Anda di halaman 1dari 23

PENTINGNYA MENGUASAI KETERAMPILAN BERBAHASA

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu : Dr. Elvi Susanti, M.Pd.

Disusun Oleh :

Anava Syahdila Rachma

11190140000040

Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

A. Hakikat Bahasa...............................................................................................3
B. Fungsi Bahasa................................................................................................4
C. Keterampilan Berbahasa................................................................................5
D. Aspek Menyimak...........................................................................................6
E. Aspek Berbicara.............................................................................................8
F. Aspek Membaca.............................................................................................10
G. Aspek Menulis...............................................................................................12
H. Pentingnya Menguasai Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia............................................................................................14

BAB III PENUTUP....................................................................................................19

A. Kesimpulan....................................................................................................19
B. Saran...............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan khadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Pentingnya Menguasai Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia.
Penulisan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa hasil
yang dicapai dari makalah ini, masih banyak kekuranganya, oleh karena itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pribadi maupun pembaca.

Depok, 20 Maret 2020

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam berbagai kesempatan orang sering menyebut bahwa bahasa adalah
salah satu alat komunikasi. Tujuan umum pembelajaran sebuah Bahasa adalah
memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta
didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Dengan pembelajaran Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi,
saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan untuk meningkatkan
kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah satu sarana untuk menuju
pemahaman tersebut.

Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan


pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat ruang lingkup standar kompetensi
pembelajaran. Standar kompetensi tersebut ialah aspek keterampilan berbahasa yang
meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang
berkaitan dengan ragam bahasa maupun ragam sastra.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, munculah beberapa permasalahan yang akan
dibahas pada makalah ini yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian keterampilan berbahasa?
2. Apa saja aspek dari keterampilan berbahasa?
3. Adakah keterkaitan antaraspek keterampilan berbahasa?
4. Apa pentingnya menguasai keterampilan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari ditulisnya makalah ini ialah :

1
1. Untuk menjabarkan pengertian keterampilan berbahasa.
2. Untuk menjabarkan aspek – aspek keterampila berbahasa.
3. Untuk membahas keterkaitan antaraspek keterampilan berbahasa.
4. Untuk menjelaskan kepada pembaca tentang pentingnya menguasai keterampilan
berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi melalui lisan dan tulisan.
Berkomunikasi melalui lisan dilakukan dalam bentuk simbol bunyi dimana setiap
simbol bunyi memiliki ciri khas tersendiri. Widjono (2012 : 20) menjabarkan
bahasa adalah lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,
yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Pada Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian bahasa antara lain :
1. Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
2. percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun: baik
budi –nya.
3. Perkataan – perkataan yang dipakai suatu bangsa.1

Komunikasi adalah sebuah proses interaksi yang saling berhubungan dari


satu pihak ke pihak lainnya. Awalnya dimulai dengan sejumlah ide – ide yang abstrak
atau pikiran seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang
kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara
langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode
suara, atau kode tulisan. Berbicara bahasa tidak terlepas dari hakikat komunikasi
karena bahasa merupakan alat komunikasi berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Bahasa juga dapat mengekspresikan diri sekaligus menunjukkan
identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat mengukur pemahaman kita atas suatu hal,
asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita karena bahasa
menjadi cermin diri, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri. Agar

1
Bahasa (Def. 1) (n.d). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Diakses melalui
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bahasa, 22 Maret 2020.

3
komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim
bahasa harus harus menguasai bahasanya. Penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita dipahami oleh orang lain. Jadi
dalam hal ini respon pendengar atau lawan komunikan yang menjadi perhatian utama
kita. Bahasa sebagai sarana komunikasi memiliki fungsi utama bahasa sebagai
penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Manusia dan
bahasa saling berkaitan satu sama lainnya karena bahasa tidak tetap atau selalu
berubah – ubah seiring perubahan kegiatan manusia dalam kehidupannya di
masyarakat. Indonesia memiliki bahasa resmi kenegaraan yang digunakan sebagai
saran berkomunikasi resmi yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa merupakan sarana
berpikir yang pertama dan utama karena tanpa bahasa tidak mungkin manusia dapat
berpikir mengenai objek tertentu, walaupun objek tersebut secara faktual tidak
terlihat. Komunikasi sehari-hari alat yang sering digunakan untuk berkomunikasi
adalah bahasa, baik berupa bahasa tulis maupun bahasa lisan.

