Anda di halaman 1dari 18

ASAS DAN PRINSIP BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN

SITTI FADILAH

NIM: 17040202012

PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2018

1
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
A. Asas-Asas Belajar Dalam Pembelajaran ......................................................................... 3
B. Prinsip-Prinsip Belajar Dalam Pembelajaran ................................................................... 8
C. Penerapan Asas dan Prinsip Belajar Dalam Pembelajaran ............................................ 13
BAB III.................................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Untuk menciptakan dan
menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu
diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip maupun teori belajar.
Proses belajar mengajar memang merupakan bagian terpenting dalam
mengimplementasikan kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip pembelajaran itu
sendiri. Adapun untuk bisa mengetahui efektivitas dan juga efisiensi suatu pembelajaran bisa
kita lihat melalui kegiatan pembelajaran ini. Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran
sudah sepatutnya seorang pengejar mengetahui bagaimana cara untuk membuat kegiatan
belajar bisa berjalan dengan baik serta bisa mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan.
Prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para
pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar
bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang
dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan.
Saat ini pendidikan dituntut untuk dapat memainkan perannya sebagai basis dan
benteng yang akan menjaga dan memperkukuh etika dan moral bangsa. Pendidikan
merupakan suatu media sosialissi nilai-nilai luhur. Sementara itu, kualitas dari
pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu proses belajar mengajar, dan mutu proses
belajar mengajar ditentukan oleh berbagai komponen yang terkait satu sama lain, yaitu input
peserta didik, kurukulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana,
manajemen, dan lingkungan.
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan guru sebagai pendidik adalah
berkenaan dengan prinsip-prinsp belajar dan asa-asas pembelajaran. Pemahaman dan
ketreampilan menerapkan prinsip-prinsip belajar dan asas pembelajaran akan membentuk
guru untuk mampu mengelola proses pembelajaran secara tepat, sesuai dengan karakteristik
siswa dan tujuan pembeajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Asas-asas Pembelajaran?
2. Apa saja prinsip pembelajaran?
3. Bagaimana penerapan asas dan prinsip pembelajaran dan pembelajaran?

3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Asas-asas pembelajaran.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran.
3. Untuk mengetahui penerapan asas dan prinsip pembelajaran dan pembelajaran.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas-asas Pembelajaran
1. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan
kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan
dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan diharapkan proses pengajaran terhindar dari
verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata yang diucapkan oleh guru tetapi tidak
mengerti maksudnya. Untuk itu sangat diperlukan peragaan dalam pengajaran terutama
terhadap siswa pada tingkat dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk mencapai pengertian
tentang sesuatu hal secara tepat, maksud dan tujuan peragaan ialah memberikan variasi
dalam cara-cara mengajar, memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar, sehinga
lebih wujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran.1
Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut
beberapa aspek:
a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.
b. Meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.
c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.
d. Menyelenggarakan karya wisata.
Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan lebih berkesan
dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung anak itu
sendiri. Ada dua macam peragaan: Peragaan langsung, dengan menggunakan benda aslinya
atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh siswa. Peragaan tidak
langsung, dengan menunjukkan benda tiruan atau suat model. Contoh: gambar, boneka,
film, foto dan sebagainya.
2. Minat dan Perhatian
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sementara perhatian, di sini mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap
pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya.

1
S. Nasution, Diktatik: Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 98.

5
Kemudian karena perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan
siswa untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.2
Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan, seorang siswa yang
berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran tersebut. Akan tetapi
terkadang perhatian siswa akan hilang jika tidak ada minat dalam pelajaran yang diajarkan,
oleh karena itu diperlukan kecakapan seorang guru untuk membangkitkan minat dan
perhatian peserta didik. Untuk membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru
harus:
a. Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa.
b. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang disajikan.
c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha
menghindarkan hukuman.
d. Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan meia,menghindari hal-hal
yang tidak perlu, mengadakan selingan sehat.

3. Motivasi

Motivasi bersal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Berdasarkan
pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan
motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan
yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Hakikat motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar
untuk perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang member semangat
belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Dalam artian, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energy, terarah, dan bertahan lama.
Menurut Prasetya Irawan dkk. mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari
tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau
konteks sekolah, dan motivasi. Maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik.3

Dalam hal ini motivasi belajar sangat berperan mendorong peserta didik mencapai
keberhasilan belajar mereka. Keberhasilan yang diraihnya tentu akan menghasilkan

2
Ahmad Susanto, Teori dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 16-17.
3
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar),
h. 162-163.

