Anda di halaman 1dari 23

KEPRIBADIAN GURU BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan
Mata kuliah PKG tahun akademik 2014

Penyusun:
Kelompok 6
PBI-C/VI

1. Nurul Aini 1142040083


2. Putri Lestari Iskandar 1142040086
3. Rima Wiliyanti Suyadhi 1142040092
4. Rizal Hasan Al Mujaddid 1142040096
5. Shelma Dejavinda 1142040105
6. Siti Sarah Ariyanti 1142040108
7. Cucu Shohihatun Nufus 1132040024

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam. Tidak ada daya dan upaya
selain dari-Nya. Semoga kita selalu dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam
mengarungi kehidupan ini.

Salawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Beserta
keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman di manapun
mereka berada.

Alhamdulillah dengan izin dan kehendak dari Allah, Makalah ini dapat
diselesaikan. Dalam laporan dijelaskan secara umum tentang perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang dikunjungi.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah
memberikan gambaran tentang materi yang harus diselesaikan dan juga semua pihak
yang turut membantu menyelesaikan laporan ini.

Terakhir, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan laporan ini, agar makalah ini lebih sempurna pada masa yang
akan datang.

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..i

DAFTAR ISI....ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. UU yang Mengatur Guru dan Dosen ............................................................. 3
B. Latar Belakang UU Guru dan Dosen ............................................................. 6
C. Implikasi UU Guru dan Dosen ....................................................................... 7
D. Kelebihan UU Guru dan Dosen ................................................................... 12
E. Kelemahan UU Guru dan Dosen .................................................................. 14
F. Kepribadian Guru Menurut UU Guru dan Dosen ........................................ 15
G. Indikator Guru yang Memiliki Kompetensi Kepribadian Menurut UU ...... 16
BAB PENUTUP ............................................................................................... 19
DAFTAR .......................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik, guru dan dosen harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana
(S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik,
profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, dan
mewujudkan pendidikan yang bermutu.
Guru dan Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional
pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan bahwa profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.
Kinerja dan kompetensi guru dan dosen memikul tanggung jawab
utama dalam transformasi orientasi peserta didik dari ketidaktahuan menjadi
tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil manjadi
terampil, dengan metode-metode pembelajaran bukan lagi mempersiapkan
peserta didik yang pasif, melainkan peserta didik berpengetahuan yang senan-
tiasa mampu menyerap dan menyesuaikan diri dengan informasi baru dengan
berfikir, bertanya, menggali, mencipta dan mengembangkan cara-cara
tertentu dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupannya.
Oleh karena itu, kajian tentang kepribadian guru yang ada dalam
Undang- Undang guru dan dosen akan dibahas di dalam makalah ini, untuk
lebih mengetahui bagaimana pribadi guru yang dibutuhkan peserta didik.

1
B. Rumusan Masalah
1. UU apa saja yang mengatur guru dan dosen?
2. Bagaimana latar belakang UU guru dan dosen?
3. Bagaimana implikasi UU guru dan dosen?
4. Apa saja kelebihan UU guru dan dosen?
5. Apa saja kelemahan UU guru dan dosen?
6. Apa itu kepribadian guru menurut UU guru dan dosen?
7. Apa saja indikator guru yang memiliki kompetensi kepribadian menurut
UU guru dan dosen?

C. Tujuan
1. Mengetahui UU yang mengatur guru dan dosen;
2. Mengetahui latar belakang UU guru dan dosen;
3. Mengetahui implikasi UU guru dan dosen;
4. Mengetahui kelebihan UU guru dan dosen;
5. Mengetahui kelemahan UU guru dan dosen;
6. Mengetahui kepribadian guru menurut UU guru dan dosen;
7. Mengetahui indikator guru yang memiliki kompetensi kepribadian
menurut UU guru dan dosen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. UU yang Mengatur Guru dan Dosen


Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menegaskan bahwa guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi
kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Undang-Undang ini dianggap bisa menjadi payung hukum untuk guru dan
dosen tanpa adanya perlakuan yang berbeda antara guru negeri dan swasta.
Undang-Undang Guru dan Dosen secara gamblang dan jelas mengatur secara
detail aspek-aspek yang selama ini belum diatur secara rinci. Semisal,
kedudukan, fungsi dan tujuan dari guru, hak dan kewajiban guru, kompetensi
dll. Namun sayang, masih ada sejumlah kelemahan dan kekurangan yang ada
pada Undang-Undang Guru dan Dosen, dan masih menjadi permasalahan
serta perdebatan yang tak kunjung usai. Dimulai dari bunyi pasal yang tidak
jelas, sampai pada beberapa peningkatan mutu dan kesejahteraan pendidikan
yang dituangkan dalam Undang-Undang tersebut. Masih banyak kalangan
pesimis yang berpendapat bahwa pemerintah tidak akan rela merogoh
uangnya untuk menukarnya dengan mutu pendidikan, apalagi
mensejahterakan guru yang sudah akrab dengan penderitaan itu. Selain itu
proses pelaksanaannya pun masih belum optimal, sasaran yang dapat dicapai
hanya beberapa hal dari seluruh pernyataan yang tertuang dalam Undang-
Undang tersebut.
Pembahasan terkait prinsip profesionalitas bahwasanya profesi guru dan
profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip sebagai berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,
2. Memiliki komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi, tanggung jawab,

3
3. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja,
4. Memiliki jaminan perlindungan hukum,
5. Memiliki organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
Masalah guru dan dosen dibahas dengan cakupan hampir sama meliputi
kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi; hak dan kewajiban; wajib kerja dan
ikatan dinas; pengangkatan, penempatan, dan pemberhentian; pembinaan dan
pengembangan; penghargaan; pelindungan; cuti; dan organisasi profesi dan
kode etik. Adapun Kompetensi yang harus dimiliki mencakup:
1. Pedagogik: Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
2. Kepribadian: Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Profesional: Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi.
4. Sosial: Kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 menyebutkan
bahwa Hak Guru dan Dosen antara lain:
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial;
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja;
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual;
4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

4
5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
6. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas;
7. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
8. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
9. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Mengenai kewajiban guru dan dosen di jelaskan perbedaan kewajiban antara
lain:
1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Adapun Kewajiban Dosen adalah:
1. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;
2. Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran;
3. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
4. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

5
5. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik,
serta nilai-nilai agama dan etika; dan
6. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

B. Latar Belakang UU Guru dan Dosen


Undang-undang Guru dan Dosen lahir bertujuan untuk memperbaiki
pendidikan nasional, baik secara kualitas maupun kuantitas, agar sumber daya
manusia Indonesia bisa lebih beriman, kreatif, inovatif, produktif, serta
berilmu pengetahuan luas demi meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa.
Perbaikan mutu pendidikan nasional yang dimaksud meliputi, Sistem
Pendidikan Nasional, Kualifikasi serta Kompetensi Guru dan Dosen, Standar
Kurikulum yang digunakan, serta hal lainnya.
Dalam kaitannya dengan Guru sebagai pendidik, maka pentingnya guru
professional yang memenuhi standar kualifikasi diatur dalam pasal 8 Undang-
undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen yang menyebutkan bahwa
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Lebih dalam lagi pada pasal 10 ayat (1) dan Pasal
28 ayat 3 PP 19 tahun 2005 tentang SNP dijelaskan bahwa kompetensi guru
yang dimaksud meliputi:
1. Kompetensi Pedagogik;
2. Kompetensi Kepribadian;
3. Kompetensi Profesional; dan
4. Kompetensi Sosial.
Selain mengatur hal-hal penting diatas, Undang Undang Guru dan
Dosen juga mengatur hal lain yang tak kalah pentingnya bagi kemajuan dan
kesejahteraan para guru. Ada lima implikasi yang sekaligus menjadi latar
belakang diundangkannya Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14
Tahun 2005, antara lain:
1. Pemerintah menganggap pendidikan mempunyai peran yang strategis
dalam rangka pembangunan sumber daya manusia;

6
2. Penerbitan legalitas formal Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14
Tahun 2005 merupakan upaya untuk mengakui dan mengembangkan guru
sebagai profesi;
3. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 dalam dataran
realitas apabila diimplementasikan akan meningkatkan martabat dan
kesejahteraan guru;
4. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 juga akan
memberikan arah pengembangan profesi guru agar mampu menghadapi
tantangan sesuai dengan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global
yang perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara
terencana, terarah dan berkesinambungan;
5. Aturan formal yang rinci di dalam Undang-Undang Guru dan Dosen
Nomor 14 Tahun 2005 juga akan meningkatkan komitmen guru untuk
meningkatkan diri sendiri, pemerintah untuk memfasilitasi, dan
masyarakat untuk mendukung profesionalitas guru.

