Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENINGKATAN BERBICARA, MENULIS DAN MEMBACA,


MENULIS SASTRA

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Etik, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

RISIN (1901414239)
OKTAVIA NARI (1901414340)
HELMALIA AGISTI (1901414124)
MUTMAINNA (1901414220)
MAYA SUNDARI (1901414232)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat di selesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Pembelajaran Bahasa
Indonesia SD yang berjudul Peningkatan Berbicara, Menulis Dan Membaca,
Menulis Sastra
Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih, kami
ucapkan kepada:

1. Allah swt yang tak henti-hentinya memberikan kemudahan kepada


kami.
2. Orang tua kami yang selalu mendukung dan mendoakan kami.
3. Ibu Etik, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD
4. Teman-teman semua yang telah memberikan semangat kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kami berharap bagi para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Luwu Utara, 25
Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1. Pengertian meingkatkan kemampuan berbicara ...................................... 3
2.2. Bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara .................................... 3
2.3. Bagaiamana pembelajaran membaca ....................................................... 6
2.4. Bagaimana pembelajaran menulis ........................................................... 12
2.5. Cara menulis sastra .................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17
3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 17
3.1. Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan berbahasa diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang
dapat meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan berbahasa dibagi menjadi 2, yaitu Lisan dan Tulis. Lisan
meliputi menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis
meliputi membaca dan menulis yang dapat menumbuhkan apresiasi terhadap
hasil karya kesastraan bangsa Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran
bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini
merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi
lokal, regional, nasional, dan global.
Kemampuan berbicara tidak diperoleh secara alami akan tetapi harus
melalui proses dan rajin berlatih. Oleh karena itu seorang guru perlu
memahami dan mampu menerapkan berbagai strategi, metode, maupun
pendekatan dalam meningkatkan keterampilan berbicara. Salah satu
pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
adalah dengan penerapan pendekatan integratif. dengan menerapkan
pendekatan integratif dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat
memudahkan siswa lebih memahami bagaimana keterampilan berbicara yang
baik. Terdapat beberapa masalah yang sering dialami oleh siswa dalam
keterampilan berbicara, yaitu diantaranya: (1) Kurangnya kepercayaan diri,
(2) Pengetahuan yang minim, (3) Penyampaian atau cara menyajikan materi
yang tidak jelas, (4) Penggunaan kosa kata yang kurang sesuai, (5) Peserta

1
didik yang menderita hambatan jasmani yang berhubungan dengan alat-alat
bicaranya.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting
peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis,
kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai
keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran
dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang
berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi
masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang
komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Selain itu, keterampilan
berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan yang kritis
karena mereka memiliki kemampuan untuk mengekspresikan gagasan,
pikiran, dan perasaan kepada orang lain secara runtut dan sistematis. Bahkan,
keterampilan berbicara juga akan mampu melahirkan generasi masa depan
yang berbudaya karena sudah terbiasa dan terlatih untuk berkomunikasi
dengan pihak lain sesuai dengan konteks dan situasi tutur pada saat dia sedang
berbicara.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis paparkan yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara siswa?
2. Bagaimana pembelajaran membaca?
3. Bagaimana pembelajaran menulis?
4. Bagaimanakah cara menulis dan mengapresiasi sastra?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang diharapkan dari penulis yaitu agar pembaca dapat
mengerti dan memahami peningkatan berbicara, menulis dan membaca,
menulis sastra.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Meningkatkan kemampuan Berbicara


Berbicara merupakan ketrampilan berbahasa yang bertujuan untuk
mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses
komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara seseorang akan
mengalami proses berfikir untuk mengungkapkan ide dan gagasan secara
luas. Proses berbicara sangat terkait hubungannya dengan faktor
pengembangan berfikir, berdasarkan pengalaman yang mendasarinya.
Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui membaca, menyimak,
pengamatan dan diskusi.
Tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya dalam berbicara
benarbenar memahami isi pembicaraanya dengan benar dan juga dapat
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar. Jadi bukan hanya
apa yang dibicarakannya, tetapi bagaimana mengemukakannya. Hal itu
menyangkut masalah bahasa dan penguvapan bunyi-bunyi bahasa tersebut.
Kemampuan berbicara siswa ini sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran, karena dengan berbicara siswa bisa mengungkapkan ide dan
gagasannya sendiri dan siswa merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran
tersebut.

