Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP DASAR SENI SASTRA, APRESIASI SASTRA DAN


PENDEKATAN APRESIASI SASTRA

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah

APRESIASI SASTRA INDONESIA

Dosen pengampuh : Rowimah M.Pd.

Oleh:
1. Rohayati : 2122.01.02.0033
2. Siska Sepiani Rohmala : 2223.01.02.0045
3. Agus Hadiansyah : 2122.01.02.0037

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP AL-AMIN INDRAMAYU

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Konsep Dasar Seni Sastra, Apresiasi Sastra Dan Pendekatan Apresiasi
Sastra”. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menambah pengentahuan
penyusun dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Sastra Indonesia.
Demi kesempurnaan makalah ini, penyusun mohon kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun.

Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca semua, apabila ada kekurangan mohon maaf sebesar-besarnya.

Kandanghaur, 31 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. PENGERTIAN SENI SASTRA...................................................................3
B. FUNGSI SENI SASTRA..............................................................................4
C. CIRI CIRI SENI SASTRA...........................................................................4
D. MANFAAT SENI SASTRA.........................................................................5
E. UNSUR UNSUR SENI SASTRA................................................................5
F. JENIS-JENIS SENI SASTRA......................................................................6
G. APRESIASI KARYA SASTRA...................................................................8
H. PENDEKATAN APRESIASI SATRA......................................................10
PENUTUP..............................................................................................................15
A. KESIMPULAN...........................................................................................15
B. SARAN.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan
membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra
adalah masalah manusia, kehidupan dengan segala perasaan, pikiran, dan
pandangan hidupnya (Bunanta, 1989: 1). Sebagai salah satu bagian dari sastra,
sastra anak atau cerita anak adalah kisahan nyata atau rekaan dalam bentuk
prosa atau puisi yang bertujuan menghibur atau memberikan informasi kepada
pendengar atau pembacanya (Sudjiman, 1984:4) dalam kalangan anak-anak.
Jadi, seperti halnya bacaan dewasa, bacaan anak-anak juga merupakan sebuah
hasil cipta sastra.
Namun, selama ini sastra anak masih dianggap sebagai ”anak sastra”
karena untuk menciptakan sastra anak dianggap tidak sesulit mencipta sastra
untuk orang dewasa. Oleh karena itu, minat orang dewasa terhadap sastra anak
tidak terlalu besar dibandingkan terhadap sastra orang dewasa, padahal sastra
anak tidak kalah kompleks dengan sastra untuk orang dewasa dan tidak
semudah yang dipikirkan orang dewasa. Sastra anak tidak kalah pentingnya
dengan sastra dewasa karena salah satu fungsi dari sastra anak adalah untuk
mengembangkan kepribadian anak.
Guru Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti
‘mengindahkan’ atau ‘menghargai’. Secara terminologi, apresiasi sastra dapat
diartikan sebagai penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya
sastra, baik yang berupa prosa fiksi, drama, maupun puisi (Dola, 2007). Dalam
konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna:
(1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan
(2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan pengarang.
Pada sisi lain, Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu
proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni:
1) aspek kognitif,

1
2) aspek emotif, dan aspek evaluatif.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian seni sastra ?


2. Apa saja fungsi seni sastra ?
3. Apa ciri-ciri seni sastra ?
4. Bagaimana manfaat seni satra ?
5. Apa saja unsur unsur seni ?
6. Apa saja jenis jenis sastra ?
7. Apa yang dimaksud Apresiasi Karya Sastra ?
8. Apa saja pendekatan apresiasi sastra ?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ialah sebagai berikut:

1. Memahami Pengertian seni sastra ?


2. Mengetahui fungsi seni sastra ?
3. Mengetahui ciri-ciri seni sastra ?
4. Mengetahui manfaat seni satra ?
5. Mengetahui unsur unsur seni ?
6. Mengetahui jenis jenis sastra ?
7. Mengetahui Apresiasi Karya Sastra ?
8. Mengetahui pendekatan apresiasi sastra ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SENI SASTRA

Kualifikasi Sastra atau kesustraan yaitu salah satu bentuk seni


yang menampilkan keindahan tutur kata serta cerita. Dari pengertian
secara umum tersebut, berikut ini kami juga sertakan pengertian seni
sastra berdasarkan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Pengertian Seni Sastra Menurut KBBI adalah:

1. Seni Sastra

Seni sastra berasal dari dua kata yaitu seni dan sastra. Seni
artinya ungkapan perasaan manusia yang mempunyai nilai
keindahan. Sedangkan sastra adalah kata serapan yang berasal dari
Bahas Sanksekerta yang artinya panduan, pedoman atau perintah
dalam bentuk teks atapun suara. Jadi bisa disimpulkan bahwa, seni
sastra yaktni suatu tulisan atau cerita yang berasal dari ungkapan
perasaan manusia yang mempunyai nilai keindahan.

