Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SD

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

Dosen pengampu:

Melin Agustin, M.Pd

Disusun oleh

Kelompok 5:
 Afiatul Munadzoroh (855776785)
 Amelia Kartika (855781153)
 Rantia Permatasari (855779616)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan rasa syukur kita kepada Allah Yang Maha Esa, karena
dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaikan makalah Bahasa dan Sastra Indonesia di
SD yang berjudul “HAKIKAT SASTRA INDONESIA“. Meskipun banyak rintangan dan
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami akhirnya berhasil
menyelesaikannya Alhamdulillah.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen kami yang telah membantu
dalam mengerjakan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman mahasiswa yang juga sudah memberi konstribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami harap semoga makalah ini dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi kita bersama.
Kami harap sekiranya ada yang keliru mohon beri masukan dan saran.

Semoga makalah ini yang kami buat dapat membantu kita mencapai kehidupan yang
lebih baik lagi.

Muara Telang, 16 November 2022

Penulis

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………...……………...………………………………………………...… ii

DAFTAR ISI …………………………….…………………………………...……….……………... iii

BAB I

PENDAHULUAN …………………..………….…………………………….…………………….....1

1.1. Latar Belakang …………………………………….……………………………………………...1

1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………...1

1.3. Tujuan …………………………………………………………………………………………….1

BAB II

PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………….2

2.1 Konsep Sastra Indonesia………………………………………………………………………….2


A. Pengertian Sastra Dan Sastra Anak…..………………………………………………………2
B. Ciri Sastra Anak……………………....……………………………………………….............2
C. Genre Dan Fungsi Sastra……………...………………………………………....……………2
D. Cara Membaca Dan Menikmati Karya Sastra…………………...………….…………….…...2
2.2 Unsur-Unsur Pembangunan Karya Sastra…………………………...………………………..........3
A. Pengantar ………………………………………………………....……………………...........3
B. Unsur Instrik Prosa ...………………………………………….................................................3
C. Unsur Instrinsik Puisi…………………………………………………………………………..7

BAB III

PENUTUP……………………...………………………………………………………………...…....9

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………9

3.2 Saran………………………………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyajian hakikat sastra Indonesia terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu: kegiatan
pertama membahas mengenai konsep sastra Indonesia menguraikan pengertian sastra
anak karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan
bahasa. Kegiatan kedua adalah menguraikan unsur-unsur pembangunan karya tujuan
pembelajaran khusus adalah: pertama, agar dapat menjelaskan pengertian sastra. Kedua,
agar dapat menjelaskan struktur luar. Semua aspek pengetahuan ilmu yang mempelajari
hakikat sastra Indonesia yang mendasari konsep sastra Indonesia harus dikuasai oleh para
mahasiswa. Hal ini perlu ditekankan karena konsep sastra Indonesia sangat mempelajari
karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Memahami konsep sastra Indonesia
2. Memahami unsur-unsur karya sastra
3. Memahami ciri-ciri sastra anak

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian konsep sastra
2. Menjelaskan unsur pembentuk karya sastra
3. Menjelaskan ciri-ciri sastra anak

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Sastra Indonesia

A. Pengertian Sastra dan Sastra Anak


Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yakni berasal dari akar kata sas-, yang
dalam kata kerja turunannya diartikan sebagai mengarahkan, mengajar dan memberi
petunjuk atau instruksi, pengertian sastra, ilmu sastra, sastra Indonesia dan sastra anak.
Sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan user estetisnya dominan yang
bermedium kan bahasa, baik lisan maupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami
oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.

B. Ciri Sastra Anak


Ada tiga unsur sastra yang membedakan dengan sastra orang dewasa yaitu:
1. Unsur pantangan
2. Penyajian dengan gaya secara langsung
3. Fungsi terapan

C. Genre dan Fungsi Sastra

Genre sastra adalah istilah yang sama untuk merujuk pada pengertian jenis sastra,
genre sastra adalah terbagi menjadi tiga garis besar yaitu;:
1. Prosa
2. Puisi
3. Drama

