Anda di halaman 1dari 30

TARTIB

TATA TERTIB
B.P.D.
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DESA UPANG CERIA


KECAMATAN MUARA TELANG
KABUPATEN BANYUASIN

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN


KECAMATAN MUARA TELANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA UPANG CERIA
Alamat : Desa Upang Ceria Kec. Muara Telang Kab. Banyuasin

KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA UPANG CERIA


Nomor : 01 Tahun 2020

TENTANG
PERATURAN TATA TERTIB
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA UPANG CERIA
PERIODE 2021 - 2027

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA UPANG CERIA ,

Menimbang :a. bahwa sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014


tentang Desa dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110
Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) pada
pasal 64 mengenai penyusunan tata tertib BPD yang bertujuan
untuk melaksanakan tata kelola pemerintahan desa dengan baik
dan benar maka diperlukan koordinasi, komunikasi dan kerjasama
antara pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa;

b. bahwa untuk melaksanakan koordinasi, komunikasi dan kerjasama


antara pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa
maka badan permusyawaratan desa perlu mengetahui, memahami
dan terampil dalam menjalankan tugas, fungsi, hak, dan kewajiban
badan permusyawaratan desa sesuai ketentuan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan
Desa ( BPD ) pada pasal 64 mengenai penyusunan tata tertib
BPD;

c. bahwa untuk melaksanakan hal diatas perlu ditetapkan Peraturan


Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa dengan Keputusan
Badan Permusyawaratan Desa Panca Mukti Kecamatan Muara
Telang Kabupaten Banyuasin

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, ( Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2014
tentang Peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2014
tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2015
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2016
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2015
tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014
tentang Pedoman Teknis Peraturan Desa;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014
tentang Pedoman Pembangunan Desa;
11. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun
2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa;
12. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun
2015 tentang Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa;
13. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun
2015 tentang Pendampingan Desa;
14. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun
2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa;
15. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 21
Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana
Desa Tahun 2016;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 81 Tahun 2015 tentang
Evaluasi Perkembangan Desa dan Kelurahan;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Desa;
21. Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun
2016Perubahan Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi
Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2016;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Kewenangan Desa;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 45 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Desa;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2016 tentang
Laporan Kepala Desa;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2016 tentang
Laporan Administrasi Pemerintahan Desa;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016
tentang Badan Permusyawaratan Desa;
27. Peraturan Daerah Kabupaten No.4 Tahun 2016 tentang Badan
Permusyawaratan Desa Kab. Banyuasin
28. Keputusan Bupati Banyuasin Nomor: 819/KPTS/DPMD/2019
tentang Pengangkatan Badan Permusyawaratan Desa Upang
Ceria Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin Periode
2021 s.d. 2027

MEMUTUSKAN
Menetapkan : Peraturan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa Upang Ceria
Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :


1. Desa adalah Desa Upang Ceria Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin ;
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat desa sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintah desa;
4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis;
5. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis;
6. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa;
7. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD Desa Upang Ceria
Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin ;
8. Pimpinan BPD adalah 1 (satu) Ketua,1 (satu) Wakil Ketua dan 1 ( satu ) Sekretaris
Badan Permusyawaratan Desa;
9. Anggota BPD adalah Anggota Badan Permusyawaratan Desa Upang Ceria
Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin ;
10. Bidang-bidang didalam BPD terdiri dari Bidang Pemerintahan Desa dan Bidang
Pembinaan Kemasyarakatan Desa serta Bidang Kelembagaan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa;
11. Peraturan Desa adalah Peraturan Desa yang berlaku di Desa Upang Ceria
Kecamatan Banyuasin Kabupaten Banyuasin yang ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa;;
12. Peraturan Tata Tertib adalah Peraturan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa
Upang Ceria Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin sesuai ketentuan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan turunannya
yang bertujuan untuk melaksanakan tata kelola pemerintahan desa dengan baik
dan benar sebagai pedoman koordinasi, komunikasi dan kerjasama antara
pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa;
13.Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan
berdasarkan hak asal-usul, kewenangan lokal berskala Desa, kewenangan yang
ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota serta kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
14. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang
didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa,
dan/atau Anggaran;
15.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya disingkat RPJM
Desa, adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam)
tahun;
16.Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP Desa, adalah
penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun;
17.Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari
RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah
Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan
pembangunan Daerah;
18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDesa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
19. APBDes adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Upang Ceria Kecamatan
Muara Telang Kabupaten Banyuasin
BAB II
KEDUDUKAN, SUSUNAN DAN KEANGGOTAAN BPD

Pasal 2

BPD berkedudukan sebagai Lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan.

Pasal 3

BPD adalah:
1. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa Upang Ceria berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara pemilihan langsung atau
musyawarah dan mufakat;
2. Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 9 (sembilan) yang
merupakan 1 (satu) perwakilan dari setiap dusun;
3. Jumlah Anggota BPD Desa 7 (tujuh ) orang merupakan perwakilan dari setiap
dusun dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan
keuangan desa;
4. BPD terdiri dari pimpinan teridiri dari 1 (satu) Ketua,1 (satu) Wakil Ketua dan 1
( satu ) Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa dan anggota.

Pasal 4
Calon anggota BPD adalah penduduk Desa Upang Ceria dengan syarat-syarat :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ;
b. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
serta Pemerintah;
c. Berpendidikan sekurang-kurangnya SLTP sederajat ;
d. Berumur sekurang-kurangya 20 atau sudah/pernah menikah;
e. Sehat jasmani dan rohani ;
f. Berkelakuan baik, jujur, adil dan peduli terhadap masyarakat dan lingkungannya
g. Tidak sedang menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana;
h. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap ;
i. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal tetap di Desa Pulau Panggung
sekurang-kurangya 1 (satu) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus;
j. Mengenal daerahnya serta dikenal oleh masyarakat;
k. bersedia dicalonkan dan mencalonkan diri menjadi anggota BPD;
l. Tidak mewakili partai politik;
m. Belum pernah diangkat sebagai anggota BPD tiga kali masa jabatan secara
berturut-turut;
n. Bukan sebagai perangkat pemerintah desa;
o. Wakil penduduk yang dipilih secara demokratis.
BAB III
PEMILIHAN, PENETAPAN DAN PERESMIAN

Pasal 5

Pengisian Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa :

1. Pengisian keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa dilaksanakan secara


demokratis melalui proses pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan
dengan menjamin keterwakilan perempuan;
2. Dalam rangka proses pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepala Desa membentuk panitia pengisian
keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa dan ditetapkan dengan keputusan
kepala Desa;
3. Panitia pengisian anggota Badan Permusyawaratan Desa terdiri atas unsur
perangkat Desa dan unsur masyarakat lainnya dengan jumlah anggota dan
komposisi yang proporsional;
4. Penetapan mekanisme pengisian keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa
dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan daerah kabupaten/kota;
5. Panitia pengisian melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon anggota
Badan Permusyawaratan Desa dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum masa
keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa berakhir;
6. Panitia pengisian menetapkan calon anggota Badan Permusyawaratan Desa yang
jumlahnya sama atau lebih dari anggota Badan Permusyawaratan Desa yang
dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan Badan
Permusyawaratan Desa berakhir;
7. Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa
ditetapkan melalui proses pemilihan langsung, panitia pengisian
menyelenggarakan pemilihan langsung calon anggota Badan Permusyawaratan
Desa;
8. Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa
ditetapkan melalui proses musyawarah perwakilan, calon anggota Badan
Permusyawaratan Desa dipilih dalam proses musyawarah perwakilan oleh unsur
masyarakat yang mempunyai hak pilih;
9. Hasil pemilihan langsung atau musyawarah perwakilan disampaikan oleh panitia
pengisian anggota Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa paling
lama 7 (tujuh) Hari sejak ditetapkannya hasil pemilihan langsung atau musyawarah
perwakilan;
10. Hasil pemilihan langsung atau musyawarah perwakilan) disampaikan oleh kepala
Desa kepada bupati/walikota paling lama 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya hasil
pemilihan dari panitia pengisian untuk diresmikan oleh bupati/walikota;
11. Peresmian anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan keputusan
bupati/walikota paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya laporan hasil
pemilihan langsung atau musyawarah perwakilan dari kepala Desa;
12. Pengucapan sumpah janji anggota Badan Permusyawaratan Desa dipandu oleh
bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak
diterbitkannya keputusan bupati/walikota mengenai peresmian anggota Badan
Permusyawaratan Desa.

Pasal 6

Penetapan anggota BPD ditetapkan secara administrasi dengan Keputusan Bupati


Banyuasin
Pasal 7

1. Peresmian keanggotaan BPD dilakukan dalam suatu upacara oleh Bupati


Banyuasin atau pejabat yang ditunjuk;
2. Peresmian sebagaimana dimaksud ayat (1) ditandai dengan pengambilan sumpah /
janji secara bersama – sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati
Banyuasin atau pejabat yang ditunjuk;
3. Bunyi sumpah / janji anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah sebagai
berikut :

" Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi


kewajiban saya selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa dengan sebaik-
baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam
mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa
saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-
undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, daerah, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia”.

Pasal 8

1. Masa bakti anggota BPD selama 6 (enam) tahun, dan berakhir pada saat anggota
BPD yang baru mengucapkan sumpah / janji;
2. Anggota BPD yang telah mengakhiri masa baktinya dapat dipilih kembali untuk 2
(dua) periode berikutnya;
3. BPD Desa Upang Ceria terdiri dari Seksi – seksi .
BAB IV
PEMBERHENTIAN ANGGOTA DAN PIMPINAN BPD ANTAR WAKTU

Pasal 9
1. Keanggotaan BPD berhenti atau diberhentikan karena :
a. meninggal dunia ;
b. atas permintaan sendiri secara tertulis kepada Pimpinan BPD;
c. telah berakhirnya masa jabatan dan telah dilantiknya anggota BPD yang baru
d. terdakwa atau terpidana ; dan
e. diusulkan berhenti oleh masyarakat ditingkat Dusun
f. tidak aktif melaksanakan tugas dan kewajiban berturut-turut selama 6(enam)
bulan.
2. Pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan e
setelah adanya hasil konfirmasi dan verifikasi atau penyidikan;
3. Pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan e
diusulkan oleh pimpinan BPD melalui rapat khusus BPD disampaikan kepada
Bupati melalui Camat;
4. Anggota BPD berhenti karena meninggal dunia dan atau atas permintaan sendiri
diusulkan oleh pimpinan BPD;
5. Anggota BPD yang berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
2
mendapatkan persetujuan (dua pertiga) jumlah anggota BPD;
3
6. Anggota Badan Permusyawaratan Desa diberhentikan karena:
a. berakhir masa keanggotaan;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota Badan Permusyawaratan Desa;
atau
d. melanggar larangan sebagai anggota Badan Permusyawaratan Desa.
7. Pemberhentian anggota Badan Permusyawaratan Desa diusulkan oleh pimpinan
Badan Permusyawaratan Desa kepada bupati/walikota atas dasar hasil
musyawarah Badan Permusyawaratan Desa;
8. Peresmian pemberhentian anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan
dengan keputusan bupati/walikota;

Pasal 10

Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan antar waktu diadakan penggantian
1) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti antar waktu adalah sisa waktu yang
belum dijalankan oleh anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan;
2) Pengganti antar waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) diganti oleh calon lain dari
lingkungan Dusun yang sama dengan anggota yang berhenti antar waktu;
3) Calon pengganti sebagaimana dimaksud ayat (2) diambil dari daftar urutan nomor
berikutnya calon anggota BPD yang ada di Dusun yang bersangkutan;
4) Penetapan calon anggota BPD pengganti antar waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) sebagai anggota BPD pengganti antar waktu ditetapkan oleh BPD
dan diusulkan kepada Bupati melalui Camat untuk mendapat peresmian;
5) Peresmian anggota BPD pengganti antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) ditetapkan dengan keputusan Bupati;
6) Pemberhentian antar waktu anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (1)
disebabkan :
a. meninggal dunia ;
b. atas permintaan sendiri secara tertulis kepada Pimpinan BPD;
c. bertempat tinggal diluar wilayah RW yang diwakilinya;
d. melanggar sumpah/janji dan melakukan perbuatan tercela sebagai anggota
BPD;
e. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota BPD, sebagaimana
dimaksud pasal 4;
f. pengisian pimpinan/anggota BPD di wilayah yang tidak memiliki calon
pengganti maka dipilih/diusulkan oleh masyarakat setempat melalui
musyawarah mufakat.

Pasal 11

1. Apabila pimpinan BPD berhenti atau diberhentikan diadakan pengganti pimpinan


BPD;
2. Masa jabatan pimpinan BPD pengganti adalah sisa waktu yang belum dijalankan
oleh pimpinan BPD yang berhenti atau diberhentikan;
3. Mekanisme panggantian pimpinan BPD yang berhenti atau yang diberhentikan
dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat setelah dilakukan penggantian
anggota BPD;
4. Usul penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatas disampaikan oleh
pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat.