2.2. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Berbicara


Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan
berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan esensi dari apa yang kita
bicarakan dan kata-kata merupakan untuk mengeksresikannya. Berbicara
merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan
keterampilan sosial. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan
merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan

3
berbahasa lisan merupakan mode ekpresi yang sering digunakan,
merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-
anak, merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai.
Dari 2796 bahasa di dunia, semuanya memiliki bentuk bahasa lisan, tetapi
hanya 153 saja yang mengembangkan bahasa tulisnya (Stewig, 1983).
Anak-anak memasuki awal sekolah sudah mampu berbicara untuk
mengekspresikan kebutuhannya, bertanya, dan untuk belajar tentang dunia
yang akan mereka kembangkan. Namun demikian, mereka belum mampu
untuk memahami dan memproduksi kalimat-kalimat kompleks dan belum
memahami variasi penggunaan bahasa yang didasarkan pada situasi yang
berbeda. Hal ini menjadi tangung jawab guru untuk membangun pondasi
kemampuan berbahasa, terutama kemampuan berbahasa lisan dalam
kaitannya dengan situasi komunikasi yang berbeda-beda.
Para pakar mendefinisikan kemampuan berbicara secara berbeda-
beda. Tarigan(1985) menyebutkan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Batasan
ini diperluas sehingga berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audioble) yang terlihat (visible)

1. Hakikat Berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud
(ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.
Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan
(1983:15), misalnya mengemukakan berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara
pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya
terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi
itu dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini.

4
Channel/saluran

Symbol/lambang

Message/pesan

Komunikator/sender Komunikan/receiver

Umpan balik/feed back

Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator


(pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang
yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih
dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak. Simbol
tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan.
Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Saluran untuk memindahkannya adalah udara. Selanjutnya,
simbol yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Karena simbol
yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, ia dapat mengerti pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Channel/saluran Komunikan/receiver
Symbol/lambang Message/pesan Umpan balik/feed back Komunikator/sender
Tahap selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik kepada komunikator.

5
Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan memahami pesan.
Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi
yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan
komunikan.

2. Proses Berbicara
Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak
mengembangkan kemampuan secara vertikal tidak saja horizontal.
Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap
meskipun belum sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar, pilihan
katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi, dan
sebagainya. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara horizontal
mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran
linguistik. Proses pembentukan kemampuan berbicara ini dipengaruhi oleh
pajanan aktivitas berbicara yang tepat. Bentuk aktivitas yang dapat dilakukan
di dalam kelas untuk meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa antara
lain: memberikan pendapat atau tanggapan pribadi, bercerita, menggambarkan
orang/barang, menggambarkan posisi, menggambarkan proses, memberikan
penjelasan, menyampaikan atau mendukung argumentasi. Strategi-strategi
lainnya akan dapat Anda pelajari pada kegiatan belajar berikutnya.

3. Aspek Yang Mempengaruhi Kemahiran Berbicara


Guru mempunyai tanggung jawab membina keterampilan berbicara
para siswanya. Pembinaan itu tidak dilakukan tersendiri melainkan terpadu
dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia. Hal tersebut sesuai yang
dikehendaki kurikulum 2006 yang menekankan kepada pendekatan integratif,
selain komunikatf.

