Oleh:
1. Rohayati : 2122.01.02.0033
2. Halimah : 2122.01.02.0059
3. Citra widianingsih : 2122.01.02.0045
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Konsep dasar dan prinsip belajar mengajar di SD”. Makalah ini dibuat
dengan tujuan untuk menambah pengentahuan penyusun dan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Strategi Pemblajaran. Demi kesempurnaan makalah ini,
penyusun mohon kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca semua, apabila ada kekurangan mohon maaf sebesar-besarnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
PENUTUP..............................................................................................................19
A. KESIMPULAN...........................................................................................19
B. SARAN.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan yang modern ini sudah selayaknya Konsep dasar
belajar dan mengajar ini menjadikan prinsip dasar yang sangat fundamental
yang harus dipahami para guru dalam rangka melaksanakan proses belajar
mengajar di ruang lingkup dunia pendidikan. Dengan didasari memahami
mengenai konsep dasar belajar mengajar diharapkan tercapainya suatu tujuan
dari proses belajar mengajar yang berkualitas dan pada akhirnya dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, setidaknya oleh para guru sebagai
pendidik dalam rangka pemahaman dan menciptakan peserta didik yang
berkualitas sesuai dengan karakteristik minat dan bakat serta kemampuan yang
dimiliki siswa.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa belajar merupakan proses
mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang di
katakan belajar bila fikiran dan perasaanya aktif. Aktivitas pikiran dan
perasaan itu sendiri tidak dapat di amati orang lain,akan tetapi terasa oleh yang
bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Sedangkan pembelajaran
merupakan upaya untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang harus di
kuasai siswa di SD. Proses pembelajaran perlu di sesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa di SD. Itu sebabnya proses pembelajaran di taman
kanak-kanak berbeda dengan proses belajar di sekolah dasar atau denan
tingkat pendidikan yang lainnya.
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat
mengungkapkan batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam
melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip
belajar dapat membantu siswa di SD dalam memilih tindakan yang tetap. Guru
dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatanya baik tetapi nyatanya
tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa di SD. Selain itu dengan
teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yang
diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa di SD. Sedangkan
1
mengetahui asas-asas pembelajaran pun tak kalah pentingnya. Asas-asas
pembelajaran juga dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan
program pembelajaran inovatif.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c. Aspek guru, sebagai figur pendidik seyogyanya dalam proses belajar
mengajar selalu mengusahakan terciptanya situasi yang mengarah pada
proses pengalaman belajar (learning experience) pada diri siswa, dengan
mengerahkann segala sumber (learning resources) dan menggunakan
strategi belajar mengajar (teaching-learning strategy) yang tepat
(appropriate).
Dari sini timbul suatu pemahaman bahwa terjadinya perilaku
belajar pada siswa dan perilaku mengajar pada guru tidak berlangsung
dari satu arah (one way system) melainkan terjadinya secara timbal balik
(interaktif, two way traffic system) yang seyogyanya dipahami dan
disepakati bersama.
Setidaknya minimal ada tiga komponen yang harus dipahami
oleh guru dalam rangka pencapaian dari perubahan-perubahan dari hasil
proses belajar mengajar, yaitu:
a) Hakikat atau konsep dasar serta terjadinya perilaku belajar pada diri
siswa.
b) Kriteria dan cara merumuskan tujuan belajar mengajar (instruksional)
dalam bentuk yang operasional yang dapat dipandang sebagai
manifestasi hasil perilaku belajar siswa yang secara langsung dapat
diamati (observasi) dan dapat dievaluasi atau diukur (measurable).
c) Karakteristik utama, termasuk segi-segi kebaikan dan kelemahannnya,
dari beberapa model strategi belajar mengajar yang umum, serta
kriteria yang dapat dipergunakan untuk memilihnya bagi keperluan
penggunaannya.
4
telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami
prinisp-prinsip belajar itu.