6
kepuasan pada diri peserta didik. Oleh karena itu, arti penting keberhasilan belajar
mendorong guru harus terampil mengembangkan strategi motivasi khususnya yang berkaitan
dengan pencapaian belajar. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain:
a. Menggunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif bukan
ancaman atau sejenisnya.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk segera menggunakan atau
mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajarinya.
c. Meminta kepada peserta didik yang telah menguasai suatu keterampilan atau
pengetahuan untuk membantu teman-temanya yang belum berhasil.
d. Membandingkan prestasi peserta didik dengan dirinya di masa lalu atau dengan
suatu standar tertentu, bukan dengan peserta didik yang lain.4

4. Apersepsi

Apersepsi berasal dari kata apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan buah
pikiran, menyatukan dan mengasimilasikan suat pengamatan dengan pengalaman
yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkanya.

Apersepsi menurut Herbart adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan


bantuan tanggapan yang telah ada. Dalam hal ini terjadi sosiasi antara tanggapan yang baru
dengan tanggapan yang lama. Herbart mengemukakan bahwa yang diketahui digunakan
untuk memahami sesuatu yang belum diketahui. Apersepsi membangkitkan minat dan
perhatian untuk sesuatu, karena itu pelajaran harus selalu dibangun atas pengetahuan yang
telah ada. Berdasarkan prinsip itu Herbart menganjurkan langkah-langkah berikut:

a. Kejelasan, sesuatu diperlihatkan untuk memperdalam pengertian. Di sini guru


yang terutama aktif (memberi) dan murid “Pasif” (menerima). Cara mengajar
memberitahukan.
b. Asosiasi, anak-anak diberi kesempatan untuk menghubungkan pengertian
baru dengan pengalaman-pengalaman lama. Anak-anak di sini lebih aktif.
Metode mengajar: Tanya Jawab, Pertanyaan.
c. Sistem, di sini bahan baru itu ditempatkan dalam hubungannya dengan hal-hal
lain.

4
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, h. 171.

7
d. Ini hanya mingkin, jika bahan itu telah dipahami sepenuhnya.
Metode: Menjelaskan, Ceramah.
e. Metode, anak-anak mendapat tugas untuk dikerjakan. Guru memperbaiki dengan
memberi petunjuk di mana perlu.5

5. Korelasi dan Konsentrasi


Yang dimaksud dengan korelasi disini adalah hubungan antara mata pelajaran yang
satu dengan yang lainnya yang berfungsi untuk menguatkan pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa, juga dapat menimbulkan minat dan perhatian siswa. Hendaknya guru juga
menghubungkan pelajaran dengan realita sehari-hari. Karena dalam realitasnya,
pembelajaran di sekolah masih banyak menggunakan strategi pembelajaran yang hanya
berupaya untuk menghabiskan materi pembelajaran semata sehingga kurang memberi
makna bagi peserta didik. Oleh karena itu, agar aktivitas pembelajaran mampu memberikan
makna bagi peserta didik yang belajar, guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran
yang mampu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupa sehari-hari.6
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaanya, yakni:
a. Tahap inisiasi, guru dapat menarik perhatian siswa dengan alat peraga, supaya
kelas dapat memiliki topik, siswa dibentuk kelompok dan tiap kelompok diberi
permasalahanya masing-masing.
b. Tahap pengembangan, pada tahap hal ini kelompok-kelompok diterjunkan
langsung kelapangan untuk mencari sumber data untuk materi diskusi, laporan
ditulis lengkap, para siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dan guru
bertindak sebagai pedamping.
c. Tahap kulminasi, sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok dapat
menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas atau
diskusi panel, dan diharapkan para siswa dapat berperan aktif.

6. Individualisasi

Siswa merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat
pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.7 Setiap guru tentu menyadari
bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas misalnya, berarti menghadapi 30

5
S. Nasution, Diktatik: Asas-asas Mengajar, h. 156-158.
6
Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran dan Aplikasinya, h. 272.
7
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 75

8
macam keunikan atau karakteristik. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil
belajar siswa.

Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik
lainya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama
dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan
pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik
sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan
dalam pembelajaran.8

Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan


perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada tiap siswa, misalnya dengan:

a. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat


melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
b. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.
c. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan
perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan.
d. Memberikan remidiasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.9

7. Kooperasi
Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Kooperatif menggambarkan makna yang lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan
proses sosial dalam belajar dan mencangkup pula pengertian kolaborasi.10
Pembelajaran koopertif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan atau tim kecil (small goup), yaitu antara empat sampai enam orang
yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang
berbeda (heterogen).11
Yang dimaksud dengan koopersi di sini adalah belajar atau bekerja sama
(kelompok). Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara siswa yang
satu dengan yang lainnya, juga hubungan guru dengan siswa. Adapun keuntungan-
keuntungan kooperatif antara lain:

8
Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, h. 50.
9
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, h. 82.
10
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, h. 54-55.
11
Saekan Muchtith, dkk., Cooperatif Learning, (Semarang: Rasail, 2010), h. 87.

