Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA SD MATERI SASTRA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Bahasa SD

Dosen Pengampu : Dr. Mukh Doyin, M. Si.


Dr. Rahayu Pristiwati, M. Pd.

Disusun Oleh:

Aqidatul Munfariqoh 0103519021

PENDIDIKAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan karunianya
sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan begitu
banyak terimakasih atas uluran tangan dan bantuan berasal dari pihak yang telah bersedia
berkonstribusi bersama dengan mengimbuhkan sumbangan baik anggapan maupun materi
yang telah mereka konstribusikan.

Dan penulis berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu
bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki bentuk maupun
tingkatan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang memiliki wawasan yang luas dan
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman penulis, penulis tetap percaya banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang
membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................1

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................................5

BAB II . PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Tiap Jenjang Pendidikan..................................................6
2.2 Komponen Kurikulum Bahasa Indonesia............................................................................8
2.3 Kompetensi dan Indikator Pembelajaran Bahasa Indonesia...............................................10
2.4 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.......................................................................................11
2.5 Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia.................................12

BAB III. PENUTUP ................................................................................................................16


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada
hakekatnya pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia yaitu belajar berkomunikasi
dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis
serta untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala
fungsinya yaitu sebagai sarana berpikir atau bernalar. Di lembaga pendidikan yang bersifat
formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam
prestasi belajarnya. Kualitas dan keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketepatan guru memilih dan menggunakan metode pengajaran.
Kenyataan di lapangan, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, kegiatan
pembelajarannya masih dilakukan secara klasikal. Pembelajaran lebih ditekankan pada model
yang banyak diwarnai dengan ceramah dan bersifat guru sentris. Hal ini mengakibatkan siswa
kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan siswa hanya duduk, diam, dengar, catat
dan hafal. Kegiatan ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas belajar. Melihat
kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada
bagaimana siswa belajar menemukan sendiri informasi, menghubungkan topik yang sudah
dipelajari dan yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat berinteraksi multi
arah baik bersama guru maupun selama siswa dalam suasana yang menyenangkan dan
bersahabat.
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar harus merancang dan membuat kurikulum
dan standar kompetensi yang akan dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Kurikulum merupakan hal penting dalam sebuah sistem pendidikan, dimana
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran termaktub dalam kurikulum.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis akan mengajukan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia Tiap Jenjang Pendidikan?
2. Apa saja Komponen Kurikulum Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana Kompetensi dan Indikator Pembelajaran Bahasa Indonesia?
4. Bagaimana Mata Pelajaran Bahasa Indonesia?
5. Bagaimana Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia?
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini yaitu
1. Menjelaskan Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia Tiap Jenjang Pendidikan
2. Mengetahui Komponen Kurikulum Bahasa Indonesia
3. Memahami Kompetensi dan Indikator Pembelajaran Bahasa Indonesia
4. Mengetahui Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
5. Mengetahui Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Tiap Jenjang Pendidikan


Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam memelajari semua bidang studi.
Menyadari peran yang demikian, pembelajaran bahasa diharapkan dapat membantu siswa
mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartsipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta
menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (Depdiknas,
2006:317). Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan masyarakat Indonesia
(Depdiknas, 2006:231).
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidahiyah (SD/MI)
Dalam kebijakan pendidikaan kita, Bahasa Indonesia diajarkan sejak anak berada di
Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidahiyah. Hal ini disebabkan pengajaran tersebut dapat
memberikan kemampuan dasar berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pelajaran
Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD/MI. Seperti ulat
yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa
tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung
serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan
ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis
tidak mengalami perubahan yang signifikan dan tidak ramah terhadap upaya
mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Pengajaran Bahasa Indonesia yang
monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar
Bahasa Indonesia.
Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib.
Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang
membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran
Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja. Hal ini khususnya dalam
kemampuan membaca dan menulis padahal dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
seharusnya mencakup 4 keterampilan, yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
Pola semacam itu hanya membuat siswa merasa jenuh untuk belajar bahasa Indonesia.