D. Cara Membaca dan Menikmati Karya Sastra

Cara membaca dan menikmati karya sastra yang dimaksud adalah kegiatan yang
sebenarnya lebih dekat pada pengertian apresiasi karya sastra. Apresiasi adalah berkaitan
dengan dunia ekonomi, rujuk adalah pengertian apresiasi seperti batasan 1 dan 2
walaupun kedua batasan tersebut memerlukan pertanggungjawaban yang cukup berat.
Kegiatan apresiasi karya sastra anak terbagi menjadi 4 yaitu:
 kegiatan apresiasi langsung
Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk
memperoleh nilai kenikmatan dan kehikmatan karya sastra yang diapresiasi. Kegiatan
apresiasi mencakup tiga kegiatan yaitu:
 Membaca sastra anak
 Mendengarkan sastra anak Ketika dibacakan/dideklamasikan
 Menonton pertunjukan sastra anaknketika karya sastra anak dipentaskan

v
 Kegiatan apresiasi tidak langsung
Kegiatan apresiasi tidak langsung adalah kegiatan apresiasi yang menunjang
pemahaman terhadap karya sastra, kegiatan meliputi tiga hal yaitu:
 Mempelajari karya sastra
 Mempelajari esai dan kritik sastra
 Mempelajari karya sastra
 Kegiatan pendokumentasi
Kegiatan pendokumentasi adalah kegiatan bentuk apresiasi sastra yang secara nyata
ikut melestarikan keberadaan karya sastra.
Contoh: kliping
 Kegiatan Kreatif
Kegiatan kreatif adalah segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kecintaan dan penghargaan terhadap karya sastra anak.

2.2 Unsur-Unsur Pembangunan Karya Sastra

A. Pengantar
Struktur pembangun karya fiksi tersebut terdiri atas:
1. Struktur luar atau yang dikenal dengan ekstrinsik
Struktur luar adalah segala macam unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi
kehadirannya sangat mempengaruhi cerita yang disajikan, misalnya factor social-
politik, ekonomi, dan kepengarangan, serta tata nilai yang dianut suatu masyarakat.
2. Struktur dalam, atau yang lebih populer disebut sebagai unsur instrinsik.
Struktur dalam adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra itu sendiri, baik
pada prosa, puisi maupun drama.
Kedua sastra tersebut, baik struktur luar maupun struktur dalam , merupakan unsur atau
bagian yang secara fungsional saling berkaitan. Artinya, tidak ada unsur yang lebih
penting kehadirannya dibandingkan dengan unsur lain atau tidak ada unsur yang
kehadirannya hanya sebagai pelengkap saja.

B. Unsur Instrinsik Prosa


Sebuah karya prosa dibangun oleh unsur-unsur yang saling mendukung, yaitu:
1. Tokoh
Tokoh penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal yang kehadirannya amat
penting. Cara menghadirkan perwatakan dan penokohan ini dapat dilakukan
pengarang dengan dua cara, yakni penggambaran secara:
 Analitik adalah penggambaran langsung yang dilakukan seorang pengarang tentang
watak dan karakter tokoh.

