Anda di halaman 1dari 18

PENGERTIAN, ESENSI KODE ETIK GURU DAN ETIKA PROFESI

KEGURUAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan yang diampu oleh Dr.
Chairil Faif Pasani, M.Si., Juhairiah, M.Pd., dan Rahmita Noorbaiti, M.Pd.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 7
Abdul kholiq (NIM. 2010118110014)
Hafidzna Hayati (NIM. 2010118220033)
Norfadiyah Septiyanti (NIM. 2010118320003)
Rizaldi (NIM. 2010118310001)
Shalsabila putri (NIM. 2010118220028)
Sutan Fadillah Raga Barnaba (NIM. 2010118210046)
Tika Puspita Sari (NIM. 2010118320004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................................i
A. PENGERTIAN ETIKA PROFESI DAN PENGERTIAN ESENSI KODE ETIK GURU............................1
B. NILAI-NILAI ETIKA PROFESI KEGURUAN..............................................................................................3
C. SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK GURU............................................................................................5
D. TAHAPAN PERUMUSAN KODE ETIK GURU.............................................................................................7
E. PENETAPAN KODE ETIK GURU...................................................................................................................9
F. KODE ETIK GURU TERHADAP SISWA.....................................................................................................10
G. UNDANG-UNDANG KODE ETIK GURU....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................................16

i
A. PENGERTIAN ETIKA PROFESI DAN PENGERTIAN ESENSI KODE
ETIK GURU
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi adalah cabang filsafat yang
mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-
bidang khusus (profesi) kehidupan manusia. Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan
atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik,
medis/dokter, dan sebagainya. Etika profesi berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah
dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau
terhadap konsumen (klien atau objek). Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan
dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang
membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama,

Etika profesi menurut Suhrawardi Lubis adalah sikap hidup berupa keadilan untuk
memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian
sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
Pengertian Etika adalah ilmu yang menyelidiki, mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

Guru Indonesia harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yag terhormat,
terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu, ketika bekerja mereka harus menjunjung tinggi
etika  profesi. Mereka mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, makmur, dan beradap.

Kode etik guru adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan


(relationship) antar guru dengan lembaga pendidikan (sekolah) ; guru dengan sesama guru; guru
dengan peserta didik; dan guru dengan lingkungannya. Sebagai sebuah jabatan pekerjaan, profesi
guru memerlukan kode etik khusus untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut. Fungsi adanya

ii
kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama baik guru dalam menyandang status
pendidik. Dengan demikian, adanya kode etik tersebut diharapkan para guru tidak melakukan
pelanggaran-pelanggaran terhadap tugas dan kewajibannya. Secara subtansial, diberlakukannya
kode etik kepada guru sebenarnya untuk menambah kewibawaan dan memelihara image, citra
profesi guru tetap baik.
Menyadari pentingnya fungsi kode etik tersebut, berarti guru harus mampu melaksanakan
tugasnya secara jujur, komitmen dan penuh dedikasi. Hubungan-hubungan sebagaimana di
maksud diatas, juga harus dipatuhi demi menjaga kemajuan dan solidaritas yang tinggi. Kode
etik tersebut mengatur tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
guru dalam menjalankan tugas profesionalnya.

iii
B. NILAI-NILAI ETIKA PROFESI KEGURUAN
Nilai-nilai etika merupakan berbagai hal penting yang berguna bagi kebaikan seseorang dan
kebaikan sekelompok orang sehingga mereka dapat menjadi manusia yang sesuai dengan
hakekatnya. Dengan demikian nilai-niali etika profesi keguruan adalah berbagai hal penting yang
berguna bagi kebaikan guru, peserta didik, wali peserta didik, rekan sejawat, dan masyarakat.
Nilai-nilai etika profesi keguruan tersebut kemudian dilakukan melalui perilaku positif guru
ketika menjalin relasinya. Ada tiga nilai-nilai profesi keguruan yang harus dilakukan oleh guru
melalui perilaku positifnya, yaitu :

1. Tanggung jawab

Ketika seseorang telah memilih berprofesi sebagai seorang guru, maka secara otomatis ia
memikul tanggung jawab sebagi guru. Guru memiliki tanggung jawab utama sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, peenilai, dan pengevaluasi peserta didiknya.

