Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MODUL 4
MENGGUNAKAN KOSA KATA YANG TEPAT
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Bahasa dan Sastra
Indonesia di SD
Dosen pengampu : Ellyzana.MLM.Pd

Nama kelompok :
1. Maratus Sholihah : 856985606
2. Puput Enjelia : 856985416
3. Ketut Murti : 856985598
4. Iska Melly T : 856985337

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDAR LAMPUNG
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................
KATA PENGANTAR......................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................
1.1 Latar Belakang Masalah..............................
1. 2 Rumusan Masalah........................................
1. 3 Tujuan penulisan.............................................
BAB II PEMBAHASAN................................................
2. 1 Pengertian semantik......................................
2.2 Ragam makna...............................................
2. 3 Pengertian Kamus........................................
2. 4 Manfaat Kamus...........................................
2. 5 Jenis Kamus................................................
2. 6 Menggunakan Kamus...................................
2. 7 Menyusun Kamus Sederhana......................
BAB III PENUTUP..................................................
3. 1 Kesimpulan.....................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan Kepada Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas berkat, Rahmat dan anugerahnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah modul 4 “MENGGUNAKAN
KOSA KATA YANG TEPAT “ tepat pada waktunya.
Penyusun bertujuan untuk menyelesaikan tugas matakuliah
Bahasa dan Sastra Indonesia di SD.
Makalah ini berisikan tentang bagaimana dan apa saja
yang di perlu diketahui dan dipelajari agar dapat
menggunakan kosa kata yang tepat. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari pihak pembaca sangat kami perlukan
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi nantinya.
Demikian apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon
maaf yang sedalam-dalamnya.
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Seputih Banyak, 20 Oktober 2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Bahasa adalah alat komunikasi manusia dengan
manusia lainnya. Dengan bahasa manusia dapat bekerja
dan bersosialisasi. Bahasa dapat berupa kata yang
terucap atau gerakan. Untuk dapat berkomunikasi dengan
baik manusia perlu menggunakan kosa kata yang tepat.
Untuk itu kita perlu mempelajarinya.
Semantik adalah Ilmu tentang makna kata dan kalimat
atau pengetahuan Untuk mengetahui seluk beluk dan
pergeseran makna.
Bahasa sebagai sarana pendukung ilmu dan teknologi
semakin berkembang dengan sangat pesat setiap harinya
seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Perkembangan bahasa baik bahasa Indonesia maupun
bahasa daerah berdampak memunculkan kosa kata baru
dari waktu ke waktu atau kosa kata lama yang muncul
kembali dalam pemakaian sehari-hari. Maka semakin
hari semakin bertambah kekayaan bahasa kita. Oleh
karena itu kosa kata itu di rekam dalam kamus.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam
makalah ini adalah :
1. Apakah yang harus di pelajari supaya dapat
berbahasa dengan kosa kata yang tepat ?
2. Apakah pengertian kamus ?
3. Apa manfaat Kamus ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa pengertian semantik
2. Untuk mengetahui apa saja yang perlu
diketahui agar dapat berbahasa dengan kosa
kata yang tepat
3. Untuk mengetahui apa itu kamus dan
manfaatnya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SEMANTIK


Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang
berarti tanda atau lambang (sign). Semantik merupakan
bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata
bahasa (morfologi- sintaksis) dan semantik (Djaja Sudarma,
1993). Dalam kamus besar bahasa Indonesia semantik
mempunyai arti (1) ilmu tentang makna kata dan kalimat;
pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran arti kata;
(2) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna
ungkapan atau struktur makna suatu wicara .
2.2 RAGAM MAKNA
Ada banyak ragam atau jenis makna yang dikemukakan
oleh para ahli linguistik. ke semua pendapat itu tidak
diberikan batasan yang sama karena dasar pembagiannya pun
menggunakan kacamata yang berbeda-beda. Misalnya, Leech
(2003), menggunakan istilah tipe makna dan membagi makna
ke dalam tujuh tipe yakni makna konseptual, konotatif,
stilistik, afektif, refleksi, kolokatif, dan tematik.
