Disusun Oleh
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb.
Alhamdulillahirobbilalamin. Segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dengan judul “Prosedur Pengembangan
Evaluasi Pembelajaran”.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Wahyu Nurmalasari., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD yang telah
memberikan bimbingan juga arahan.
2. Kedua orang tua penyusun yang telah memberikan waktu, doa serta jiwa
raganya untuk kebaikan kami.
3. Rekan-rekan mahasiswa STKIP PGRI TRENGGALEK program studi
“Pendidikan Guru Sekolah Dasar” yang selalu memberikan semangat dan
motivasi kepada kami selaku penyusun.
4. Serta semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu-persatu yang
telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil. Sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Secara Teoritis
Sebagai pelengkap ilmu pendidikan tentang pengembangan pembelajaran
Bahasa Indonesia SD khususnya materi tentang “Problematika
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD”.
2. Secara Praktis
a. Bagi calon guru
Sebagai calon guru harus mampu mengetahui dan memahami mengenai
dasar-dasar pendidikan tentang Pengembangan Pembelajaran Bahasa
Indonesia SD khususnya materi tentang “Problematika Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD”.
b. Bagi Pembaca
Dengan dituliskan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami
dasar-dasar pendidikan tentang Pengembangan pembelajaran Bahasa
Indonesia SD khususnya materi tentang “Problematika Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bersifat procedural, dalam arti penerapan satu metode hendaknya dikerjakan
melalui langkah-langkah yang teratur dan bertahap dimulai dari penyusunan
perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, dan penilaian hasil belajar dan
proses belajar mengajar.
Teknik (technique) dalam pengajaran bahasa mengacu pada pengertian
implementasi perencanaan pembelajaran di depan kelas. Teknik pembelajaran
berupa berbagai macam cara dan kiat untuk menyajikan pelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar akan dapat dilaksanakan secara optimal dan
efektif ditentukan oleh beberapa komponen meliputi komponen tujuan, siswa dan
guru, bahan atau materi pelajaran, metode, media pembelajaran dan evaluasi.
Kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan guru dalam wujud konkrit di
dalam kelas terlebih dahulu dirancang melalui perencanaan pembelajaran. Guru
menetukan teknik dan metode, serta langkah-langkah pembelajaran melalui
pemerian rencana aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan oleh guru dan murid di
dalam kelas.
4
C. Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
Problematika pembelajaran bahasa Indonesia SD disebabkan oleh
beberapa faktor berikut ini:
1. Pembelajaran Bahasa Tidak Komunikatif
Sesuai dengan hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa, penekanan utama
adalah menciptakan pembelajaran yang komunikatif. Dalam konteks ini
pembelajaran harus dilakukan dalam konteks komunikatif. Maksudnya aktivitas
siswa difokuskan pada bagaimana siswa menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi. Banyak faktor yang menyebabkan pembelajaran bahasa tidak
berlangsung komunikatif, yaitu (1) rendahnya kompetensi komunikatif guru
bahasa Indonesia; (2) model kelas yang besar menyebabkan aktivitas siswa tidak
merata; (3) interaksi kelas kurang berjalan secara optimal. Selain faktor di atas
kecenderungan pembelajaran bahasa disekolah masih didominasi dengan
pemberian pengetahuan dari pada kemahiran berbahasa.
Hal di atas sejalan dengan hasil survei Suparno (1997:35) yang
menyatakan bahwa (a) guru masih cenderung memberikan penjelasan tentang
bahasa, bukan pelatihan keterampilan berbahasa secara integrative dan
komunikatif; (b) sebagian besar guru belum memiliki penguasaan yang memadai
tentang taksonomi kemahiran berbahasa Indonesia (c) kelas yang besar berakibat
guru mengikuti dinamika kelas bukan guru menciptakan dinamika kelas; (d) guru
kurang menggunakan sumber lain selain buku teks; (e) masih banyak guru yang
kebakuan bahasanya kurang ideal.