Pasal 12

Selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterima hasil


penggantian anggota dan atau pimpinan BPD yang telah memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan yang berlaku, Bupati Banyuasin menerbitkan surat keputusan
peresmian.
BAB V
PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Bagian Pertama
Pencalonan Kepala Desa

Pasal 13

1. Badan Permusyawaratan Desa memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai


akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan
sebelum masa jabatannya berakhir;
2. Badan Permusyawaratan Desa membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
3. Panitia pemilihan Kepala Desa bersifat mandiri dan tidak memihak;
4. Panitia pemilihan Kepala Desa terdiri atas unsur perangkat Desa, lembaga
kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat Desa;
5. Panitia pemilihan bertugas mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon
berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara,
menetapkan calon Kepala Desa terpilih, dan melaporkan pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa;
6. Penduduk Desa yang pada hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah menikah ditetapkan sebagai
pemilih;
7. Bakal calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan sebagai
calon Kepala Desa oleh panitia pemilihan Kepala Desa;
8. Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan diumumkan kepada masyarakat Desa di
tempat umum sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa;
9. Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang memperoleh suara
terbanyak;
11. Panitia pemilihan Kepala Desa menetapkan calon Kepala Desa terpilih;
12. Panitia pemilihan Kepala Desa menyampaikan nama calon Kepala Desa terpilih
kepada Badan Permusyawaratan Desa paling lama 7 (tujuh) hari setelah
penetapan calon Kepala Desa terpilih;
13. Badan Permusyawaratan Desa paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima laporan
panitia pemilihan menyampaikan nama calon Kepala Desa terpilih kepada
Bupati/Walikota;
14. Bupati/Walikota mengesahkan calon Kepala Desa terpilih menjadi Kepala Desa
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya penyampaian hasil
pemilihan dari panitia pemilihan Kepala Desa dalam bentuk keputusan
Bupati/Walikota;
15. Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa, Bupati/Walikota wajib
menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari;
16. Calon Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk
paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah penerbitan keputusan Bupati/Walikota.
Bagian Kedua
Pemilihan

Pasal 14

Mekanisme pemilihan Kepala Desa diatur dengan tata tertib Panitia Pemilihan
Kepala Desa yang sesuai dengan Peraturan dan Perundangan yang berlaku dan
ditetapkan dengan Keputusan Panitia Pemilihan Kepala Desa.
Bagian Ketiga
Mengusulkan Pengangkatan Kepala Desa

Pasal 15

1. Tahapan penetapan terdiri atas kegiatan:


a. laporan panitia pemilihan mengenai calon terpilih kepada Badan
Permusyawaratan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah pemungutan
suara;
b. laporan Badan Permusyawaratan Desa mengenai calon terpilih kepada
bupati/walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah menerima laporan panitia;
c. bupati/walikota menerbitkan keputusan mengenai pengesahan dan
pengangkatan kepala Desa paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterima
laporan dari Badan Permusyawaratan Desa; dan
d. bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk melantik calon kepala Desa
terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterbitkan keputusan
pengesahan dan pengangkatan kepala Desa dengan tata cara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

2. Pejabat lain yang ditunjuk adalah wakil bupati/walikota atau camat atau sebutan
lain;
3. Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala Desa, bupati/walikota wajib
menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari.

Bagian Keempat
Pemberhentian Kepala Desa

Pasal 16

(1) Kepala Desa berhenti karena:


a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan karena:
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala Desa;
d. melanggar larangan sebagai kepala Desa;
e. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan 2 (dua)
Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, atau penghapusan Desa;
f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai kepala Desa; atau
g. dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3) Apabila kepala Desa berhenti, Badan Permusyawaratan Desa melaporkan kepada
bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain;
(4) Pemberhentian kepala Desa ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota;
(5) Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti tidak lebih dari 1 (satu)
tahun karena meninggal dunia; permintaan sendiri; serta tidak dapat melaksanakan
tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan; tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala Desa; melanggar
larangan sebagai kepala Desa; tidak melaksanakan kewajiban sebagai kepala
Desa; atau dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, bupati/walikota mengangkat pegawai
negeri sipil dari pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai penjabat kepala Desa
sampai terpilihnya kepala Desa yang baru;
(6) Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu) tahun
karena meninggal dunia;permintaan sendiri; serta tidak dapat melaksanakan tugas
secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam)
bulan; tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala Desa; melanggar larangan
sebagai kepala Desa; tidak melaksanakan kewajiban sebagai kepala Desa; atau
dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, bupati/walikota mengangkat pegawai negeri
sipil dari pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai penjabat kepala Desa sampai
terpilihnya kepala Desa yang baru melalui hasil musyawarah Desa;
7) Kades diberhentikan sementara setelah sebagai terdakwa yang diancam penjara
paling singkat 5 tahun;
8) Kades diberhentikan sementara setelah ditetapkan sebagai tersangka tindak
pidana korupsi, terorisme, makar, tindakan keamanan negara;
9) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
dan Pasal 8 diberhentikan oleh Bupati/Walikota setelah dinyatakan sebagai
terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap;
10) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
dan Pasal 8 setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
11) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penetapan putusan pengadilan diterima oleh
Kepala Desa, Bupati/Walikota merehabilitasi dan mengaktifkan kembali Kepala
Desa yang bersangkutan sebagai Kepala Desa sampai dengan akhir masa
jabatannya;
12) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara telah berakhir masa
jabatannya, Bupati/Walikota harus merehabilitasi nama baik Kepala Desa yang
bersangkutan;
13) Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dan Pasal 8, sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala
Desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap;
14) Dalam hal terjadi kebijakan penundaan pelaksanaan pemilihan kepala Desa,
kepala Desa yang habis masa jabatannya tetap diberhentikan dan selanjutnya
bupati/walikota mengangkat penjabat kepala Desa;
15) Kebijakan penundaan pelaksanaan pemilihan kepala Desa ditetapkan oleh Menteri;
16) Bupati/walikota mengangkat penjabat kepala Desa dari pegawai negeri sipil dari
pemerintah daerah kabupaten/kota;
17) Pegawai negeri sipil yang diangkat sebagai penjabat kepala Desa paling sedikit
harus memahami bidang kepemimpinan dan teknis pemerintahan;
18) Penjabat kepala Desa melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban serta
memperoleh hak yang sama dengan kepala Desa.