2.3. Bagaimana Pembelajaran Membaca


A. Pengertian Membaca
1. Pengertian Membaca Menurut Para Ahli

6
 Tilaar (1999:382), bahwa membaca sesungguhnya adalah fondasi
dari proses belajar. Masyarakat yang gemar membaca (reading
society) akan melahirkan masyarakat belajar (learning society),
karena membangun perilaku dan budaya membaca adalah kunci
untuk membangun masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge
society) yang berbasis pada pengembangan kualitas sumber daya
manusia.
 Farr (1984:5) mengemukakan, “Reading is Heart of Education” yang
artinya membaca merupakan jantung pendidikan. Dalam hal ini,
orang yang sering membaca, pendidikanya akan maju dan ia akan
memiliki wawasan luas. Tentu saja hasil membacanya itu akan
menjadi skema baginya. Skema ini adalah pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki seseorang. Jadi, semakin sering seorang
membaca, maka semakin besarlah peluang mendapatkan skema dan
berarti maju pulalah pendidikanya. Hal inilah yang melatarbelakangi
banyak orang yang mengatakan bahwa membaca sama dengan
membuka jendela dunia. Dengan membaca kita dapat mengetahui
seisi dunia dan pola berpikir kita pun akan berkembang.
 Andeson (1972:209-210) menjelaskan, bahwa membaca adalah
suatu proses penyadian kembali dan pembacaan sandi (a recording
and decoding process). Istilah penyandian kembali (recording)
digunakan untuk mengantikan istilah membaca (reading) karena
mula-mula lambang tertulis diubah menjadi bunyi, baru kemudian
sandi itu dibaca, sedangkan pembacaan sandi (decoding process)
merupakan suatu penafsiran atau interprestasi terhadap ujaran dalam
bentuk tulisan. Jadi, membaca itu merupakan proses membaca sandi
berupa tulisan yang harus diinterpestasikan maksudnya sehingga apa
yang diinginkan oleh penulisnya dapat dipahami dengan baik.
 Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:5-25), membaca
merupakan perkembangan ketrampilan yang bermula dari kata dan
berlanjut kepada mmebaca kritis.

7
 Damaianti (dalam Harras,dkk., 2003:3) mengemukakan bahwa
membaca merupakan hasil interaksi antara persepsi terhadap
lambang-lambang yang mewujudkan bahasa melalui keterampilan
berbahasa yang dimiliki pembaca dan pengetahuanya tentang alam
sekitar.
 Rusnyana (1984:190) mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan
memahami pola-poladalam penampilanya secara tertulis untuk
memperoleh informasi darinya.
 Sejalan dnegan beberapa pendapat di atas, Klein,dkk. (dalam Rahim,
2005:3) mengemukakan bahwa membaca mencakup: pertama,
membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari
teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai
peranan yang utama dalam membantuk makna. Kedua, membaca
adlah strategis. Pembaca yang afektif menggunakan berbagai
strategi, membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam
rangka mengontruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca
interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada
konteks. Orang yang senang membaca suatu yang bermanfaat, akan
menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang
dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi
interaksi antara pembaca dan teks. Dari uraian diatas dapat dikatakan
bahwa mambaca merupakan proses memahami kata dan memadukan
arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca
mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat
merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahsa sendiri.
 Menuruit Tarigan (2008), membaca adalah proses yang dilakukan
serta dipergunakanoleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendk disampiakn oleh penulis media kata-kata/bahasa itu. Dalam
hal ini, membaca adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang
ada dalam tulisan.

8
Membaca secara umum merupakan kegiatan atau proses
menerapkan sejumlah ketrampilan teks bacaan dalam rangka memahami isi
bacaan. Oleh sebab itu, membaca dapat dikatakan sebagai kegiatan
memperoleh informasi atau pesan yang disampiakan oleh penulis dalam
tuturan bahasa tulis. Di sini membaca berarti memahami teks bacaan baik
secara literal, interpretatif, kritis, maupun kreatif.
Membaca dapat pula dikatakan sebagai sutau proses memperoleh
informasi dengna menggunkan teknik membaca yang sesuai dengan bahan
bacaan agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan membaca. Oleh
karena itu, membaca harus sesuai dengan tujuan membaca.
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang
berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.
Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi
teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan sekedar melihat
kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat,
paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan
kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/ tanda/ tulisan yang
bermakna sehinga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh
pemmabaca.
Membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan
menjadi wujud bunyi yang bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini
sengat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseornag
untuk menginterpretasi simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis
sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat
menemukan makna tulisan dan memperoleh infomasi yang dibutuhkan.
Pada dasarnya, membaca merupakan proses. Murn, Roe, & Ross
(dalam Damaianti, 2003) memasukkan proses membaca itu sendiri atas
proses membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah
tindakan/kegiatan membaca, sedangkan produk membaca adalah
kopmunikasi pikiran dan perasaaan penulis pada pembaca.