2. Seni Sastra atau Kesusastraan

Seni sastra atau kesusastraan merupakan sesuau yang


berbentuk tulisan ataupun cerita yang mempunyai nilai seni dan
budaya yang menampilkan keindahan tutur dan bahasa untuk
menyampaikan makna tertentu.
3. Sastra

Sastra yaitu bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab dan


bukan merupakan Bahasa sehari-hari. Selanjutnya sastra dapat
juga diartikan sebagai karya tulis yang apabila dibandingkan
dengan tulisan lain mempunyai berbagai ciri keunggulan, seperti
keaslian, keartistikan dan juga keindahan dalam isi ataupun
ungkapannya.

3
B. FUNGSI SENI SASTRA
1. Menyampaikan Pesan Moral
Dalam suatu karya sastra terselip pesan moral dibeberapa bagian
seperti di awal, tengah atau akhir karya. Pesan moral itu ada yang
penyampaiannnya secara langsung dan ada juga yang secara sembunyi-
sembunyi. Tujuannya adalah supaya pembaca atau penikmat karya sastra
tersebut memiliki pandangan atau akan bertindak dan perilakukan seperti
ajakan dari pembuat karya sastra.
2. Menyampaikan Kritik
Terdapat pula karya sastra yang memang disengaja dibuat untuk
menyampaikan kritik yang bersifal kritik sosial, ekonomi, politik dan juga
lain sebagainya. Hal tersebut memiliki tujuan supaya penikmat sastra
mempunyai kesadaran tentang kritik tersebut dan menindaklanjuti.
3. Menjadikan Rasa Nasionalisme Bangkit
Sastra membangun rasa nasionalisme melalui sugesti yang
dibangkitkan dari dalam para penikmatnya kemudian sugesti itu
diperkuan dengan ditanamkan nilai dan semangat kebangsaan dan juga
nasionalisme.
4. Pelestarian Budaya
Sastra adalah salah satu sarana untuk melestarikan budaya yakni
budaya yang asalnya dari lisan kemudian diabadikan dengan tulisan.
5. Sarana Pendidikan
Secara tidak langsung, seseorang yang menikmati karya sastra
juga mempelajari nilai, norma serta ajaran budi pekerti yang luhur.

C. CIRI CIRI SENI SASTRA


1. Seni Sastra Berupa Bahasa
Seni sastra yang berbentuk bahasa memiliki maksud sastra
berbentuk ungkapan, kata-kata, cerita maupun gaya bahasa.
2. Seni Sastra Berupa Ungkapan Perasaan
Seni sastra berbentuk ungkapan perasaan memiliki maksud sastra
berbentuk kitab, buku, tulisan maupun karangan.

4
3. Seni Sastra Yang Tertuan Dalam Gagasan Atau Nilai
Seni sastra yang tertuan dalam gagasan atau nilai, memiliki maksud
sastra berbentuk ajaran, pedoman, perintah ataupun pendidikan.

D. MANFAAT SENI SASTRA


Adapun manfaat dari seni sastra adalah sebagai berikut:

1. Menampilkan kebenaran hidup berupa kisah yang ada didalamnya.


2. Memperkaya rohani penikmatnya. Yang pada umummnya sastra
menyisakan nilai dan pesan untuk penikmatnya menjadikan dapat
memperkaya rohani penikmat sastra tersebut
3. Melewati batas bangsa dan zaman. Karya sastra suatu negara juga bisa
terkenal di negara lain Karya sastra juga tetap hidup walaupun sudah
ditulis ratusan tahun lalu.
4. Bahasa yang disajikan dalam sastra indah dan juga menarik. Dengan
bahasa yang menarik seringkali karya sastra menggunakan kalimat yang
santun sehingga akan melekat pada penikmat sastra tersebut.
5. Sastra berisikan kebudayaan sehingga dapat menjadikan para
penikmatnya menjadi manusia yang lebih berbudaya.