5
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja
tanpa mengadakan transformasi.Menurut teori ini anak memiliki sifat
aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar
mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari
dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik
kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa di SD selalu menampakkan
keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis
misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan
yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
c. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar
yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa
belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar
secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung
melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Keterlibatan siswa di SD di dalam
belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan
emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian
perolehan pengetahuan, dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan
sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan.
d. Perbedaan Individu
Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan
indiviadual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian
tujuan belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya
memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan
seluruh siswa di SD. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar
6
belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan
materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
Siswa di SD merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang
siswa di SD yang sama persis, tiap siswa di SD memiliki perbedaan satu
dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan
hasil belajar siswa di SD.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual
dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
1. Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi;
2. Penggunaan metode instruksional;
3. Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa
di SD pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang
kurang
4. Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan
kemampuan siswa di SD.
2. Implikasi prinsip belajar pada siswa di SD dan guru
a) Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa di SD
Siswa di SD sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam
kegiatan pembelajaran, dengan alasan apapun tidak dapat mengabaikan
begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
1. Perhatian dan Motivasi
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa di SD adalah disadarinya
oleh siswa di SD bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus
dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus.Untuk dapat
membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara
terus-menerus, siswa di SD dapat melakukannya dengan
menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai
secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran
penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya.
2. Keaktifan
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa di SD berwujud perilaku-
perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis
7
hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya
tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip
keaktifan bagi siswa di SD lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung
siswa di SD dalam proses pembelajaran.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa di SD agar tidak
segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada
mereka.Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip
keterlibatan langsung bagi siswa di SD, misalnya siswa di SD berdiskusi
untuk membuat laporan, siswa di SD melakukan reaksi kimia, dan perilaku
sejenisnya.Perilaku keterlibatan siswa di SD secara langsung dalam
kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan
siswa di SD
b) Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak
terlepas dari adanya prinsip-prinsip belajar. Guru sebagai penyelenggara
dan pengelola kegiatan pembelajaran terimplikasi oleh adanya prinsip-
prinsip belajar ini.
1. Perhatian dan motivasi
Implikasi prinsip perhatian bagi guru tampak pada perilaku-perilaku
sebagai berikut:
Guru menggunakan metode secara bervariasi
Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi
yang diajarkan
Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton
Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing
(direction question)
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tampak pada perilaku-
perilaku yang diantaranya adalah:
Memilih bahan ajar sesuai minat siswa di SD
Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa di
SD
8
Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa di SD dan sesegera
mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa di SD
Memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa di SD
yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan
Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari
siswa di SD
2. Keaktifan
Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa di SD,
maka guru di antaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
Menggunakan multimetode dan multimedia
Memberikan tugas secara individual dan kelompok
Memberikan kesempatan pada siswa di SD melaksanakan
eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3
orang)
Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal
yang kurang jelas
Mengadakan tanya jawab dan diskusi
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Implikasi dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman
bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai
manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan,
membimbing dan mendorong siswa di SD ke arah tujuan pengajaran yang
ditetapkan.
4. Tantangan
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan diantaranya
adalah:
Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan
kesempatan kepada siswa di SD untuk melakukannya secara
individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)
Memberikan tugas pada siswa di SD memecahkan masalah yang
membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai
sumber informasi
9
Menugaskan kepada siswa di SD untuk menyimpulkan isi
pelajaran yang selesai disajikan
Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul, dan
yang lain) yang memperhatikan kebutuhan siswa di SD untuk
mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga tidak harus semua
pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan
kesempatan siswa di SD mencari dari sumber lain.
Membimbing siswa di SD untuk menemukan fakta, konsep,
prinsip, dan generalisasi sendiri.
10
atau tingkah laku baru yang mungkin berbentuk ketrampilan, sikap,
kebiasaan dan kemampuan (Witherington,1950).
Belajar itu membawa perubahan (perubahan perilaku, baik aktual
maupun potensial), perunahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya
kecakapan baru, perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
(Sumadi,1984).
