Anda di halaman 1dari 17

MINI RISET

KURIKULUM

DI SMAS INDONESIA MEMBANGUN MEADAN

OLEH :

KELOMPOK I

RIAU WIKA / 2181142010


HARDI KIRAWAN PANE / 2181142005
RAMANTA ALKARO SINULINGGA / 2182142006
AIDIL PAISAL SIREGAR / 2183342001

DOSEN : Dra. PITA HOTMA DAMERIA SILITONGA,M.Pd.


MATA KULIAH : TELAAH KURIKULUM
PRODI/KELAS : Pendidikan Musik / Kelas C-2018

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan Laporan Penelitian tentang
Kurikulum Di SMAS Indonesia Membangun Medan.

Laporan penelitian ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan
Penelitian ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Laporan Penelitian ini.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada


kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Laporan Penelitian
selanjutnya akan kami susun.

Akhir kata kami berharap semoga Laporan Penelitian tentang Kurikulum


Di SMAS Indonesia Membangun Medan ini dapat memberikan manfaat
maupun menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai Telaah
Kurikulum di setiap sekolah khususnya di kota Medan.

Medan, Oktober 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian, Telaah Kurikulum

2.2 Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

2.3 Konsep dasar pengembangan Kurikulum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.2 Sumber Data

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

3.4 Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

DOKUMENTASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan di negara Indonesia saat ini masih mengalami berbagai macam persoalan.
Persoalan tersebut tidak mudah diselesaikan, karena substansi yang ditransformasikan selama
proses pendidikan dan pembelajaran selalu berada di bawah tekanan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salah satu persoalan pendidikan kita yang
masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang mengalami pergantian dari tahun ke
tahun dan membebani peserta didik tanpa ada arah pengembangan yang benar-benarl
diimplementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan
sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan
harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut perlu
dilakukan demi menciptakan generasi masa depan yang berkarakter, yang memahami jati diri
bangsanya dan menciptakan anak yang unggul dan mampu bersaing di dunia internasional.

Kurikulum bersifat dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan


dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban suatu bangsa, maka semakin berat pula
tantangan yang dihadapinya. Persaingan ilmu pengetahuan semakin gencar dilakukan oleh
dunia internasional, sehingga Indonesia juga dituntut untuk dapat bersaing secara global demi
mengangkat martabat bangsa. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan yang akan
menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum dan implementasinya sangat
dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh tertinggal dengan negara-negara
maju di dunia.

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang


Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan
proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa
depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan
negara Indonesia sepanjang jaman.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai
instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu
dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu
strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Penerapan kurikulum 2013 revisi di SMAS Indonesia Membangun Medan telah


dilaksanakan semaksimal mungkin. Dengan adanya kurikulum 2013 revisi ada terjadi
beberapa kendala yang dihadapi pihak sekolah.

Untuk itu penulis melakukan observasi untuk mengetahui kurikulum yang diterapkan
pihak SMAS Indonesia Membangun Medan dalam perencanaan penerapan kurikulum 2013
serta kendala apa saja yang dihadapi sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah:

1. Bagaimana profil SMAS Indonesia Membangun Medan?


2. Bagaimana penerapan kurikulum yang telah diterapkan sekolah?
3. Bagaimana penerapan kurikulum yang diterapkan sekolah hingga saat ini?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui profil SMAS Indonesia Membangun Medan


2. Untuk mengetahui kurikulum yang telah diterapkan sekolah
3. Untuk mengetahui kurikulum yang diterapkan sekolah saat ini

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari observasi adalah penulis (mahasiswa) adalah calon
pendidik mengetahui tentang pengimplementasian kurikulum di SMAS Indonesia
Membangun Medan serta bagaimana cara pengimplementasiannya sehingga kami bisa
memahami lebih dalam tentang arti kurikulum dan berharap dapat memperbaiki maupun
mengembangkan kurikulum dengan lebih baik di masa mendatang.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Telaah Kurikulum

Kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan


(sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Kurikulum bukan hanya berupa sejumlah mata pelajaran,
namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti:
bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha,
gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain.

Kurikulum merupakan sebuah eksemplar pengetahuan dan keterampilan yang harus


dikomunikasikan kepada siswa dalam sebuah sistem akademik dan lingkungan sekolah.
Secara lebih khusus kurikulum selalu merujuk kepada apa yang tertulis untuk diajarkan, atau
apa yang akan diujikan terhadap siswa pada semua jenjang dan tingkatan pendidikan.
Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses activities, and experiences
which pupils have under the direction of school, whether in the classroom or not.