E. UNSUR UNSUR SENI SASTRA


1. Unsur Intrinsik Seni Sastra
Unsur intrinsik yaitu unsur yang menjadi pengaruh dari seni sastra
yang ada didalam seni sastra itu sendiri, unsur intrinsik seni sastra antara
lain:
1) Tema: adalah pokok persoalan yang ada didalam cerita
2) Amanat: adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang terhadap
pembaca
3) Karakter/perwatakan: Adalah tokoh dalam cerita, karakter tersebut bisa
dibagi menjadi Tokoh Utama: adalah tokoh yang menjadi sorotan utama
dalam cerita Tokoh pembantu: adalah tokokh yang menjadi pendamping
tokoh utama. Jika dilihat dari karakter baik atau buruknya, tokoh
dibedakan menjadi tokoh protagonis (buruk) dan antagonis (baik)

5
4) Konflik: Adalah permasalahan yang dialami oleh karakter didalam cerita.
Konflik dibagi menjadi 2 jenis yaitu konflik internal (konflik yang tidak
melibatkan tokoh lain) dan konflik eksternal (konflik yang melibatkan
tokoh lain)
5) Setting/latar: adalah keterangan suatu tempat, waktu, dan suasana
6) Plor/Alur: adal ah jalan cerita di dalam karya dari awal sampai akhir
7) Simbol: adalah penggunaan karya sastra sebagai wakil suatu hal yang
sifatnya abstrak
8) Sudut Pandang: adalah perwujudan karakter tokoh oleh penulis dalam
cerita. Sudut pandang dibagi menjadi: Orang pertama (aku atau saya),
Orang kedua (kamu), Orang ketiga (mereka atau dia)
2. Unsur Ekstrinsik Seni Sastra
Unsur ekstrinsik karya sastra adalah unsur yang membentuk
suatu karya sastra dari luar. Umumnya unsur ini berbentuk latar
belakang kehidupan penulis, keyakinan dan cara pandang penulis, adat
istiadat, situasi politik, sejarah dan juga ekonomi yang terdapat didalam
karya sastra.

F. JENIS-JENIS SENI SASTRA


1. Prosa

Prosa merupakan karya sastra yang berupa uraian yang


penyampaiannya dengan bahasa yang bebas dan tidak terikat dengan
irama, diksi, rima dan kemerduan bunyi atau kaidah dan juga
pedoman kesusastraaan lainnya. Jenis tulisan ini seringkali dipakai
dalam prosa atau jenis tulisan yang dideskripsikan berdasarkan fakta
atau ide.

Prosa bisa dipakai untuk surat kabar, novel, majalah,


ensiklopedia serta berbabagai jenis media lainnya. Prosa dibedakan
menajadi 4 jenis, yakni:
a. Prosa Naratif

b. Prosa Deksriptif

6
c. Prosa Eksposisi

d. Prosa Argumentasi

Ada dua bentuk prosa, yakni:

1) Roman

Roman adalah cerita yang berkisah tentang tokoh secara


keseluruhan dari lahir sampai dengan akhir hayatnya.
2) Novel

Novel adalah cerita yang berkisah tentang


sebagian kehidupan dari tokoh
2. Puisi

Puisi adalah karya sastra yang penguraiannya memakai


diksi atau kata pilihan. Pada umumnya puisi secara tidak langung,
puisi bisa menimbulkan kecenderungan dari seseorang yang
mempertajam kesadaran dengan bahasa yang memiliki irama, dan
arti khusus. Contohnya adalah puisi adalah seperti sajak, pantung dan
balada Berdasarkan isinya, seni sastra dibagi menjadi empat yakni:
a. Epik

Epik adalah karangan yang menggambarkan


sesuatu secara objektif tanpa mengikuti pikiran dan
perasaan pribadi pengarang.

b. Lirik

Lirik adalah karangan yang berbentuk curahan


perasaan pengarang secara subjektif

c. Didaktif

Didaktif adalah karya sastra yang isinya berupa


pesan moral, tata krama, agama dan lain sebagainya

d. Dramatik

Dramatik adalah karya sastra yang isinya suatu

7
peristiwa yang menggambarkan yang berlebihan.
Berdasarkan Sejarahnya, karya sastra dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu:
1) Sastra Lama

Sastra lama adalah jenis karya sastra yang dibuat


oleh sastrawan yang berada di zaman kerajaan atau
dimana belum ada pergerakan nasional. Sastra lama
terdiri atas pantun, dongeng, dan hikayat.
2) Sastra Modern

Sastra modern adalah sastra yang berkembang


dalam kehidupan masyarakat modern. Karya sastra
tersebut lahir sesudah munculnya pergerakan nasional.
Sastra modern antara lain puisi, prosa, cerpen, novel,
roman dan juga drama.