B. Fungsi Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi tentunya mempunyai fungsi berdasarkan
kebutuhan seseorang secara sadar atau tidak sadar yang digunakannya. Bahasa
merupakan alat untuk mengekspresikan diri, alat komunikasi, dan sarana untuk
kontrol sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki empat fungsi sebagai
berikut :
1. Fungsi informasi
Bahasa berfungsi sebagai menyampaikan informasi timbal balik antar keluarga
maupun masyarakat. Wujud fungsi bahasa sebagai fungsi informasi misalnya : berita,
pengumuman, petunjuk pernyataan lisan ataupun tulisan melalui media massa, baik
media cetak ( koran, majalah, dan lain-lain ) ataupun elektronik ( televisi, radio,
website/blog, dan lain-lain ).

4
2. Fungsi ekspresi diri
Bahasa berfungsi untuk menyalurkan ide, perasaan, sikap, gagasan, dan emosi.
Bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri ini dapat menjadi media untuk
menyatakan eksistensi diri, membebaskan diri dari tekanan emosi, dan untuk menarik
perhatian orang lain

3. Fungsi adaptasi dan integrasi


Bahasa memiliki fungsi adaptasi dan integrasi yaitu untuk menyesuaikan dan
membaurkan diri dengan masyarakat. Melalui bahasa, seseorang dapat belajar tentang
adat istiadat, pola hidup, perilaku, dan etika dalam masyarakat. Jika seseorang mudah
beradaptasi dengan masyarakat, maka dengan mudah juga dia berintegrasi dengan
kehidupan masyarakat tersebut.

4. Fungsi kontrol sosial


Bahasa berfungsi mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Apabila fungsi ini
berlaku dengan baik maka semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik juga.
Sebagai contoh, pendapat seorang Kepala Desa akan ditanggapi dengan baik oleh
masyarakatnya apabila pendapat tersebut disampaikan dengan bahasa yang
komunikatif dan persuasif. Dengan bahasa, seseorang bisa mengembangkan
kepribadian dan nilai- nilai sosial kepada tingkat yang lebih berkualitas.

C. Keterampilan Berbahasa
Terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 2
Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang
disyaratkan. Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Sama halnya dengan seorang guru yang
memerlukan media bahasa dalam proses pembelajaran dan upaya pembelajaran,
secara optimal tujuan komunikasi akan lebih mudah tercapai jika kita mampu
mempelajari ketrampilan berbahasa dengan baik. Sehubungan dengan penggunaan

2
Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Mitra Pelajar, 2005), hlm. 351.

5
bahasa, terdapat empat keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak),
berbicara, membaca, dan menulis.

Keterampilan berbahasa dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni


aspek reseptif dan aspek produktif. Aspek reseptif bersifat penerimaan atau
penyerapan, seperti yang tampak pada kegiatan menyimak dan membaca. Sementara
aspek produktif bersifat pengeluaran atau pemroduksian bahasa, baik lisan maupun
tertulis sebagaimana yang tampak dalam kegiatan berbicara dan menulis. Seseorang
dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang bersangkutan terampil
memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, serta tekanan dan nada) secara
tepat serta memformulasikannya secara tepat pula guna menyampaikan pikiran,
perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam suatu konteks komunikasi tertentu.
Kemudian, seseorang dikatakan terampil mendengarkan (menyimak) apabila yang
bersangkutan memiliki kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa
(berupa kata, kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu
konteks komunikasi tertentu. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki keterampilan
menulis bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa
kata, kalimat, paragraf) serta menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat
guna mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir, seseorang dikatakan
terampil membaca bila yang bersangkutan dapat menafsirkan makna dan bentuk-
bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi tulisan) yang
dibacanya.3