Makna berdasarkan dikotomi makna dibagi menjadi
empat : A . Makna Leksikal dan gramatikal
Coba perhatikan contoh ini : (a) aku memakan rotimu (b)
para pejabat memakan uang rakyat hingga miliaran rupiah.
Dari dua contoh ini manakah yang mengandung makna
leksikal? Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan
referennya atau sesuai dengan hasil pengamatan pancaindra
kita. Kini seharusnya anda sudah mengerti mana kalimat yang
memiliki makna leksikal, ya tentu kalimat yang memiliki
makna leksikal adalah kalimat a karena sesuai makna makan
dalam kalimat tersebut diartikan sebagai memasukkan sesuatu
ke dalam mulut, mengunyahnya, lalu menelannya sedangkan
kalimat berarti mencuri dana masyarakat untuk keperluan
pribadi (korupsi). semantik makna leksikal dibedakan dengan
makna gramatikal. Makna gramatikal adalah makna yang
muncul karena proses gramatikal. Proses gramatikal meliputi :
afiksasi ( pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan
komposisi (pemajemukan). Perhatikan contoh di bawah ini !
1. Adik berlari setelah mencubit lenganku.
2. Aku akan meminta surat keterangan dari pak RT.
3. Rumah di desa halamannya luas-luas.
Kata bercetak miring pada kalimat nomor 1 merupakan
contoh kata yang mengalami proses afiksasi/penambahan.
Kalimat bercetak miring pada Kalimat nomor 2 mengalami
proses komposisi/pemajemukan dan kalimat nomor 3 adalah
contoh kalimat yang mengalami proses
reduplikasi/pengulangan.
B. Makna Denotatif dan makna konotatif
Sebuah kata mempunyai makna Denotatif apabila memiliki
nilai rasa positif atau menyenangkan. Sebaliknya, sebuah kata
memiliki makna konotatif apabila memiliki nilai rasa negatif
atau tidak menyenangkan. Untuk lebih jelasnya coba
perhatikan contoh di bawah ini :
1. Gadis itu berbadan langsing (Denotatif)
2. Badanmu kerempeng seperti orang kurang gizi
(konotatif)
Nah, dari 2 contoh di atas kata yang bercetak miring itu
memiliki aura yang berbeda . Langsing memiliki aura positif
sedangkan kerempeng memiliki aura negatif.
C. Makna konseptual dan makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna kata yang sesuai dengan
referennya atau makna yang bebas dari asosiasi apa pun.
Makna konseptual sebenarnya sama dengan makna Denotatif
dan makna leksikal. Sedangkan makna asosiasi adalah makna
sebuah kata yang ada hubungannya dengan kata tersebut
dengan di luar kebahasaan. Makna asosiasi sebenarnya sama
dengan lambang-lambang yang digunakan oleh masyarakat
tertentu. Perbedaan makna konseptual dengan makna asosiatif
didasarkan pada ada atau tidaknya hubungan asosiasi makna
sebuah kata dengan makna lain.
Misalnya, kata wanita atau Perempuan oleh masyarakat
dilambangkan dengan makhluk yang lemah, kata merah
sebagai lambang keberanian, Putih sebagai lambang
kesucian. Dengan kata lain, makna asosiasi mempunyai
hubungan dengan nilai-nilai moral maupun pandangan hidup
masyarakat tertentu. Selain itu, makna asosiatif ini juga
berhubungan dengan nilai rasa. Dengan demikian, makna
asosiatif juga termasuk makna konotatif.
D. Makna kata umum dan makna kata khusus
Makna kata umum adalah makna suatu kata yang bersifat
umum, maksudnya makna tersebut digunakan secara umum.
Makna kata bersifat umum apabila jelas konteksnya.
Sedangkan makna khusus atau istilah adalah makna kata yang
sifatnya khusus, maksudnya hanya digunakan dikalangan ilmu
tertentu. Makna khusus biasa disebut istilah. Apabila kata
umum lepas dari konteksnya, makna kata akan kabur.