G. APRESIASI KARYA SASTRA


Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti
‘mengindahkan’ atau ‘menghargai’. Secara terminologi, apresiasi sastra dapat
diartikan sebagai penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra,
baik yang berupa prosa fiksi, drama, maupun puisi (Dola, 2007). Dalam konteks
yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna:
1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan
2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan pengarang.
Pada sisi lain, Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu
proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni:
1) aspek kognitif,
2) aspek emotif, dan
3) aspek evaluatif.
Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam
upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Unsur-unsur
kesastraan yang bersifat objektif tersebut, selain dapat berhubungan dengan
unsur-unsur yang secara internal terkandung dalam suatu teks sastra atau unsur

8
intrinsik, juga dapat berkaitan dengan unsur-unsur di luar teks yang secara
langsung menunjang kehadiran teks sastra itu sendiri.
Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca
dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca.
Selain itu, unsur emosi juga sangat berperanan dalam upaya memahami unsur-
unsur yang bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan
yang mengandung ketaksaan makna atau bersifat konotatif-interpretatif serta
dapat pula berupa unsur-unsur signifikan tertentu, misalnya penampilan tokoh
dan setting yang bersifat metaforis.
Belajar apresiasi sastra pada hakikatnya adalah belajar tentang hidup
dan kehidupan. Melalui karya sastra, manusia akan memperoleh gizi batin,
sehingga sisi-sisi gelap dalam hidup dan kehidupannya bisa tercerahkan lewat
kristalisasi nilai yang terkandung dalam karya sastra. Teks sastra tak ubahnya
sebagai layar tempat diproyeksikan pengalaman psikis manusia. Seiring dengan
dinamika peradaban yang terus bergerak menuju proses globalisasi, sastra
menjadi makin penting dan urgen untuk disosialisasikan dan "dibumikan" melalui
institusi pendidikan. Karya sastra memiliki peranan yang cukup besar dalam
membentuk watak dan kepribadian seseorang. Dengan bekal apresiasi sastra yang
memadai, para keluaran pendidikan diharapkan mampu bersaing pada era global
dengan sikap arif, matang, dan dewasa.
Kellet mengungkapkan bahwa pada saat ia membaca suatu karya sastra,
dalam kegiatan tersebut, ia selalu berusaha menciptakan sikap serius, tetapi
dengan suasana batin ruang. Penumbuhan sikap serius dalam membaca cipta
sastra itu terjadi karena sastra bagaimana pun lahir dari daya kontemplasi batin
pengarang sehingga untuk memahaminya juga membutuhkan pemilikan daya
kontemplatif pembacanya, sementara pada sisi lain, sastra merupakan bagian dari
seni yang berusaha menampilkan nilai- nilai keindahan yang bersifat actual
dan imajinatiff sehingga mampu memberikan hiburan dan kepuasan rohaniah
pembacanya. Sebab itulah tidak berlebihan jika Boulton mengungkapkan bahwa
cipta sastra, selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang
mampu memberikan kepuasan batin pembacanya, juga mengandung pandangan
yang berhubungan dengan renungan atau kontemplasi batin, baik berhubungan
dengan masalah keagamaan, filsafat, politik maupun berbagai macam problema
yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan ini. Adanya ciri-ciri khusus
teks sastra itu, salah satunya ditandai oleh adanya unsur-unsur intrinsik karya

9
sastra yang berbeda dengan unsur-unsur yang membangun bahan bacaan lainnya.
Dari keseluruhan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cipta sastra sebenarnya
mengandung berbagai macam unsur yang sangat kompleks, antara lain:
1) unsur keindahan,
2) unsur kontemplatif yang berhubungan dengan nilai-nilai atau
renungan tentang keagamaan, filsafat, politik serta berbagai macam
kompleksitas permasalahan kehidupan;
3) media pemaparan, baik berupa media kebahasaan maupun struktur
wacana, serta
4) unsur-unsur intrinsik yang berhubungan dengan karakteristik cipta
sastra itu sendiri sebagai suatu teks.
H. PENDEKATAN APRESIASI SATRA
Pendekatan sebagai suatu prinsip atau landasan yang digunakan oleh
seseorang sewaktu mengapresiasi dapat bermacam-macam yaitu:

1. Pendekatan Parafrastis dalam Mengapresiasi Sastra


Pendekatan parafrastis adalah strategi pemahaman
kandungan makna dalam suatu cipta sastra dengan jalan
mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang
dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan
kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnya. Tujuan akhir dari
penggunaan pendekatan parafrastis itu adalah untuk menyederhanakan
pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca
lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu
cipta sastra.