Kendatipun pandangan tersebut diterima, namun pada umumnya guru-guru tetap


berpandangan bahwa kegiatan-kegiatan dalam kelas saja yang termasuk kurikulum,
sedangkan kegiatan di luar kelas merupakan nilai edukatif yang diberikan oleh kurikulum itu.
Pandangan tersebut teradopsi dalam kebijakan sistem pendidikan nasional sebagai berikut.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. (BSNP, 2006: 1).
Rumusan tersebut mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

1) Kurikulum merupakan suatu rencana/perencanaan;


2) Kurikulum merupakan pengaturan, berarti mempunyai sistematika dan struktur tertentu;
3) Kurikulum memuat isi dan bahan pelajaran, menunjuk kepada perangkat mata ajaran atau
bidang pengajaran tertentu;
4) Kurikulum mengandung cara, metode, atau strategi penyampaian bahan pengajaran;
5) Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran;
6) Kendatipun tidak tertulis, namun telah tersirat di dalam kurikulum, yakni kurikulum
dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan;
7) Berdasarkan butir 6, maka kurikulum sebenarnya merupakan alat pendidikan.

2.2 Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian


Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi
standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta
pendekatan dalam merealisasikannya.
1.    Rencana Pelajaran 1947
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rencana Pembelajaran
1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh
Belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang
menjadi ciri utam kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.Kurikulum pertama yang lahir pada
masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana
pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi
pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar
pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Setelah
rencana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami
penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Yang
menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

2.    Rencana Pelajaran Terurai 1952


Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata
pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.
Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum
1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional prak tis.Usai tahun 1952,
menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di
indonesia. Kali ini diberi nama dengan Rentjana Pendidikan 1964. Yang menjadi ciri dari
kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.

3.    Kurikulum 1968


Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik,
2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

4.    Kurikulum 1975


Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada
tujuan,Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur
Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai
dari setiap kegiatan pembelajaran.

5.    Kurikulum 1984


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta
sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara
teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi
dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar
model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.

6.    Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.Sayang, perpaduan tujuan dan
proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat.
Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan
daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu
tertentu masuk Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip
penyempurnaan kurikulum, yaitu:

a.      Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan


kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan
masyarakat.
b.      Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara
tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta
sarana pendukungnya.
c.      Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi
pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
d.      Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek terkait, seperti tujuan
materi pembelajaran, evaluasi dan sarana-prasarana termasuk buku pelajaran.
e.      Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya
dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang
tersedia di sekolah.

7.    Kurikulum 2004


Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai
berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila
dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun
nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai,
evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa
besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di
luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham
betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara
lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar
kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan
prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.

8.    KTSP 2006

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian
target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan
dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal
ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi
dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah
Kabupaten/Kota. (TIAR).

Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum yang
memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya
tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru. Sehingga
seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang
professional yang menuntuk kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita pakai sekarang
ini masih banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada.
Kekurangannya tidak lain adalah (1) kurangnya sumber manusia yang potensial dalam
menjabarkan KTSP dengan kata lin masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam
KTSP seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan. (2)
kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.

9.    Kurikulum 2013


Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses,
maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta
penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan pendidikan
dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum sebagai
proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus
mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa
lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:


a.      Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah;
b.      Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
c.      Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu
strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang dialami peserta didik akan
menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses
pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang
dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:


a.      Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata
pelajaran.
b.      Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang
pendidikan, dan program pendidikan.
c.      Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa
sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas
dalam berbagai mata pelajaran.
d.      Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan
yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan
dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis
kompetensi.
e.      Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
f.       Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta lingkungannya.
g.      Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi,
dan seni.
h.      Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan..
i.       Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
j.       Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
k.      Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kom

2.3 Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah the planning of learning


opportunities intended to bring about certain desered in pupils, and assesment of the extent to
wich these changes have taken plece (Audrey Nicholls & Howard Nichools dalam Hamalik,
2007: 96).
Rumusan ini menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum adalah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah
perubahan-perubahan tertentu yang diharapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan
kesempatan belajar (learning opportunity) adalah hubungan yang telah direncanakan dan
terkontrol antara para siswa, guru, bahan, peralatan, dan lingkungan tempat siswa belajar
yang diinginkan diharapkan terjadi.