C. Implikasi UU Guru dan Dosen


Undang-Undang Guru dan Dosen ( UUGD ) merupakan suatu ketetapan
politik bahwa pendidik adalah pekerjaan profesional, yang berhak
mendapatkan hak-hak sekaligus kewajiban profesional. Dengan itu
diharapkan, pendidik dapat mengabdikan secara total pada profesinya dan
dapat hidup layak dari profesi tersebut. Dalam UUGD No 14 tahun 2005
ditentukan bahwa seorang pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran. Kompetensi profesi
pendidik meliputi kompetensi pedagodik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan
kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari
kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan

7
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian.
a. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran
Menurut Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar
mengajar mencakup kemampuan:
1) Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,
2) Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar,
3) Merencanakan pengelolaan kelas,
4) Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan
5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana
pembelajaran meliputi:
1) Mampu mendeskripsikan tujuan,
2) Mampu memilih materi,
3) Mampu mengorganisir materi,
4) Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran,
5) Mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran,
6) Mampu menyusun perangkat penilaian,
7) Mampu menentukan teknik penilaian, dan
8) Mampu mengalokasikan waktu.berdasarkan uraian di atas,
merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru
dan dosen dan dosen mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa
selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan
tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan
belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan
merencanakan penilaian penguasaan tujuan.
b. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap
pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini
kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru dan dosen

8
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan
rencana yang telah disusun. Guru dan dosen harus dapat mengambil
keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar
mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang
lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran.
Pada tahap ini di samping pengetahuan teori belajar mengajar,
pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan
keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar,
penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan
keterampilan menilai hasil belajar siswa. Yutmini (1992:13)
mengemuka kan, persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dan
dosen dan dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi
kemampuan: (1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan
bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, (2)
mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan
pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4) mendemonstrasikan
berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi proses
belajar mengajar.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut
pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus
dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran
dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-
kemampuan yang harus dimiliki guru dan dosen dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik
dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan
merespon setiap perubahan perilaku siswa.
2. Kemampuan Kepribadian
Guru dan dosen sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya
mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian

9
yang mantap dari sosok seorang guru dan dosen akan memberikan teladan
yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru dan
dosen akan tampil sebagai sosok yang patut digugu (ditaati
nasehat/ucapan/perintahnya) dan ditiru (di contoh sikap dan
perilakunya). Kepribadian guru dan dosen dan dosen merupakan faktor
terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah
Darajat dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa kepribadian
itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina
yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang
masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami
kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru
dan dosen dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas
kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan
ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan
secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru dan dosen yang
fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan
beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan
pengenalan.Dalam Undang-undang Guru dan dosen dikemukakan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai
kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru dan dosen
yang diperlukan agar dapat menjadi guru dan dosen yang baik.
Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang
berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan
perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat
Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi
meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama,

10
(2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti
demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan
kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan
pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan
kompetensi guru dan dosen dan dosen secara lebih khusus lagi adalah
bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu
menilai diri pribadi.
3. Kompetensi Profesional
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam. Surya (2003:138) mengemukakan
kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar
dapat mewujudkan dirinya sebagai guru dan dosen dan dosen profesional.
Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam
bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta
metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan
dengan sejawat guru dan dosen dan dosen lainnya. Gumelar dan Dahyat
(2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education,
mengemukakan kompetensi profesional guru dan dosen mencakup
kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan
pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan
menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku
peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang
ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan metode
mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran
dan media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan
melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi
belajar dan (8) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.
4. Kompetensi Sosial
Guru dan Dosen yang efektif adalah guru dan dosen yang mampu
membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran.