9
Dalam kegiatan membaca, pembaca harus dapat: (1) mengamati
lambang yang disajikan di dalam teks, (2) menafsirkan lambang atau kata,
(3) mengikuti kata tercetak dengan pola linier, logis, dan gramatikal, (4)
menghubungkan kata dengan pengalaman langsung yang memberi makna
terhadap kata tersebut, (5) membuat interfensi (kesimpulan) dan
mengevaluasi materi bacaan, (6) mengingat yang dipelajari pada masa lalu
dan menggambungkan ide-ide baru dan fakta-fakta isi teks, (7) mengetahui
hubungan antara lambang dan bunyi, serta antarkata yang dinyatakan dalam
teks, dan (8) membagi perhatian membaca (Haejasujana dan Damaianti,
2003:40-43). Sebagai pembaca yang baik, kedelapan kegiatan membaca di
atas perlu diperhatikan agar informasi yang terkandung dalam teks dapat
kita pahami.

B. Hakikat Membaca
1. Proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi lambang bunyi
(auditoris).
2. Proses decoding, yakni mengubah kode-kode atau lambang-lambang
verbal menjadi bunyi bahasa yang dapat dipahami (proses pembacaan
sandi).
3. Proses merekonstruksi makna dari bahan-bahan cetak (proses
pemetikan informasi).
4. Proses rekonstruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara
pengetahuan siap pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis,
dan konteks bacaan.
Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan
pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Membaca
adalah kegiatan otak untuk mencerna dan memahami serta memaknai
simbol-simbol sehingga merangsang otak untuk melakukan olah fikir
memahami makna yang terkandung dalam rangkaian simbol-simbol
tersebut.

10
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulis (H.G Taringan, 1985:7). Dengan
demikian membaca merupakan kegiatan yang penting bagi seseorang yang
ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya.

C. Pembelajaran Membaca
Membaca itu bersifat reseptif. Artinya si pembaca menerima pesan atau
informasi yang disampiakan oleh penulis dalam sebuah teks bacaan. Pesan
yang disampaikan itu merupakan informasi fokus yang dibutuhkan. Dalam hal
ini, si pembaca haruis mampu memahami makna/lambnag/tulisan dalam teks
berupa kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, ataupun wacana yang utuh. Jadi
membaca merupakan proses mengubah lambang/ tanda/ tulisan menjadi wujud
makna.
Disekolah, pembelajaran membaca perlu difokuskan pada asek
kemampuan memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara
intensif untuk memahami sebuah teks bacaan. Hal ini berarti siswa bukan
mengahafal isi bacaan tersebut, melalainkan memahami isi bacaan. Dalam hal
ini, pesan guru sangat besar berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam
memahami isi bacaan.
Guru bahasa Indonesia sebaiknya mengajarkan kepada siswa tentang
strategi, metode, dan teknik membaca yang baik sehingga siswa mampu
memahami isi bacaan dengan baik pula.
Begitu juga halnya dengan ujian ketrampilan membaca, sebaiknya ujian
tersebut lebih ditekankan pada kemmapuan memahami isi bacaan, yaitu berupa
kemampuan:
1. Memahami makna kata-kata yang dibaca;
2. Memahami makna istilah-istilah di dalam konteks kalimat;
3. Memahmai inti sebuah kalimat yang dibaca;
4. Memahmai ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca;

11
5. Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang
dicaba, dan menarik kesimpuulan dari suatu wacana yang dibaca;
6. Membuatrangkuman isi bacaan sevcara tertulis dengan mengguankan
bahasa sendiri;
7. Menyampikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakna bahsa
sendiri di depan kelas.
Sebagai seorang guru bahasa Indonesia, ia harus mampu menerapkan
ujian ketrampilan membaca tersebut dengan baik sehingga kemampuan
memahami isi abcaaan [ada siswa dapat diukur dan dinilai baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Dengan demikian, kita dapat mengatahui
kemampuan siswa dalam memahami sisi bacaan yang dibacanya.

