yang akan membangun kepercayaan diri, soft skill, dan kemampuan di zaman ini untuk masa
depan peserta didiknya.

3. Keuntungan di Revolusi Industri 4.0 dalam pendidikan mengenai Buku Teks bahasa
Indonesia SMP

Keuntungan di revolusi industri 4.0 ini dalam bidang pendidikan kita mudah mendapatkan
informasi apa saja dan kita tidak lagi membawa buku yang berat- berat karena di hp semua
bisa di simpan.
BAB III

SOLUSI PERMASALAHAN

3.1 Telah tergantikan Buku Teks Bahasa Indonesia SMP yang telah tersedia di
Internet.

Kita sebagai Guru bahasa Indonesia harus lebih fokus dalam mempertahankan bukuteks
bahasa Indonesia . Supaya buku teks tidak akan tergantikan oleh buku-buku teks yang telah
tersedia di internet. Dan sebagai siswa juga harus tetap menggunakan buku teks bahasa
Indonesia walaupun ada yang lebih mudah di dapatkan. Boleh saja mengambil atau mencari
buku teks yang kita inginkan kita dapatkan dengan mudah dan praktis di internet, tetapi
alangkah baiknya selagi buku teks yang disediakan oleh pemerintah diberikan kepada siswa
secara gratis artinya buku tersebut adalah buku bos digunakanlah secara baik tanpa buku
teks kita tidak dapat mencari atau mengambil informasi di dalamnya. Karena jika kita
mengambil buku teks di internet itu berbeda dengan buku teks yang disediakan oleh
pemerintah.

3.2 Peran Guru SMP bahasa Indonesia dalam mempersiapkan peserta didiknya
menghadapi revolusi industri 4.0

Guru Bahasa Indonesia Menghadapi Era 4.0

Bagaimana guru bahasa Indonesia mempersiapkan peserta didiknya dalam menghadapi


revolusi industri 4.0?

Setiap mata pelajaran pasti memiliki karakter masing-masing. Karakteristik yang


membedakan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Akan tetapi, ada juga hal yang
bersifat umum yang memang harus dilakukan oleh semua guru mata pelajaran. Berdasarkan
uraian di atas tentang revolusi industri 4.0, guru bahasa Indonesia harus mampu
mempersipakan peserta didiknya melalu berbagai kegiatan. Pertama, membangun
kemampuan dan kebiasaan berpikir kritis. Guru bahasa Indonesia harus mampu
menumbuhkan sikap kritis peserta didik. Dalam tulisan ini, dihadirkan dua contoh
pembelajaran bahasa Indonesia yang bertolak dari realitas era revolusi 4.0. Kegiatan pertama,
pembelajaran materi teks diskusi. Materi yang ada di kelas VIII ini dapat dijadikan sebagai
media penumbuhan sikap kritis, keratif, dan inovatif peserta didik. Struktur teks diskusi
sendiri terdiri atas(1) isu, (2) argumen, (3) simpulan. Guru dapat memilih isu-isu yang paling
hangat. Dalam pemilihan isu dapat menggunakan internet melalui "topik tren" atau "trending
topic". Bahan-bahan diskusi akan sangat banyak sekali tersedia di dunia maya. Ajak peserta
didik untuk mencari sumber-sumber yang bahkan bertolak belakang. Bimbing peserta didik
untuk mampu memilah dan memilih sumber-sumber itu dengan kritis. Mencari alternatif-
alternatif pemecahan persoalan atau isyu yang diangkat dalam diskusi. Melalui membaca
ekstensif atau membaca beberapa tulisan dengan tema sama, peserta didik dipicu dan dipacu
untuk mampu mengjhadirkan alternatif. Tidak ada kebenaran tunggal atau jawaban tunggal
seperti pada soal pilihan ganda. Argumen disusun dengan melihat sudut yang berbeda bahkan
bertentangan. Tahap berikutnya, adalah mengajak peserta didik membuat simpulan. Simpulan
harus mempertimbangkan banyak aspek. Kemampuan untuk mempertimbangkan banyak sisi
akan membuat peserta didik dapat menentukan simpulan yang terbaik. Inilah konsep berpikir
inovatif. Menemukan yang paling sesuai dengan konteks. Pilihan ini tentu bukan sekadar
memilih. Pemilihan sudah melalui pemikiran panjang bahkan adu argumen yang keras.
Kegiatan kedua, pembelajaran matek teks cerita fantasi. Materi ini ada di kelas VII semester
1. Dalam pembelajarn teks cerita fantasi, guru dapat mengajak peserta didik berpetualang ke
dunia imajinatif tanpa batas. Cerita fantasi memang bukan sekadar fiksi, tapi lebih jauh
karena sifat fantastiknya. Peserta didik diajak untuk berpikir kritis terhadap realita di
kehidupannya. Misalnya saja mereka menemukan fakta kemacetan Jakarta yang seakan tak
akan pernah sampai pada ujung penyelesian. Peserta didik dapat menulis cerita fantastik
tentang kemacetan dengan menghadirkan alternatif (berpikir kreatif). Ada yang
memunculkan ide tentang mobil yang mampu menegcil dan membesar sehingga dapat
berjalan di jalan lebar atau bahkan masuk gang saat terjadi kemacetan. Bisa juga
menghadirkan mobil yang mampu terbang atau bahkan mampu menembus tanah. Sampai
pada akhirnya, pemilihan cerita fantasi tentang fakta kemacetan yang telah dikritisi dan
kemampuan menemukan alternatif-alternatif, berakhir pada solusi paling memungkinkan
(berpikir inovatif).