Sedangkan makna kata khusus sudah memiliki makna yang
pasti dan tetap sehingga tanpa konteks pun tetap jelas
maknanya. Misalnya, kata kuping dalam pemakaian bahasa
secara umum berarti Indra pendengaran, yang meliputi bagian
luar (daun telinga) dan bagian dalam. Dalam bahasa umum
kata telinga berpadanan kata dengan kuping. Sedangkan
dalam istilah kedokteran kata kuping dan telinga merupakan
dua istilah yang jelas berbeda. Kuping berarti ' daun telinga '
atau bagian luar telinga, sedangkan telinga berarti ' bagian
dalam telinga' .
Walaupun istilah atau kata khusus hanya digunakan dalam
bidang ilmu tertentu, namun karena frekuensi pemakaiannya
cukup tinggi, istilah tersebut dapat berubah menjadi kata
umum. Seperti kata konsumen, deposito, transfer, imunisasi,
akomodasi dan lain-lain.
2.3 RELASI MAKNA
Relasi makna atau hubungan Makna adalah hubungan
kemaknaan antara sebuah kata, frase, klausa, atau kalimat
dengan kata, frase, klausa, atau kalimat lainnya. Hubungan
tersebut berbentuk sinonim, antonim, homonim, homofon,
homograf, polisemi, dan hiponim.
A . Sinonim dan Antonim
1) . Sinonim
Kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno Onomo
yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘dengan’ . Sinonim
dapat berarti memiliki makna yang sama atau hampir sama,
yang sering tetapi tidak selalu dapat menggantikan dalam
kalimat (Yudi Cahyono,1995:208). Sinonim juga lazim
disebut dengan padanan kata. Menurut Verhaar dalam
muliastuti (2003:2.2) sinonim merupakan ungkapan ( dapat
berupa kata, frase, atau kalimat ) yang maknanya kurang lebih
sama dengan makna ungkapan lain. Pengertian kesamaan itu
tidak harus sama secara utuh. Sebuah kalimat yang digunakan
dalam kalimat tertentu belum tentu cocok digunakan dalam
kalimat lain. Misalnya kata mati dan tewas.
a . Ayam piaraannya mati
b . keluarganya tewas dalam kecelakaan lalulintas
Kata mati dalam kalimat a tidak cocok digunakan untuk
kalimat b begitupun sebaliknya . Karena kata mati digunakan
untuk mengacu kepada makhluk hidup yang sudah tak
bernyawa, seperti manusia, binatang, dan tanaman. Sedangkan
kata tewas digunakan untuk mengacu pada makna tak
bernyawa yang terjadi dalam peperangan, kecelakaan, dan
bencana.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kata-kata yang
bersinonim tidak selalu dapat menggantikan yaitu perbedaan
bentuk, perbedaan waktu, perbedaan daerah atau tempat,
sosial, dan nuansa makna .
2) . Antonim
Kata Antonim yang lazim disebut lawan kata berasal dari
bahasa Yunani kuno onoma yang berarti nama dan anti yang
berarti melawan. Secara harfiah berarti ' nama lain untuk
benda lain’. Menurut Venhaar Antonim adalah ungkapan
( biasanya berupa kata, tetapi juga dapat berupa frase atau
kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan
lain. Antonim juga disebut dengan istilah oposisi makna. Ada
beberapa jenis oposisi makna yaitu :
a . Oposisi mutlak
Kata-kata yang beroposisi mutlak adalah kata-kata yang
memiliki pertentangan Secara mutlak.
Contoh : laki-laki dengan perempuan
Hidup dan mati
Laki-laki pasti bukan perempuan begitupun sebaliknya, bila
hidup pasti tidak mati dan bila mati pasti tidak hidup.
b . Oposisi kutub
Kata-kata yang beroposisi kutub adalah kata-kata yang
pertentangannya tidak mutlak.
Contoh : pandai dengan bodoh
Pertentangannya tidak mutlak karena diantara panda dan
bodoh ada agak pandai, agak bodoh, Sangat pandai dan sangat
bodoh.
c . Oposisi hubungan
Kata-Kata yang beroposisi hubungan adalah kata-kata yang
pertentangannya saling berhubungan. Maksudnya, kehadiran
satu kata mengakibatkan munculnya kata lain yang
mempunyai hubungan.