Dalam pengertian di atas, sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus,


yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut terdiri dari empat unsur yakni:
a. Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbagngan
tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran (subject
course) maupun kurikulum secara menyeluruh.
b. Metode dan material: menggembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan
material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tadi yang serasi menurut pertimbangan guru.
c. Penilaian (assesment): menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan itu dalam
hubungannya dengan tujuan, dan bila mengembangkan tujuan-tujuan baru.
d. Balikan (peedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada
gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.
(Hamalik, 2007: 96-97).

Pengembangan kurikulum merupakan inti dalam penyelenggaraan pendidikan, dan oleh


karenanya pengembangan dan pelaksanaannya harus berdasarkan pada asas-asas
pembangunan secara makro. Sistem pengembangan kurikulum harus berdasarkan asas-asas
sebagai berikut:
1) Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan pada asas keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas demokrasi
pancasila.
3) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas
keadilan dan pemerataan pendidikan.
4) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan
asas keseimbangan, keserasian, dan keterpaduan.
5) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan
asas hukum yang berlaku.
6) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan
asas kemandirian dan pembentukan manusia mandiri.
7) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan
asas nilai-nilai kejuangan bangsa.
8) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan
asas pemanfaatan, pengembangan, penciptaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Dimana salah satu
metode penelitian kualitatif adalah observasi. Yang dimaksud observasi itu sendiri yaitu
teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang
berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.
Dalam metode observasi ini di dalamnya mencangkup metode pendukung, antara lain :

1. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih antara narasumber dan
pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana sang
pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh narasumber.

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupaka metode mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil
data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.
Dalam hal ini peneliti mengambil dokumentasi melalui foto, video dan rekaman suara saat
pelaksanaan observasi sebagai bahan pendukung untuk menguatkan hasil observasi.

3.2 Sumber Data

Data yang diperoleh peneliti merupakan hasil wawancara dari narasumber yang
bernama Ibu Luis selaku Wakil Ketua Kurikulum SMAS Indonesia Membangun Medan.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

 Waktu Penelitian
Hari/Tanggal : Senin, 30 September 2019

 Tempat Penelitian
SMAS Indonesia Membangun Medan
Jl. Air Bersih No. 59, Sudirejo I, Medan Kota, Sumatera Utara 20216, Indonesia

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif, yang
dilakukan dengan memaparkan hasil analisis data-data melalui kata-kata atau kalimat-kalimat
untuk keterangan, penjelasan dan kesimpulan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

SMAS Indonesia Membangun Medan bertempatkan di JL. Air Bersih No.59, Sudirejo
I, Medan Kota, Sumatera Utara 20216. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah menengah
yang berada di Medan. Adapun nomor pokok nasional (NPSN) untuk SMAS Indonesia
Membangun Medan ini adalah 10210751.

Sekolah ini menyediakan berbagai fasilitas penunjang pendidikan bagi anak didiknya.
Terdapat guru – guru dengan kualitas terbaik yang kompeten dibidangnya, kegiatan
penunjang pembelajaran seperti ekstrakurikuler (ekskul), organisasi siswa, komunitas
belajar, tim olahraga, dan perpustakan sehingga siswa dapat belajar secara maksimal. Proses
belajar dibuat senyaman mungkin bagi murid dan siswa.