6
Pada umumnya para siswa menempatkan mata pelajaran bahasa pada urutan buncit dalam
pilihan para siswa. Yaitu setelah pelajaran-pelajaran eksakta dan beberapa ilmu sosial lain.
Jarang siswa yang menempatkan pelajaran ini sebagai favorit. Hal ini semakin terlihat
dengan rendahnya minat siswa untuk mempelajarinya dibandingkan dengan mata
pelajaran lain. Penulis menyoroti masalah ini setelah melihat adanya metode pengajaran
bahasa yang telah gagal mengembangkan keterampilan dan kreativitas para siswa dalam
berbahasa. Hal ini disebabkan karena pengajarannya yang bersifat formal akademis, dan
bukan untuk melatih kebiasaan berbahasa para siswa itu sendiri.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs)
Setelah lulus SD/MI dan melanjutkan ke SMP/MTs, ternyata proses pengajaran Bahasa
Indonesia masih tidak kunjung menunjukan perubahan yang berarti. Ulat pun masih
menjadi kepompong. Kelemahan proses KBM yang mulai muncul di SD/MI ternyata
masih dijumpai di SMP/MTs. Bahkan ironisnya, belajar menulis sambung yang mati-
matian diajarkan dahulu ternyata hanya sebatas sampai SD/MI saja. Pada saat SMP/MTs
penggunaan huruf sambung seakan-akan haram hukumnya, karena banyak guru dari
berbagai mata pelajaran yang mengharuskan muridnya untuk selalu menggunakan huruf
cetak.
Seharusnya pada masa ini siswa sudah mulai diperkenalkan dengan dunia menulis
(mengarang) yang lebih hidup dan bervariatif. Siswa seharusnya telah dilatih untuk
menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam menulis: esai, cerita pendek, puisi, artikel,
dan sebagainya. Namun, selama ini hal itu dibiarkan mati karena pengajaran Bahasa
Indonesia yang tidak berpihak pada pengembangan bakat menulis mereka. Pengajaran
Bahasa Indonesia lebih bersifat formal dan beracuan untuk mengejar materi dari buku
paket. Padahal, keberhasilan kegiatan menulis ini pasti akan diikuti dengan tumbuhnya
minat baca yang tinggi di kalangan siswa. Empat keterampilan yang ditulis dalam Standar
Kompetensipun sudah tidak berlaku. Seperti halnya membaca dan menulis, berbicara
bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD sudah tercampur dengan bahasa daerah atau
bahasa Ibu bahkan bahasa gaul yang diikuti saat mereka mendengar dan kemudian
menirukannya.
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyyah atau
Kejuruan (SMA, MA, SMK atau STM)
Beranjak ke tingkat SMA, MA atau SMK ternyata proses pembelajaran Bahasa
Indonesiapun masih tidak sesuai harapan. Sang ulat kini hanya menjadi kepompong besar
7
bukan menjadi sebuah kupu-kupu. Kecuali dengan ditambahnya bobot sastra dalam
pelajaran bahasa indonesia, materi yang diajarkan juga tidak jauh-jauh dari imbuhan,
masalah ejaan, subjek-predikat, gaya bahasa, kohesi dan koherensi paragraf, peribahasa,
serta pola kalimat yang sudah pernah diterima di tingkat pendidikan sebelumnya. Perasaan
akan pelajaran Bahasa Indonesia yang dirasakan siswa begitu monoton, kurang hidup, dan
cenderung jatuh pada pola-pola hafalan masih terasa dalam proses KBM.
Tidak adanya antusiasme yang tinggi, telah membuat pelajaran ini menjadi pelajaran
yang kalah penting dibanding dengan pelajaran lain. Minat siswa baik yang menyangkut
minat membaca, mendengar, menulis maupun berbicara sebagai wujud minat untuk
mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia yang semakin tampak menurun. Padahal, bila
kebiasaan empat keterampilan berbahasa sukses diterapkan sejak SMP atau MTs maka
seharusnya saat SMA siswa telah dapat mengungkapkan gagasan dan ''unek-unek'' mereka
secara kreatif. Baik dalam bentuk deskripsi, narasi, maupun eksposisi yang diperlihatkan.
Dengan demikian apresiasi dari pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi jelas tampak
prakteknya dalam kehidupasn sehari-hari. Bila diberikan bobot yang besar pada
penguasaan praktek mendengar, membaca, menulis, dan berbicara dapat membuat para
siswa mempunyai kemampuan jauh lebih baik Hal ini sangat berguna sekali dalam melatih
memanfaatkan kesempatan dan kebebasan mereka untuk mengungkapkan apa saja secara
tertulis maupun tidak tertulis seperti berbicara di hadapan banyak orang, tanpa beban dan
tanpa perasaan takut salah.
Setelah melihat pada ketiga tingkatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut
ada beberapa kelemahan dalam pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah. KBM belum
sepenuhnya menekankan pada empat kemampuan bahasa, namun lebih pada penguasaan
materi. Hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak
diberikan dan diutamakan oleh para guru bahasa Indonesia. Sedangkan pelatihan
berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktek hanya memiliki porsi yang jauh lebih
sedikit. Padahal kemampuan berbahasa tidak didasarkan atas penguasaan materi bahasa
saja, tetapi juga perlu latihan dalam praktek kehidupan sehari-hari.
2.2 Komponen Kurikulum Bahasa Indonesia
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, sosial, dan budaya memberikan
dampak bagi dunia pendidikan. Kurikulum sebagai pedoman pendidikan harus merespons
segala perkembangan tersebut. Kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat, dan globalisasi
menuntut adanya perubahan kurikulum pendidikan di negara kita.