vi
 Dramatik adalah penggambaran perwatakan yang tidak dilakukan secara langsung
oleh pengarang.
2. Tema
Menemukan tema dalam sebuah karya sastra harus dimulai dengan ditemukannya
kejelasan tentang tokoh dan perwatakannya serta situasi dan alur cerita yang ada.
Mulanya kita harus menjawab apakah motivasi tokoh, apakah problem yang
dihadapinya. Denga kata lain, tema atau gagasan sentral yang menjadi dasar cerita
dapat di identifikasikan melalui konflik sentral yang terjadi. Tema dapat ditelusuri
melalui beberapa variable, yaitu:
a. apa yang membuat suatu karangan tampak berharga?
b. mengapa pengarang menulis cerita tersebut?
Cara menjawabnya yaitu dengan cara membaca cerita dengan cermat secara bagian
demi bagian, tidak melompat-lompat dan jangan anda berharap dapat menemukan
tema hanya dengann membaca ringkasannya.
3. Alur
Alur merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah cerita. Alur dalam Bahasa
sederhana yaitu rangkaian peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita dan dialami oleh
tokoh-tokohnya. Dalam definisi lain alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian
dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus
menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa alur merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita.
Baik tidaknya sebuah alur itu ditentukan oleh beberapa hal,yaitu:
a. Apakah tiap peristiwa susul-menyusul secara logis dan alamiah?
b. Apakah setiap peristiwa sudah cukup tergambar atau dimatangkan dalam
peristiwa sebelumnya?
c. Apakah peristiwa yang diceritakan terjadi secara kebetulan atau dengan alasan
yang masuk akal dan dapat dipahami kehadirannya?
Pada umumnya, alur cerita rekaan terdiri atas empat hal, yaitu:
a. Alur buka, yaitu bagian awal cerita Ketika situasi mulai terbentang sebagai suatu
kondisi permulaan yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya.
b. Alur tengah, yaitu paparan cerita Ketika kondisi mulai bergerak kea rah kondisi
yang mulai memuncak.
c. Alur puncak, yaitu paparan cerita Ketika kondisi mencapai titik puncak sebagai
klimaks peristiwa.
d. Alur tutup, yaitu akhir cerita Ketika kondisi yang memuncak mulai menampakkan
pemecahan atau penyelesaian.
4. Latar atau Landas Tumpu
Yang dimaksud dengan latar atau landas tumpuh adalah lingkungan tempat peristiwa
terjadi yang bentuknya dapat bermacam-macam, mungkin kampus, pedesaan,
perkotaan, nama kota, nama daerah, dan nama negara, serta segala tempat yang dapat
diamati dengan pancaindra kita, misalnya suasana pasar malam. Biasanya latar ini
muncul pada sebuah bagian cerita atau penggalan cerita. Latar cerita dibedakan

vii
menjadi dua bagian, yakni latar sosial dan latar fisik. Latar sosial meliputi
penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial, seperti sikap, adat
istiadat cara hidup dan bahasa yang digunakan. Sementara itu, yang disebut latar fisik
adalah tempat dalam wujud fisiknya, yaitu segala sesuatu yang membangun daerah
tertentu.

5. Gaya penceritaan

Yang dimaksud dengan gaya penceritaan adalah tingkah laku pengarang dalam
menggunakan bahasa agar menimbulkan efek-efek atau penekaan tertentu titik
tingkah laku berbahasa ini merupakan salah satu sarana sastra yang amat penting.
Tanpa bahasa, tanpa gaya, sastra tidak ada titik kita tentu ingat bahwa karya sastra
pada dasarnya merupakan salah satu kegiatan pengarang dalam membahasakan
sesuatu kepada orang lain.

Dalam setiap kali bertutur khususnya tuturan tertulis (bukan lisan), si pengarang
selalu berupaya untuk mempengaruhi pembacanya. Berbagai usaha dan tindakan perlu
dilakukan agar pembaca dapat tertarik sehingga dapat menyerap gagasan yang ingin
disampaikannya. Berbagai usaha dan tindakan tersebut dapat dilakukan dengan

a. Pemilihan materi bahasa

Pemilihan materi bahasa adalah segala upaya yang dilakukan seseorang pengarang
dalam menyelesaikan perbendaharaan bahasanya agar gagasan yang akan
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para pembacanya.

b. Pemakaian ulasan

Pemakaian ulasan adalah segala upaya pengarang untuk lebih menekankan gagasan
yang disampaikan melalui ulasan-ulasan sehingga dapat diterima pembaca dengan
amat baik dan benar benar sesuai dengan harapan pengarang. Ulasan yang diberikan,
antara lain dapat berupa pemberian contoh-contoh perbandingan-perbandingan.

c. Pemanfaatan gaya bertutur

Dalam setiap karya sastra masalah gaya penyampaian sering disebut dengan gaya
bahasa. Hal inilah, salah satunya, yang membedakan karakteristik seseorang
pengarang dengan pengarang lainnya. Dengan kata lain, gaya penyampaian ini amat
menekankan fisik ke pengarangnya seorang sastrawan. Seorang pengarang dikatakan
sangat melankolis misalnya manakala pembaca menemukan fakta bahwa karya-karya
sastra yang dihasilkannya selalu romantis dan penuh dengan rangkaian kata yang
amat indah. Sebaliknya, sehubungan antar kata yang maknanya penuh dengan tanda
tanya besar bagi pembacanya, tentu akan menggiring pembaca pada penyebutan
bahwa pengarang adalah seorang sastrawan dengan gaya absurd atau terus terang.