Bagian Kelima
Pemilihan Kepala Desa antar waktu melalui musyawarah desa

Pasal 17
Musyawarah Desa yang diselenggarakan khusus untuk pelaksanaan pemilihan kepala
Desa antar waktu dilaksanakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
terhitung sejak kepala Desa diberhentikan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Sebelum penyelenggaraan musyawarah Desa, dilakukan kegiatan yang meliputi:
a. pembentukan panitia pemilihan kepala Desa antarwaktu oleh Badan
Permusyawaratan Desa paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari
terhitung sejak kepala Desa diberhentikan;
b. pengajuan biaya pemilihan dengan beban APB Desa oleh panitia pemilihan
kepada penjabat kepala Desa paling lambat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
Hari terhitung sejak panitia terbentuk;
c. pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh penjabat kepala Desa paling lama
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak diajukan oleh panitia
pemilihan;
d. pengumuman dan pendaftaran bakal calon kepala Desa oleh panitia pemilihan
dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari;
e. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon oleh panitia
pemilihan dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari; dan
f. penetapan calon kepala Desa antarwaktu oleh panitia pemilihan paling sedikit 2
(dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang calon yang dimintakan
pengesahan musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai calon yang berhak
dipilih dalam musyawarah Desa.

2. Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa yang


meliputi kegiatan:
a. penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh Ketua Badan
Permusyawaratan Desa yang teknis pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh
panitia pemilihan;
b. pengesahan calon kepala Desa yang berhak dipilih oleh musyawarah Desa
melalui musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara;
c. pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa oleh panitia pemilihan melalui
mekanisme musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara yang telah
disepakati oleh musyawarah Desa;
d. pelaporan hasil pemilihan calon kepala Desa oleh panitia pemilihan kepada
musyawarah Desa;
e. pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa;
f. pelaporan hasil pemilihan kepala Desa melalui musyawarah Desa kepada
Badan Permusyawaratan Desa dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari setelah
musyawarah Desa mengesahkan calon kepala Desa terpilih;
g. pelaporan calon kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa oleh ketua Badan
Permusyawaratan Desa kepada bupati/walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari
setelah menerima laporan dari panitia pemilihan;
h. penerbitan keputusan bupati/walikota tentang pengesahan pengangkatan calon
kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterimanya
laporan dari Badan Permusyawaratan Desa; dan
i. pelantikan kepala Desa oleh bupati/walikota paling lama 30 (tiga puluh) Hari
sejak diterbitkan keputusan pengesahan pengangkatan calon kepala Desa
terpilih dengan urutan acara pelantikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VI
PERATURAN DESA, ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA,
PENGAWASAN, SARAN DAN ASPIRASI

Bagian Pertama
Membentuk Peraturan Desa

Pasal 18
1. Rancangan peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa;
2. Badan Permusyawaratan Desa dapat mengusulkan rancangan peraturan Desa
kepada pemerintah desa;
3. Rancangan peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa untuk
mendapatkan masukan didalam musyawarah desa;
4. Rancangan peraturan Desa ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa;
5. Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh
pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk ditetapkan
menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal
kesepakatan;
6. Rancangan peraturan Desa wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan
membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak
diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan
Desa;
7. Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat sejak diundangkan dalam lembaran Desa dan berita Desa oleh sekretaris
Desa;
8. Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan kepada bupati/walikota
sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah
diundangkan;
9. Peraturan Desa wajib disebarluaskan oleh Pemerintah Desa;
10. Dalam hal pembahasan rancangan Peraturan Desa antara BPD dan Kepala
Desa tidak mencapai kata sepakat, musyawarah bersama tetap mengambil
keputusan dengan disertai catatan permasalahan yang tidak disepakati;
11. Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dapat
diajukan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat disertai
catatan permasalahan yang tidak disepakati paling lambat7 (tujuh) harisejak
musyawarah pembahasan terakhir untuk mendapatkan evaluasi dan pembinaan;
12. Tindak lanjut evaluasi dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (11)
dapat berbentuk:
a. penghentian pembahasan; atau
b. pembinaan untuk tindaklanjut pembahasan dan kesepakatan rancangan
peraturandesa.
13. Tindaklanjut pembahasan dan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(12) huruf b dapat dihadiri Camat atau pejabat lain yang ditunjuk Bupati/Wali kota.

Bagian Kedua
Menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan Aset Desa

Pasal 19

1. Rancangan peraturan Desa tentang APB Desa disepakati bersama oleh kepala
Desa dan Badan Permusyawaratan Desa paling lambat bulan Oktober tahun
berjalan;
2. Rancangan peraturan Desa tentang APB Desa disampaikan oleh kepala Desa
kepada bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) Hari
sejak disepakati untuk dievaluasi;
3. Bupati/walikota dapat mendelegasikan evaluasi rancangan peraturan Desa tentang
APB Desa kepada camat atau sebutan lain;
4. Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31 Desember
tahun anggaran berjalan;
5. Pengelolaan kekayaan milik Desa yang berkaitan dengan penambahan dan
pelepasan aset ditetapkan dengan peraturan Desa sesuai dengan kesepakatan
musyawarah Desa.

Bagian Ketiga
Pengawasan
Pasal 20

1. BPD mempunyai tugas dan wewenang melakukan pengawasan terhadap :


a. Pelaksanaan Peraturan Desa;
b. Pelaksanaan Peraturan Kepala Desa;
c. Pelaksanaan Keputusan Kepala Desa;
d. Kebijakan Pemerintah Desa;
e. Pelaksanaan Kerjasama.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan dengan menggunakan
hak BPD dan melalui rapat/musyawarah BPD dalam Peraturan Tata Tertib ini;
3. Kepala Desa menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa setiap akhir tahun anggaran kepada Badan Permusyawaratan Desa secara
tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran;
4. Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa paling sedikit memuat
pelaksanaan peraturan Desa;
5. Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa digunakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja kepala
Desa.

Bagian Keempat
Memberikan Saran dan Pertimbangan

Pasal 21
1. BPD mempunyai tugas dan wewenang memberikan saran dan pertimbangan
kepada Pemerintah Desa;
2. Saran dan pertimbangan yang dimaksud ayat (1) disampaikan secara tertulis
kepada Pemerintah Desa diminta maupun tidak diminta;

Bagian Kelima
Menampung Aspirasi Masyarakat
Pasal 22

1. BPD mempunyai tugas dan wewenang menampung dan menyalurkan aspirasi


masyarakat yang disampaikan secara lisan maupun secara tertulis;
2. Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa laporan,
pengaduan, keluhan, unjuk rasa dan bentuk lainnya;
BAB VII
Fungsi, Tugas dan Wewenang BPD

Pasal 23

Untuk menyelenggarakan fungsi, tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pasal


21 peraturan Tata tertib ini, BPD mempunyai fungsi:
1. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa;
2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa;
3. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa;

BPD mempunyai tugas:

1. Menggali aspirasi masyarakat;


2. Menampung aspirasi masyarakat;
3. Mengelola aspirasi masyarakat;
4. Menyalurkan aspirasi masyarakat;
5. Menyelenggarakan musyawarah BPD;
6. Menyelenggarakan musyawarah Desa;
7. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
8. menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa
antar waktu;
9. Membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
10. Melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa;
11. Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
12. Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan
lembaga Desa lainnya; dan
13. Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan

BPD berwenang:

1. Mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk mendapatkan aspirasi;


2. Menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara lisan dan
tertulis;
3. Mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi kewenangannya;
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa;
5. Meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada
Pemerintah Desa;
6. Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa;
7. Mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan
Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik;
8. Menyusun peraturan tata tertib BPD;
9. Menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepada
Bupati/Wali kota melalui Camat;
10.Menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD secara
tertulis kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam Rancangan Anggaran dan
Pendapatan Belanja Desa;
11.Mengelola biaya operasional BPD;
12.Mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa kepada
Kepala Desa; dan
13.Melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
BAB VIII
HAK-HAK BPD

Bagian Pertama
Pasal 24

1. Untuk melaksanakan tugas, wewenang dan fungsi dalam Peraturan tata tertib ini,
BPD mempunyai hak – hak sebagai berikut :
1. Hak BPD :

a. Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan


pemerintahan desa kepada Pemerintah Desa;
b. Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan desa;
c. Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari
APBDesa.

2. Hak anggota BPD :

a. Mengajukan usul rancangan Perdes;


b. Mengajukan pertanyaan;
c. Menyampaikan usul dan atau pendapat;
d. Memilih dan dipilih serta mendapat tunjangan dari APBDes;

Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Hak

Pasal 25

1. Ketentuan hak – hak yang dimaksud pasal 25, hanya dapat diajukan oleh sekurang
2
– kurangnya orang anggota BPD;
3
2. Usul sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada pimpinan BPD secara
tertulis, singkat dan jelas ditanda tangani pengusul;
3. Selambat – lambatnya 1 minggu setelah menerima usul dimaksud ayat (2)
Pimpinan BPD mengadakan rapat / musyawarah Panmus;
4. Rapat/musyawarah Panmus dapat menerima atau menolak usul yang diajukan
pengusul dengan ketentuan, apabila usulan ditolak maka tidak boleh lagi diajukan
untuk masa sidang atau rapat / musyawarah pada tahun berjalan dan apabila
diterima harus ditindaklanjuti oleh Pimpinan BPD sesuai dengan kepentingannya.

Bagian Ketiga
Hak Anggaran

Pasal 26

1. Dalam setiap tahun anggaran, BPD menyusun dan menetapkan tunjangan dan
operasional BPD kepada Kepala Desa untuk dimasukkan didalam APBDesa sesuai
dengan Perundang-undangan yang berlaku;
2. Tunjangan dan operasional BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) disusun oleh
Panitia Anggaran setelah menerima masukan dari para anggota BPD sebelum
disampaikan oleh Kepala Desa;
3. Tunjangan dan operasional BPD sebagaimana dimaksud ayat (2) disampaikan oleh
ketua BPD kepada Kepala Desa untuk dimasukan kedalam Rancangan Anggran
Pendapatan dan Belanja Desa.

Bagian Keempat
Hak Meminta Keterangan Pemerintah Desa

Pasal 27

1. Hak meminta keterangan Pemerintah Desa dilaksanakan menurut ketentuan ayat


pasal 21, Peraturan tata tertib ini;
2. Dalam rapat / musyawarah pleno BPD pengusul diberi kesempatan untuk
memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai usul yang diajukan;
3. Selama usul meminta keterangan Pemerintah Desa belum mendapat keputusan
BPD, pengusul dapat memperbaiki atau menarik usul yang diajukan;
4. Apabila rapat / musyawarah pleno BPD menerima usul yang diajukan maka
Pimpinan BPD meneruskan usul tersebut kepada Pemerintah Desa;
5. Pemerintah Desa memberikan keterangan terhadap usul sebagaimana dimaksud
ayat (2) dalam rapat / musyawarah Paripurna;
6. Pemerintah Desa memberikan kesempatan kepada pengusul atau anggota BPD
yang lainnya untuk memberikan pandangannya dan atas pandangan tersebut
Pemerintah Desa memberikan jawabannya;
7. Apabila terhadap keterangan Pemerintah Desa tidak diajukan usul pernyataan
pendapat, maka pembicaraan mengenai Pemerintah Desa dianggap selesai.

Bagian Kelima
Hak Menyatakan pernyataan pendapat

Pasal 28

1. Hak menyatakan pernyataan pendapat dilaksanakan menurut ketentuan ayat


pasal 21, Peraturan tata tertib ini;
2. Mengusulan hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangnya:
a. materi dan alasan pengajuan usul pernyataan pendapat ;
b. materi dan bukti yang sah atas dugaan adanya tindakan atau materi dan bukti
yang sah atas dugaan tidak dipenuhinya syarat sebagai Kepala Desa;
3. Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diumumkan oleh pimpinan BPD dalam
rapat / musyawarah paripurna dan dibagikan kepada seluruh anggota BPD;
4. Panitia Musyawarah membahas dan menjadwalkan rapat / musyawarah paripurna
atas usul menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan dapat
memberikan kesempatan kepada pengusul untuk memberikan penjelasaan atas
usul menyatakan pendapatnya secara ringkas;
5. Selama usul hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) belum disetujui oleh rapat / musyawarah paripurna pengusull berhak
mengadakan perubahan dan menarik usulnya kembali;
6. Apabila usul sebagaimana dimaksud pada ayat (5) pengusul menarik usulnya
kembali. Maka usul tersebut menjadi gugur dengan sendirinya;
7. Dalam hal rapat/musyawarah paripurna menyetujui usul hak menyatakan
pendapat, rapat/musyawarah paripurna membentuk panitia khusus;
8. Panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (7), melakukan pembahasan
dengan Kepala Desa;
9. Dalam melakukan pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) , Kepala
Desa dapat diwakilkan oleh Perangkat Desa;
10. Dalam pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dan ayat (9), panitia
khusus dapat mengadakan rapat / musyawarah kerja, rapat / musyawarah dengar
pendapat, dan/atau rapat / musyawarah dengar pendapat umum dengan pihak
yang dipandang perlu, termasuk pengusul;
11. Setelah pembahasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), ayat (9) dan ayat
(10) dilanjutkan dengan pengambilan keputusan dalam rapat / musyawarah
paripurna untuk menyepakati fan membahas pernyataan pendapat tersebut.

