Anda di halaman 1dari 23

KURIKULUM MERDEKA

DAN UNSUR DI DALAMNYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Perencanaan Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu: Dr. Saminanto, M.Sc

Disusun oleh:
Loliyanti (2108056069)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segalan limpahan


nikmat, karunia dan hidayahnya sehingga selesailah makalah ini dengan judul
“KURIKULUM MERDEKA DAN UNSUR DI DALAMNYA” dengan sangat baik. Penulis
menyampaikan terimakasih banyak kepada seluruh tokoh yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini, terutama kepada Bapak Dr. Saminanto, M.Sc selaku dosen pengampu mata
kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika. Dan terimakasih banyak kepada seluruh
pembaca makalah ini kelak.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai bentuk pemenuhan tugas mata
kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika. Selain itu, makalah ini dibuat untuk
menambah wawasan khususnya seputar kurikulum dan juga dalam konteks penyusunan
makalah dengan baik dan benar. Dengan penuh kesadaran, makalah ini masih jauh dari kata
baik. Maka dari itu, penulis berharap akan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian sehingga nantinya dapat diterima untuk menyempurnakan makalah ini. Sekian yang
dapat penulis sampaikan sebagai awal yang baik, semoga maklah ini dapat bermanfaat untuk
semua orang.

Semarang, 22 Agustus 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................4
D. Manfaat............................................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pengertian Kurikulum Merdeka......................................................................................5
B. Dasar Hukum Kurikulum Merdeka.................................................................................6
C. Konsep P5.......................................................................................................................7
D. Struktur Kurikulum Merdeka..........................................................................................9
E. Pengembangan Tujuan Pembelajaran dan Alur Tujuan Pembelajaran Berdasarkan
Capaian Pembelajaran...........................................................................................................17
BAB III : PENUTUP.................................................................................................................20
A. Kesimpulan....................................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komponen terpenting dalam pendidikan yang sering terabaikan adalah
kurikulum. Kurikulum adalah kompleks dan multidimensi yang merupakan titik awal
sampai titik akhir pengalaman belajar, dan merupakan jantung pendidikan yang harus
dievaluasi secara inovatif, dinamis, dan berkala sesuai dengan perkembangan zaman.
Perkembangan zaman dalam penggunaan teknologi saat ini, menuntut masyarakat untuk
terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dunia pendidikan harus bersiap menghadapi perubahan dan
perkembangan yang terjadi, sehingga dapat menyiapkan keterampilan generasi penerus
dalam persaingan di dunia yang lebih maju. Upaya yang dapat dilakukan oleh satuan
pendidikan adalah dengan terus memperbaiki kurikulum pendidikan yang ada. Kurikulum
adalah serangkaian rencana pembelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik melalui
sekumpulan mata pelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Kurikulum pendidikan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan dalam pengembangannya,
kurikulum harus menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik peserta didik sesuai dengan
masanya. Perancangan pengembangan kurikulum pendidikan harus melihat kebutuhan,
pendapat, pengalaman hasil belajar dan kepentingan peserta didik sebagai hal utama,
sehingga pusat pendidikan adalah peserta didik itu sendiri. Kurikulum pendidikan di
Indonesia telah berkembang beberapa kali, dimulai pada tahun 1947 dengan nama
Kurikulum Rentjana Pembelajaran 1947. sampai saat ini berkembang menjadi Kurikulum
Merdeka.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum merdeka?
2. Bagaimana dasar hukum yang digunakan dalam kurikulum merdeka?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan konsep P5?

3
4. Bagaimana struktur kurikulum merdeka?
5. Bagaimana cara mengembangkan tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran
berdasarkan capaian belajar?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian kurikulum merdeka.
2. Menguraikan dasar hukum kurikulum merdeka.
3. Menjelaskan konsep P5.
4. Menguraikan struktur kurikulum merdeka.
5. Menguraikan pengembangan tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran
berdasarkan capaian pembelajaran.

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan, manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai salah satu sumber belajar.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyusun tulisan.
c. Mengasah keterampilan mahasiswa dalam pembelajaran.
2. Bagi Pengajar
a. Mengasah kemampuan pengajar dalam membimbing mahasiswa menyusun
tulisan.
b. Melatih kemampuan pengajar dalam menciptakan media belajar yang praktis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Merdeka


Pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia telah sampai pada pengembangan
Kurikulum Merdeka. Prinsip dari kurikulum baru ini adalah pembelajaran yang berpusat
sepenuhnya pada peserta didik dengan mencanangkan istilah Merdeka Belajar. Istilah tersebut
didefinisikan sebagai metode yang memungkinkan peserta didik bisa memilih pelajaran yang
menarik bagi mereka. Sekolah berhak dan bertanggung jawab untuk mengembangkan
kurikulum sesuai kebutuhan dan karakteristik masing-masing. Kebijakan pemilihan kurikulum
diharapkan dapat mempercepat proses pentahapan reformasi kurikulum nasional. Dapat
dikatakan bahwa kebijakan memberikan pilihan kurikulum sekolah merupakan salah satu
upaya manajemen perubahan.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam
di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami
konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai
perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat
peserta didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan
berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan
untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata
pelajaran(Kemendikbud:2023).
Hakikat dari Kurikulum Merdeka adalah pendidikan yang didasarkan pada kodrat alam
dan zaman, dimana setiap peserta didik memiliki bakat dan minat masing-masing. Tujuan
merdeka belajar adalah untuk secara efektif mengurangi keterlambatan belajar selama
pandemi Covid-19. Walaupun Kurikulum 2013 saat ini masih tersedia, akan tetapi pihak
sekolah masih dapat mempersiapkan diri untuk menerapkan kurikulum merdeka. Sehingga
setiap satuan pendidikan dapat memutuskan waktu yang tepat untuk mulai melaksanakan dan
menerapkan kurikulum baru secara mandiri sesuai dengan kesiapannya(Cholilah,dkk:2023).
Kurikulum merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk
mengatasi ketertinggalan pembelajaran dan kesenjangan pembelajaran sebagai dampak
pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi Covid-19. Pelaksanaan dan kualitas

5
pembelajaran jarak jauh berbeda dengan pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan sebelum
pandemi.
Merdeka Belajar adalah esensi dari Kurikulum Merdeka. Merdeka Belajar merupakan
sebuah konsep yang dibuat agar setiap siswa dapat belejar sesuai dengan minat dan bakatnya.
Implementasi Merdeka Belajar merupakan terobosan Kemendikbudristek untuk menciptakan
Sumber Daya Manusia (SDM) unggul melalui kebijakan yang menguatkan peran seluruh
insan pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui perbaikan kurikulum,
pedagogi, dan asesmen(Riswakhyuningsih:2022).

B. Dasar Hukum Kurikulum Merdeka


Dasar hukum yang digunakan kurikulum merdeka adalah meliputi sebagai barikut:
1. Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022: Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar
kompetensi lulusan merupakan kriteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang menunjukkan capaian kemampuan peserta didik dari hasil
pembelajarannya pada akhir jenjang pendidikan. SKL menjadi acuan untuk Kurikulum
2013, Kurikulum darurat dan Kurikulum Merdeka.
2. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022: Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar isi dikembangkan
melalui perumusan ruang lingkup materi yang sesuai dengan kompetensi lulusan.
Ruang lingkup materi merupakan bahan kajian dalam muatan pembelajaran yang
dirumuskan berdasarkan: 1) muatan wajib sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; 2) konsep keilmuan; dan 3) jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Standar isi menjadi acuan untuk Kurikulum 2013, Kurikulum darurat dan Kurikulum
Merdeka.
3. Permendikbudristek No. 262/M/2022: Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan
Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Memuat struktur Kurikulum
Merdeka, aturan terkait pembelajaran dan asesmen, Projek Penguatan Profil Pelajar
Peancasila, serta beban kerja guru.

6
4. Keputusan Kepala BSKAP No.008/H/KR/2022 Tahun 2022: Capaian Pembelajaran
pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah, pada Kurikulum Merdeka. Memuat Capaian Pembelajaran untuk semua
jenjang dan mata pelajaran dalam struktur Kurikulum Merdeka.
5. Keputusan Kepala BSKAP No.009/H/KR/2022 Tahun 2022: Dimensi, Elemen, dan
Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka. Memuat penjelasan
dan tahap-tahap perkembangan profil pelajar Pancasila yang dapat digunakan terutama
untuk projek penguatan pelajar Pancasila.
6. Surat Edaran No. 0574/H.H3/SK.02.01/2023: Menindaklanjuti Keputusan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor
262/M/2022 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum
dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.

C. Konsep P5
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan salah satu bagian yang tak
terpisahkan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Profil Pelajar Pancasila
merupakan sejumlah ciri karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta
didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan
kreatif. Implementasi kurikulum merdeka P5 menjadi istimewa karena penerapannya tidak
terintegrasi dalam pembelajaran setiap mata pelajaran melainkan mempunyai porsi khusus
dalam setiap alokasi jam mata pelajaran yang membuat peserta didik memiliki kesempatan
untuk dapat mengembangkan kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka
dengan belajar dari teman mereka, guru, bahkan sampai pada tokoh masyarakat sekitar dalam
menganalisis isu-isu hangat yang terjadi di lingkungan sekitar.
P5 adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi
terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya. P5 menggunakan pendekatan pembelajaran
berbasis projek (project-based learning) yang berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek
dalam program intrakurikuler di dalam kelas. Ini yang terkadang terjadi miskonsepsi dalam
penerapan P5 di satuan pendidikan yang hanya berfokus pada hasil ataupun produk akhir dari