2. Tujuan dalam Proses Pembelajaran
Tujuan proses pembelajaran bagi guru adalah mengantarkan peserta
didik atau sebagai fasilitator dalam menguasai kompetensi yang
dibutuhkan melalui proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran bagi
siswa di SD adalah mampu menguasai kompetensi yang diajarkan oleh
guru sehingga dapat diperoleh hasil belajar (nilai) yang memuaskan.
a) Asas – asas Pembelajaran
1. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan
maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang
disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa.
Dengan peragaan diharapkan proses pengajaran terhindar dari
verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata yang diucapkan oleh
guru tetapi tidak mengerti maksudnya. Untuk itu sangat diperlukan
peragaan dalam pengajaran terutama terhadap siswa pada tingkat
dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk
mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat, maksud dan
tujuan peragaan ialah memberikan variasi dalam cara-cara mengajar,
memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar, sehinga lebih
wujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran.
Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar,
menyangkut beberapa aspek:
a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.
b. meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.
c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.
11
d. Menyelenggarakan karya wisata.
Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan
lebih berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan
pengamatan langsung anak itu sendiri. Ada dua macam peragaan:
Peragaan langsung, dengan menggunakan benda aslinya atau
mengadakan percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh siswa.
Peragaan tidak langsung, dengan menunjukkan benda tiruan atau suat
model. Contoh: gambar, boneka, film, foto dan sebagainya.
2. Minat dan Perhatian
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sementara
perhatian, di sini mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan
memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya.
Kemudian karena perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai
prestasi yang diinginkan.
Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu
berkaitan, seorang siswa yang berminat dalam belajar akan timbul
perhatiannya terhadap pelajaran tersebut. Akan tetapi terkadang
perhatian siswa akan hilang jika tidak ada minat dalam pelajaran yang
diajarkan, oleh karena itu diperlukan kecakapan seorang guru untuk
membangkitkan minat dan perhatian peserta didik. Untuk
membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru harus:
Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan
bagi siswa.
Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan
bahan yang disajikan.
Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang
sehat, berusaha menghindarkan hukuman.
12
Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan
meia,menghindari hal-hal yang tidak perlu, mengadakan
selingan sehat.
3. Motivasi
Motivasi bersal dari bahasa latin “movere”, yang berarti
menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi
berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan
yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk perubahan
perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang member semangat
belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Dalam artian, perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah, dan bertahan
lama.
Menurut Prasetya Irawan dkk. mengutip hasil penelitian Fyan dan
Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan
motivasi. Maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik.
Dalam hal ini motivasi belajar sangat berperan mendorong peserta
didik mencapai keberhasilan belajar mereka. Keberhasilan yang
diraihnya tentu akan menghasilkan kepuasan pada diri peserta didik.
Oleh karena itu, arti penting keberhasilan belajar mendorong guru
harus terampil mengembangkan strategi motivasi khususnya yang
berkaitan dengan pencapaian belajar. Cara yang dapat dilakukan guru
antara lain:
Menggunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang
informatif bukan ancaman atau sejenisnya.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk segera
menggunakan atau mempraktikkan pengetahuan yang baru
dipelajarinya.
13
Meminta kepada peserta didik yang telah menguasai suatu
keterampilan atau pengetahuan untuk membantu teman-
temanya yang belum berhasil.
Membandingkan prestasi peserta didik dengan dirinya di masa
lalu atau dengan suatu standar tertentu, bukan dengan peserta
didik yang lain.
4. Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata apperception (Inggris), yang berarti
menafsirkan buah pikiran, menyatukan dan mengasimilasikan suat
pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan
demikian memahami dan menafsirkanya.
Apersepsi menurut Herbart adalah memperoleh tanggapan-
tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Dalam hal
ini terjadi sosiasi antara tanggapan yang baru dengan tanggapan yang
lama. Herbart mengemukakan bahwa yang diketahui digunakan untuk
memahami sesuatu yang belum diketahui. Apersepsi membangkitkan
minat dan perhatian untuk sesuatu, karena itu pelajaran harus selalu
dibangun atas pengetahuan yang telah ada.