D. Aspek Menyimak
Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan.
Namun, kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat perbedaan pengertian.
Mendengar didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari
luar tanpa banyak memerhatikan makna dan pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak

3
Yeti Mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2015),
hlm. 4 – 6.

6
adalah proses mendengar dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan
pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk mendengar,
sebaliknya mendengar belum tentu menyimak. Di dalam bahasa Inggris terdapat
istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan “to hear” untuk mendengar.
Menyimak merupakan proses pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan
lambang-lambang lisan, sedangkan mendengar adalah suatu proses penerimaan bunyi
yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna itu. Tarigan (1993: 20)
mengemukakan pengertian menyimak sebagai berikut: menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi,
menangkap serta, memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara
melalui ucapan atau bahasa lisan. Maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
menyimak adalah mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau
diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna
komunikasi yang tersirat di dalamnya.

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks


karena melibatkan berbagai proses menyimak dalam saat yang sama. Pada saat
menyimak mendengar bunyi berbahasa, pada saat itu pula mentalnya aktif bekerja
mencoba memahami, menafsirkan apa yang disampaikan pembicara, dan pada saat
itu ia harus menerima respons. Pada dasarnya respons yang diberikan itu akan terjadi
setelah terjadinya integrasi antara pesan yang didengar dengan latar belakang
pengetahuan dan pengalaman penyimak. Respon itu bisa sama dengan yang
dikehendaki pembicara dan bisa pula tidak sama. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan proses, mulai dari
proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil penafsiran,
dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran itu
dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman.

7
Hal – hal yang menjadi tujuan dari kegiatan menyimak ialah :
1. Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut bertujan agar ia dapat
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
2. Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak dengan penekanan
pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan
atau dipagelarkan (teruatama sekali dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi dimana orang menyimak dengan maksud agar ia
dapat menilai apaapa yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, tepatngawur, logis-
tidak logis, dan lain-lain).
4. Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang menyimak dapat menikmati
seta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan berita, puisi,
musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan pendebatan).
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana orang yang menyimak
bermaksud agar ia dapat menkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun
perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang yang menyimak
bermaksud agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi
yang membedakan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti;
biasanya ini terlihat pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asik
mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7. Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang menyimak bermaksud
agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang
pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8. Menyimak untuk meyakinkan dimana orang yang menyimak untuk meyakinkan
dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan.

E. Aspek Berbicara
Berbicara secara umum dapat dimaksudkan sebagai sebuah keterampilan guna
menyampaikan ide, gagasan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa lisan. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi – bunyi artikulasi

8
atau kata – kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik,
pembicara harus menguasaai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan. Selain
itu, diperlukan juga penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan serta
kemampuan memahami bahasa lawan bicara. Sedangkan wujud dari berbicara sendiri
dipandang sebagai sebuah alat berkomunikasi dengan kebutuhan – kebutuhan
penyimak penerimaan pesan yang telah disusun dalam pikiran pembicara. Pada
intinya berbicara adalah sebuah kemampuan diri dalam mengekspresikan pikiran atau
ide melalui lambang – lambang bunyi.

Tujuan berbicara dapat tercapai setelah kegiatan berbicara selesai. Pada


dasarnya tujuan utama seseorang berbicara adalah untuk berkomuniasi secara
langsung antara pembicara dan pendengar guna mencari informasi agar pendengar
bisa mengambil dan mempergunakan informasi tersebut. Esensi dari tujuan
berbicara itu sendiri adalah kegiatan berbicara untuk menghibur,
menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan dan menggerakkan. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara harus memahami makna segala
sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pembicara harus mampu mengevaluasi efek
komunikasinya terhadap pendengarnya dan harus mengetahui segala situasi
pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Tujuan belajar keterampilan
berbicara adalah :

1. Mampu memenuhi dan menata gagasan dengan penalaran yang logis dan
sistematis.

2. Mampu menunagkan gagasan kedalam bentuk – bentuk tuturan yang sesuai


dengan kaidah Bahasa Indonesia.