Contoh : dosen dengan mahasiswa
Munculnya kata dosen karena adanya kata mahasiswa,
begitupun sebaliknya.
d . Oposisi hierarki
Kata-kata yang beroposisi hierarki adalah kata-kata yang
berupa nama satuan ukuran ( berat, panjang, isi ), nama satuan
hitungan, penanggalan, nama jenjang kepangkatan, dan
sebagainya.
Contoh : gram dan kuintal
e . Oposisi majemuk
Kata-kata yang beroposisi majemuk adalah kata-kata yang
tidak hanya beroposisi dengan satu kata, terapi dengan dua
buah kata atau lebih.
Contoh : jelek dengan baik, bagus, cantik, manis
B . HOMONIM, HOMOFON, HOMOGRAF, dan POLISEMI
Kata homonim Berasal dari bahasa Yunani kuno onoma
yang berarti ‘kata’ dan homos yang berarti ‘sama’ . Secara
harfiah homonim berarti, kata yang sama lafal dan ejaannya,
tetapi berbeda maknanya
Contoh : Hak asasi manusia
Hak sepatu wanita
Homofon adalah kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda
ejaan dan maknanya.
Contoh : Masa dan Massa, sanksi dan sangsi
HOMOGRAF adalah kata yang sama ejaannya, tetapi lafal
dan maknanya berbeda.
Contoh : Mobil sedan Pak Bupati berwarna merah
Adikku menangis tersedu-sedu
POLISEMI adalah satuan bahasa (terutama kata atau
frase )
Yang memiliki makna lebih dari satu.
Contoh : (1) mangga arumanis yang bergelantungan itu sudah
matang (2) adiknya berusia 25 tahun, sudah matang untuk
menikah. Kata matang dalam kalimat (1) bermakna sudah tua
dan sudah waktunya dipetik, sedangkan kata matang dalam
kalimat (2) mempunyai makna sudah dewasa. Dengan
demikian kata matang memiliki makna lebih dari satu dan
makna tersebut masih berdekatan.
Menurut Petada, terjadinya polisemi karena beberapa faktor
yaitu : faktor gramatikal, faktor leksikal, faktor pengaruh
bahasa asing, faktor penggunaan bahasa yang ingin
menghemat penggunaan kata, dan faktor bahasa itu sendiri
yang terbuka untuk menerima perubahan, baik perubahan
bentuk maupun makna.
C. Hiponim
Kata hiponim berasal dari bahasa Yunani kuno onoma
yang berarti ‘nama’ dan hypo yang berarti ‘di bawah'. Dalam
kamus linguistik hiponim berarti hubungan antara makna
spesifik dan makna generik atau antara anggota taksonomi,
misalnya anjing, kucing, dan kambing merupakan hiponim
dari hewan. Secara semantis hiponim didefinisikan sebagai
ungkapan (kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap
merupakan bagian dari ungkapan lain.
Kata anjing, kucing, dan kambing merupakan hiponim dari
hewan. Bila nama-nama tersebut disebut, kita mengetahui
bahwa nama-nama tersebut adalah hewan. Kata hewan
Merupakan super ordinat dari anjing, kucing dan kambing.
Hiponim dapat menjadi super ordinat dari hiponim di
bawahnya. Hiponim juga mempunyai hubungan transitif,
maksudnya bila a hiponim b, dan b hiponim c maka a
merupakan hiponim c . Misalnya biru laut merupakan
hiponim dari biru maka biru muda merupakan hiponim dari
warna.

2.4 PENGERTIAN KAMUS


Kata kamus dipinjam dari bahasa Arab qamus, yang berasal
dari bahasa Yunani okeanos yang berarti ‘lautan’. Seperti
halnya sifat lautan yang dalam dan luasnya tak terhingga,
kamus merupakan wadah untuk kosakata yang jumlahnya
semakin tak terbatas.
Arti kata kamus dalam KBBI berarti (1) buku acuan yang
memuat kata atau ungkapan yang biasanya disusun menurut
abjad berikut keterangan tentang maknanya, pemakaiannya
atau terjemahannya; (2) buku yang memuat kumpulan istilah
atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan
tentang makna dan pemakaiannya. Selain itu, kamus juga
diartikan sebagai buku yang berisi daftar kosakata suatu
bahasa secara lengkap, tersusun secara alfabetis, dan di beri
penjelasan serta contoh pemakaian bila perlu (Badudu- Zain:
1994).