11
Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses
komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial
adalah kemampuan guru dan dosen dan dosen untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru
dan dosen dan dosen, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan
yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan
orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam
interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian
Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru dan
dosen adalah salah satu daya atau kemampuan guru dan dosen untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta
kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi
kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran
sosial kemasyarakatan, guru dan dosen harus memiliki kompetensi (1)
aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru dan dosen dan
dosen yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan
kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan
dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya, (2)
pertimbangan sebelum memilih jabatan guru dan dosen, dan (3)
mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan
masyarakat dan kemajuan pendidikan.

D. Kelebihan UU Guru dan Dosen


1. Lahirnya UUGD telah memberikan peluang meningkatkan taraf
kesejahteraan hidup para guru di Indonesia. Beberapa pasal yang menjadi
substansi UU ini, memberi gambaran jaminan peningkatan taraf
kesejahteraan hidup bagi para guru. Seperti contoh tunjangan dan
penerimaan pendapatan mereka akan meningkat.

12
2. Disamping itu undang-undang ini telah memberi jaminan keabsahan
hukum bagi para guru untuk menuntut nasib dan kesejahteraannya. Dalam
artian para guru diberi kewenangan untuk menuntu hak hak mereka yang
memang pantas mereka peroleh.
3. UU Guru dan Dosen membawa arti penting bagi para guru, karena UU
tersebut sebagai dasar untuk melaksanakan Undang-Undang Guru.
Peraturan Pemerintah itu kelak akan menjadi peraturan yang mampu
menjadi landasan pelaksanan UU Guru.
4. UUGD mengatur peningkatan kualitas guru demi meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Para guru harus memenuhi kualifikasi dan
kompetensi terlebih dahulu. Mereka yang memenuhi kualifikasi akan
mengikuti ikatan dinas di pendidikan guru bertaraf internasional. Guru
yang memenuhi kualifikasi berhak mendapatkan penghasilan yang lebih
tinggi. Hal itu diatur dalam pasal tunjangan profesi sebagai guru
bersertifikat dan tunjangan fungsional. Tunjangan fungsional diberikan
kepada guru yang diangkat pemerintah dan pemerintah daerah. Sementara,
subsidi akan diberikan kepada guru non pegawai negeri sipil.
5. Sebagai mana tercantum dalam pasal 7 (1) undang-undang ini. Dengan
adanya pengakuan semacam ini, bekerja sebagai pendidik baik sebagai
guru ataupun dosen dapat meningkatkan profesionalitasnya sebagai tenaga
kependidikan dengan tugas pokok : mengembangkan ilmu pengetahuan
dan mentransformasikannya kepada peserta didik.
6. Untuk menghindari adanya pelecehan terhadap dunia pendidikan dimana
terdapat banyak sekali guru yang mengajarkan bidang studi diluar
jangkauan dan kemampuan dirinya sendiri. Contohnya seorang guru yang
hanya lulusan D2 komputer harus mengajarkan mata pelajaran kimia dan
matematika, padahal jelas jelas ini bukan merupakan alur dari sumber
daya manusia yang terdapat didalam diri guru yang bersangkutan. Padahal
seperti kita ketahui pendidik sangat berperan dalam menentukan output
yang baik. Maka dari itu Agar memenuhi syarat sebagai seorang tenaga
pendidik seperti yang dikehendaki oleh UU ini, Guru dan dosen yang

13
belum memenuhi kualifikasi pendidikan dan sertifikasi pendidik diberikan
tenggang waktu paling lama 10 tahun.
7. Sebagai follow-upnya Pada pasal 10 undang -undang ini menyebutkan
bahwa seorang Guru dan dosen juga harus menguasai empat kompetensi,
yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
seorang guru dan dosen mengelola proses pembelajaran peserta didik.
Sehingga harapannya sebagai pendidik dan pengajar benar benar
memedomani profesinya yang sebenarnya.
8. Dengan dibentuknya UUGD, diharapkan menjadi salah satu upaya untuk
menegakkan kembali benang kusut bidang pendidikan, khususnya sebagai
payung salah satu subjek pendidikan yaitu guru. UU tersebut akan menjadi
payung hukum bagi perkembangan karier, kesejahteraan, dan mampu
menumbuhkan motivasi guru untuk bekerja lebih baik demi masa depan
bersama.