3. Mampu mengucapkan dengan jelas dan lancar.

4. Mampu memilih ragam Bahasa Indonesia.

Dapat diambil kesimpulan bahwa berbicara sebagai suatu keterampilan berbicara

9
sangat diperlukan dalam berbagai keperluan. Pada situasi kegiatan belajar
mengajar dapat berupa simulasi, praktek berbicara dan pemberian umpan balik.

F. Aspek Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh


pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui
media kata-kata/bahasa lisan.4 Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk
memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis.
Disamping itu, membaca juga merupakan suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata- kata atau bahan tulis. Membaca juga merupakan
proses pengembangan keterampilan, nilai dari keterampilan memahami kata-kata,
kalimat- kalimat, paragrafparagraf alam bacaan sampai dengan memahami secara
kritis dan evaluative keseluruhan isi bacaan.5 Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan membaca adalah seseorang yang mampu
mengenal simbolsimbol bahasa tulis yang merupakan stimulus dalam membantu
mengingat dan memahami pesan apa yang dibaca atau yang tertulis serta
memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis.

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, memahami makna bacaan.6 Untuk itu, beberapa tujuan membaca
sebagai berikut :

1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau faktafakta (reading for


details or facts). Misalnya untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telah
dilakukan oleh sang tokoh; apa – apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa
yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-

4
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,(Bandung :
Angkasa, 1995), hlm. 7
5
Samsu Somadayo, Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), hlm. 4.
6
Tarigan, Op Cit., 9.

10
masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Misalnya
untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik,
masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang
tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk
mencapai tujuannya.

3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading


for sequence or organization). Seperti menemukan atau mengetahui apa yang
terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua,
dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah,
adegan dan kejadian buat dramatisasi.

4. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).


Seperti menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti
cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang tokoh berubah,
kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau
gagal.

5. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan


(reading to classify). Misalnya untuk menemukan serta mengetahui apa-apa
yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam
cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.

6. Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate).Seperti untuk


menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran
tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita.

7. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to


compare or contrast). Kegiatan membaca ini dilakukan untuk menemukan
bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari
kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan,
bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.

11
G. Aspek Menulis

Proses pemakaian lambang tulis untuk menyampaikan maksud disebut


dengan kegiatan menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang dipakai untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Dalam menulis
dibutuhkan keterampilan dalam menggunakan kaidah- kaidah dan tata cara
menulis yang baik sehingga apa yang kita maksudkan dalam tulisan dapat
dimengerti oleh pembaca dengan baik. Juga dibutuhkan keterampilan untuk
memilih dan menyusun kata serta kalimat agar tidak terjadi kerancuan. Untuk
melakukan kegiatan menulis juga diperlukan kesiapan, karena pada umumnya
kegiatan menulis dilakukan setelah ketiga aspek keterampilan bahasa dikuasai.
Kalimat yang jelas dalam percakapan, tidak selamanya jelas dan terang bila
dituliskan. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam
kegiatan menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, tetapi
harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.7

Kemampuan menulis merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang


studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan
baca dan tulis maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari
berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Kemampuan menulis tidak
hanya memungkinkan seseorang meningkatkan ketrampilan kerja dan penguasaan
berbagai bidang akademik, tetapi juga memungkinkan berpartisipasi dalam
kehidupan sosial-budaya, politik, dan memenuhi kebutuhan emosional. Membaca
dan menulis juga bermanfaat untuk rekreasi atau untuk memperoleh kesenangan.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis adalah kesanggupan dari
seseorang untuk menurunkan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu
bahasa dan menuangkan ide untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada
7
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung : Angkasa,
1995), hlm. 3 – 4.

12
suatu media sehingga orang lain dapat membaca catatan atau informasi tersebut.

Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig sebagaimana di


kutip oleh Henry Guntur Tarigan, merangkumnya sebagai berikut:8

1. Assignment purpose (tujuan penugasan). Penulis menulis sesuatu karena


ditugaskan, bukan kemauan sendiri.