2.5 MANFAAT KAMUS
Selain menjadi kebanggaan suatu bangsa, kamus juga
mempunyai fungsi yaitu sebagai alat perekam data yang
ampuh. Dengan adanya kamus kita bisa mempelajari bentuk,
jenis, dan kekerabatan Kata-kata.
2.6 JENIS KAMUS
Ada beberapa jenis kamus yang sudah beredar secara luas.
Apabila dilihat dari segi bahasa kamus itu dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu :
a . Kamus Eka bahasa
Kamus ekabahasa yaitu kamus yang memuat suatu bahasa
yang disusun secara alfabetis dengan penjelasan makna dan
contoh pemakaiannya dalam bahasa yang sama. Misalnya,
kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat
Bahasa.
b. Kamus Dwi bahasa
Kamus Dwi bahasa yaitu kamus yang memuat kata atau
gabungan kata suatu bahasa yang disusun secara alfabetis
dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya dalam
bahasa lain yang menjadi sasaran. Misalnya, kamus Inggris –
Indonesia, kamus Indonesia – Inggris.
c. Kamus multibahasa
Kamus multibahasa adalah kamus yang membuat daftar
kata dengan padanannya lebih dari 2 bahasa yang berbeda.
Misalnya, kamus Indonesia-Inggris-jerman-Arab.
Contoh :
( Kamus Eka bahasa : Indonesia-Indonesia )
( Contoh kamus Dwi bahasa : Inggris-Indonesia)

( Contoh kamus multibahasa: Indonesia-Jawa-Sunda-


Madura )

2.7 MENGGUNAKAN KAMUS


Kamus suda digunakan oleh berbagai kalangan, mulai dari
siswa SD, mahasiswa, sampai ibu rumah tangga dan para
profesional. Tapi banyak dari mereka yang belum mengetahui
bagaimana menggunakan kamus. Untuk itu perlu untuk
memahami bagaimana tata cara menggunakan kamus. Nah,
untuk memahami cara menggunakan kamus, kita perlu
memahami susunan kamus. Kamus di bagi menjadi tiga
bagian, yaitu :
A . Bagian pendahuluan
Bagian pendahuluan adalah bagian awal dari kamus. Bagian
ini memuat keterangan mengenai petunjuk pemakaian kamus.
Tidak ada ketentuan khusus yang harus di ikuti penyusun,
oleh karena itu pendahuluan di tiap-tiap kamus berbeda.
B. Bagian Isi
Bagian isi kamus merupakan bagian terpenting/isi sebuah
kamus dengan tanpa mengabaikan arti bagian lainnya. Bagian
ini memuat keterangan ejaan resmi, baik mengenai
penulisannya maupun pemenggalan kata, aksen, ucapan jenis
kata-kata, etimologi, definisi, sinonim, bentuk-bentuk turunan
dan pemakaiannya dalam kalimat.
C. Bagian pelengkap
Bagian pelengkap berisi tentang kata dan ungkapan bahasa
daerah, kata ungkapan bahasa asing, singkatan dan akronim,
aksara daerah, aksara asing, nama negara, ibu kota dan
bahasa, nama mata uang, sukatan dan timbangan, nama
daerah tingkat I dan II di Indonesia, data jumlah penduduk,
bintang, dan tanda kehormatan, lambang komunikasi,
lambang matematika, dan lambang unsur kimia.
Hal-hal dasar yang perlu di pahami dalam menggunakan
kamus :
a . Penyajian lema / entri
Lema dan sublema ditulis dalam huruf tebal
1 ) kata dasar
Kata dasar yang menjadi segala bentukan (kata jadian)
diperlakukan sebagai lema atau entri, sedangkan bentuk
derivasinya diperlakukan sebagai sublema.
Contoh : kata banjir (kata dasar) => lema/entri
Membanjir, membanjiri, kebanjiran (bentuk derivasi dari
kata banjir) => sublema susunannya dalam kamus :
Ban.jir v berair banyak, kadang-kadang meluas...