Bagian Keenam
Hak Pengawasan Kinerja Kepala Desa

Pasal 29

1. Keputusan BPD mengenai usul menyatakan pendapat yang berupa pengawasan


pelaksanaan kinerja kepala desa;
2. Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui:
a. perencanaan kegiatan Pemerintah Desa;
b. pelaksanaan kegiatan; dan
c. pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
3. Bentuk pengawasan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa monitoring
dan evaluasi
4. Keputusan BPD mengenai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam bentuk
usulan menyatakan pendapat disampaikan kepada Kepala Desa;
5. Apabila usul menyatakan pendapat terbukti dan ditindaklanjuti oleh Kepala Desa
yang menyangkut sebagaimana pada ayat (2) maka bentuk pengawasan BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah selesai.
6. Apabila usul menyatakan pendapat terbukti dan tidak ditindak lanjuti oleh
Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (2), BPD menyelenggarakan
rapat / musyawarah paripurna BPD untuk meneruskan hasil menyatakan
pendapat pada Camat / Bupati / Walikota untuk mendapatkan pembinaan;
7. Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (6) BPD selalu menciptakan hubungan kerja yang Harmonis
dengan Pemerintah Desa dan Lembaga Desa Lainnya.
.

Bagian Ketujuh
Hak Mengajukan Pertanyaan

Pasal 30

1. Setiap anggota BPD berhak mengajukan pertanyaan kepada Kepala Desa;


2. Pertanyaan sebagaimana dimaksud ayat (1) tentang pelaksanaan tugas Kepala
Desa dalam menyelenggarakan Pemerintahan, Pembangunan, dan
Kemasyarakatan;
3. Pimpinan BPD meneruskan usulan tersebut kepada Kepala Desa;
4. Jawaban atas pertanyaan yang dimaksud ayat (2) pasal ini oleh Kepala Desa
dilakukan secara tertulis;
5. Penanya dapat meminta kepada Kepala Desa agar memberikan jawaban secara
lisan dalam rapat / musyawarah paripurna BPD atau rapat panmus, atau rapat
panitia atau rapat gabungan;
6. Jawaban yang diberikan Kepala Desa menjadi bahan penilaian BPD dan
selanjutnya BPD dapat menerima atau menolak jawaban tersebut;
7. Jika jawaban dimaksud ayat (6) diterima, maka persoalannya dianggap selesai dan
sebaliknya jika ditolak maka konsekwensinya menjadi beban pertanggungjawaban
Kepala Desa.
Bagian Kedelapan
Hak Keuangan / Administrasi

Pasal 31

1. Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan BPD. maka atas beban Anggaran


Pendapatan dan Belanja Desa, dana pembiayaan;
2. Dana Pembiayaan dimaksud ayat (1) berupa uang atau barang terdiri :
a. Tunjangan BPD;
b. Operasional BPD;
3. Jenis dana pembiayaan sebagaimana yang dimaksud ayat (2) ialah :
a. Uang rapat – rapat;
b. Tunjangan;
c. Perjalanan Dinas;
d. Pakaian Dinas;
e. Biaya rutin;
f. Dana Penunjang Pendidikan dan Latihan;
g. Biaya lain – lain.
4. Jenis dan besarnya keuangan sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini ditetapkan
dalam keputusan BPD dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah
Desa.
BAB IX
RAPAT-RAPAT / MUSYAWARAH BPD

Bagian Pertama
Kewajiban

Pasal 32

1. Anggota Badan Permusyawaratan Desa wajib:


a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
Desa;
d. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok,
dan/atau golongan;
e. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Desa; dan
f. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan Desa.

2. Anggota Badan Permusyawaratan Desa dilarang:


a. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat Desa, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat Desa;
b. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau
jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang
akan dilakukannya;
c. menyalahgunakan wewenang;
d. melanggar sumpah/janji jabatan;
e. merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat Desa;
f. merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, dan
jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan;
g. sebagai pelaksana proyek Desa;
h. menjadi pengurus partai politik; dan/atau
i. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang.

Bagian Kedua
Ruang Lingkup dan Jenis Musyawarah BPD

Pasal 33

1. Musyawarah BPD dilaksanakan dalam rangka menghasilkan keputusan


BPD terhadap hal-hal yang bersifat strategis.
2. Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti
musyawarah pembahasan dan penyepakatan rancangan Peraturan
Desa, evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
menetapkan peraturan tata tertib BPD, dan usulan pemberhentian anggota BPD
3. Musyawarah BPD terdiri dari :
a. musyawarah Paripurna BPD;
b. musyawarah Paripurna Khusus BPD;
c. musyawarah Pimpinan BPD;
d. musyawarah Bidang-Bidang;
e. musyawarah Dengar Pendapat;
l. musyawarah lain – lain.
4. Musyawarah Paripurna BPD adalah musyawarah anggota BPD yang dipimpin oleh
Ketua BPD yang merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan tugas dan
wewenang menetapkan Rancangan Peraturan Desa menjadi Peraturan Desa dan
menetapkan keputusan BPD;
5. Musyawarah Paripurna Khusus adalah musyawarah anggota BPD yang dipimpin
oleh Ketua BPD untuk melaksanakan suatu acara khusus dan membahas hal – hal
khusus;
6. Musyawarah Pimpinan BPD adalah musyawarah unsur pimpinan yang dipimpin oleh
ketua dan wakil ketua BPD;
7. Musyawarah Bidang-Bidang adalah musyawarah anggota Bidang yang dipimpin oleh
Pimpinan Bidang;
8. Musyawarah Dengar Pendapat adalah musyawarah panitia atau rapat panitia
anggaran atau rapat komisi atau rapat gabungan komisi dengan lembaga
kemasyarakatan atau tokoh masyarakat;
9. Musyawarah lain adalah musyawarah yang perlu diadakan yang dipimpin oleh ketua
atau wakil Ketua BPD dengan Kepala Desa atau Perangkat Desa.

Bagian Ketiga
Sifat Musyawarah BPD

Pasal 34
1. Musyawarah BPD bersifat terbuka untuk umum kecuali dinyatakan tertutup
berdasarkan peraturan tata tertib ini dan atas kesepakatan Pimpinan BPD;
2. Musyawarah terbuka adalah musyawarah anggota BPD yang dihadiri oleh umum;
3. Musyawarah tertutup adalah musyawarah anggota BPD yang tidak boleh dihadiri
oleh umum;
4. Pembicaraan dalam musyawarah tertutup rahasia dan tidak boleh diumumkan;

Pasal 35

1. Mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa sebagai berikut:


a. musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dipimpin oleh pimpinan Badan
Permusyawaratan Desa;
b. musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan sah apabila dihadiri
oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Badan
Permusyawaratan Desa;
c. pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai
mufakat;
d. apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara pemungutan suara
e. pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah
apabila disetujui oleh paling sedikit ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari
jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa yang hadir; dan
f. hasil musyawarah Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan keputusan
Badan Permusyawaratan Desa dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat
oleh sekretaris Badan Permusyawaratan Desa.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Permusyawaratan Desa diatur dalam


Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Bagian Keempat
Tata Cara Pembicaraan