2. Altruistic purpose (tujuan altruistik). Penulis bertujuan untuk menyenangkan


para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong
pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat
hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya
itu.

3. Persuasive purpose (tujuan persuasif). Tulisan yang bertujuan meyakinkan


para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan). Tulisan


yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para
pembaca.

5. Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri). Tulisan yang bertujuan


memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6. Creative purpose (tujuan kreatif). Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai


artistik, nilai-nilai kesenian.

7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah). Penulis bertujuan ingin


memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan,
menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran dan gagasannya
sendiri agar dimengerti dan diterima oleh pembaca.

H. Pentingnya Menguasai Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia

8
Ibid., 25 – 26.

13
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang
sangat penting di sekolah. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat
menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa
serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar. Akhadiah dkk. (1991: 1). Sesuai
dengan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara
maka bahasa mempunyai fungsi: (1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan
bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia
dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan
pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan
pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut
berbagai masalah, dan (5) sarana pengembangan penalaran. Pembelajaran Bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia.9

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.10
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa Negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
9
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar, hlm. 317.
10
Ibid., hlm. 318.

14
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.

Melalui pengajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan mampu menangkap


ide yang diungkapkan dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulis, serta
mampu mengungkapkan gagasan dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun
tertulis. Penilaian hanya sebagai sarana pembelajaran bahasa, bukan sebagai tujuan.
Sedangkan prinsip yang lain adalah mengharapkan agar di kelas bahasa tercipta
masyarakat pemakai bahasa Indonesia yang produktif. Agar pembelajaran Bahasa
menjadi produktif, strategi yang dikembangkan harus menunjang pencapaian tujuan.
Strategi pembelajaran yang ideal semestinya mengarahkan siswa pada kegiatan
menemukan sendiri. Dengan kata lain, keterampilan berbahasa yang diperoleh harus
berasal dari pengalaman membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dalam
bahasa Indonesia. Karena keterampilan berbahasa itu merupakan penunjang
terwujudnya tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia.

Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis


memiliki hubungan yang sangat erat meskipun masing – masing memiliki ciri
tertentu. Karena ada hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis
keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain. Misalnya pembelajaran
membaca, di samping meningkatkan keterampilan membaca dapat juga
meningkatkan keterampilan menulis. Contoh lain belajar menemukan ide – ide pokok
dalam menyimak juga meningkatkan kemampuan menemukan ide – ide pokok dalam
membaca, karena kegiatan berpikir baik dalam memahami bahasa lisan maupun
bahasa tertulis pada dasarnya sama.

15
Dalam proses komunikasi, semua aspek keterampilan berbahasa, baik lisan
maupun tertulis penting. Pengalaman merupakan dasar bagi semua makna yang
disampaikan dan yang dipahami dalam bahasa tertentu. Peserta didik yang memiliki
pengalaman berbahasa yang cukup luas akan dapat mengungkapkan maksudnya dan
memahami maksud orang lain dengan mudah. Kemampuan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan
untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu kemampuan berbahasa
juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.

Terdapat keterkaitan antaraspek keterampilan berbahasa. Dawson dalam


Tarigan (1994:3) menjelaskan hubungan antara berbicara dan mendengarkan, seperti
berikut ini.
1. Ujaran biasanya dipelajari melalui proses mendengarkan dan proses meniru.
Dengan demikian, materi yang didengarkan dan direkam dalam ingatan
berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorang.
2. Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan
masyarakat tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata, dan
pola-pola kalimat.
3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan berarti
pula membantu meningkatkan kualitas berbicara.
4. Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara seseorang (terutama anak-anak). Oleh karena itu, suara dan
materi pembicaraan yang berkualitas baik yang didengar dari seorang guru,
tokoh-tokoh, atau dari pemuka-pemuka agama, dari rekaman-rekaman atau cerita-
cerita yang bernilai tinggi, sangat membantu anak atau seseorang yang sedang
belajar berbicara.

Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, mendengarkan dan


membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif.

16
Mendengarkan berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan
membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Baik mendengarkan maupun
membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Perbedaannya
hanya pada objek yang menjadi fokus perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada
mendengarkan fokus perhatian (stimulus) berupa suara (bunyi-bunyi), sedangkan
pada membaca adalah lambang tulisan. Kemudian, baik penyimak maupun
pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa
yang berupa suara (dalam mendengarkan) maupun berupa tulisan (dalam
membaca), yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh
pesan yang berupa konsep, ide atau informasi sebagaimana yang dimaksudkan
oleh si penyampainya. Apabila ditinjau dari sudut pemerolehan atau belajar
bahasa, aktivitas membaca dapat membantu seseorang memperoleh kosakata yang
berguna bagi pengembangan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya.
Jadi, pengenalan terhadap kosakata baru pada aktivitas membaca akan dapat
meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya melalui proses
pengenalan kembali terhadap kosakata tersebut. Sehubungan dengan proses
pembelajaran bahasa, Tarigan (1994:4-5) menyatakan bahwa mendengarkan pun
merupakan faktor penting dalam belajar membaca secara efektif. Petunjuk-
petunjuk mengenai strategi sering disampaikan guru di kelas dengan menggunakan
bahasa lisan. Untuk itu, kemampuan murid dalam mendengarkan dengan
pemahaman sangat penting.

Membaca dan menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis


adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah
kegiatan yang bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan,
atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mencoba
memahami gagsan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan
tersebut. Membaca adalah suatu proses kegiatan yang ditempuh oleh pembaca
yang mengarah pada tujuan melalui tahap-tahap tertentu (Burns, 1985). Proses
tersebut berupa penyandian kembali dan penafsiran sandi. Kegiatan dimulai dari
mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana, serta

17
menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya (Anderson, 1986). Lebih dari
itu, pembaca menghubungkannya dengan kemungkinan maksud penulis
berdasarkan pengalamannya (Ulit, 1995). Sejalan dengan hal tersebut,
Kridalaksana (1993) menyatakan bahwa membaca adalah keterampilan mengenal
dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambing-lambang grafis dan
perubahannya menjadi bicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau
pengujaran keras-keras. Kegiatan membaca dapat bersuara nyaring dan dapat pula
tidak bersuara (dalam hati). Menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambing-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambing-lambang grafis tersebut
(Bryne, 1983). Lebih lanjut Bryne menyatakan bahwa mengarang pada hakikatnya
bukan sekedar menulis symbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-
kata tersusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang
adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat
yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut
dapat dikomunikasikan kepada pembaca. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
dalam kegiatan karang-mengarang, pengarang menggunakan bahasa tulis untuk
menyatakan isi hati dan buah pikirannya secara menarik kepada pembaca.

Berbicara dan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat


produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan menulis
merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan
kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan
langsung.

BAB III
PENUTUP

18
A. Kesimpulan
Keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis) dibutuhkan guna membangun komunikasi yang baik
antarpelaku sosial. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Maka dari itu, keterampilan berbahasa
amat penting untuk menyokong terwujudnya proses dan tujuan pembelajaran Bahasa
Indonesia.
B. Saran
Untuk terampil dalam berkomunikasi kita harus mengetahui, mempelajari,
dan berlatih dengan tekun mengenai aspek-aspek keterampilan berbahasa melalui
proses pembelajaran yang baik dan benar agar kita dapat mengungkapkan pikiran dan
perasaan kita kepada orang lain sesuai dengan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

19
Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Mitra Pelajar.

Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia : Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.

Mulyati, Yeti. 2015. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas


Terbuka.

Santosa, Puji, dkk. 2004. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
Jakarta: Pusat Penerbitan UT.

Somadyo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung : Angkasa.

__________. 1995. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :


Angkasa.

__________. 1995. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :


Angkasa.

__________. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

20

Anda mungkin juga menyukai