viii
6. Pusat pengisahan

Yang dimaksud dengan pusat pengisahan adalah porsi dan penempatan diri pengarang
dalam ceritanya atau dari mana seorang pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang
terdapat dalam ceritanya itu titik dari pandangan pengarang inilah pembaca mengikuti
jalan cerita dan memahami temanya. Pusat pengisahan dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, seperti:

a. Pengarang sebagai tokoh cerita

Pengarang sebagai tokoh cerita bercerita tentang keseluruhan kejadian atau peristiwa,
khususnya yang menyangkut diri tokoh. Tokoh utama sebagai pemapar cerita pada
umumnya memiliki kesempatan yang luas agar menguraikan dan menjelaskan tentang
dirinya, tentang perasaan dan pikirannya, tetapi tidak banyak yang diketahui atau
dapat diceritakannya tentang peristiwa yang berlangsung pada tempat lain di saat
pelaku sendiri tidak berada di sana. Oleh karena itu, tipe cerita dengan sudut pandang
pengarang sebagai tokoh cerita lebih banyak digunakan pengarang dalam novel-novel
psikologi. Pada umumnya pengarang langsung menggunakan tokoh "aku" untuk
mewakili gagasannya.

b. Pengarang sebagai tokoh sampingan

Orang yang bercerita dalam pusat pengisahan jenis ini adalah seorang tokoh
sampingan yang menceritakan peristiwa lain secara bertalian, khususnya dengan
tokoh utamanya. Sesekali peristiwa yang disampaikan juga menyangkut tentang
dirinya sebagai pencerita titik yang harus dibedakan dengan pusat pengarang sebagai
tokoh cerita yang pertama tadi, dalam pusat pengisahan ini sapaan "aku" juga
digunakan, tetapi ia juga menggunakan orang ketiga yang mengamati peristiwa dari
jauh tentang tokoh utama yang sedang diceritakan.

c. Pengarang sebagai orang ketiga

Pengarang sebagai orang ketiga yang berada di luar cerita bertindak sebagai pengamat
sekaligus sebagai narator yang menjelaskan peristiwa yang berlangsung serta suasana
dan pikiran para pelaku cerita. Pusat pengisahan ini pada dasarnya dapat dibagi dalam
dua jenis. Pertama, pengarang hanya mengamati satu pelaku saja, biasanya tokoh
utama kemudian baru mencari hubungannya dengan tokoh lain. Kedua, pengarang
bertindak sebagai pengamat yang sama sekali netral dan menggambarkan semua
karakter pelaku yang ada di dalam cerita.

ix
d. Pengarang sebagai pemain atau narator

Pusat pengisahan ini menempatkan seorang pemain yang bertindak sebagai pelaku
utama cerita, dan sekaligus sebagai narator yang menceritakan tentang orang lain
selain tentang dirinya. Suatu ketika ia melibatkan dalam cerita, tetapi pada saat yang
lain ia pun berlaku sebagai seorang pengamat yang berada di luar cerita.

Berdasarkan paparan keempat jenis pusat pengisahan tersebut dapat diperoleh


simpulan bahwa pada dasarnya, pusat pengisahan tersebut hanya memiliki dua jenis,
yakni pencerita yang ikut bermain dan pencerita yang tidak ikut bermain. Keduanya
tentu akan kelebihan dan kelemahannya. Yang jelas jika pencerita menempatkan diri
sebagai pengamat, tentu dapat leluasa dalam menceritakan segala hal yang terjadi dan
dapat menceritakan segenap watak tokoh dengan serempak.

C. Unsur Intrinsik Puisi

Tidak seperti pada prosa, unsur-unsur intrinsik pada puisi relatif lebih sedikit. Hal ini
disebabkan karena hakikat puisi adalah karya sastra yang padat makna dan memiliki sifat seni
yang dominan.

Berdasarkan hakikat puisi tersebut maka unsur yang terpenting dalam puisi adalah
adanya unsur estetis atau unsur keindahan dan unsur arti atau makna. Kedua unsur tersebut
diberi istilah unsur estetik bunyi dan unsur estetik satuan atau arti. Secara singkat uraiannya
adalah sebagai berikut.