2. Pembelajaran Bahasa yang Disajikan Secara Diskrit
Pembelajaran bahasa Indonesia masih cenderung dilakukan dengan model
diskrit. Keterampilan berbahasa yang idealnya disajikan secara terintegrasi belum
dapat diimplementasikan secara optimal di kelas. Aspek-aspek kemahiran
berbahasa masih disajikan secara terpisah. Misalnya, guru mengajarkan
keterampilan menyimak, seakan-akan guru hanya terfokus pada keterampilan
menyimak tersebut. Sebenarnya apabila guru memahami hakikat pembelajaran
integratif (tematis) maka pembelajaran bahasa dapat berlangsung secara alamiah
sesuai dengan hakikat fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Pola implementasi
integratif ini akan mendorong kemahiran berbahasa siswa secara baik.
5
Untuk memperlancar kegiatan pengajaran bahasa secara integrative
diperlukanlah metode atau suatu rumusan sistem cara pengajaran karena metode
pengajaran yang bervariasi karena langkah ini merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam pengajaran. Peran suatu metode sangatlah besar dalam suatu
pengajaran dan bersangkutan juga dengan siswa yang menjadi objek pengajaran.
Dalam menerapkan metode pengajaran bahasa ada beberapa hal yang
sebaiknya diperhatikan terlebih dahulu oleh para pengajar yang antara lain adalah
sebagai berikut: (1) pengajaran harus disesuaikan dengan kultur sosial dari objek
siswa, (2) Menggunakan metode yang dianggap mudah oleh para siswa (3)
Melalui pendekatan yang sifatnya komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Rendahnya Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus memperhatikan karekteristik
siswa. Hal ini digunakan untuk melihat kecenderungan dan keinginan siswa dalam
pembelajaran bahasa tersevut. Menurut Van Els (1984:27) mengklasifikasikan
karakteristik siswa atas empat bagian yakni (1) umur siswa, (2) bakat, (3)
pengetahuan siswa, (4) sikap yang meliputi minat, motivasi, dan kepribadian.
Komponen di atas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam
pembelajaran. Pembelajaran bahasa harus memperhatikan tingkat perkembangan
usia siswa. Hal ini berkaitan dengan pemilihan materi atau contoh-contoh yang
diberikan guru. Materi bahasa Indonesia yang secara berjenjang diberikan di
tingkat satuan pendidikan menghendaki kemampuan guru menganalisis kebutuhan
materi dengan baik. Guru juga harus memahami bakat bahasa dan pengetahuan
siswa. Karakteristik yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah
sikap meliputi minat, motivasi, dan kepribadian.
Berdasarkan pengalaman disekolah, persepsi siswa terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia berada pada taraf yang rendah. Kondisi ini berdampak
pada rendahnya motivasi siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini
berimplikasi pada rendahnya hasil belajar siswa.
4. Pemanfaatan Pokok Sumber Belajar (Buku Teks) dalam Pembelajaran
Kurikulum dikembangkan dan disusun oleh satuan pendidikan atau
sekolah sesuai dengan kondisinya masing-masing, setiap sekolah mempunyai
kurikulum yang berbeda. Dengan demikian, bahan ajar yang digunakan juga
6
mempunyai perbedaan. Buku yang sudah ada dapat dipakai. Karena pembelajaran
didasarkan pada kurikulum yang dikembangkan sekolah, bahan ajar harus
disesuaikan dengan kurikulum tersebut. Oleh karena itu, guru dapat mengurangi
dan menambah isi buku pelajaran yang digunakan.
Dengan demikian, guru harus mandiri dan kreatif. Guru harus menyeleksi
bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum
sekolahnya. Guru dapat memanfaatkan bahan ajar dari berbagai sumber (surat
kabar, majalah, radio, televisi, internet, dsb). Bahan ajar dikaitkan dengan isu-isu
lokal, regional, nasional, dan global agar peserta didik nantinya mempunyai
wawasan yang luas dalam memahami dan menanggapi berbagai macam situasi
kehidupan.