Pasal 36
1. Untuk kelancaran jalannya musyawarah, Pimpinan musyawarah dapat
menetapkan tahapan pembicaraan setelah mendapat persetujuan dari peserta
rapat;
2. Setiap anggota BPD yang akan berbicara mencatatkan namanya kepada Pimpinan
musyawarah sebelum sesuatu hal dimulai;
3. Giliran berbicara diatur menurut urutan permintaan kecuali terdapat hal – hal
tertentu yang menurut pertimbangan ketua rapat memungkinkan giliran berbicara
tidak menurut urutan permintaan;
4. Anggota berbicara ditempat yang telah disediakan setelah mendapat izin dari
pimpinan musyawarah selama anggota berbicara tidak boleh diganggu;
5. Ketua musyawarah hanya dapat berbicara selaku pimpinan rapat / musyawarah
untuk menyelesaikan masalah yang menjadi pokok pembicaraan;
6. Apabila ketua musyawarah ingin berbicara selaku anggota, maka pimpinan rapat
diserahkan sementara kepada anggota pimpinan musyawarah sementara.

Pasal 37

1. Pimpinan musyawarah mengingatkan pembicara apabila pembicaraan yang


disampaikan menyimpang dari peraturan tata tertib;
2. Apabila peserta musyawarah mengeluarkan kata – kata yang tidak layak atau
mengganggu jalannya musyawarah, pimpinan rapat / musyawarah memberikan
peringatan supaya pembicara tertib kembali;
3. Apabila pembicara yang dimaksud ayat (1) dan (2) mengulangi hal yang sama,
maka pimpinan musyawarah melarang meneruskan pembicaraan atau meminta
kepada yang bersangkutan untuk meninggalkan jalannya musyawarah;
4. Apabila terjadi sebagaimana ayat (3) dan musyawarah dimungkinkan tidak
diteruskan, maka pimpinan musyawarah dapat menunda rapat dengan batas
waktu 1 x 24 jam, kecuali musyawarah menentukan lain.

Bagian Kelima
Tahapan Pembicaraan dan Musyawarah Desa

Pasal 38

1. Pembahasan Peraturan Desa melalui Tahap I, Tahap II dan Tahap III;


2. Tahap I dalam rapat / musyawarah paripurna BPD
a. Penjelasan Kepala Desa terhadap Rancangan Peraturan Desa yang berasal
dari BPD;
b. Penjelasan pengusul dari Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari BPD;
c. Rancangan Peraturan Desa dari Kepala Desa dilakukan pemandangan umum
oleh para anggota BPD kemudian Kepala Desa memberikan jawaban;
d. Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari BPD, Kepala Desa
menyampaikan pendapat kemudian pengusul atau BPD memberikan
jawabannya.
3. Apabila dalam tahap II antara BPD dan Pemerintah Desa tidak terdapat
kesepakatan, maka permasalahannya disampaikan kepada Ketua BPD untuk
ditelaah lebih lanjut;
4. Setelah mendengarkan pertimbangan Panitia Musyawarah Ketua BPD mengambil
keputusan untuk diajukan kedalam pembahasan Tahap III.
5. Tahap III dalam musyawarah Paripurna BPD disampaikan kata akhir :
a. Kata akhir Kepala Desa terhadap Rancangan Peraturan Desa yang berasal
dari Pemerintah Desa;
b. Kata akhir pengusul atau anggota BPD terhadap Rancangan Peraturan Desa
yang berasal dari prakarsa BPD;
c. Setelah penyampaian kata akhir sebagaimana dimaksud huruf a dan b ayat ini,
maka BPD menyepakati Rancangan Peraturan Desa untuk Peraturan Desa;
6. Selanjutnyanya jika Rancangan Peraturan Desa yang telah disepakati itu termasuk
yang bersifat strategis seperti penataan desa, perencanaan desa, kerjasama desa,
rencana investasi yang masuk desa, pembentukan BUM Desa, penambahan dan
pelepasan aset serta kejadian luar biasa maka BPD membawa rancangan
peraturan desa tersebut ke musyawarah desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan
Desa dengan didasari oleh Berita Acara Musyawarah Desa;
7. Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh Pemerintah
Desa;
8. Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang
bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Pasal 39

1. Kesepakatan dan pembahasan BPD sebagaimana dimaksud Pasal 38 ayat 5 huruf


c ditetapkan dengan keputusan BPD disertai dengan Berita Acara Kesepakatan
Kepala Desa dan BPD;
2. Berita Acara Kesepakatan Kepala Desa dan BPD yang telah memperoleh
kesepakatan dan pembahasan ditanda tangani oleh Kepala Desa dan BPD;

Bagian Keenam
Risalah Musyawarah BPD dan Laporan

Pasal 40

1. Untuk setiap musyawarah paripurna, paripurna khusus dan paripurna istimewa


BPD, dibuat risalah resmi dan ditanda tangani oleh sekretaris BPD dan diketahui
oleh Pimpinan musyawarah;
2. Risalah sebagaimana dimaksud ayat (1) memuat secara lengkap jalannya
pembicaraan rapat / musyawarah disertai catatan mengenai :
a. Jenis dan sifat musyawarah;
b. Hari dan tanggal musyawarah;
c. Tempat musyawarah;
d. Acara musyawarah;
e. Waktu pembukaan dan penutupan musyawarah;
f. Pimpinan rapat / musyawarah;
g. Daftar hadir anggota BPD peserta musyawarah, dan keterangan anggota yang
tidak hadir;
h. Kepala Desa atau pejabat yang mewakilinya atau pejabat pemerintah lainnya;
i. Undangan hadir;
j. Proses tentang pengambilan keputusan.
3. Setelah musyawarah selesai, maka sekretaris BPD segera menyusun
rancangan risalah rapat atau risalah musyawarah sementara untuk dibacakan atau
dibagikan kepada Anggota BPD peserta musyawarah atau pihak yang
bersangkutan;
4. Setiap anggota BPD peserta musyawarah dapat mengoreksi risalah rapat
sebagaimana dimaksud ayat (3) untuk perbaikan atau penyempurnaan sesuai
dengan pokok pembicaraan dalam rapat / musyawarah.
Pasal 41
1. Untuk setiap musyawarah Pimpinan, musyawarah panitia, musyawarah Panitia
Anggaran, musyawarah Gabungan Panitia, musyawarah kerja Kerja, musyawarah
Dengar Pendapat, dibuatkan catatan musyawarah yang ditandatangani Pimpinan
musyawarah yang bersangkutan;
2. Catatan musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah catatan mengenai
pokok – pokok pembicaraan, kesimpulan atau keputusan yang diambil dengan
dilengkapi keterangan;
3. Untuk setiap musyawarah Bidang, musyawarah Panitia Anggaran, musyawarah
Gabungan Panitia, musyawarah Kerja, musyawarah Dengar Pendapat, dibuatkan
laporan tertulis dan disampaikan kepada pimpinan BPD.