9
a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan berpikir sendiri, menentukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain;
b. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-
kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain;
c. Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;
d. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar;
e. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
dengan yang lain, dan mengembangkan keterampilan memanage waktu;
f. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri, menerima umpan balik.12
Ada beberapa jenis kerja sama, William Burton membagi kelompok kerja sama
tersebut antara lain:
a. Kerja kelompok, untuk memecahkan suatu problem, menganalisis masalah,
pembagian tugas, kegiatan penyelidikan, dan kesimpulan.
b. Diskusi kelompok, diskusi ini tidak sama dengan debat tetapi selalu
mengutamakan pemecahan masalah.
Pembelajaran kooperatif merupakan proses atau metode yang tidak hanya
mengutamakan tercapainya kualitas siswa yang kognitif melainkan untuk mengembangkan
kemampuan lainnya seperti kesadaran siswa menyadari hakikat dirinya, hakikat
hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya.

B. Prinsip-prinsep Belajar dalam pembelajaran


Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat beberapa prinsip yang berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar
upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi
guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian
dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/ berperpengalaman, pengulangan, tantangan,

12
Saekan Muchtith, dkk., Cooperatif Learning, h. 111.

10
balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. Berikut dijelaskan prinsip-prinsip belajar
dalam pembelajaran.13

1. Perhatian Dan Motivasi


Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when we describe
the force action on or within an organism to initiate and direct behavior”. Motivasi dapat
merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah
satu tujuan dalam mengajar. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti
halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar
siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan minat, siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu
bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul
motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-
nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku
dan motivasinya.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat
eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi dibedakanmenjadi dua:
a. Motif Intrinsic
Motif intrinsic adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang
dilakukan. Sebagai contoh seorang siswa dengan sungguh sungguh mempelajari
mata pelajaran disekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
b. Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya tetapi menjadi penyerta.

2. Prinsip Transfer Dan Retensi


Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu:

13
Mudjiono Dimyati Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT. Asli Mahasatya 2006), h. 45-51.

11
a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi
b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik
c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar
itu terjadi
d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik
e. Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan
retensi
f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang memuaskan
g. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama
dipelajari mengikuti bahanyang lalu
h. Pengetahuan tentang konsep, prinsip, dan generalisasi dapat diserap dengan baik
dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan
penerapan prinsip yang dipelajari dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang
serupa
i. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila
hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang agak sama dapat
diciptakan
j. Tahap akhir proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik
generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan
transfer

3. Keaktifan
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada
orang lain. Jhon Dewey misalnya mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut yang
harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri , maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri.
Guru sebagai pembimbing dan pengarah (Jhon Dewey 1916, dalam Davies , 1937; 31).
Menurut teori kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa yang
mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya tanpa mengadakan
transformasi. (Gage and Berliner, 1984: 267).
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat
berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis
misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah

12
yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.

4. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggunjawab
terhadap hasilnya. Pentingnya keterlibatan langsung dalam dikemukakan oleh Jhon Dewey
dengan “learning by doing”-nya . Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.
Keterlibatan siswa dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun
lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kognitif
dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi dalam
pembentukkan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan.

5. Pengulangan
Menurut teori Psikologi Daya belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir
dsb. Teori lain menekankan prinsip pengulangan adalah teori asosiasi atau koneksionisme
dengan tokohnya yang terkenal Thomdike. Berangkat dari salah satu hukum “Law of
exercise” yang mengemukakan bahwa belajar adalah pebentukan hubungan antara stimulus
dan respons dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang
timbulnya respons benar. Jadi dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
akan berkembang.

6. Tantangan
Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu
medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai , tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar maka
timbullah motif untuk mengatsi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar
tersebut. Agar pada anak timbul motif untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan
belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya.
Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Penggunaan metode eksperien,

13
inkuiri, diskoveri, juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih, giat dan
sunguh-sungguh.

7. Balikan dan Penguatan


Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
teori belajar Operant Conditioning dari B.F Skinner, pada operant conditioning yang
diperkuat adalah respons. Siswa akan lebih bersemangat apabila menegetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan memberikan balikan yang menyenagkan
dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Siswa belajar dengan sungguh-sungguh
dan mendapatkan hal yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu akan mendorong anak
untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau
penguatan positif.
Format belajar berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan
sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan
penguatan.

8. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu terdapat pada
karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya yang berpengaruh pada cara dan hasil
belajar siswa.
Sistem klasikal yang dilakukan di sekolah kurang memperhatikan masalah perbedaan
individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan rata-rata, kebiasaan yang
kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan
beberapa cara, misalnya:
a. Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
b. Penggunaan metode instruksional
c. Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan
memberikan bimbingan belajar
d. Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa

14
C. Penerapan Asas dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran

Perumusan asas dan prinsip belajar dalam pembelajaran tentunya untuk


diimplementasikan. Berikut akan dijelaskan penerapan asas dan prinsip belajar dan
pembelajaran.14

1. Pembelajaran untuk belajar isyarat


Belajar isyarat merujuk pada proses yang di mulai dengan mengenal adanya isyarat
tanda atau petunjuk yang pengimplikasikan pada proses perubahan prilaku.