Mem.ban.jir 1 v menyerupai banjir....
Mem.ban.jiri 1v menggenangi...
Ke.ban.jir.an 1 v diserang banjir....
2) peribahasa
Peribahasa diperlakukan khusus dengan dicetak miring
Contoh :
Be.lut n ikan yang bentuknya panjang seperti ular, kulitnya
licin, biasa hidup dilumpur.
Bagai – kena ranjau (getah), PB seseorang yang licik dan
cerdik dapat juga tertangkap atau tertipu.
3) gabungan kata
Gabungan kata baik idiomatis atau tidak, berafiks atau tidak,
yang tidak berderivasi tidak diperlakukan sebagai lema atau
sublema, tetapi sebagai contoh pemakaian frasa dengan diberi
penjelasan. Letaknya di bawah Lena atau sublema, disusun
berderet ke samping. Bila unsur pertama gabungan kata ini
berupa kata dasar, dicetak dengan tanda hubung ganda (--),
apabila berafiks dicetak dengan tilde (~).
Contoh :
Ber.sih. a...; -- de.sa Membersihkan desa dari gangguan
alam dan sebagainya dengan upacara adat ;
Pem.ber.sih. n ...; ~ kuku sediaan untuk membersihkan cat
kuku, biasanya berbentuk cair;
Gabungan kata yang berderivasi – baik idiomatis atau tidak
diperlakukan sebagai lema dan diikuti bentuk-bentuk
derivasinya sebagai sublema.
Contoh :
Tang.gung.ja.wab v...;
Ber.tang.gung.ja.wab v ...;
Pe-nanh.gung.ja.wab n....;
4) kata ulang dan bentuk ulang
a) kata ulang yang menunjukkan makna banyak (baju-baju)
tidak diperlakukan sublema
b) kata ulang berubah Bunyi ( bolak-balik) diperlakukan
sebagai lema pokok dan berdefinisi
c) kaata ulang yang menunjukkan jamak dalam hal proses
(melihat-lihat) diperlakukan sebagai sublema dan diletakkan
langsung sesudah kata yang berawalan me- atau ber-
d) bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang
(kupu-kupu) diperlakukan sebagai lema Pokok.
e) bentuk ulang dwipurwa (rerumputan, sesepuh)
diperlakukan sebagai lema pokok
b. Label – label dalam lema
1) label ragam bahasa
2) label kelas kata
3) label penggunaan bahasa yang menunjukkan dalam bahasa
apa atau dialek Melayu mana kata yang bersangkutan
digunakan.
2.8 MENYUSUN KAMUS SEDERHANA
1. Tahap-tahap menyusun kamus
Berikut tahap-tahap dalam menyusun kamus yang dilakukan
tim penyusun kamus pada umumnya. Ada beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut :
a . Persiapan
b . Pengumpulan data
c . Pengolahan data
1 ) pemeriksaan ulang urutan abjad
2 ) penyeleksian data
3 ) klasifikasi data
4 ) pemberian definisi
5 ) penyuntingan hasil pemberian definisi
d . Pengetikan kartu induk
e . Penyusunan kartotek
f . Pengetikan naskah
h . Cetak coba
i .koreksi cetak coba
j . reproduksi kamus
BAB III
PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis bagaimana menggunakan
kosa kata yang tepat, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Agar dapat menggunakan bahasa yang baik maka
perlu menggunakan kosa kata yang tepat. Oleh
karena itu sangat perlu untuk mempelajari ilmu ilmu
yang berkaitan tentang bahasa .
2. Semantik adalah ilmu yang Digunakan untuk
mengetahui tentang makna kalimat, seluk beluk
kalimat dan pergeseran makna
3. Dengan semakin berkembangnya bahasa maka
Akan semakin bertumbuh pesat Perkembangan kata
kata oleh karena itu para ahli harus membakukan
kata-kata dan memperbarui kamus.
4. Kamus adalah alat perekam data yang sangat
ampuh yang melaluinya kita dapat mempelajari
bentu, jenis dan kekerabatan kata-kata.

Anda mungkin juga menyukai