Sekolah SMAS Indonesia Membangun Medan berdiri pada tahun 1996. Sejak
berdirinya sekolah ini, kurikulum yang diterapkan adalah KTSP 2006. Di tahun 2013 ini
adalah launcing pertama dari kurikulum baru yaitu K 13 ( Kurikulum 2013 ). Pada saat itu
SMAS Indonesia Membangun Medan terpilih menjadi pilot project. Dimana di tahun 2013
menurut guru yang kami wawancarai hanya sekitar 22 sekolah di Kota Medan yang terpilih
menjadi pilot project, salah satunya adalah SMAS Indonesia Membangun Medan. Pada saat
ini, sekolah SMAS Indonesia Membangun Medan, sekolah SMAS Indonesia Membangun
Medan menerapkan kurikulum 2013 Revisi, dimana tingkat/kelas 10 dan 11 SMA, sekolah
ini menerapkan K 13 Revisi 2017 dan tingkat/ kelas 12 SMA, sekolah menerapkan K 13
Revisi 2018. Perbedaan K 13 Revisi 2017 dan 2018 menurut guru yang kami wawancarai
terletak pada sub materi yang diajarkan. Misalnya, adabpelajaran yang seharusnya dipelajari
di kelas 10 SMA, jadi diajarkan di kelas 11 SMA. Adanya revisi menurut beliau dikarena
pemerintah merasa bawa dibeberapa materi yang ada di tingkat 10 SMA kurang efektif
diajarkan di tingkat itu, maka pemerintah membuat yang namanya revisi. Dalam menerapkan
kurikulum 2013, pasti ada kelebihan dan kekurangan. Menurut beliau kelebihan dari
kurikulum ini terletak pada siswa yang dituntut untuk lebih aktif lagi dalam proses
pembelajaran. Kekurangannya ialah guru sulit menerapkan K 13 dikarenakan minat belajar
siswa sekarang berkurang jauh dibandingkan dengan tahun - tahun sebelumnya yang minat
belajar siswanya tidak seperti sekarang. Dalam penerapan K 13, guru hanya sebagai jembatan
atau pengarah yang bertujuan agar siswa mampu mendapatkan konsep yang diinginkan pada
saat belajar. Perbandingan siswa yang menerapkan KTSP 2006 dengan K 13 di SMAS
Indonesia Membangun Medan menurut beliau adalah bahwa siswa yang menerapkan KTSP
2006 lebih berkualitas ( minat belajarnya tinggi, rasa ingin tahunya besar ) dibandingkan
siswa sekarang yang menerapkan K 13. Sebenarnya faktor utamanya adalah perkembangan
zaman sekarang semakin maju terutama dalam hal teknologi yang menyebabkan minat
belajar siswa semakin berkurang. Kita dapat melihat bahwa sekarang siswa lebih senang
bermain game online, contohnya : Mobile Legend, PUBG, dan Free Fire, dibandingkan
membaca buku. Dalam menerapkan K 13, guru di sekolah SMAS Indonesia Membangun
Medan memiliki kesulitan. Dimana kesulitan itu terletak pada siswa - siswi yang minta
belajarnya sangat kurang. Padahal sekolah ini dalam hal media pembelajaran untuk
mendukung penerapan K 13 selalu menyediakannya. Maka, menurut guru yang kami
wawancarai bahwa kunci sukses dari penerapan K 13 adalah minat belajar siswa.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bahwa setiap kurikulum yang diterapkan baik itu KTSP 2006, Kurikulum 2013, Kurikulum
2013 Revisi 2017 dan 2018 memiliki kelebihan dan kekurangan. Tujuan dari kurikulum itu
juga sama yaitu untuk menjadikan insan - insan cendekiawan lebih berkualitas dalam sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Hanya saja, kesulitan itu muncul pada siswa - siswi yang
semakin maju zaman minat belajarnya semakin berkurang. Maka dari itu, guru dituntut agar
mampu memanfaatkan teknologi sebaik mungkin sebagai media pembelajaran, bukan hanya
sekedar bermain game online. Karena kita dapat melihat bahwa pelajar sekarang lebih senang
bermain game online dibandingkan belajar. Maka, jika teknologi dapat digunakan dengan
sebaik mungkin, kualitas anak didik di Negara Indonesia akan semakin maju seiring
berkembangnya zaman.

5.2 Saran

Semoga dengan selalu adanya perubahan kurikulum dari tahun 1947 yang masih
disebut dengan Rencana pelajaran sampai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu
Kurikulum 2013 dapat membawa perubahan baik dan mampu meningkatkan mutu
pendidikan di Inonesia.

Dan kita sebagai calon guru, semoga kedepanya kita pun dapat memenuhi tuntutan
dan melaksanakan semua prosedur pembelajaran yang di tentukan kurikulum yang berlaku
sehingga kita dapat maenjadi seorang  guru yang professional. Kami berharap kurikulum
yang diterapkan disekolah dapat berjalan sesuatu dengan tujuan dan keinginan kurikulum
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmansyah. 2009. Teori Pengembangan Kurikulum dan Aplikasi. Jakarta : Grafika


Telindo Press.

    ----------------------. 2007. Pengembangan dan Telaah Kurikulum PAI di SMP dan SMA.
Rafah Press : Palembang.

Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. 2010. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta : Jakarta.

Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Bumi Aksara : Jakarta.

   
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai