Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia nya, masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Strategi Belajar Mengajar”. Alhamdulillah penyusun telah selesai dan
diberi kesempatan untuk memberikan argumentasinya yang dituangkan dalam
makalah ini.
Mengingat banyaknya topik yang harus dibahas dan disesuaikan dengan Mata
Kuliah Strategi Belajar Mengajar diperguruan tinggi, maka penulis memberikan
pengertian secara terperinci agar pembaca bisa cepat paham dengan maksud
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mengandung banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat berterimakasih apabila pembaca bersedia
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sehingga dapat digunakan
untuk penyempurnaan makalah berikutnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada Dosen Pembimbing
yang telah memberikan tugas makalah ini, karena dengan adanya makalah ini penulis
bisa lebih paham tentang Strategi Belajar Mengajar. Akhirnya semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.Amiin….

Banda Aceh, 11 Juli 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I, PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................2

BAB II, PEMBAHASAN........................................................................................................3


A. Untuk Mengetahui Konsep Strategi Belajar Mengajar...........................................3
1. Pengertian SBM.........................................................................................................3
2. Klasifikasi SBM.........................................................................................................3
3. Implementasi Belajar Mengajar...............................................................................6
B. Untuk Mengetahui Hakikat, Ciri Dan Komponen Belajar Mengajar.....................9
1. Hakikat Belajar Mengajar.........................................................................................9
2. Ciri-ciri Belajar Mengajar.........................................................................................9
3. Komponen-Komponen Belajar Mengajar............................................................10

BAB III, PENUTUP...............................................................................................................13


A. Kesimpulan....................................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat penting. Abad mendatang merupakan suatu tantangan bagi generasi yang
akan datang. Terutama bagi bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional dan
sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa lain.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan percaya kepada Tuhan yang Maha Esa. Di dalam usaha untuk mencapai
tujuan tersebut, dibutuhkan seorang pendidik yang berkualitas sehingga dalam pola
pembelajaran yang diajarkan dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan
yang diinginkan.
Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan seorang pendidik yang mampu
berkualitas serta diharapkan dapat mengarahkan anak didik menjadi generasi yang
kita harapkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Untuk itu, guru tidak hanya
cukup menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi guru juga harus pandai
menciptakan suasana belajar yang baik, serta juga mempertimbangkan pemakaian
metode dan strategi dalam mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan sesuai
pula dengan keadaan anak didik.
Keberadaan guru dan siswa merupakan dua faktor yang sangat penting di
mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi
oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap
mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak
didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran
adalah bagaimana menimbulkan aktifitas dan keaktifan dalam diri siswa untuk dapat
belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan dalam suatu pengajaran sangat
dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa. Salah satu cara untuk menimbulkan
aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah kegiatan-kegiatan belajar yang

1
monoton, yang bisa dirubah dengan strategi-strategi belajar yang lebih baik sehingga
tercapai pembelajaran yang efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep strategi belajar mengajar?
2. Apa hakikat, ciri dan komponen belajar mengajar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep strategi belajar mengajar
2. Untuk mengetahui hakikat, ciri dan komponen belajar mengajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Strategi Belajar Mengajar (SBM)


1. Pengertian SBM
Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup
dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa
(Gerlach dan Ely). Strategi belajar-mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur
kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya
(Dick dan Carey). Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi
pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai
tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan
pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai
(Gropper). Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap
materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, maka jenis kegiatan yang harus
dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.

Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan antara
strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah
kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan bahwa strategi
belajar-mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar-
mengajar terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin siswa betul-
betul akan mencapai tujuan, strategi lebih luas daripada metode atau teknik
pengajaran.
2. Klasifikasi SBM
Klasifikasistrategibelajar-mengajar,berdasarkanbentukdan
pendekatan Expository dan Discovery/Inquiry.
“Exposition” (ekspositorik) yang berarti guru hanya memberikan informasi
yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti bukti yang
mendukung. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru.
Pengajaran telah diolah oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan

3
siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu, disebut ekspositorik.
Hampir tidak ada unsur discovery (penemuan). Dalam suatu pengajaran, pada
umumnya guru menggunakan dua kutub strategi serta metode mengajar yang lebih
dari dua macam, bahkan menggunakan metode campuran.
Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositorik dengan metode
ekspositorik juga. Begitu pula dengan discovery/inquiry. Sehingga suatu ketika
ekspositorik - discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi belajar-mengajar,
tetapi suatu ketika juga berfungsi sebagai metode belajar-mengajar.
Guru dapat memilih metode ceramah, ia hanya akan menyampaikan pesan
berturut-turut sampai pada pemecahan masalah/eksperimen bila guru ingin banyak
melibatkan siswa secara aktif. Strategi mana yang lebih dominan digunakan oleh
guru tampak pada contoh berikut:
Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan untuk
menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan aturan: Berdiri
pada jalur penyeberangan, menanti lampu lintas sesuai dengan urutan wama, dan
sebagainya.
Dalam contoh tersebut, guru menggunakan strategi ekspositorik. Ia
mengemukakan aturan umum dan mengharap anak-anak akan mengikuti/mentaati
aturan tersebut. Dengan menunjukkan sebuah media film yang berjudul
“Pengamanan jalan menuju sekolah guru ingin membantu siswa untuk merencanakan
jalan yang terbaik dari sekolah ke rumah masing-masing dan menetapkan peraturan
untuk perjalanan yang aman dari dan ke sekolah.
Dengan film sebagai media tersebut, akan merupakan strategi ekspositori bila
direncanakan untuk menjelaskan kepada siswa tentang apa yang harus mereka
perbuat, mereka diharapkan menerima dan melaksanakan informasi/penjelasan
tersebut. Akan tetapi strategi itu dapat menjadi discovery atau inquiry bila guru
menyuruh anak-anak kecil itu merencanakan sendiri jalan dari rumah masing masing.
Strategi ini akan menyebabkan anak berpikir untuk dapat menemukan jalan yang
dianggap terbaik bagi dirinya masing-masing. Tugas tersebut memungkinkan siswa
mengajukan pertanyaan pertanyaan sebelum mereka sampai pada penemuan-
penemuan yang dianggapnya terbaik. Mungkin mereka perlu menguji cobakan
penemuannya, kemungkinan mencari jalan lain kalau dianggap kurang baik.

4
Dan contoh sederhana tersebut dapat kita lihat bahwa suatu strategi yang
diterapkan guru, tidak selalu mutlak ekspositorik atau discovery. Guru dapat
mengombinasikan berbagai metode yang dianggapnya paling efektif untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Discovery dan Inquiry : Discovery (penemuan) sering dipertukarkan
pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses
mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses
mental misalnya; mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan
dan sebagainya. Sedangkan konsep, misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi, energi
dan sebagai. Prinsip misalnya “Setiap logam bila dipanaskan memuai” Inquiry,
merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam)
Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya.
Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi men, melaksanakan
eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data,
membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-
batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik
untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard Suchman mencoba
mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi. guru ke situasi
yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud
diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery
Lesson, (pelajaran dengan penemuan terpimpin) yang langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan pernyataan
atau pertanyaan
b. Jelas tingkat/kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan
diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III)
c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui keglatan tersebut
perlu ditulis dengan jelas.
d. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam
melaksanakan kegiatan
e. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.

5
f. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
g. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental
operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.
h. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang
mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.
i. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan
mengalami kegagalan atau tak berjalan Sebagaimana mestinya.
Sedangkan langkah-langkah inquiry menurut dia meliputi:
a. Menemukan masalah
b. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan
c. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan
d. Perumusan keterangan yang diperoleh
e. Analisis proses inquiry.
3. Implementasi Belajar Mengajar
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan Model
pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan
menyeluruh. Misalnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-
kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati
oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut,
seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan
masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh
teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan
permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-
siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana
pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai
penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut
dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi
pada upaya penyelidikan oleh siswa.

6
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai
contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu
model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan
dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan
penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan
konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang
menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai
dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model
pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus
dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model
pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model
pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa
agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan
tahap menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok
pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif
memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang
mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku
yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model
pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru.
Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama
lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan
memperhatikan guru.
Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam
pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan
cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator
pembelajarannya dapat tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik
yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara

7
siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber
(guru) terhadap peserta didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran
sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan
guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.
Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut
penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara
model pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita
sepakati hal-hal sebagai berikut :
a. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih
diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep belajar.
b. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap
model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
c. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai
dengan materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan
beberapa model pembelajaran.
d. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan
tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.
e. Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
 Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat
mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga.
 Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa
dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
 Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kta
ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru
dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri. Anggaplah kita
sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
 Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat
beragam. Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah
pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari
hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai dengan lebih
efektif dan efisien.