3.3 keuntungan di Revolusi Industri 4.0 ini dalam pendidikan mengenai Buku Teks
bahasa Indonesia

Kita harus menggunakan dengan baik dan mengembangkan apa " saja yang ada di dalam
Keuntungan di Revolusi Industri 4.0 . Dan kita harus meningkatkan pengetahuan kita
mengenai apa - apa saja yang ada di Revolusi Industri 4.0
BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Berdasarkan telaah yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diuraian beberapa
simpulan bahwa kualitas buku teks pegangan guru dan buku teks pegangan siswa termasuk
pada kategori cukup. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa komponen/subkomponen
yang tidak memenuhi standar sebagaimana yang telah ditetapkan oleh BSNP. Buku teks
pegangan guru dan buku teks pegangan siswa belum sepenuhnya memenuhi keseluruhan
kriteria baik pada setiap komponen/subkomponen. Kurangnya persiapan penyusun buku teks
dalam menyongsong penerapan kurikulum 2013 menjadi faktor utama tidak terpenuhinya
kriteri baik pada buku teks. Hal ini dapat dimaklumi karena penerapan kurikulum 2013 yang
tergesa-gesa menyebabkan penyusun tidak sepenuhnya memperhatikan standar kualitas yang
buku teks. Revolusi industri 4.0 adalah sebuah keniscayaan sejarah. Guru harus mampu
menyesuaikan gerak langkahnya dengan gerak sejarah tersebut. Guru mengajarkan sikap
kritis, kreatif, dan inovatif. Guru bahasa Indonesia dapat melakukannya dalam semua materi
pengajaran. Dalam tulisan ini ditampilkan dua contoh pengajaran bahasa Indonesia.

4.2 Saran

Sebaiknya kita sebagai guru harus memanfaatkan era revolusi industri 4.0 untuk mengajar
ke muridagar kita lebih bisa mudah mengikuti zaman yang sudah lebih canggih lagi. Seperti
kita menggunakan alat-alat elektronik( infokus , laptop , hp ) untuk mempermudah kita
mengajar ke murid
DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki. 2013. Mengungkap Masa Depan: Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
Konteks Pengembangan Karakter Cerdas. Makalah. Padang: UNP

Dirjen Pendik Kemendikbud. 2014. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Melalui
Pendekatan Saintifik. Jakarta: Dirjen Pendik.

Mahsun. 2013. Pembelajaran Teks dalam Kurikulum 2013.


http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-kurikulum-mahsun. Diakses 20 September 2015.

Mahsun. 2014. Teks Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Patria, Bekti. 2013. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013.

Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Pintamtyastirin. 1998. Uji Keterbacaan Bukubuku Teks Bahasa Indonesia SMU Kurikulum
1994. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Rahmawati, I.Y. 2014. Kualitas Buku Teks Bahasa Indonesia, Keterbacaan, dan Nilai
Pendidikan Karakter (Studi Kasus Buku “Ekspresi Diri dan Akademik” untuk Kelas X
Kurikulum 2013). Surakarta: Universitas Sebelas Maret (Tesis)

Sitepu, B.P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Supriadi, D. 2001. Anatomi Buku Sekolah di Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Anda mungkin juga menyukai