Penerapan pendekatan parafrastis selain untuk mempermudah


upaya pemahaman makna suatu bacaan, juga digunakan untuk
mempertajam, memperluas dan melengkapi pemahaman makna yang
diperoleh pembaca itu sendiri. Sebab itu, dalam pelaksanaannya nanti,
pendekatan parafrastis ini, selain dapat dilaksanakan pada awal
kegiatan mengapresiasi sastra, juga dapat dilaksanakan setelah
kegiatan apresiasi berlangsung.

10
2. Pendekatan Emotif dalam Mengapresiasi Sastra
Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra adalah suatu
pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang
mengajuk emosi atau perasaan pembaca.

Prinsip-prinsip dasar yang meletarbelakangi adanya


pendekatan emotif yaitu pandangan bahwa cipta sastra merupakan
dari karya seni yang hadir dihadapan masyarakat pembaca untuk
dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan.

Selain berhubungan dengan masalah keindahan yang lebih


lanjut akan berhubungan dengan masalah gaya bahasa seperti
metafor, simile maupun penataan setting yang mampu
menghasilkan panorama yang menarik. Penikmatan keindahan itu
juga dapat berhubungan dengan menyampain cerita, peristiwa,
maupun gagasan tertentu yang lucu dan menarik sehingga mampu
memberikan hiburan dan kesenangan kepada pembaca.

Penikmatan keindahan itu lebih lanjut juga dapat


berhubungan dengan masalah pola persajakan dan paduan bunyi
yang lebih lanjut dapat menghadirkan unsur-unsur musikalitas
yang merdu dan menarik.

Untuk menemukan dan menikmati cipta sastra yang


mengandung kelucuan, anda tentunya juga harus memilih cipta
sastra yang tertentu. Ragam itu misalnya ragam humor dan ragam
komedi.

3. Pendekatan Analitis dalam Mengapresiasi Sastra


Pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha
memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau
mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan
gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan
dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun

11
adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun
totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.

Dalam pelaksaannya, penerapan pendekatan analitis ini


diawali dengan kegiatan membaca teks secara keseluruhan. Setelah
itu, pembaca menampilkan beberapa pernyataan yang berhubungan
dengan unsur-unsur intrinsik yang membangun cipta sastra yang
dibacanya. Misalnya, sewaktu pembaca mengapresiasi salah satu
judul cerpen, lewat judul cerpen yang bacanya itu, setelah pembaca
melaksanakan kegiatan baca terhadap keseluruhan cerpen itu
secara skimming, pembaca lebih lanjut menampilkan pertanyaan-
pertanyaan, misalnya bagaimana penokohannya, setting-nya,
perwatakan setiap tokoh, dan pertanyaan tentang unsur intrinsik
lain yang terdapat dalam cerpen itu. Setelah itu, pembaca kembali
membaca ulang sambil berusaha menganalisis setiap unsur yang
telah ditetapkannya.

4. Pendekatan Historis dalam Mengapresiasi Sastra


Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang
menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar
belakang peristiwa kesejarahan yang melatar belakangi masa-masa
terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta bagaimana
perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu
sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.

Prinsip dasar yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan


ini adalah anggapan bahwa cipta sastra bagaimanapun juga
merupakan bagian dari zamannya. Salain itu, pemahaman terhadap
biografi pengarang juga sangat penting dalam upaya memahami
kandungan makna dalam suatu cipta sastra. Sebab itulah telaah
makna suatu teks dalam pendekatan sosiosemantik / sangat
mengutamakan konteks , baik konteks sosio, budaya, situasi atau
zaman maupun konteks kehidupan pengarangnya sendiri.