Berdasarkan prinsip itu Herbart menganjurkan langkah-langkah
berikut:
Kejelasan, sesuatu diperlihatkan untuk memperdalam
pengertian. Di sini guru yang terutama aktif (memberi) dan
murid “Pasif” (menerima). Cara mengajar memberitahukan.
Asosiasi, anak-anak diberi kesempatan untuk menghubungkan
pengertian baru dengan pengalaman-pengalaman lama. Anak-
anak di sini lebih aktif. Metode mengajar: Tanya Jawab,
Pertanyaan.
Sistem, di sini bahan baru itu ditempatkan dalam hubungannya
dengan hal-hal lain. Ini hanya mingkin, jika bahan itu telah
dipahami sepenuhnya. Metode: Menjelaskan, Ceramah.
Metode, anak-anak mendapat tugas untuk dikerjakan. Guru
memperbaiki dengan memberi petunjuk di mana perlu.
14
5. Korelasi dan Konsentrasi
Yang dimaksud dengan korelasi disini adalah hubungan antara
mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya yang berfungsi untuk
menguatkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, juga dapat
menimbulkan minat dan perhatian siswa. Hendaknya guru juga
menghubungkan pelajaran dengan realita sehari-hari. Karena dalam
realitasnya, pembelajaran di sekolah masih banyak menggunakan
strategi pembelajaran yang hanya berupaya untuk menghabiskan
materi pembelajaran semata sehingga kurang memberi makna bagi
peserta didik. Oleh karena itu, agar aktivitas pembelajaran mampu
memberikan makna bagi peserta didik yang belajar, guru perlu
mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengaitkan
materi pelajaran dengan kehidupa sehari-hari.
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaannya, yakni :
a. Tahap inisiasi, guru dapat menarik perhatian siswa dengan alat
peraga, supaya kelas dapat memiliki topik, siswa dibentuk
kelompok dan tiap kelompok diberi permasalahanya masing-
masing.
b. Tahap pengembangan, pada tahap hal ini kelompok-kelompok
diterjunkan langsung kelapangan untuk mencari sumber data
untuk materi diskusi, laporan ditulis lengkap, para siswa
diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dan guru bertindak
sebagai pedamping.
c. Tahap kulminasi, sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok
dapat menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan
diskusi kelas atau diskusi panel, dan diharapkan para siswa
dapat berperan aktif.
6. Individualisasi
Siswa merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang
siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan
yang lain. Perbedaan ituterdapat pada karakteristik psikis,
kepribadian, dan sifat-sifatnya.10 Setiap guru tentu menyadari bahwa
15
menghadapi 30 siswa dalam satu kelas misalnya, berarti menghadapi
30 macam keunikan atau karakteristik. Perbedaan individu ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda
dengan anak didik lainya, akan berbeda dengan guru yang memandang
anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam
segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru
dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik
sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah
melakukan pendekatan dalam pembelajaran.
Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut
untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat
pada tiap siswa, misalnya dengan:
a. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat
melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
b. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan
pembelajaran.
c. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan
perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan.
d. Memberikan remidiasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang
membutuhkan.
7. Kooperasi
Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Kooperatif
menggambarkan makna yang lebih luas, yaitu menggambarkan
keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencangkup pula
pengertian kolaborasi.
Pembelajaran koopertif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil (small goup),
yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
16
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda
(heterogen).
Yang dimaksud dengan koopersi di sini adalah belajar atau
bekerja sama (kelompok). Hal ini dianggap penting untuk menjalin
hubungan sosial antara siswa yang satu dengan yang lainnya, juga
hubungan guru dengan siswa.
Adapun keuntungan-keuntungan kooperatif antara lain:
a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan berpikir sendiri, menentukan informasi
dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain;
b. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan
ide-ide orang lain;
c. Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;
d. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar;
e. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal
yang positif dengan yang lain, dan mengembangkan keterampilan
memanage waktu;
f. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
Ada beberapa jenis kerja sama, William Burton membagi
kelompok kerja sama tersebut antara lain:
Kerja kelompok, untuk memecahkan suatu problem, menganalisis
masalah, pembagian tugas, kegiatan penyelidikan, dan kesimpulan.