7
setiap kegiatan P5 padahal proses setiap peserta didik dalam kegiatan P5 ini yang menjadi
sangat penting. Alur dan proses yang dijalani setiap peserta didik dalam menyelesaikan
masalah pada projek adalah hal utamanya. P5 menjadi salah satu sarana pencapaian profil
Pelajar Pancasila, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami
pengetahuan sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan belajar dari lingkungan
sekitar. Dalam Menjalankan projek ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi memberikan 7-8 tema projek. Satuan pendidikan diberikan fleksibilitas untuk
memilihnya di setiap fase yang akan dijalani sesuai ketentuan, yaitu Tingkat Sekolah
Menengah Atas wajib menyelesaikan minimal 3 tema dalam satu fase. Satuan pendidikan
wajib membentuk tim fasilitator P5, mengidentifikasi kesiapan satuan pendidikan, merancang
dimensi, tema, alokasi waktu P5, menyusun modul projek, dan merancang strategi pelaporan
hasil projek
Adapun kegunaan Profil Pelajar Pancasila yakni menerjemahkan tujuan dan visi
pendidikan ke dalam format yang lebih mudah dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan
pendidikan; menjadi kompas bagi pendidik dan pelajar Indonesia; serta tujuan akhir segala
pembelajaran, program, dan kegiatan di satuan pendidikan.
Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa elemen di dalamnya. Berikut
akan diuraikan dimensi beserta elemennya:
1. Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia
memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut
dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada
Tuhan YME, dan berakhlak mulia: akhlak beragama; akhlak pribadi; akhlak kepada
manusia; akhlak kepada alam; dan akhlak bernegaraan.
2. Berkebinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa
saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan
tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global
meliputi: mengenal dan menghargai budaya; kemampuan komunikasi interkultural dalam

8
berinteraksi dengan sesama; dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.

3. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas
proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari: kesadaran akan diri
dan situasi yang dihadapi; serta regulasi diri.
4. Bergotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk
melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan
dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah:
kolaborasi; kepedulian; dan berbagi.
5. Bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis
adalah: memperoleh dan memproses informasi dan gagasan; menganalisis dan
mengevaluasi penalaran; merefleksikan pemikiran dan proses berpikir; dan mengambil
keputusan.
6. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari:
menghasilkan gagasan yang orisinal; serta menghasilkan karya dan tindakan yang
orisinal.

D. Struktur Kurikulum Merdeka


Struktur kurikulum di Kurikulum Merdeka didasari tiga hal, yaitu: berbasis kompetensi,
pembelajaran yang fleksibel, dan karakter Pancasila. Berikut adalah beberapa prinsip
pengembangan struktur Kurikulum Merdeka:

9
1. Struktur Minimum: Struktur kurikulum minimum ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Namun, satuan pendidikan bisa mengembangkan program dan kegiatan tambahan sesuai
dengan visi, misi, dan sumber daya yang tersedia.
2. Otonomi: Kurikulum memberi kemerdekaan pada satuan pendidikan dan guru untuk
merancang proses dan materi pembelajaran yang relevan dan kontekstual.
3. Sederhana: Perubahan dari kurikulum sebelumnya dibuat seminimal mungkin, namun
tetap signifikan. Tujuan, arah perubahan, dan rancangannya dibuat jelas sehingga mudah
dipahami sekolah dan pemangku kepentingan.
4. Gotong Royong: Pengembangan kurikulum dan perangkat ajar adalah hasil kolaborasi
puluhan institusi, di antaranya Kementerian Agama, universitas, sekolah, dan lembaga
pendidikan lainnya.

Struktur kurikulum merdeka dibedakan berdasarkan 4 kelompok yakni meliputi: PAUD-


SMA/MA; Sekolah Luar Biasa; SMK; dan Kesetaraan. Berikut uraian lengkap struktur pada
tiap kelompok sekolah:
1. PAUD-SMA/MA
a) Jenjang PAUD
Kegiatan pembelajaran intrakurikuler dirancang agar anak dapat mencapai
kemampuan yang tertuang di dalam Capaian Pembelajaran. Intisari kegiatan pembelajaran
intrakurikuler adalah bermain bermakna sebagai perwujudan “Merdeka Belajar, Merdeka
Bermain”. Karena itu, kegiatan yang dipilih harus memberikan pengalaman yang
menyenangkan dan bermakna bagi anak. Kegiatan juga perlu didukung oleh penggunaan
sumber-sumber belajar yang nyata dan ada di lingkungan sekitar anak. Sumber belajar
yang tidak tersedia secara nyata dapat dihadirkan dengan dukungan teknologi dan buku
bacaan anak.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila bertujuan untuk memperkuat upaya
pencapaian Profil Pelajar Pancasila yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan
(Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak untuk PAUD). Penguatan Profil Pelajar
Pancasila di PAUD dilakukan dalam konteks perayaan tradisi lokal, hari besar nasional,
dan internasional. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dilaksanakan menggunakan
alokasi waktu kegiatan di PAUD.