5. Pendekatan Sosiopsikologis dalam Mengapresiasi Sastra

12
Pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang
berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya,
kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap
pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya
pada saat cipta sastra itu diwujudkan. Dalam pelaksaannya,
pendekatan ini memang sering tumpang tindih dengan pendekatan
historis. Akan tetapi, selama masalah yang akan dibahas untuk setiap
pendekatan itu dibatasi dengan jelas, maka ketumpangtindihan itu
pasti dapat dihindari.
Contoh penerapan pendekatan sosio-psikologi itu misalnya kita
membaca puisi Chairil berjudul “Diponegoro” jika dalam pendekatan
historis kita dapat membahasnya lewat pembahasan tentang biografi
pengarang, peristiwa kesejarahan yang terjadi pada masa itu serta
telaah tentang bagaimana perkembangan ataupun hubungan antara
puisi “Diponegoro” itu dengan puisi-puisi Chairil sebelumnya maupun
dengan perkembangan karya sastra pada umumnya. Maka dalam
pendekatan sosio-psikologis, apresiator berusaha memahami bagaiman
kehidupan sosial masyarakat pada masa itu, bagaimana sikap
pengarang terhadap lingkungannya, serta bagaimana hubungan antara
cipta sastra itu dengan zamannya.

6. Pendekatan Didaktis dalam Mengapresiasi Sastra


Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun
sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun
sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan
etis, filosof, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai
yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.

Dalam pelaksanaannya, penggunaan pendekatan didaktis ini


diawali dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok pikiran yang
terdapat dalam suatu cipta karta. Satuan pokok pikiran itu pada
dasarnya disarikan dari paparan gagasan pengarang, baik berupa
tuturan ekspresif, komentar, dialog, maupun deskripsi peristiwa dari

13
pengarang atau penyairnya. Dalam penerapan pendekatan didaktis ini,
sebagai pembimbing kegiatan berpikirnya, pembaca dapat berangkat
dari pola berpikir, misalnya jika Malin kundang itu akhirnya mati
karena durhaka kepada ibunya, maka dalam hidupnya, manusia itu
harus bersifat baik kepada orang tua.

14
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran sastra sangatlah penting terlebih pada jenjang
Pendidikan Sekolah Dasar, karena di dalam pembelajaran sastra tersebut
terdapat beberapa aspek humaniora yang dapat mengasah kepekaan sosial,
ketajaman watak, serta dengan mempelajari sastra, seseorang dapat belajar
bagaimana caranya mengharagai karya-karya orang lain, karena pada
dasarnya sastra dapat membantu seseorang lebih memahami kehidupan dan
menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Apresiasi bukanlah pengetahuan sastra yang harus dihafalkan,
melainkan bentuk aktivitas jiwa. Artinya, dalam mengapresiasi, siswa tidak
sekedar mengambil informasi yang berkaitan dengan isi atau mencari
beberapa simpulan logis. Melalui apresiasi sastra idealnya siswa dapat
mengindra atau merasakan kehadiran pelaku, peristiwa, suasana, dan
gambaran obyek secara imajinatif. Lebih dari itu, menurut apresiasi harus
mencakup tanggapan emosional pada isi cerita, tanggapan pada pelaku atau
peristiwa, dan perasaan siswa dalam merasakan/ menikmati gaya bahasa
pengarang cerita.
B. SARAN
Pembelajaran sastra dianggap tidaklah penting, karena pada
jenjang pendidikan umumnya lebih mengedepankan serta mementingkan
pembelajaran yang ilmiah dan bertehnologi. Padahal dengan adanya
pembelajaran sastra dapat turut berperan dalam pembentukan kepribadian,
watak, dan sikap yang tentunya akan lebih baik jika diterapkan sejak dini
dalam tahapan jenjang Pendidikan Sekolah Dasar pada umumnya.
Seharusnya Sastra dapat dioptimalkan pembelajarannya sehingga dapat
diapresiasikan dengan baik

15
DAFTAR PUSTAKA

http://nanasumarna11a.blogspot.com/2011/04/optimalisasi-pembelajaran-sastra-
di.html
http://adesorayalenggogeni.wordpress.com/2014/04/19/pembelajaran-sastra-di-sd/
http://gomblohpbsid.blogspot.com/2010/01/sejarah-perkembangan-teori-
sastra.html
Depdiknas Prop Jabar 2006. Kurikulum Bahasa dan Sastra sunda Bandung; Dinas
Pendidikan Prop Jabar.
Pembelajaran Sastra Indonesia di Sekolah.
http://gurupembaharu.com/home/?p=9911. Diakses pada tanggal 31/12/2011 8:03
http://sendratasik.wordpress.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknik-
penulisan-naskah-drama/
http://www.slideshare.net/hanifphone/drama-429983
Anoname. 2011. Proposal. (online).
(http;//www.scribd.com/doc/7750045/proposal, diakses 18 Januari 2012)
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru
Algensindo.

16

Anda mungkin juga menyukai