SITTI FADILAH
NIM: 17040202012
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2018
1
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
A. Asas-Asas Belajar Dalam Pembelajaran ......................................................................... 3
B. Prinsip-Prinsip Belajar Dalam Pembelajaran ................................................................... 8
C. Penerapan Asas dan Prinsip Belajar Dalam Pembelajaran ............................................ 13
BAB III.................................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Untuk menciptakan dan
menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu
diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip maupun teori belajar.
Proses belajar mengajar memang merupakan bagian terpenting dalam
mengimplementasikan kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip pembelajaran itu
sendiri. Adapun untuk bisa mengetahui efektivitas dan juga efisiensi suatu pembelajaran bisa
kita lihat melalui kegiatan pembelajaran ini. Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran
sudah sepatutnya seorang pengejar mengetahui bagaimana cara untuk membuat kegiatan
belajar bisa berjalan dengan baik serta bisa mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan.
Prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para
pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar
bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang
dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan.
Saat ini pendidikan dituntut untuk dapat memainkan perannya sebagai basis dan
benteng yang akan menjaga dan memperkukuh etika dan moral bangsa. Pendidikan
merupakan suatu media sosialissi nilai-nilai luhur. Sementara itu, kualitas dari
pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu proses belajar mengajar, dan mutu proses
belajar mengajar ditentukan oleh berbagai komponen yang terkait satu sama lain, yaitu input
peserta didik, kurukulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana,
manajemen, dan lingkungan.
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan guru sebagai pendidik adalah
berkenaan dengan prinsip-prinsp belajar dan asa-asas pembelajaran. Pemahaman dan
ketreampilan menerapkan prinsip-prinsip belajar dan asas pembelajaran akan membentuk
guru untuk mampu mengelola proses pembelajaran secara tepat, sesuai dengan karakteristik
siswa dan tujuan pembeajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Asas-asas Pembelajaran?
2. Apa saja prinsip pembelajaran?
3. Bagaimana penerapan asas dan prinsip pembelajaran dan pembelajaran?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Asas-asas pembelajaran.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran.
3. Untuk mengetahui penerapan asas dan prinsip pembelajaran dan pembelajaran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas-asas Pembelajaran
1. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan
kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan
dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan diharapkan proses pengajaran terhindar dari
verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata yang diucapkan oleh guru tetapi tidak
mengerti maksudnya. Untuk itu sangat diperlukan peragaan dalam pengajaran terutama
terhadap siswa pada tingkat dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk mencapai pengertian
tentang sesuatu hal secara tepat, maksud dan tujuan peragaan ialah memberikan variasi
dalam cara-cara mengajar, memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar, sehinga
lebih wujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran.1
Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut
beberapa aspek:
a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.
b. Meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.
c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.
d. Menyelenggarakan karya wisata.
Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan lebih berkesan
dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung anak itu
sendiri. Ada dua macam peragaan: Peragaan langsung, dengan menggunakan benda aslinya
atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh siswa. Peragaan tidak
langsung, dengan menunjukkan benda tiruan atau suat model. Contoh: gambar, boneka,
film, foto dan sebagainya.
2. Minat dan Perhatian
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sementara perhatian, di sini mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap
pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya.
1
S. Nasution, Diktatik: Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 98.
5
Kemudian karena perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan
siswa untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.2
Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan, seorang siswa yang
berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran tersebut. Akan tetapi
terkadang perhatian siswa akan hilang jika tidak ada minat dalam pelajaran yang diajarkan,
oleh karena itu diperlukan kecakapan seorang guru untuk membangkitkan minat dan
perhatian peserta didik. Untuk membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru
harus:
a. Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa.
b. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang disajikan.
c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha
menghindarkan hukuman.
d. Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan meia,menghindari hal-hal
yang tidak perlu, mengadakan selingan sehat.
3. Motivasi
Motivasi bersal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Berdasarkan
pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan
motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan
yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Hakikat motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar
untuk perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang member semangat
belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Dalam artian, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energy, terarah, dan bertahan lama.
Menurut Prasetya Irawan dkk. mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari
tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau
konteks sekolah, dan motivasi. Maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik.3
Dalam hal ini motivasi belajar sangat berperan mendorong peserta didik mencapai
keberhasilan belajar mereka. Keberhasilan yang diraihnya tentu akan menghasilkan
2
Ahmad Susanto, Teori dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 16-17.
3
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar),
h. 162-163.
6
kepuasan pada diri peserta didik. Oleh karena itu, arti penting keberhasilan belajar
mendorong guru harus terampil mengembangkan strategi motivasi khususnya yang berkaitan
dengan pencapaian belajar. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain:
a. Menggunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif bukan
ancaman atau sejenisnya.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk segera menggunakan atau
mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajarinya.
c. Meminta kepada peserta didik yang telah menguasai suatu keterampilan atau
pengetahuan untuk membantu teman-temanya yang belum berhasil.
d. Membandingkan prestasi peserta didik dengan dirinya di masa lalu atau dengan
suatu standar tertentu, bukan dengan peserta didik yang lain.4
4. Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan buah
pikiran, menyatukan dan mengasimilasikan suat pengamatan dengan pengalaman
yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkanya.
4
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, h. 171.
7
d. Ini hanya mingkin, jika bahan itu telah dipahami sepenuhnya.
Metode: Menjelaskan, Ceramah.
e. Metode, anak-anak mendapat tugas untuk dikerjakan. Guru memperbaiki dengan
memberi petunjuk di mana perlu.5
6. Individualisasi
Siswa merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat
pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.7 Setiap guru tentu menyadari
bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas misalnya, berarti menghadapi 30
5
S. Nasution, Diktatik: Asas-asas Mengajar, h. 156-158.
6
Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran dan Aplikasinya, h. 272.
7
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 75
8
macam keunikan atau karakteristik. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil
belajar siswa.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik
lainya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama
dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan
pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik
sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan
dalam pembelajaran.8
7. Kooperasi
Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Kooperatif menggambarkan makna yang lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan
proses sosial dalam belajar dan mencangkup pula pengertian kolaborasi.10
Pembelajaran koopertif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan atau tim kecil (small goup), yaitu antara empat sampai enam orang
yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang
berbeda (heterogen).11
Yang dimaksud dengan koopersi di sini adalah belajar atau bekerja sama
(kelompok). Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara siswa yang
satu dengan yang lainnya, juga hubungan guru dengan siswa. Adapun keuntungan-
keuntungan kooperatif antara lain:
8
Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, h. 50.
9
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, h. 82.
10
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, h. 54-55.
11
Saekan Muchtith, dkk., Cooperatif Learning, (Semarang: Rasail, 2010), h. 87.
9
a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan berpikir sendiri, menentukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain;
b. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-
kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain;
c. Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;
d. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar;
e. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
dengan yang lain, dan mengembangkan keterampilan memanage waktu;
f. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri, menerima umpan balik.12
Ada beberapa jenis kerja sama, William Burton membagi kelompok kerja sama
tersebut antara lain:
a. Kerja kelompok, untuk memecahkan suatu problem, menganalisis masalah,
pembagian tugas, kegiatan penyelidikan, dan kesimpulan.
b. Diskusi kelompok, diskusi ini tidak sama dengan debat tetapi selalu
mengutamakan pemecahan masalah.
Pembelajaran kooperatif merupakan proses atau metode yang tidak hanya
mengutamakan tercapainya kualitas siswa yang kognitif melainkan untuk mengembangkan
kemampuan lainnya seperti kesadaran siswa menyadari hakikat dirinya, hakikat
hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya.
12
Saekan Muchtith, dkk., Cooperatif Learning, h. 111.
10
balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. Berikut dijelaskan prinsip-prinsip belajar
dalam pembelajaran.13
13
Mudjiono Dimyati Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT. Asli Mahasatya 2006), h. 45-51.
11
a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi
b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik
c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar
itu terjadi
d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik
e. Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan
retensi
f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang memuaskan
g. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama
dipelajari mengikuti bahanyang lalu
h. Pengetahuan tentang konsep, prinsip, dan generalisasi dapat diserap dengan baik
dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan
penerapan prinsip yang dipelajari dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang
serupa
i. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila
hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang agak sama dapat
diciptakan
j. Tahap akhir proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik
generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan
transfer
3. Keaktifan
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada
orang lain. Jhon Dewey misalnya mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut yang
harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri , maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri.
Guru sebagai pembimbing dan pengarah (Jhon Dewey 1916, dalam Davies , 1937; 31).
Menurut teori kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa yang
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya tanpa mengadakan
transformasi. (Gage and Berliner, 1984: 267).
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat
berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis
misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah
12
yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
4. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggunjawab
terhadap hasilnya. Pentingnya keterlibatan langsung dalam dikemukakan oleh Jhon Dewey
dengan “learning by doing”-nya . Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.
Keterlibatan siswa dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun
lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kognitif
dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi dalam
pembentukkan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan.
5. Pengulangan
Menurut teori Psikologi Daya belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir
dsb. Teori lain menekankan prinsip pengulangan adalah teori asosiasi atau koneksionisme
dengan tokohnya yang terkenal Thomdike. Berangkat dari salah satu hukum “Law of
exercise” yang mengemukakan bahwa belajar adalah pebentukan hubungan antara stimulus
dan respons dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang
timbulnya respons benar. Jadi dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
akan berkembang.
6. Tantangan
Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu
medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai , tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar maka
timbullah motif untuk mengatsi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar
tersebut. Agar pada anak timbul motif untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan
belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya.
Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Penggunaan metode eksperien,
13
inkuiri, diskoveri, juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih, giat dan
sunguh-sungguh.
8. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu terdapat pada
karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya yang berpengaruh pada cara dan hasil
belajar siswa.
Sistem klasikal yang dilakukan di sekolah kurang memperhatikan masalah perbedaan
individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan rata-rata, kebiasaan yang
kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan
beberapa cara, misalnya:
a. Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
b. Penggunaan metode instruksional
c. Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan
memberikan bimbingan belajar
d. Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa
14
C. Penerapan Asas dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran
14
Wordpress.com, prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran , Tesedia,
https://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran/, dikases pada 19 April
2018.
15
b. Terjadinya proses asosiasi verbal sebagai jembatan untuk memahami suatu konsep,
prinsip, atau sifat.
c. Adanya kesesuaian antara tujuan antruksional dengan proses belajar asosiasi
verbal.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak teori dan asas-asas serta prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para
ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai asas
dan prinsip belajar tersebut terdapat beberapa asas dan prinsip yang berlaku umum yang
dapat kita pakai sebagai dasar upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan
upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Asas-asas dan
Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/
berperpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan
individual.
B. Saran
Dari makalah yang saya buat semoga akan menjadikan manfaat bagi kita semua
Namun, penulis menyadari dari pembuatan makalah ini banyak sekali kesalahan baik dari
tulisan maupun kata-katanya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Asli Mahasatya, 2006
18