Untuk pelajaran membaca, misalnya, bahan bacaan dapat diambil dari
surat kabar. Di samping surat kabar yang berskala nasional yang banyak
menyajikan isu-isu nasional, ada surat kabar lokal yang banyak menyajikan isu-
isu daerah. Kedua jenis sumber ini dapat dimanfaatkan. Bahan bacaan yang
mengandung muatan nasional dan global dapat diambil dari surat kabar berskala
nasional, sedangkan bahan bacaan yang mengandung muatan lokal dapat diambil
dari surat kabar daerah. Berdasarkan bahan bacaan ini, guru dapat
mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia yang kontekstual. Peserta didik
diperkenalkan dengan isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat di sekitarnya
dan masyarakat yang tatarannya lebih luas.
Bahan ajar yang beragam jenis dan sumbernya ini tentu juga dapat
digunakan untuk pelajaran-pelajaran yang lain (menulis, mendengarkan, dan
berbicara). Mengingat pentingnya televisi dan komputer (internet) dalam
kehidupan sekarang ini, guru perlu memanfaatkan bahan ajar dari kedua sumber
ini. Televisi dan komputer juga dapat dapat dipakai sebagai media pembelajaran
yang menarik.
Namun kenyataannya, buku ajar yang digunakan oleh guru merupakan
buku ajar yang disusun oleh tim penulis buku yang disetujui oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan prinsip penerapan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang digunakan. Bahan dalam buku ajar
tidak kontekstual. Untuk itu, idealnya setiap guru atau wilayah harus dapat
7
menyusun buku ajar yang digunakan selingkung dengan mengacu standar isi yang
ditetapkan.
5. Alat Evaluasi yang tidak Relevan
Dalam penyusunan soal tes tertulis, penulis soal harus memperhatikan
kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi, maupun bahasa.
Selain itu soal yang dibuat hendaknya menuntut penalaran yang tinggi.
Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara: mengidentifikasi materi
yang dapat mengukur perilaku pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, atau
evaluasi. Perilaku ingatan juga diperlukan namun kedudukannya adalah sebagai
langkah awal sebelum siswa dapat mengukur perilaku yang disebutkan di atas,
membiasakan menulis soal yang mengukur kemampuan berfikir kritis dan
mengukur keterampilan pemecahan masalah; dan menyajikan dasar pertanyaan
(stimulus) pada setiap pertanyaan, misalnya dalam bentuk ilustrasi/bahan bacaan
seperti kasus.
Bila dianalisis soal-soal yang digunakan dalam pembelajaran bahasa ada
kecerderungan belum mengukur kemahiran berbahasa khususnya menyimak,
berbicara, dan menulis. Kedua kemahiran ini hanya diukur melalui paradigma
teoritis. Tes tidak dilakukan untuk mengukur performace kemahiran berbahasa.
Keterampilan berbahasa yang tercermin secara penuh hanya kemahiran membaca.
Kecenderungan ini sangat berpengaruh terhadap guru dalam
merencanakan dan mengimplementasikan pembelajaran di kelas. Pada
kenyataannya, guru hanya mengajarkan siswa untuk menjawab soal teoritis dan
mengabaikan kemahiran berbahasa siswa.
8
kondisi berikut. Pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung monoton dan
membosankan. Metode pembelajaran terkesan itu-itu saja, metode ceramah, dikte,
meringkas, membaca dalam hati, dan latihan/tugas yang evaluasinya sering tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Belajar bahasa Indonesia tidak diintegrasikan
dengan pemanfaatan media seperti: film, video, lagu, gambar, atau alam terbuka.