2.4. Bagaimana Pembelajaran Menulis


Pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa
mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan
pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dalam pembelajaran
menulis.
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif, artinya merupakan keterampilan yang menghasilkan tulisan.
Keterampilan yang memerlukan proses panjang dan ketekunan dari si penuls.
Dalam pembelajaran menulis selama ini, umumnya guru hanya menerangkan
hal-hal yang berkenaan dengan teori. Sementara pelatihan menulis kurang
diperhatikan. Penggunaan tanda baca, kalimat yang efektif, paragraf yang baik
kurang mendapat perhatian dari guru.
1. Pemilihan Materi Pembelajaran
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru diharuskan memilih
materi pembelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum. Guru pun akan
mencari buku sumber yang tepat. Dewasa ini, guru banyak mengambil
sumber dari buku paket. Cara inilah tampaknya yang paling mudah
dilakukan oleh guru. Hal itu dapat saja dilakukan sepanjang dapat
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Akan

12
tetapi, tentu saja kesadaran ini jangan sampai mengakibatkan guru terlalu
bergantung pada buku paket atau buku pegangan, sehingga ia tidak mampu
lagi mengajar tanpa buku paket. Guru dapat juga menggunakan sumber
pembelajaran dari Koran, majalah, atau benda asli di lingkungan sekolah.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru untuk
menggunakan buku paket atau buku pegangan guru sebagai bahan
pengembangan pembelajaran menulis di sekolah. Langkah-langkah tersebut
di antaranya:
a. Menelaah gambaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
(SK-KD) yang telah ditetapkan.
b. Menelaah buku paket atau buku pegangan guru. Hal yang harus
diperhatikan antara lain sebagai berikut.
1) Ketepatan dan kelengkapan isi atau uraian pokok bahasan yang
ada dalam SK-KD.
2) Keterkaitan isi buku dengan SK-KD yang harus dicapai.
3) Kesesuaian cara pembahasan dengan kemampuan berpikir
siswa.
4) Kemungkinan dapat dimiliki oleh siswa.
5) Kemudahan cara mencarinya.
c. Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pola yang telah
digariskan.
d. Menyiapkan alat bantu (media) pembelajaran dengan
memperhatikan kemudahan, keterkaitan dengan SK-KD, keterkaitan
dengan materi, dan daya tarik bagi siswa.

2.5. Cara Menulis Sastra


Sebagai masyarakat sudah barang tentu kita pernah mendengar yang
namanya sastra namun, perkembangan sastra harus dilihat dari keberadaan
sejarah sastra itu sendiri. Sesungguhnya tiap karya sastra ditandai adanya
sastrawan-sastrawan yang muncul pada era atau tahun-tahun tersebut. Jadi,

13
perkembangan sastra lebih dilihat dari manusia sastranya dan bukan pada karya
sastranya sendiri. Apakah sastra itu?
1. Definisi lama
Sastra merupakan sarana penumpahan ide atau pemikiran tentang
kehidupan dan sosialnya dengan menggunakan kata–kata yang indah.
Yang terdiri dari tiga macam genre, yaitu genre sastra terdiri dari tiga
bentuk (yaitu puisi, prosa, dan drama). Puisi Indonesia dibedakan
menjadi puisi lama dan puisi modern. Puisi lama Indonesia umumnya
berbentuk pantun atau syair.
2. Definisi baru
Sastra merupakan sarana penumpahan ide atau pemikiran tentang apa
saja dengan menggunakan bahasa bebas, mengandung something
new dan bermakna pencerahan. Keindahan sastra tidak ditentukan
keindahan kata atau kalimat melainkan keindahan substansi ceritanya.
3. Perkembangan sastra menurut bentuknya
a. Sastra lama
- Puisi: Masih terikat ketentuan 1 bait harus 4 kalimat dan huruf
akhirnya harus sama
- Prosa: Menggunakan kalimat-kalimat yang indah
b. Sastra baru
- Puisi: Puisi bebas. Tidak terikat lagi oleh keharusan 1 bait harus
4 kalimat dan huruf akhir tidak selalu sama. Tetapi masih
mengobral keindahan kata
- Prosa: sama dengan puisi. Kalimatnya sudah bebas. Tidak
mementingkan keindahan kata
c. Sastra moderen
- Puisi: Mulai bernuansa kritik, terutama kritik sosial
- Prosa: Lebih banyak bercerita tentang masalah sosial dan cinta.
d. Sastra kontemporer
- Puisi: Bahasa bebas. Tidak perlu menggunakan kata-kata yang
indah. Lebih mementingkan substansi daripada bentuk. Kritik