Diskusi kelompok, diskusi ini tidak sama dengan debat tetapi selalu
mengutamakan pemecahan masalah.
Pembelajaran kooperatif merupakan proses atau metode yang
tidak hanya mengutamakan tercapainya kualitas siswa yang kognitif
melainkan untuk mengembangkan kemampuan lainnya seperti
17
kesadaran siswa menyadari hakikat dirinya, hakikat hubungannya
dengan orang lain dan lingkungannya.
b) Arti Penting Asas-asas Pembelajaran
Sebelum membahas peranan atau arti penting asas
pembelajaran, akan disinggung sedikit tentang didaktik dan metodik.
Didaktik dapat dipahami dengan suatu ilmu yang membicarakan
prinsip-prinsip dalam penyampaian pelajaran. Didaktik adalah
sebagian dari pedagogik atau ilmu mengajar.
Didaktik dapat dibagi menjadi dua yaitu didaktik umum
(prinsip-prinsip umum yang berkenaan dengan penyajian bahan
pelajaran) dan didaktik khusus (membicarakan tentang cara
mengajarkan tentang suatu mata pelajaran tertentu). Didaktik khusus
juga disebut dengan Metodik atau disebut dengan metodologi
Pengajaran dan terbagi dalam dua bagian, metodik umum dan khusus.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa asas atau prinsip pembelajaran adalah
bagian dari metodologi pembelajaran.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan Prinsip-prinsip
belajar itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,
serta perbedaan individual. Prinsip-prinsip belajar yang berimplikasi bagi
siswa di SD maupun guru, dalam satu kegiatan yang dilakukan siswa di SD
maupun guru, kita dapat menemukan perwujudan/penampakan dari prinsip-
prinsip belajar lebih dari satu. Kenyataan bahwa dalam satu kegiatan
pembelajaran terdapat lebih dari satu prinsip belajar yang tampak menuntut
guru untuk benar-benar menguasai dan terlebih menandai perwujudan
prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan pembelajaran.Tujuan proses
pembelajaran bagi guru adalah mengantarkan peserta didik atau sebagai
fasilitator dalam menguasai kompetensi yang dibutuhkan melalui proses
belajar mengajar. Tujuan pembelajaran bagi siswa di SD adalah mampu
menguasai kompetensi yang diajarkan oleh guru sehingga dapat diperoleh
hasil belajar (nilai) yang memuaskan.Oleh karena itu kaitannya dengan hal
itu, perlu diketahui juga asas – asas dalam pembelajaran itu sendiri,
sehingga akan diperoleh suatu proses belajar mengajar yang berlandaskan
asas – asas pembelajaran yang berlaku.
B. SARAN
Dalam Sebagai seorang calon guru, tentunya pembaca harus bisa
memahami kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Hal
ini bertujuan agar ketika menjadi guru pembaca sudah mengerti tugas
19
seorang guru yang sangat berat. Dan yang terpenting adalah
mempersiapkan segala hal yang akan digunakan sebagai seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.unsri.ac.id/yunifitriyah/belajar-dan-pembelajaran/prinsip-prinsip-
belajar-dan-asas-pembelajaran/pdf/15206/
http://ceriwisfina.blogspot.com/2009/05/prinsip-prinsip-belajar-dan-asas-
asas.html
http://massofa.wordpress.com/2009/01/30/prinsip-prinsip-belajar/
http://ramlannarie.wordpress.com/2010/06/12/asas-asas-pembelajaran/
Rothwell, A.B., Learning Principles, dalam Clark L.H. Strategies and Tactics in
secondary School Teaching: A Book of Readings, Toronto: the Mac Millan, Co.,
1968 t 2023
https://www.academia.edu/30079552/ASAS-ASAS_PEMBELAJARAN
20