Pasal 42

1. Selain anggota, musyawarah BPD dapat dihadiri oleh Kepala Desa dan
perangkat desa
2. Undangan Peserta, ialah mereka yang bukan anggota BPD yang hadir
dalam musyawarah atas undangan pimpinan BPD
3. Peninjau, ialah mereka yang bukan anggota BPD yang hadir dalam rapat tanpa
undangan Pimpinan BPD
3. Undangan peserta musyawarah dapat meminta hak bicara dalam rapat atas
persetujuan pimpinan rapat, tetapi tidak mempunyai hak suara
4. Peninjau tidak boleh menyatakan sesuatu baik dengan ucapan maupun dengan
cara lain, dan tidak punya hak bicara maupun hak suara

BAB X
ALAT KELENGKAPAN BPD

Pasal 43

Alat Kelengkapan BPD terdiri dari:


1. Pimpinan BPD;
2. Bidang-Bidang.

Bagian Pertama
Pimpinan BPD

Pasal 44

1. Pimpinan BPD adalah alat kelengkapan BPD yang merupakan kesatuan pimpinan
yang bersifat kolektif, terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan seorang
Sekretaris;
2. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh Anggota dalam Rapat Paripurna BPD dan
ditetapkan dengan Keputusan BPD;
3. Pemilihan Pimpinan BPD dilaksanakan dengan azas langsung,umum, bebas dan
rahasia;
4. Masa jabatan Pimpinan sama dengan masa jabatan keanggotaan;
5. Hasil pemilihan BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diresmikan oleh
Bupati dan pelantikannya dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
Bagian Kedua
Tugas dan Kewajiban Pimpinan BPD

Pasal 45

1. Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan
Wakil Ketua BPD dan mengumumkannya dalam Rapat Paripurna pada awal tahun;
2. Memimpin Rapat / musyawarah Paripurna, Pleno, dan Rapat – rapat / musyawarah
lainnya dengan menjaga agar peraturan tata tertib bisa dillaksanakan;
3. Menyimpulkan persoalan yang dibicarakan dalam rapat / musyawarah yang
dipimpinnya;
4. Melaksanakan keputusan – keputusan rapat / musyawarah;
5. Mengadakan koordinasi dengan Kepala Desa atau pihak – pihak lain yang
dianggap perlu;
6. Menentukan Kebijakan APBDes berdasarkan pertimbangan Penitia Anggaran;
7. Menerima dan menindak lanjuti laporan dari seksi – seksi dan Anggota BPD;
8. Sekurang – kurangnya 3 (tiga) bulan sekali mengadakan Rapat / musyawarah
Pimpinan untuk mengevaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban yang
dilakukan oleh panitia, Komisi, dan Para anggota BPD.

Bagian Ketiga
Bidang-Bidang

Pasal 46

1. Bidang-Bidang adalah merupakan alat kelengkapan BPD yang bersifat tetap dan
dibentuk oleh BPD pada awal masa keanggotaannya;
2. Setiap anggota BPD kecuali Pimpinan harus menjadi Anggota Bidang-Bidang dari
salah satu Anggota BPD;
3. Bidang-Bidang yang membidangi tugas – tugas tertentu terdiri dari :
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan dan Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan; membidangi Pemerintahan;
b. Bidang Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
4. Bidang-Bidang sebagaimana yang dimaksud ayat (3) dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari anggotanya;
5. Ketua dan susunan keanggotaan Bidang-Bidang diadakan pergiliran setiap satu
tahun sekali.

Pasal 47

1. Bidang-Bidang sebagaimana yang dimaksud Pasal 47 ayat (2) Tugas dan


kewajibannya adalah:
2. Menyusun rencana Kerja setiap awal tahun sidang melaporkan hasil kerjanya
pada akhir tahun sidang pada Pimpinan BPD;
3. Melakukan Bahasan terhadap rancangan peraturan Desa dan rencana keputusan
BPD yang menjadi bidang tugasnya;
4. Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan
dan perekonomian, Kemasyarakatan Umum dan Keuangan yang dilaksanakan
Pemerintah Desa;
5. Mengadakan kunjungan kerja atau peninjauan yang dianggap perlu atas
persetujuan Pimpinan BPD;
6. Mengadakan rapat – rapat untuk membahas sesuatu hal yang berada dalam ruang
lingkup tugasnya baik intern maupun dengan pemerintah Desa;
7. Menerima dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
8. Menerima usul, saran dan pernyataan pendapat Pimpinan BPD mengenai hal yang
termasuk dalam tugasnya;
9. Mengajukan pendapat dan pernyataan tertulis kepada Kepala Desa melalui
Pimpinan BPD mengenai penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan dan
perekonomian, Kemasyarakatan Umum dan Keuangan yang dilaksanakan
Pemerintah Desa;
10. Membahas Nota Pimpinan BPD surat – surat masuk dan pengaduan langsung dari
masyarakat;
11. Melaporkan hasil kerja komisi kepada Pimpinan BPD.

BAB XI
PERATURAN PERUBAHAN

Pasal 48

1. Peraturan Perubahan Tata tertib ini hanya bisa dilakukan atau diajukan sekurang
– kurangnya ½ ( setengah ) ditambah 1 ( satu ) dari jumlah anggota BPD;
2. Perubahan yang dimaksud ayat (1) dilaksanakan berdasarkan keputusan
musyawarah Paripurna yang khusus diadakan untuk itu.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 49

Lampiran-Lampiran yang termuat dalam peraturan tata tertib ini merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan peraturan tata tertib ini dari Hal – hal yang belum
cukup diatur dalam peraturan Tata tertib ini diatur lebih lanjut dan ditetapkan
melalui Keputusan Pimpinan BPD setelah mendengar pertimbangan seluruh
anggota BPD.

Pasal 50

Dengan berlakunya peraturan tata tertib ini, maka peraturan Tata tertib BPD
Nomor 01 Tahun 2020 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

Pasal 51

Peraturan Tata Tertib ini berlaku pada saat ditetapkan.

Ditetapkan di : Desa Upang Ceria


Pada Tanggal : 20 Agustus 2021

BADAN PEMUSYAWARATAN DESA


DESA UPANG CERIA

KETUA WAKIL KETUA SEKRETARIS

BAHARUDIN NURJAYA M. RASID

Anggota

( ABDUL ROHIM ) ( FITRIANTI ) ( SULAIMAN YUSUF )

( LILIS SURYANI )

Anda mungkin juga menyukai