2. Kewajiban

Tanggung jawab yang dipikul oleh guru menjadikannya memiliki berbagai kewajiban
seperti yang terdapat pada kode etik guru Indonesia . dengan kata lain, kewajiban merupakan
sesuatu yang dilakukan karena adanya tanggung jawab. Kewajiban dilakukan karena tuntutan
hati nurani atau karena panggilan jiwa, bukan karena pertimbangan pikiran. Itulah sebabnya ada
statement yang berbunyi “bekerja sebagai guru adalah panggilan jiwa”. Kemudian, ketika guru
melalaikan kewajibannya, maka ia akan dikenakan sanksi.

3. Hak

Sebaliknya, ketika guru melaksanakan kewajibannya dengan sebaik mungkin sesuai


dengan kemampuannya, maka ia akan mendapatkan haknya. Jadi guru dapat menuntut haknya
manakala dengan tanggung jawabnya ia telah melaksanakan kewajibannya dengan baik.
Sungguh akan menjadi sesuatu yang sangat menjijikan jika guru lebih mengedepankan haknya
daripada tugas dan tanggung jawabnya. Merupakan hal yang sangat tidak manusiawi pula ketika
pemerintah maupun pihak yayasan mengabaikan hak-hak guru di saat guru telah melaksanakan
berbagai konsekuensi logis dari kepemilikan tanggung jawabnya.

iv
Adapun Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :

(1) Nilai-nilai agama dan Pancasila

(2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan


kompetensi profesional.

(3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan
jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual

v
C. SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK GURU
Dalam setiap penetapan aturan atau tata tertib, maka tidak lepas dengan yang namanya
sanksi bagi para pelanggar peraturan atau tata tertib tersebut. Begitu juga dalam penetapan kode
etik sebuah profesi, maka juga ada sanksi-sanksi yang bagi anggota yang melanggar kode etik
tersebut. Menurut Mulyana (2007:46) menjelaskan bahwa sanksi pelanggaran kode etik tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Sanksi moral, berupa celaan dari rekan-rekannya dan teguran, karena pada umumnya
kode etik merupakan landasan moral, pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan. Contoh :
Guru tidak menunjukkan kejujuran sehingga tidak pantas untuk ditiru, misalnya: suka
ingkar janji, pilih kasih, memanipulasi nilai, mencuri waktu mengajar, dan lain
sebagainya.
2. Sanksi yang dikeluarkan dari organisasi, merupakan sanksi yang dianggap terberat.
Negara sering kali mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya
merupakan kode etik suatu profesi tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum
atau undang-undang. Dengan demikian, maka yang mulanya sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi -sanksi yang
sifatnya memaksa, baik berupa aksi perdata maupun pidana. Berupa Pemberhentian dengan
hormatdan Pemberhentian tidak dengan hormat. Contoh : Hubungan antar guru yang tidak
harmonis. Misalnya saling menjatuhkan. Jika seseorang anggota profesi bersaing secara tidak
jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika dianggap kecurangan itu
serius, maka dituntutdi muka pengadilan.

Secara khusus, sanksi pelanggaran kode etik profesi guru sebenarnya telah diatur dalam
rumusan Kode Etik Guru Indonesia pada Kongres PGRI ke-XIV tahun 1989 (sebelum direvisi),
Pasal 7, 8, dan 9, sebagai berikut.

Pasal 7

(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kode Etik Guru
Indonesia.

vi
(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia kepada
rekan sejawat penyelenggara pendidikan, masyarakat dan pemerintah.

Pasal 8

(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak melaksanakan Kode Etik Guru
Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan protes guru.

(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.

(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.

Pasal 9

(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap Kode
Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus objektif.

(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.

(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada guru yang
melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.

(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib
melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat yang
berwenang.

(6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi
profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan
dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

vii
D. TAHAPAN PERUMUSAN KODE ETIK GURU
Berdasarkan penerapan kode etik guru di dalam dunia pendidikan, maka dapat dirumuskan
kode etik guru alternatif untuk melengkapi daripada kode etik guru yang sudah ada sebelumnya.
Adapun rumusan dari kode etik guru alternatif adalah sebagai berikut:

a. Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai guru serta melakukan
pengembangan berbagai rencana pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan evaluasi
proses dan hasil belajar dari peserta didik, artinya Kode etik ini dirumuskan karena pada
prakteknya guru masih banyak yang belum mempunyai kemampuan dalam melakukan
pengembangan rencana proses dari pembelajaran dan pengembangan evaluasi proses dan hasil
belajar peserta didik.
b. Memberikan layanan pembelajaran secara maksimal berdasarkan karakteristik individual serta
tahapan tumbuh kembang kejiwaan dari peserta didik. Artinya Adanya penambahan kata
“secara maksimal” dengan maksud bahwa guru dapat berusaha semaksimal mungkin dalam
memberikan layanan pembelajaran terbaik kepada peserta didik.
c. Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, serta
melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Adanya penambahan kalimat “melakukan
inovasi dalam kegiatan pembelajaran”. Penambahan kalimat ini dimaksudkan agar guru terus
melakukan inovasi dalam melakukan pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran tidak
memiliki kesan itu-itu saja dan agar tidak membosakan bagi peserta didik.
d. Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara adil, dan
objektif, seperti memperlakukan diri sendiri. Artinya Adanya penambahan kalimat
“memperlakukan diri sendiri” dengan maksud agar guru dapat memperlakukan peserta didik
seperti memperlakukan diri sendiri. Diharapkan dengan penambahan kalimat ini, guru dapat
lebih menyanyagi peserta didiknya dan mengurangi hal-hal yang melanggar martabat dan hak-
hak peserta didik.

viii
e. Menjaga hubungan profesional dan mempertegas jarak dengan peserta didik dan tidak
memanfaatkan untuk keuntungan pribadi dan/atau kelompok dan tidak melanggar norma yang
berlaku, artinya Adanya penambahan “mempertegas jarak” hubungan dengan peserta didik.
Mempertegas jarak di sini bukan berarti membuat penghalang hubungan antara guru dan
peserta didik, tetapi memberikan pedoman apa saja yang boleh dilakukan, dan tidak boleh
dilakukan, oleh guru terhadap siswa maupun sebaliknya.

Usulan perumusan kode etik alternatif hanya menyoroti lima aspek yang sudah dipaparkan
karena dirasa kelima aspek tersebut membutuhkan modifikasi demi terciptanya peningkatan
kualitas guru. Aspek lainnya dirasa masih sesuai dan bisa masih bisa diterapkan dengan baik
oleh guru yang ada di Indonesia. Perumusan kode etik alternatif ini bisa saja dirubah seiring
berjalannya waktu.

ix
E. PENETAPAN KODE ETIK GURU
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan
mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi
profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara
perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama
anggota-anggota profesi dari organisasi tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan mempunyai
pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut.

Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung di dalam
suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat
dijalankan secara murni dan baik.

Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-
norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam dalam suatu sistem yang
utuh dan bulat. Fungsi Kode etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik
di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan
demikian maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.

Singkatnya , Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku
dan mengikat para anggotanya. Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode
etik adalah sanksi moral. Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-
nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam dalam suatu
sistem yang utuh dan bulat.

x
F. KODE ETIK GURU TERHADAP SISWA
Kode etik guru yang berhubungan dengan siswa dibangun atas dasar nilai-nilai sebagai berikut:

1. Peduli

Beberapa kode etik yang dibangun atas dasar prinsip ini adalah:

a. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi
pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
b. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan
masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
c. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk
kepentingan proses kependidikan.
d. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.

2. Membantu

Beberapa kode etik yang dibangun atas dasar prinsip ini adalah:

a. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan mengamalkan hak-
hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat
b. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta
didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya
untuk berkarya.
3. Melindungi

Beberapa kode etik yang dibangun atas dasar prinsip ini adalah:

a. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari
kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan
keamanan.
b. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat
mempengaruhi perkembangan negative bagi peserta didik.

xi
c. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha
menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan
sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.
4. Adil
Beberapa kode etik yang dibangun atas dasar prinsip ini adalah:
a. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat
peserta didiknya.
b. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
c. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak
peserta didiknya.
5. Memberi manfaat

Beberapa kode etik yang dibangun atas dasar prinsip ini adalah:

a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
6. Tidak merugikan

Beberapa kode etik yang dibangun atas dasar prinsip ini adalah:

a. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak
ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
b. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta
didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
c. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta
didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

xii
G. UNDANG-UNDANG KODE ETIK GURU
Kode etik guru adalah pedoman perilaku guru Indonesia dalam menjalankan tugas
keprofesionalitasannya. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok
Kepegawaian Pasal 28 menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai
pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan”. Dalam penjelasan
Undang-undang tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai
aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku,
dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi cenderung lebih
memperjelas, mempertegas, dan memperinci norma-norma ke dalam bentuk yang lebih eklusif
meskipun norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian menurut
Drajat kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta
terperinci tentang norm-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam kehidupan di masyarakat, norma-norma tersebut berisi
petunjuk bagi para anggota profesi bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-
larangan yaitu ketentuan tentang apa saja yang tidak boleh dilaksanakan oleh mereka serta kode
etik juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari
dalam masyarakat.