10
Adapun alokasi pembelajaran pada tingkat PAUD untuk usia 3-4 tahun adalah paling
sedikit 360 menit atau 6 jam dalam seminggu. Sedangkan untuk usia 4-6 tahun adalah
paling sedikit 900 menit atau 15 jam dalam seminggu.

b) Jenjang SD/MI
Struktur kurikulum dibagi menjadi 2 kegiatan pembelajaran utama, yaitu:
pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan intrakurikuler; dan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jam Pelajaran (JP) diatur per tahun. Satuan pendidikan
dapat mengatur alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk mencapai JP yang
ditetapkan. Satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan pengorganisasian
pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik, atau terintegrasi.
Adapun perubahan pada beberapa mata pelajaran adalah: mata pelajaran IPAS (Ilmu
Pengetahuan Alam dan Sosial) merupakan paduan dari IPA dan IPS; Bahasa Inggris
menjadi mata pelajaran pilihan, tergantung kesiapan satuan pendidikan; dan Satuan
pendidikan atau murid bisa memilih setidaknya 1 dari 4 mata pelajaran Seni dan Budaya:
Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, atau Seni Tari. Berikut akan diuraikan penjelasan
secara singkat tentang struktur kurikulum SD/MI/sederajat:
1. Mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran pilihan yang dapat
diselenggarakan berdasarkan kesiapan satuan pendidikan. Pemerintah daerah perlu
melakukan fasilitasi penyelenggaraan mata pelajaran Bahasa Inggris, misalnya terkait
peningkatan kompetensi dan penyediaan guru. Satuan pendidikan yang belum siap
memberikan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan dapat
mengintegrasikan muatan Bahasa Inggris ke dalam mata pelajaran lain dan/atau
ekstrakurikuler dengan melibatkan masyarakat, komite sekolah, relawan mahasiswa,
dan/atau bimbingan orang tua.
2. Muatan pelajaran kepercayaan untuk penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan YME
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai layanan pendidikan kepercayaan terhadap Tuhan YME.
3. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif di SD/MI/sederajat
menyediakan layanan program kebutuhan khusus sesuai dengan kondisi peserta didik.
4. Proses mengidentifikasi dan menumbuhkembangkan minat, bakat, dan kemampuan
murid dilakukan oleh guru yang melaksanakan fungsi bimbingan dan konseling (BK).

11
c) Jenjang SMP/MTs
Struktur kurikulum merdeka pada tingkat SMP/Mts/sederajat secara garis besar sama
dengan tingkat SD/MI/sederajat, hanya terdapat perbedaan yang cukup signifikan yakni
pada perubahan mata pelajaran. Mata pelajaran Informatika merupakan mata pelajaran
wajib. Satuan pendidikan atau murid dapat memilih setidaknya 1 dari 5 mata pelajaran
Seni dan Prakarya: Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau Prakarya.
Berikut akan diuraikan penjelasan secara umum terkait struktur kurikulum merdeka
pada tingkat SMP/MTs/sederajat:
1. Muatan pelajaran kepercayaan untuk penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan YME
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai layanan pendidikan kepercayaan terhadap Tuhan YME.
2. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif di SMP/MTs/sederajat
menyediakan layanan program kebutuhan khusus sesuai kondisi peserta didik.
3. Beban belajar bagi penyelenggara pendidikan dengan Sistem Kredit Semester (SKS)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai SKS.
4. Proses mengidentifikasi dan menumbuhkembangkan minat, bakat, dan kemampuan
murid dilakukan oleh guru yang dikoordinasikan oleh guru BK. Jika ketersediaan guru
BK belum mencukupi, maka koordinasi dilakukan oleh guru lain.

d) Jenjang SMA/MA
Secara garis besar, struktur kurikulum SMA/MA sederajat juga hamper sama dengan
tingkat SMP/MTs sederajat. Adapun beberapa penjelasan secara umum mengenai struktur
kurikulum merdeka pada tingkat SMA/MA sederajat adalah sebagai berikut:
1. Satuan pendidikan wajib membuka kelompok mata pelajaran umum serta sekurang-
kurangnya 7 mata pelajaran pilihan.
2. Setiap murid wajib mengikuti: seluruh mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran
umum; memilih 4–5 mata pelajaran dari kelompok mata pelajaran pilihan yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan, disesuaikan dengan minat, bakat, dan
kemampuan peserta didik kelas 10.