1. Unsur-unsur estetik bunyi

Unsur-unsur estetik bunyi terdiri atas persajakan, kiasan bunyi dan orkestrasi. Unsur-
unsur tersebut saling berjalin untuk memperoleh ekspresivitas secara intensif. Bahkan, unsur-
unsur keputusan bunyi berjalinan erat dengan unsur-unsur satuan arti untuk mendapatkan
nilai seni atau nilai estetik sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, dalam uraian ini pembahasan
keduanya kita pisahkan.

a. Persajakan

Sajak adalah ulangan bunyi, baik berupa aliterasi maupun asonan. Sajak bisa terdapat
pada awal, tengah, dan akhir periode atau baris. Pada puisi lama ada pola-pola sajak tertentu
yang mengikat, terutama pada sajak akhir. Misalnya, pola sajak akhir a-a-a dan pola sajak
pantun, yaitu a-b-a-b.

Perhatikan persajakan pantun/ puisi berikut ini.

Berakit-rakit/ke hulu

x
Berenang-renang/ke tepian

Bersakit-sakit/dahulu

Bersenang-senang/kemudian

Setiap baris diawali dengan persamaan bunyi: Be - Be - Ber -Ber. Sajak tengah
terdapat persamaan bunyi it pada baris kesatu dan ketiga, persamaan bunyi ang pada baris
kedua dan keempat. Demikian pula akhir baris ada persamaan bunyi ke dan an.

b. Orkestrasi

Orkestrasi adalah bunyi musik pada puisi, kombinasi satuan-satuan estetika bunyi
aliterasi dan asonansi di awal, tengah dan akhir. Perhatikan kutipan karya J.E Tatengkeng
berikut ini.

Bulan Terang

Sunyi lengang alam terbentang

Udara jernih sejuk tenang

Di langit mengerlip ribuan bintang

Bulan memancar cahaya senang

Orkestrasi terdapat pada kata; lengang, terbentang, tenang di langit.

3. Unsur-unsur estetik satuan arti


Unsur-unsur ini berupa kata, frase, dan kalimat yang dipilih dan disusun untuk
mendapatkan nilai estetik. Dalam Proses penciptaan puisi, penyair sering kali mengganti
kata-kata untuk mendapatkan pilihan yang tepat titik pilihan yang tepat harus sesuai dengan
unsur bunyi unsur arti, suasana tempat terjadinya peristiwa dan konsep keindahan.

Perhatikan contoh fiksi pada bait puisi karya Hamzah berikut ini.

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku padamu

Seperti dulu

Frasa habis Kiki sebenarnya dapat diganti dengan habis larut, namun tidak terdapat
persamaan bunyi pada frase habis larut. Demikian pula dengan frase hilang terbeng yang
memiliki persamaan arti dengan frase hilang musnah.

xi
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pembelajaran sastra sangatlah penting terlebih pada jenjang Pendidikan Sekolah Dasar,
karena di dalam pembelajaran sastra tersebut terdapat beberapa aspek humaniora yang dapat
mengasah kepekaan sosial, ketajaman watak, serta dengan mempelajari sastra, seseorang
dapat belajar bagaimana caranya mengharagai karya-karya orang lain, karena pada dasarnya
sastra dapat membantu seseorang lebih memahami kehidupan dan menghargai nilai-nilai
kemanusiaan.

3.2 SARAN

Pembelajaran sastra dianggap tidaklah penting, karena pada jenjang pendidikan umumnya
lebih mengedepankan serta mementingkan pembelajaran yang ilmiah dan bertehnologi.
Padahal dengan adanya pembelajaran sastra dapat turut berperan dalam pembentukan
kepribadian, watak, dan sikap yang tentunya akan lebih baik jika diterapkan sejak dini dalam
tahapan jenjang Pendidikan Sekolah Dasar pada umumnya. Seharusnya Sastra dapat
dioptimalkan pembelajarannya sehingga dapat diapresiasikan dengan baik.

xii
DAFTAR PUSTAKA

Danarto. (1993). Gergasi(Kumpulan Cerpen). Jakarta: Pustaka Firdaus.

Depdiknas. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka (Persero).

Santosa, Puji. (2003). Pembelajaraan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (BMP SI PGSD).
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Teeuw,A. (1989). Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Rosdiana Yusi. (2021). Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Tangerang selatan: Universitas
Terbuka

xiii

Anda mungkin juga menyukai