Siswa semakin malas belajar bahasa Indonesia. Sikap memandang remeh dan
acuh terhadap bahasa Indonesia “menyelimuti” sebagian besar siswa. Gejalanya,
siswa sering ngantuk, tidak bergairah, under estimate saat mengikuti pelajaran
bahasa Indonesia di kelas. Siswa tidak memiliki kesadaran dan pemahaman yang
cukup tentang pentingnya keterampilan berbahasa dan tata bahasa praktis bahasa
Indonesia. Gejala bahasa “di luar kelas” makin “menyudutkan” pembelajaran
bahasa Indonesia. Fenomena bahasa jejaring sosial (facebook, twitter, bahasa gaul,
bahasa alay) dapat dianggap mengontaminasi perilaku bahasa siswa. Siswa
beranggapan bahasa Indonesia terlalu bersifat teoretik dan dipenuhi kaidah,
sedangkan dinamika perkembangan bahasa di masyarakat lebih bersifat praktis
dan berkembang pesat.
Sikap inferior atau rendah hati siswa dalam menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Siswa tidak mendapatkan “model” yang pas dalam
berbahasa Indonesia yang indah. Maka, siswa merasa lebih memiliki “gengsi”
apabila dapat menggunakan bahasa asing atau bahasa Inggris dalam peristiwa
tutur sehari-hari, baik secara lisan maupun tulis. Realitas pembelajaran di atas
patut menjadi perhatian semua pihak. Jika tidak, bahasa Indonesia akan semakin
tergerus eksistensinya di mata pemakainya sendiri. Semua pihak harus menyadari
“posisi” pembelajaran bahasa Indonesia saat ini harus dievaluasi. Apapun jalan
yang ditempuh, pembelajaran bahasa Indonesia harus dikondisikan menjadi lebih
“bergairah dan antusias” dari sekarang.
9
Hal ini diharapkan supaya terjadi komunikasi dua arah. Alangkah baiknya dalam
pembelajaran bahasa Indonesia guru tidak boleh membeda-bedakan antara materi
bahasa dengan sastra. Semua materi yang disampaiakn harus sesuai dengan
proporsinya. Seorang guru pun harus dapat memotivasi siswa untuk dapat
meningkatkan kemauannya dalam mempelajari bahasa Indonesia. Persepsi siswa
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia supaya dapat berubah ke arah yang
positif. Pemanfaatan teknologi informasi, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan
baik jalur pendidikan formal, informal maupun jalur non formal dapat
memanfaatkan teknologi informasi dalam mengakses informasi dalam
mengembangkan potensi diri dan lingkungannya (misal; penggunaan internet,
multi media pembelajaran, sistem informasi terpadu, dsb). Dalam penggunaan
buku teks sebagai sumber belajar satu-satunya harus dihindari oleh guru. Selain
menggunakan buku teks tersebut, hendaknya guru juga menggunakan buku-buku
yang lain sebagai pendukungnya. Hal yang paling krusial adalah guru harus dapat
menyusun sebuah evaluasi. Alat evaluasi ini dapat dilakukan melalui penyususnan
rubrik atau kisi-kisi penilaian yang akan digunakan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Sedangkan tujuan pembelajaran
bahasa adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi.
Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir,
menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus memperhatikan karekteristik
siswa. Hal ini digunakan untuk melihat kecenderungan dan keinginan siswa dalam
pembelajaran bahasa tersebut.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus memperhatikan
beberapa komponen-komponen yang diperlukan dalam pembelajaran. Lebih-lebih
guru harus dapat memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
problematik pembelajaran, antara lain problematik mengenai pembelajaran bahasa
yang tidak komunikatif, pembelajaran bahasa yang disajikan secara diskrit,
rendahnya persepsi siswa terhadap pembelajaran bahasa indonesia, pemanfaatan
pokok sumber belajar (Buku Teks) dalam pembelajaran, alat evaluasi yang tidak
relevan.
B. Saran
Sebagai seorang guru maupun calon guru alangkah baiknya kita
memahami pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia SD. Dan penyusun
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
terutama dari dosen mata kuliah pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia
SD agar makalah ini menjadi makalah yang lebih baik lagi. Atas kritik dan saran
dari pembaca terutama dosen pengampu, penyusun mengucapkan terima kasih.
11
Daftar Pustaka
12