12
3. Murid diperbolehkan mengganti mata pelajaran pilihan pada kelas 11 semester 2
berdasarkan penilaian ulang satuan pendidikan terhadap minat, bakat, dan kemampuan
peserta didik.
4. Muatan pelajaran kepercayaan untuk penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan YME
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai layanan pendidikan kepercayaan terhadap Tuhan YME.
5. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif di SMA/MA/sederajat
menyediakan layanan program kebutuhan khusus sesuai kondisi peserta didik.
6. Beban belajar bagi penyelenggara pendidikan dengan SKS dilaksanakan sesuai
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai SKS.
7. Proses mengidentifikasi dan menumbuhkembangkan minat, bakat, dan kemampuan
peserta didik dilakukan oleh guru yang dikoordinasikan oleh guru BK. Jika
ketersediaan guru BK belum mencukupi, maka koordinasi dilakukan oleh guru lain.

2. Sekolah Luar Biasa (SLB)


Struktur kurikulum SLB didasarkan pada struktur sekolah umum (SD, SMP, dan SMA),
dengan menyesuaikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus, yaitu keterampilan fungsional
dan mata pelajaran penunjang kebutuhan tersebut.
Terdapat mata pelajaran Program Kebutuhan Khusus yang bertujuan untuk membantu anak
memaksimalkan indra yang dimilikinya dan mengatasi keterbatasannya. Berikut adalah
tujuan program masing-masing kebutuhan khusus:
a) Tunanetra: pengembangan orientasi, mobilitas, sosial, dan komunikasi
b) Tunarungu: pengembangan komunikasi, persepsi bunyi, dan irama
c) Tunagrahita: pengembangan diri
d) Tunadaksa: pengembangan diri dan gerak
e) Autis: pengembangan komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku

Dibandingkan dengan K-13, tidak ada perubahan yang signifikan dalam jumlah jam
pelajaran. Beban belajar per minggu bisa ditambah sesuai kebutuhan belajar murid dan/atau
kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting.
Penyesuaian struktur kurikulum merdeka pada kelompok SLB yakni: jam mata pelajaran
paling besar adalah Seni dan Prakarya (SDLB) dan Keterampilan (SMPLB dan SMALB);

13
mata pelajaran Bahasa Inggris bersifat pilihan; mata pelajaran Seni di SMPLB dan SMALB
pada kelompok mata pelajaran umum berfungsi sebagai sarana apresiasi dan terapi. Namun,
mata pelajaran Seni pada kelompok keterampilan berfungsi sebagai pembekalan untuk
profesi.
Berikut ini akan dijelaskan struktur kurikulum setiap jenjang SLB.
a) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
1. Jumlah jam pelajaran di SDLB sama dengan jumlah mata pelajaran di SD umum.
2. Satu jam pelajaran di SDLB adalah 35 menit.
3. Sama seperti SD umum, IPAS diajarkan mulai kelas 3 SD.
4. Pembedanya adalah penekanan jam pelajaran beberapa mata pelajaran yang dianggap
relevan dengan penyiapan keterampilan fungsional anak dan adanya program
kebutuhan khusus.
b) Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)
1. Struktur kurikulum SMPLB sama dengan SMP umum.
2. Satu jam pelajaran di SMPLB adalah 40 menit.
3. Pembedanya adalah jumlah jam pelajaran di mata pelajaran tertentu, adanya mata
pelajaran keterampilan yang dapat dipilih sesuai bakat dan minat, serta adanya
program kebutuhan khusus.
c) Sekolah Menengah Atas Luar biasa (SMALB)
1. Struktur kurikulum SMALB sama dengan SMA umum.
2. Satu jam pelajaran di SMALB adalah 45 menit.
3. Pembedanya adalah jumlah jam pelajaran di mata pelajaran tertentu, adanya mata
pelajaran keterampilan yang dapat dipilih sesuai bakat, minat, dan ketersediaan
program.
3. SMK
Struktur kurikulum SMK/MAK terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: pembelajaran
intrakurikuler; dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang dialokasikan dari total JP
mata pelajaran umum dan beberapa mata pelajaran pilihan per tahun.
Pembelajaran intrakuler di SMK/MAK pun terbagi menjadi 2 (dua), yaitu kelompok mata
pelajaran umum dan kejuruan.
a) Kelompok Umum

14
Kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk murid menjadi pribadi yang utuh,
sesuai fase perkembangannya. Murid diharapkan memiliki norma-norma kehidupan sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai warga negara Indonesia dan warga dunia.
Beberapa mata pelajaran yang termasuk dalam kelompok umum:
1) Projek IPAS. Mata pelajaran yang mengembangkan literasi sains dengan aspek-aspek
ilmu pengetahuan alam dan sosial. Mata pelajaran ini disampaikan dalam tema-tema
kehidupan yang kontekstual dan aktual.
2) Bahasa Inggris dan Matematika. Di kelas 10, kedua mata pelajaran ini berisi materi
umum dan dasar. Sementara di kelas 11 dan 12, fokus dua mata pelajaran ini adalah
pendalaman materi secara kontekstual terhadap substansi kejuruan pada masing-
masing Program Keahlian. Keahlian.
3) Informatika. Mata pelajaran ini dirancang sama dengan satuan pendidikan lain tapi
bisa disesuaikan dengan Program Keahlian peserta didik.
b) Kelompok Kejuruan
Kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk murid agar memiliki kompetensi
sesuai perkembangan dunia kerja, serta ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.
Beberapa mata pelajaran Kelompok Kejuruan yang ada di SMK/MAK:
1) Mata Pelajaran Kejuruan. Di kelas 10, Mata Pelajaran Kejuruan berpusat pada
pelajaran dasar-dasar Program Keahlian. Di kelas 11 dan 12, mata pelajaran ini
mencakup kelompok unit kompetensi yang dikembangkan secara lebih teknis sesuai
Konsentrasi Keahlian yang dipilih.
2) Mata Pelajaran Kreatif dan Kewirausahaan. Mata pelajaran ini menjadi alat bagi murid
untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan kompetensi yang dikuasai. Hal ini
dilakukan melalui pembuatan produk atau pekerjaan layanan jasa secara kreatif dan
bernilai ekonomis.
3) Mata Pelajaran Pilihan. Mata pelajaran yang dipilih oleh murid sesuai dengan renjana
(passion) untuk pengembangan diri, melanjutkan pendidikan, berwirausaha, maupun
bekerja pada bidang yang dipilih. Murid dapat mendalami mata pelajaran kejuruan di
konsentrasi keahliannya, mata pelajaran kejuruan lintas konsentrasi keahlian, mata
pelajaran umum, atau mata pelajaran kelompok pilihan yang diajarkan di fase F
SMA/MA.

15
c) Pemilihan Konsentrasi Pada Satu Program Keahlian
Ada beberapa hal terkait pemilihan konsentrasi pada satu Program Keahlian yang perlu
diperhatikan:
1) Pemilihan konsentrasi dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kerja di dunia kerja
yang menjadi sasaran murid.
2) Satu program keahlian bisa mencakup satu atau lebih konsentrasi.
3) Jika ada konsentrasi yang berbeda dalam satu program keahlian, maka akan
diselenggarakan dalam rombongan belajar yang berbeda.

4. Kesetaraan
Struktur kurikulum pendidikan kesetaraan terdiri dari mata pelajaran kelompok umum
dan kelompok pemberdayaan, serta keterampilan berbasis Profil Pelajar Pancasila. Muatan
belajar dinyatakan dalam satuan kredit kompetensi (SKK), yang menunjukkan bobot
kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran,
baik melalui pembelajaran tatap muka, tutorial, maupun belajar mandiri.
Kelompok umum memuat mata pelajaran yang disusun mengacu pada standar nasional
pendidikan dan sesuai dengan jenjang pendidikan formal, serta merupakan mata pelajaran
yang wajib diberikan untuk semua peserta didik. Sementara itu, kelompok pemberdayaan dan
keterampilan berbasis Profil Pelajar Pancasila mencakup keterampilan okupasional,
fungsional, vokasional, sikap dan kepribadian profesional, dan jiwa wirausaha mandiri yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pendidikan kesetaraan, serta
berbasis Profil Pelajar Pancasila. Pemberdayaan dan keterampilan sebagaimana dimaksud
dijelaskan sebagai berikut.
a) Pemberdayaan memuat kompetensi untuk menumbuhkan keberdayaan, harga diri,
percaya diri, sehingga peserta didik mampu mandiri dan berkreasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Materi-materi untuk mencapai kompetensi dapat meliputi pengembangan
diri dan pengembangan kapasitas untuk mendukung keterampilan yang dipilih peserta
didik.
b) Keterampilan diberikan dengan memperhatikan variasi potensi sumber daya daerah yang
ada, kebutuhan peserta didik, dan peluang kesempatan kerja yang tersedia, sehingga

16
peserta didik mampu melakukan aktualisasi kemandirian, otonomi, kebebasan, dan
kreativitas dalam berkarya untuk mengisi ruang publik secara produktif.

Muatan belajar program pendidikan kesetaraan dinyatakan dalam Satuan Kredit


Kompetensi (SKK), yang menunjukkan bobot kompetensi yang harus dicapai oleh peserta
didik dalam mengikuti program pembelajaran, baik melalui tatap muka, praktik keterampilan,
dan/atau kegiatan mandiri. 1 SKK adalah satu satuan kompetensi yang dicapai melalui
pembelajaran 1 jam pembelajaran tatap muka, atau 2 jam pembelajaran tutorial, atau 3 jam
pembelajaran kegiatan mandiri, atau kombinasi secara proporsional dari ketiganya. 1 jam
pembelajaran setara dengan 35 menit untuk Program Paket A, 40 menit untuk Program Paket
B, dan 45 menit untuk Program Paket C. Struktur kurikulum akan dijelaskan secara umum
dibawah ini:
a) Ketentuan mengenai pemilihan mata pelajaran pilihan disesuaikan dengan
SMA/MA/sederajat.
b) Muatan pelajaran kepercayaan untuk penganut Kepercayaan kepada Tuhan YME
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai layanan
pendidikan kepercayaan kepada Tuhan YME.
c) Proses mengidentifikasi dan menumbuhkembangkan minat, bakat, dan kemampuan
peserta didik dilakukan oleh guru yang dikoordinasikan oleh guru BK. Jika ketersediaan
guru BK belum mencukupi, maka koordinasi dilakukan oleh guru lain.

E. Pengembangan Tujuan Pembelajaran dan Alur Tujuan Pembelajaran Berdasarkan


Capaian Pembelajaran
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai
murid pada setiap fase perkembangan, yang dimulai dari fase Fondasi pada PAUD. Capaian
Pembelajaran mencakup sekumpulan kompetensi dan lingkup materi, yang disusun secara
komprehensif dalam bentuk narasi. Capaian pembelajaran memuat sekumpulan kompetensi
dan lingkup materi yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi.
Capaian Pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) terdiri atas satu fase, yaitu
fase Fondasi. Capaian Pembelajaran untuk pendidikan dasar dan menengah terdiri dari 6 fase
(A–F), atau tahapan yang meliputi seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SDLB, SMPLB, SMALB, Paket A, Paket B, dan Paket

17
C). Capaian Pembelajaran untuk pendidikan dasar dan menengah juga disusun untuk setiap
mata pelajaran.
Murid berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual dapat menggunakan CP
pendidikan khusus. Sementara itu, murid berkebutuhan khusus tanpa hambatan intelektual
dapat menggunakan CP umum dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum.
Fase dan Jenjang/Kelas
1. Fase A: Kelas 1-2 SD/MI/SDLB/Paket A
2. Fase B: Kelas 3-4 SD/MI/SDLB/Paket A
3. Fase C: Kelas 5-6 SD/MI/SDLB/Paket A
4. Fase D: Kelas 7-9 SMP/MTs/SMPLB/Paket B
5. Fase E: Kelas 10 SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK
6. Fase F: Kelas 11-12 SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK

Peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual dapat menggunakan CP


Pendidikan Khusus. Sementara itu, peserta didik berkebutuhan khusus tanpa hambatan
intelektual dapat menggunakan CP umum dengan menerapkan prinsip-prinsip modifikasi
kurikulum.
Tujuan pembelajaran adalah deskripsi pencapaian tiga aspek kompetensi, yakni
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperoleh murid dalam satu atau lebih kegiatan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran disusun dengan memperhatikan eviden atau bukti yang
dapat diamati dan diukur pada murid, sehingga murid dapat dinyatakan mencapai suatu tujuan
pembelajaran.
Penulisan tujuan pembelajaran sebaiknya memuat 2 komponen utama, yaitu kompetensi
dan lingkup materi.
1. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang perlu didemonstrasikan oleh murid untuk
menunjukkan dirinya telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Pertanyaan panduan
yang bisa digunakan guru dalam menyusun tujuan pembelajaran, antara lain:
a) Secara konkret, kemampuan apa yang perlu didemonstrasikan oleh murid?
b) Tahap berpikir apa yang perlu didemonstrasikan oleh murid?
2. Lingkup Materi

18
Lingkup materi merupakan konten dan konsep utama yang perlu dipahami pada akhir satu
unit pembelajaran. Pertanyaan panduan yang bisa digunakan guru dalam menyusun
tujuan pembelajaran, satu di antaranya yakni: Hal apa saja yang perlu dipelajari murid
dari suatu konsep besar yang dinyatakan dalam CP?