2. Pembelajaran untuk stimulasi respon


Belajar stimulasi respon merujuk pada proses perubahan prilaku yang dihasilkan oleh
terciptanya relasi antara stimulus atau rangsangan dan respon atau jawaban atas stimulus.
Hal-hal yang diperlukan ;
a. Penampilan objek peristiwa atau suasana harus memiliki daya tarik atau daya
rangsang yang baik.
b. Kesiapan individu untuk memberikan reaksi terhadap pemberi rangsangan
tergantung antara lain pada kesiapan,pengalaman dan kemampuan.
Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya relasi antara
stimulus dan respon dengan baik.

3. Pembelajaran untuk belajar rangkaian


Belajar rangkaian merujuk pada proses belajar yang tercipta dari adanya berbagai
proses stimulus respon artinya seseorang yang menerima berbagai stimulus dan selanjutnya
memberi respon di dalam suatu konteks, akan dapat melakukan proses belajar rangkaian.

4. Pembelajaran untuk belajar asosiasi verbal


Belajar Asosiasi Verbal merujuk kepada proses memahami perbuatan ( konsep,
prinsip, benda, situasi dll) melalui proses penyerupaan hal itu dengan sesuatu benda, situasi
yang nyata pernah dialami oleh orang lain itu. Ciri-ciri sebagai berikut ;
a. Adanya pilihan benda, situasi, suasana, orang dan lain-lain yang dapat di jadikan
penggandaian atau penyerupaan konsep atau prinsip yang harus di pahami.

14
Wordpress.com, prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran , Tesedia,
https://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran/, dikases pada 19 April
2018.

15
b. Terjadinya proses asosiasi verbal sebagai jembatan untuk memahami suatu konsep,
prinsip, atau sifat.
c. Adanya kesesuaian antara tujuan antruksional dengan proses belajar asosiasi
verbal.

5. Pembelajaran untuk belajar diskriminasi


Belajar diskriminasi memahami sesuatu hal dengan cara melihat perbedaan
karakteristik yang di miliki oleh objek pelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Menghadapkan kepada dua hal yang masing-masing memiliki karakteristik yang
khas.
b. Memahami dua hal yang berbeda.
c. Menyajikan suasana yang berisikan hal di mana seseorang dapat menerapkan
pengertian tentang dua hal itu melalui proses klasifikasi.
d. Memberi jalan bagi individu untuk memantapkan hasil pemahamannya itu.

6. Pembelajaran untuk belajar konsep


Belajar konsep merujuk kepada aktivitas individu dalam memahami sesuatu benda,
proses, gejala, aturan, pengalaman melalui proses mengenal ciri-ciri nya, contoh dan sifat dari
ciri-ciri itu.

7. Pembelajaran untuk Belajar Aturan


Belajar aturan merujuk kepada proses belajar membangun prinsip atau aturan dengan
menggunakan serangkaian fakta, data, peristiwa dan pengalaman yang telah di ketahui atau di
alami atau di alami sebelum nya.

8. Pembelajaran Untuk Belajar Memecahkan Masalah


“Belajar Memecahkan Masalah” → Proses mental individu dalam menghadapi suatu
masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir
yang sistematis dan cermat. Langkah-langkah yang harus di tempuh ;
a. Merasakan adanya masalah.
b. Merumuskan masalah secara khusus dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
c. Memberikan jawaban sementara atau hipotesis atas yang diajukan.
d. Mengumpulkan dan mengolah data dan informasi.
e. Merumuskan kesempatan mengenei pemecahan masalah tersebut dan mencoba
melihat kemungkinan penerapan dari kesimpulan itu.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak teori dan asas-asas serta prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para
ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai asas
dan prinsip belajar tersebut terdapat beberapa asas dan prinsip yang berlaku umum yang
dapat kita pakai sebagai dasar upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan
upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Asas-asas dan
Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/
berperpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan
individual.

B. Saran
Dari makalah yang saya buat semoga akan menjadikan manfaat bagi kita semua
Namun, penulis menyadari dari pembuatan makalah ini banyak sekali kesalahan baik dari
tulisan maupun kata-katanya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun.

17
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Asli Mahasatya, 2006

Muchtith, Saekan, dkk., Cooperatif Learning, Semarang: Rasail, 2010


Nasution, S, Diktatik: Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009


Suprijono, Agus, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010
Susanto, Ahmad, Teori dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana, 2013

Warsito, Bambang, Teknologi Pembelajaran dan Aplikasinya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2010
Wordpress.com, prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran , Tesedia,
https://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran/,
dikases pada 19 April 2018.

18

Anda mungkin juga menyukai