8
Pembelajaran Bahasa Indonesia seharusnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis serta
menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat dikatakan bahwa mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan program
untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa
Indonesia.
Fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu:
1. Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa
2. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam rangka
pelestarian dan pengembangan budaya
3. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia untuk meraih
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
4. Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai
keperluan menyangkut berbagai masalah
5. Sarana pengembangan penalaran
6. Sarana pemahaman beraneka ragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusastraan
Indonesia
Tujuan pengajaran Bahasa Indonesia yaitu;
1. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara;
2. Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam keperluan dan keadaan;
3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual , kematangan emosional dan sosial;
4. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis);
5. Siswa mampu menikmati, menghayati, memahami dan memanfaatkan karya sastra
untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;
6. Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan oleh siswa yang mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Standar kompetensi adalah kemampuan yang dapat
dilakukan atau ditampilkan untuk suatu pelajaran. Kompetensi dasar adalah kemampuan
minimal yang harus dicapai siswa. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
9
proses pembelajaran. Indikator merupakan rincian hasil belajar dan yang menjawab
pertanyaan” Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa peserta didik sudah dapat mencapai hasil
pembelajarannya.”
2.3 Kompetensi dan Indikator Pembelajaran Bahasa Indonesia
Prinsip pembelajaran bahasa Indonesia tidak bertujuan untuk menguasai pengetahuan
tentang bahasa, tetapi siswa memiliki kemampuan berbahasa untuk pelbagai keperluan
komunikasi. Kemampuan berbahasa yang dimaksud adalah kemampuan mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Di dalam kurikulum baik di SD, SMP ataupun di SMU,
kemampuan tersebut dirumuskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
Kemampuan tersebut di dalam pembelajaran dilaksanakan secara terpadu dan saling
menunjang satu dengan yang lainnya. Dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan di setiap jenjangnya dapat dilihat hasil belajar yang diharapkan setelah proses
pembelajaran. Hasil belajar tersebut dirinci kembali menjadi indikator-indikator pembelajaran.
Aspek pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdiri atas:
a. Kemampuan berbahasa Indonesia yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis,
b. Bersastra baik sastra lisan maupun sastra tulis.
Kedua aspek ini (berbahasa dan bersastra) tidak memiliki perbedaan di dalam pelaksanaan.
Materi yang berupa sastra lisan dipelajari dengan cara mengapresiasinya secara lisan yaitu
didengarkan dan dibicarakan atau dibahas secara lisan dan tertulis. Materi yang berupa sastra
tulis diapresiasi dengan cara dibaca dan dibahas secara tertulis atau secara lisan. Dengan
demikian pada hakikatnya belajar bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi,
mengungkapkan ide, pikiran, perasaan, pengalaman, dan pendapat secara lisan dan tertulis.
Jabaran dari kompetensi berbentuk indikator-indikator. Perbedaan antara indikator dan
kompetensi dasar terletak pada luasnya cakupan isi atau muatan. Cakupan muatan indikator
lebih sempit dibandingkan dengan kompetensi dasar. Sebab, indikator merupakan rincian dari
kompetensi dasar. Untuk mengukur seberapa jauh siswa dapat mencapai indikator materi
pembelajaran tertentu digunakan alat evaluasi. Alat evaluasi dapat berupa tes, pemberian tugas,
atau ulangan harian. Tes atau tugas dapat berupa tes teori atau pun praktek. Dengan adanya
pemberuan dalam bidang pendidikan, evaluasi proses sangat baik untuk dilaksanakan. Untuk
melakukan evaluasi pembelajaran bahasa secara baik, Indikator memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Perbuatan atau responsi yang dapat dilakukan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa
telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
10
b. Rincian hasil belajar yang lebih spesifik.
c. Dikembangkan berdasarkan materi pembelajaran dan kompetensi dasar.
d. Dirumuskan dengan kata kerja operasional.
e. Petunjuk pencapaian kompetensi dasar.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjabarkan kompetensi dasar menjadi
beberapa indikator adalah dengan terlebih dulu mempelajari kompetensi. Penjabaran indikator
harus berfokus pada kompetensi apa yang akan dimiliki siswa setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Setelah itu lakukan kegiatan berikut ini:
1. Tentukan berapa lama kompetensi tersebut akan dicapai serta seberapa jauh tingkat
kemampuan yang ingin dicapai.
2. Keselarasan antara kompetensi dasar dan indikator perlu diutamakan dalam penjabaran
ini.
3. Penyusunan indikator diawali dari indikator yang sederhana ke indikator yang lebih
sulit.
4. Perbuatan atau tindakan yang dijabarkan pada indikator harus jelas terukur. Pernyataan
indikator harus konkret.
2.4 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator kemampuan telah tersedia di dalam
kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berbasis kompetensi baik di SD, SMP
maupun SMA. Namun, sebaiknya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mengetahui bahkan
mampu mengembangkan indikator-indikator kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia
sendiri. Kemampuan para guru ini menjadi modal untuk menyusun model pembelajaran atau
mengembangkan desain pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan baik.
Hal yang penting di dalam model pembelajaran adalah pengalaman belajar yaitu kegiatan-
kegiatan belajar yang dilakukan siswa di dalam proses belajar mengajar dalam rangka
mencapai kompetensi atau indikator-indikator kemampuan siswa. Pengalaman belajar
dikembangkan berdasarkan indikator-indikator tersebut. Melalui indikator dan pengalaman
belajar yang akan dilakukan siswa itulah model pembelajaran Bahasa Indonesia
dikembangkan. Jika guru ingin memiliki persiapan mengajar yang lebih rinci, guru dapat
menyusun desain pembelajaran Bahasa Indonesia dengan mengacu pada model pembelajaran
tersebut.