Keberadaan kode etik profesi akan memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang ada, juga mampu mencegah campur tangan pihak luar
organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. sehingga kode etik profesi
sangatlah penting bagi suatu organisasi profesi dalam menjalankan aktivitasnya utuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Istanto dalam Drajat tujuan-tujuan tersebut antara lain:

a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.


b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f. Untuk meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Untuk mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat

xiii
Etika Profesi guru berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru juga dapat diartikan sebagai orang yang mendidik peserta didik dari yang tidak tahu
menjadi tahu. Bukan hanya sekedar memberi materi tetapi juga senantiasa menuntun peserta
didik menjadi manusia mandiri. Menurut Sanjaya (2006:18-19) bahwa sebagai suatu profesi
terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik antara lain:

a. Kompetensi pribadi yaitu guru dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian
ideal bagi para peserta didik. Karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model
atau panutan yang harus ditiru.
b. Kompetensi professional adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian
tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat
penting,sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan.
c. Kompetensi sosial kemasyarakatan yang berarti kemampuan guru untuk berinteraksi
sebagai makhluk sosial dan sebagai anggota masyakarat.

Kode etik guru menurut Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia
adalah pedoman perilaku guru Indonesia dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Undang-
undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian Pasal 28 menyatakan bahwa
“Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di
dalam dan di luar kedinasan”. Dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan dengan
adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi
Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugas
dan dalam pergaulan hidup sehari-hari.

1. Etika Ketika Interaksi Belajar Mengajar

xiv
Menguasai materi pelajaran dengan baik melebihi murid – muridnya dan mampu memberikan
pemahaman kepada mereka dengan baik. Guru harus menguasai metode mengajar . Guru harus
menelaah buku-buku yang berkaitan dengan pelajaran, studi-studi pendidikan, riset-riset
psikologi dan sosial yang berbicara mengenai anak, remaja, perubahan-perubahan fisik dan
mental yang dilalui masing-masing, agar guru sanggup menyampaikan informasi ( ilmu) dengan
cara terbaik, selama situasi pengajaran dan pendidikan.

2. Etika guru terhadap anak didik

a. Memberikan ilmu kepada anak muridnya dengan ikhlas


b. Hendaknya mencintai anak muridnya seperti mencintai diri sendiri
c. Memotivasi murid untuk menuntut ilmu
d. Guru wajib menjunjung tinggi harga diri anak muridnya

3. Etika Guru Terhadap Atasan

a. Guru melaksanakan perintah dan kebijaksanaan atasannya.


b. Guru wajib menghormati hirarki jabatan yang ada di sekolah.
c. Setiap saran dan kritik kepada atasan dilakukan melalui prosedur dan forum yang
semestinya.
d. Hubungan guru dengan atasan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan
pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama.

4. Etika Guru Terhadap Pegawai Administrasi

Administrasi dapat diartikan sebagai kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani,
mengarahkan atau mengatur smua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan.Administrasi
pendidikan adalah segenap proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personal,
spritual maupun materi, yang bersangkut paut dengan pencapaian suatu tujuan.

Dalam hal ini ada beberapa akhlak atau etika guru terhadap pegawai administrasi adalah:

a. Menjalin hubungan baik, sehingga tercipta kekompakan dan rasa kekeluargaan.


b. Keterbukaan, kesopanan, demi tercapainya suatu keinginan .

xv
c. Melakukan pendekatan-pendekatan, demi tercapainya keinginan kita sebagai guru,
misalnya dalam masalah pengetikan soal, keterlambatan administrasi anak, dan lain-lain.

5. Etika Guru Terhadap Orangtua Siswa

Guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan orangtua / wali siswa,
dalam rangka kerjasama untuk memecahkan persoalan-persoalan di sekolah dan pribadi anak.
Segala kesalah pahaman yang terjadi antara guru dan orangtua / wali siswa hendaknya
diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Faaqiih. (2018, Juni 2). Pengertian Etika Profesi, Guru dan Keanggotaan Organisasi Profesi,
Esensi Kode Etik dan Etika Profesi, Rumusan Kode Etik Guru di Indonesia, Pelanggaran
dan Sanksi. Retrieved Maret 24, 2021, from seputarekonomi18:
http://seputarekonomi18.blogspot.com/2018/06/pengertian-etikaprofesi-guru-dan.html?
m=1
Imron, F. (2018). Etika Profesi Keguruan.
Reycal. (2017, Mei 23). Etika Profesi Keguruan. Retrieved from reycal78:
https://reycal78.wordpress.com/2017/05/23/etika-profesi-keguruan/

xvii

Anda mungkin juga menyukai