14
bebas. Bernuansa menghendaki adanya perubahan. Ada sesuatu
yang baru. Lebih bersifat pencerahan.
- Prosa: bahasa bebas. Bahkan sebagian menggunakan bahasa
gaul. Lebih menitikkan substansi. Tidak harus cerita cinta, tetapi
apa saja. Ada sesuatu yang baru. Lebih bersifat pencerahan.
4. Aliran-aliran sastra
Dalam karya sastra dikenal beberapa aliran berikut:
a) Realisme, yaitu Aliran sastra ini merupakan sastra yang
melukiskan keadaan/peristiwa sesuai dengan kenyataan apa
adanya. Pengarang tidak menambah ataupun mengurangi suatu
kejadian yang dilihatnya secara positif, yang diuraikan yang
baik-baik saja.
b) Naturalisme, Aliran sastra ini melukiskan sesuatu secara apa
adanya yang dijiwai adalah hal-hal yang kurang baik.
c) Neonaturalisme, Merupakan aliran baru dari aliran neturalisme.
Aliran ini tidak saja mengungkapkan sisi jelek, namun juga
memandang sesuatu dari sudut yang baik pula.
d) Ekspresionisme Yaitu aliran dalam sastra yang menekankan
pada perasaan jiwa pengarangnya.
e) Impresionisme, Yaitu aliran dalam sastra yang menekankan pada
kesan sepintas tentang suatu peristiwa, kejadian atau benda yang
ditemui atau dilihat pengarang. Dalam hal tersebut, mengarang
mengambil hal-hal yang penting-penting saja.
f) Determinisme, Yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan suatu
peristiwa atau kejadian dari sisi jeleknya saja. Biasanya
menyoroti pada ketidakadilan, penyelewengan dan lain-lain
yang dianggap kurang baik pengarang
g) Surelaisme, Yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan sesuatu
secara berlebihan sehingga sulit dipahami oleh penikmat atau
pembaca.

15
h) Idealisme, Yaitu aliran dalam sastra yang selalu melukiskan cita-
cita, gagasan, atau pendirian mengarangnya.
i) Simbolisme, Yaitu aliran sastra yang menampilkan
simbolsimbol (isyarat) dalam karyanya. Hal ini dilakukan
pengarang untuk mengelabui maksud yang sesungguhnya.
j) Romantisme. Yaitu aliran dalam sastra yang selalu melukiskan
sesuatunya secara sentimentil penuh perasaan
k) Psikologisme, Yaitu aliran dalam sastra yang selalu menekankan
pada aspek-aspek kejiwaan.
l) Didaktisme, Yaitu aliran dalam sastra yang menekankan pada
aspek-aspek pendidikan. Dalam sastra lama banyak karya yang
bersifat mendidik.
m) Mistikisme, Yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan
pengalaman dalam mencari dan merasakan nafas ketuhanan dan
keabadian.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Hakikat Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (H.G Taringan,
1985:7).
2. Pengertian Membaca
Membaca adalah proses perubahan bentuk
lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna
3. Pembelajaran Membaca
Disekolah, pembelajaran membaca perlu difokuskan pada asek
kemampuan memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih
secara intensif untuk memahami sebuah teks bacaan. Hal ini berarti
siswa bukan mengahafal isi bacaan tersebut, melalainkan memahami isi
bacaan. Dalam hal ini, pesan guru sangat besar berpengaruh terhadap
kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.
4. Hakikat Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis.
5. Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara
tatap muka dengan orang lain.
6. Pelajaran Menulis
Pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong
siswa mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis, atau komponen

17
yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku
dalam pembelajaran menulis.
3.2. Saran
Ketrampilan membaca dan menulis dapat dikatakan sebagai tahap
dasar dalam pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru haruslah mampu
menguasai ketrampilan membaca dan menulis. Seorang guru diharapkan
tidak hanya mampu menguasai ketrampilan membaca maupun menulis saja
namun mampu mengembangkan dan memberikan pengembangan kepada
peserta didiknya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahyar, Juni dan Muzir. 2019. Kamus Istilah Ilmiah. Bojong Genteng: Jejak
Publisher

Dalman,Dr.H. 2013. Ketrampilan Membaca. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa.


Bandung: Percetakan Angkasa.

Hatami, Chaerul. 2011. Pengertian Membaca Menurut Beberapa Ahli.

Pradopo, Rachmat Djoko.2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:


Gama Media.

Tarigan, H.G. (1983). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

19

Anda mungkin juga menyukai