Alur Tujuan Pembelajaran (-ATP) adalah rangkaian tujuan pembelajaran yang


tersusun secara sistematis dan logis di dalam fase secara utuh dan menurut urutan
pembelajaran sejak awal hingga akhir suatu fase. Alur ini disusun secara linear
sebagaimana urutan Tujuan Pembelajaran yang dilakukan sepanjang fase untuk mencapai
Capaian Pembelajaran yang harus dicapai di akhir fase.
Jika Capaian Pembelajaran adalah kompetensi yang diharapkan dapat dicapai murid di
akhir fase, maka Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah rangkaian tujuan pembelajaran yang
tersusun secara sistematis dan logis di dalam fase pembelajaran.
1. Alur menjadi panduan guru dan murid untuk mencapai Capaian Pembelajaran di akhir
suatu fase.
2. Tujuan pembelajaran disusun secara kronologis berdasarkan urutan pembelajaran dari
waktu ke waktu.
3. Guru dapat menyusun ATP masing-masing, yang terdiri dari rangkaian tujuan
pembelajaran.
4. Pemerintah akan menyediakan beberapa contoh ATP yang bisa langsung digunakan atau
dimodifikasi, dan membuat panduan untuk penyusunan perangkat ajar.

Prosedur Pengembangan Tujuan Pembelajaran


1. Melakukan analisis CP yang memuat materi dan kompetensi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
2. Berdasarkan analisis pada CP, tentukan materi utama atau konten inti.
3. Menentukan tujuan pembelajaran.
4. Perumusan TP memuat kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap), konten, serta
kebermaknaan dalam pembelajaran.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang
beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu
untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Hakikat dari Kurikulum Merdeka
adalah pendidikan yang didasarkan pada kodrat alam dan zaman, dimana setiap peserta
didik memiliki bakat dan minat masing-masing. Tujuan merdeka belajar adalah untuk
secara efektif mengurangi keterlambatan belajar selama pandemi Covid-19.
Dasar hukum yang digunakan kurikulum merdeka adalah meliputi:
Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022; Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022;
Permendikbudristek No. 262/M/2022; Keputusan Kepala BSKAP No.008/H/KR/2022
Tahun 2022; Keputusan Kepala BSKAP No.009/H/KR/2022 Tahun 2022; dan Surat
Edaran No. 0574/H.H3/SK.02.01/2023.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan salah satu bagian yang tak
terpisahkan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Profil Pelajar Pancasila
merupakan sejumlah ciri karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh
peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar
kritis, dan kreatif.
Struktur kurikulum di Kurikulum Merdeka didasari tiga hal, yaitu: berbasis
kompetensi, pembelajaran yang fleksibel, dan karakter Pancasila. Prinsip pengembangan
kurikulum merdeka meliputi: struktur minimum; otonomi; sederhana; dan gotong royong.
Struktur kurikulum merdeka dibedakan berdasarkan 4 kelompok yakni meliputi: PAUD-
SMA/MA; Sekolah Luar Biasa; SMK; dan Kesetaraan.

20
Alur menjadi panduan guru dan murid untuk mencapai Capaian Pembelajaran di akhir
suatu fase. Tujuan pembelajaran disusun secara kronologis berdasarkan urutan
pembelajaran dari waktu ke waktu. Guru dapat menyusun ATP masing-masing, yang
terdiri dari rangkaian tujuan pembelajaran. Pemerintah akan menyediakan beberapa
contoh ATP yang bisa langsung digunakan atau dimodifikasi, dan membuat panduan
untuk penyusunan perangkat ajar.

B. Saran
1. Dengan disusunnya makalah ini dapat menjadi motivasi pengajar untuk dapat lebih
memahami konsep kurikulum merdeka, sehingga pelaksaan di lapangan efektif dan
efisien.
2. Akan lebih baik lagi jika tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan ajar atau sumber
materi dalam proses pembelajaran dalam konteks kurikulum.
3. Menjadikan makalah ini sebagai rujukan dalam penulisan makalah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sopiansyah, D., dkk. (2022). Konsep dan Implementasi Kurikulum MBKM (Merdeka Belajar
Kampus Merdeka). Reslaj. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. IV(1), 34-41

Suryaman, M. (2020). Orientasi Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar. Ejournal UNIB.


FBS Universitas Negeri Yogyakarta. 13-28

Mariati. (2021). Tantangan Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka di


Perguruan Tinggi. Sintesa. Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara. I(1), 747-758.

Riswakhyuningsih, T. (2022). Pengembangan Alur Tujuan Pembelajaran (TP) Mata Pelajaran


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas VII SMP. Jurnal Ristek Kabupaten Batang. SMP
N 2 Subah. VII(1), 20-30.

Cholilah, M., dkk. (2023). Pengembangan Kurikulum Merdeka Dalam Satuan Pendidikan
Serta Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Abad 21. Sanskara
Pendidikan dan Pengajaran. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. I(2), 57-66

https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/14145044257945-Pengertian-
Profil-Pelajar-Pancasila Diakses pada 20 Agustus 2023, dari Kemendikbud.

22

Anda mungkin juga menyukai