11
2.5 Metode yang Sesuai dengan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Keterampilan Mendengar
Belajar berbahasa dimulai dengan mendengarkan, coba perhatikan bagaimana anak
kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak mendengar rangkaian
bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna. Setelah banyak mendengarkan
ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah didengarnya dan kemudian mencoba
menerapkannya dalam pembicaraan. Proses mendengarkan, mengartikan makna, dan
mempraktekkan bunyi bahasa itu dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang
bersangkutan lancar berbicara. Melalui proses mendengarkan, orang dapat menguasai
pengucapan fonem, kosakata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat
ini sangat membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, dan menulis.
Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, atau menulis selalu disampaikan
melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan mendengarkan memang benar-benar
menunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.
Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SD untuk materi
pembelajaran mendengarkan siswa diharapkan mampu: mendengarkan dongeng, wacana
lisan tentang deskripsi benda, teks pendek, puisi anak lisan, pesan pendek, cerita anak,
cerita teks drama, petunjuk denah, pengumuman, pembacaan pantun, narasumber, cerita
rakyat, cerpen anak, dan berita (Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-
330).
Guru bahasa Indonesia harus berupaya agar pengajaran mendengarkan disenangi oleh
siswa. Hal ini dapat terlaksana apabila guru benar-benar menguasai materi dan cara atau
metode pengajaran mendengarkan. Khusus dalam metode pengajaran mendengarkan
tersebut guru harus mengenal, memahami, menghayati, serta dapat mempraktikkan
berbagai cara pengajaran mendengarkan.
Metode pengajaran mendengarkan yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa
Indonesia antara lain metode Audiolingual, metode Komunikatif dan metode Integratif.
Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran mendengarkan yang dapat
diterapkan, seperti mendengarkan cerita, mendengarkan berantai, dan sebagainya.
2. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Keterampilan Berbicara
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang
menuntut keterampilan berbicara. Dialog dalam lingkungan keluarga antara anak dan
orang tua, antara ayah dan ibu antara anak-anak, menuntut keterampilan berbicara. Di luar
lingkungan keluarga juga terjadi percakapan, diskusi, di antara teman dengan teman,
12
tetangga dengan tetangga, kawan sepermainan, rekan sekerja, teman satu sekolah, dan
sebagainya.
Dari semua situasi di atas dituntut keterampilan berbicara setiap individu yang ikut
berpartisipasi. Sebagai anggota masyarakat setiap individu dituntut terampil
berkomunikasi. Terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, perasaan, dan pikiran. Juga
individu itu terampil pula menangkap informasi yang diterimanya. Kesimpulannya setiap
individu harus terampil menyampaikan informasi dan terampil pula menerima informasi.
Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia untuk materi
pembelajaran berbicara siswa diharapkan mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi secara lisan dengan: perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota
tubuh, deklamasi, gambar, percakapan sederhana, dongeng, kegiatan bertanya, bercerita,
mendeskripsikan benda, memberikan tanggapan atau saran, bertelepon, mendeskripsikan
secara lisan tempat sesuai denah, petunjuk penggunaan suatu alat, berbalas pantun,
menceritakan hasil pengamatan, berwawancara, diskusi, bermain drama, berpidato,
melaporkan isi buku, dan membaca puisi.
Pengajaran berbicara harus dilaksanakan sebaik-baiknya melalui materi pokok yang
ada. Karena itu guru bahasa Indonesia harus mengenal, mengetahui, menghayati dan dapat
menerapkan berbagai metode, teknik atau cara mengajarkan keterampilan berbicara,
sehingga pengajaran berbicara menarik, merangsang, bervariasi, dan menimbulkan minat
belajar berbicara bagi siswa. Metode pengajaran berbicara yang dapat diterapkan untuk
pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:
a. Metode Audiolingual
b. Metode Produktif
c. Metode Langsung
d. Metode Komunikatif
e. Metode Integratif
f. Metode Partisipatori
Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan,
seperti bermain peran, cerita berangkai, dan sebagainya.
3. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Keterampilan Membaca
Pengembangan keterampilan membaca pertama-tama dibebankan kepada guru bahasa
Indonesia. Melalui pengajaran bahasa Indonesia, guru harus mengarahkan siswanya agar
dapat:
a. membaca atau melek huruf
13
b. memahami pengertian dan peranan membaca
c. memahami teori dasar membaca
d. memiliki minat baca
e. memiliki keterampilan membaca
Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia untuk materi
pembelajaran membaca siswa diharapkan mampu: memahami teks dengan membaca
nyaring, membaca lancar, membaca puisi anak, membaca dalam hati, membaca intensif,
membaca dongeng, memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata), membaca
puisi, memahami teks agak panjang (150-200 kata), petunjuk pemakaian, makna kata
dalam kamus/ensiklopedi, membaca pantun, membaca teks percakapan, membaca cepat
75 kata/menit, membaca sekilas, membaca memindai, membaca cerita anak, dan membaca
teks drama (Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).
Guru harus berupaya agar pengajaran membaca disukai oleh siswa. Hal ini dapat
terlaksana apabila guru telah menguasai materi dan cara penyampaian materi. Dalam segi
penyampaian materi guru harus sudah mengenal, memahami, menghayati, dan dapat
menerapkan berbagai metode pengajaran membaca. Metode pengajaran membaca yang
dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia antara lain:
a. Metode Membaca
b. Metode Komunikatif
c. Metode Integratif
d. Metode Tematik
e. Metode Kuantum
f. Metode Partisipatori
Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran membaca yang dapat diterapkan,
seperti mengubah bacaan ke dalam gambar, membaca bergantian dan sebagainya.
4. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Keterampilan Menulis
Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa kegiatan menulis paling kecil bila
dibandingkan dengan kegiatan menyimak, berbicara, atau membaca. Urutan anak-anak
yang belajar berbahasa selalu mulai menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam
literatur pengajaran bahasa pun urutan keempat keterampilan selalu ditulis menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Walaupun posisi menulis selalu di belakang tidak berarti peranan menulis juga di
belakang atau kecil. Berbagai aktivitas orang terpelajar menunjukkan bahwa peranan
menulis cukup penting dalam kehidupan manusia modern. Di sekolah pihak yang paling
14
berkompeten menumbuhkan keterampilan menulis itu adalah guru bahasa Indonesia.
Mereka harus melatih anak didiknya agar terampil menulis. Lebih-lebih guru bahasa
Indonesia harus dapat menumbuhkan keterampilan menulis ini pada setiap siswa.
Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia untuk materi
pembelajaran menulis siswa diharapkan mampu: menulis permulaan dengan menjiplak,
menebalkan, mencontoh, melengkapi. Menyalin huruf tegak bersambung melalui kegiatan