8
B. Hakikat, Ciri dan Komponen Belajar Mengajar
1. Hakikat Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak didik adalah sebagai subjek dan
sebagai objek dari kegiatan pengajaran karena itu, inti proses pengajaran tidak lain
adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan
pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk
mencapinya. Keaktifan anak didik di sana tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi
pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran
tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak
merasakan perubahan di dalam dirinya.
Padahal belajar pada hakikatnya adalah “Perubahan” yang terjadi di dalam
diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada
kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kegiatan belajar. Misalnya,
perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah
“perubahan”, maka hakikat belajar mengajar adalah proses “perubahan” yang
dilkakukan oleh guru.
2. Ciri-ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses perngaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas
dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
a. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam
suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud dengan kegiatan belajar
mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai
pusat perhatian.
b. Ada suatu proses (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk
mencapai secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada
prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relevan.
c. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus. Dalam hal ini materi harus di desain sedemikian rupa, sehingga
cocok untuk mencapai tujuan.
d. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik
merupakan syarat untuk bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

9
e. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam
perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan
memberi motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
f. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan dispilin. Disiplin dalam
kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru
maupun anak didik dengan sadar.
g. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem
berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang
tidak bisa ditingkatkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan
itu sudah harus tercapai.
h. Evaluasi. Dari seluruh kagiatan diatas, masalah evaluasi bagian penting yang
tidak bisa diabaikan, setelah guru melakukan kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi harus guru lalkukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pengajaran yang telah dilakukan.
3. Komponen-Komponen Belajar Mengajar
Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung
sejumlah komponen yang meliputi:
Tujuan. Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan
suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal
itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah amana
kagiatan itu akan di bawah. Akhirnya, guru tidak bisa mengabaikan masalah
perumusan tujuan bila ingin memprogramkan pengajaran.
Bahan Pelajaran. Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan
dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak
akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai
bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik. Ada dua persoalan
dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan
bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang
menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin
keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan
pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat

10
menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan penunjang ini biasanya
bahan yang terlepas dari dispilin keilmuan guru, tetapi dapat digunakan sebagai
penunjang dalam penyampaian bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran
penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar
dapat memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua anak didik.
Kegiatan Belajar Mengajar. Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan
dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkam akan dilaksanakan
dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan
semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah
interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak
didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan
fasilitator.
Metode. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, mereka diperlukan oleh
guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia
tidak menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para
ahli psikologi dan pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 1991: 72).
Alat. Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan,
alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat sebagai tujuan
(Dr. Ahmad D. Marimba, 1989: 51).
Sumber Pelajaran. Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan
belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana
bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Drs. Udin Saripuddin
Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata, 1991: 165). Dengan demikian,
sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang
mengandung hal-halbaru bagi si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk
mendapatkan hal-hal baru (perubahan).

11
Evaluasi. Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Dalam
buku Essentials of Educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W.
Brown. Dikatakan bahwa Evaluation refer to the act or prosess to determining the
value of something. Jadi, menurut Wind dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di
atas, maka menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sumartana, (1983: 1) evaluasi
pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan dunia pendidikan.
Berbeda dengan pendapat tersebut, Ny. Drs. Roestiyah N.K. (1989: 85)
mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui
sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan
kemampuan belajar.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup
dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan
prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran
tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis
latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai. Tiap tingkah laku yang
harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran
berbeda satu sama lain, maka jenis kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa
memerlukan persyaratan yang berbeda pula.
Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
antara model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik
dan metode pembelajaran. Walaupun perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua
istilah merupakan satu kesatuan yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Jadi model pembelajaran adalah pembungkus proses pembelajaran
yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik. Contoh : model yang
digunakan guru PAIKEM, Pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan
pemerintah adalah pendekatan pembelajaran yang terfokus pada siswa, dimana
strategi pembelajaran siswa aktif, bisa mengungkapan gagasan, penemuan-
penemuan.

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif
dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar


(Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain.2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rineka Cipta.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan


Universitas Terbuka.

………………………, 2008, Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan


Teknik
Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/). Diakses: Banda Aceh, 17
Juni 2012.
14

Anda mungkin juga menyukai