dikte. Menyalin melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte. Mendeskripsikan benda di
sekitar dan menyalin puisi anak. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam
bentuk paragraf dan puisi dalam karangan sederhana dan puisi. Menulis dalam bentuk
percakapan, petunjuk, cerita, dan surat. Menulis pengalaman secara tertulis dalam bentuk
karangan, surat undangan, dan dialog tertulis bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas
informasi secara tertulis dalam bentuk formulir, ringkasan, dialog, dan parafrase naskah
pidato dan surat resmi (Permendiknas No. 22 th. 2006 tentang Standar Isi, 319-330).
Guru harus berupaya agar pengajaran menulis disukai oleh siswa. Hal ini dapat
terlaksana apabila guru telah menguasai materi dan cara penyampaian materi. Dalam segi
penyampaian materi guru harus sudah mengenal, memahami, menghayati, dan dapat
menerapkan berbagai metode pengajaran menulis. Metode pengajaran menulis yang dapat
diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia antara lain:
a. Metode Produktif
b. Metode Komunikatif
c. Metode Integratif
d. Metode Tematik
e. Metode Kuantum
f. Metode Partisipatori
g. Metode Konstruktif
Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan,
seperti menulis dari gambar, menulis Objek langsung dan sebagainya.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurikulum dan standar kompetensi sangat penting dirancang terlebih dahulu sebelum
melaksanakan proses belajar mengajar, karena segala sesuatu bahan ajar, isi termasuk dalam
kurikulum. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang
akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Struktur kurikulum berisi sejulmah mata pelajaran, kegiatan pembelajaran pembiasaan,
alokasi waktu. Pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar mempenyai fungsi dan tujuan,
ruang lingkup, Standar Kompetensi Lintas Kurikulum. Standar kompetensi mata pelajaran
bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa adalah
belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai
kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelaharan Bahasa Indonesia mengupayakan
peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta
mengahargai karya cipta bangsa Indonesia. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar untuk meningkatkan perkembangan kognitif, apektif dan psikomotor anak didik,
mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, minat, serta dapat
menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya bangsa sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Yuda. 2012. Pembelajaran Kurikulum Bahasa Sastra di Kelas Rendah. Pada
https://www.academia.edu/25779312/pembelajaran_kurikulum_bahasa_sastra_di_kelas_rend
ah?auto=download. (Didownload Tanggal 28/04/2020, pukul 23:09 WIB)
Ufie. 2011. Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Pada http://catatan-
ufie.blogspot.com/2011/05/pengembangan-pembelajaran-bahasa.html. (Diakses Tanggal
28/04/2020, pukul 23:04 WIB)
Zubaidah, Enny. 2015. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD. Pada
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131415515/pendidikan/Materi+Pokok+Pembelajaran+Power
+Point.pdf. (Didownload Tanggal 28/04/2020, pukul 23:33 WIB)
Prayitno.2009. Dasar Teori dan Praktis pendidikan. Padang: Grasindo Tatat, Hartati dan
Cuhariah Yayah, 2015.Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Cet 1. Edisi ketiga.Bandung:
Upi Press
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum diakses pada 28 April jam 23.44
Tim pengembang ilmu pendidikan. 2007. ilmu dan aplikasi pendidikan.Bandung: Imtima

17

Anda mungkin juga menyukai