E. Kelemahan UU Guru dan Dosen


1. Sertifikasi atau tunjangan untuk Guru dan Dosen belum merata, khususnya
bagi Guru yang hampir memasuki usia pensiun. Mereka belum mengerti
benar akan sistematika program sertifikasi dari pemerintah ini. Serta Guru
tersebut harus mengikuti ujian-ujian yang dirasa sulit untuk usia tersebut
dan ujian itu menggunakan alat-alat IT seperti komputer dan Internet yang
belum tentu mereka kuasai.
2. UU ini hanya menguntungkan pihak pendidik (guru dan dosen) yang
berstatus PNS saja, padahal kita harus mengingat juga bahwasanya masih
banyak guru guru dengan status yang berbeda beda, misalnya: guru
swasta, guru honorer, guru Bantu, guru pendamping, guru kontrak dan lain
sebagainya.
3. Masalahnya juga bertambah, ketika kita menyebut pendidik (guru dan
dosen) adalah mereka yang sekadar melakukan kegiatan belajar dalam
ruangan kelas resmi (Formal), yaitu sekolah ataupun kampus. Pertanyaan

14
berikutnya adalah bagaimana dengan mereka yang melakukan pendidikan
dan pengajaran di luar lingkup kelas dan sekolah. Sebagai contohnya:
mereka yang menyebut modelnya sebagai pendidikan alternative.
4. Harusnya sebagai sebuah solusi yang notabenenya membawa
keberuntungan bagi nasib guru dan dosen, isi dari UUGD seyogianya
menjadi langkah awal dalam mensejahterakan kehidupan mereka yakni
adanya peningkatan gaji dan tunjangan secara merata bukan malah
sebaliknya mendiskriminasikan antara status dan golongan dalam ruang
lingkup kependidikan.
5. Dengan kondisi yang sedemikian dikhawatirkan. Akan terlihat peralihan
peminatan menjadi PNS yang lebih besar dan banyak memilih menjadi
guru daripada profesi lain misalnya tenaga pegawai dikantor Camat.
Sebab, dari segi finansial pendapatannya cukup besar.
Jumlah peminat profesi guru dan dosen meningkat demi mengejar status
sertifikasi.
6. Guru dan dosen yang belum memiliki sertifikasi pendidik tidak bisa
menerima tunjangan profesi. Tetapi, mereka tetap mendapatkan tunjangan
fungsional dan tunjangan lain. Jika demikian, kehadiran UU ini belum
menguntungkan semua guru yang selama ini telah membaktikan seluruh
kemampuannya untuk kepentingan dan kemajuan bangsa ini.
7. UU yang dikeluarkan ini masih menuai kritik karena hanya mengatur hak
guru dan dosen pegawai negeri sipil saja seperti telah sebutkan diatas.
Sementara, guru dan dosen swasta masih berdasarkan kesepakatan antara
guru dengan pengelola sekolah. Sertifikasi guru dan dosen juga masih
perlu diuji.

F. Kepribadian Guru Menurut UU Guru dan Dosen


Dalam UU No.3 tahun 2003 dalam sisdiknas pasal 1 ayat 6 dijelaskan
bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

15
Pada prinsipnya, seorang guru adalah figur dan titik sentral dalam
proses pembelajaran, baik hal itu dilakukan di dalam kelas ataupun di luar
kelas. Oleh karena itu, setiap guru harus mempunyai kepribadian yang baik
sebagai suatu bekal dalam menghadapi siswanya, baik dalam hal kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan
berlajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-
226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia
menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan
menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya, terutama
bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru
dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan
keterbukaan psikologis; Keluwesan atau kemampuan berpikir yang diikuti
dengan tindakan secara memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel
pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi.
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi
yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan
guru lainnya. Kepribadian sebenarnya suatu masalah yang abstrak, hanya
dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam
menghadapi setiap persoalan. Zakiah Daradjat (1985) mengatakan bahwa
kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (manawi), sukar dilihat atau
diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau
bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam
tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap
persoalan atau masalah, baik yang ringan atau yang berat.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur
psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan
seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal
dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa

16
seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia.
Sebaliknya, bila seorang melakukan suatu sikap dan perbuatan yang tidak
baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang itu tidak
mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang mulia. Oleh
karena itu, masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan
tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau
masyarakat. Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh
kepribadian. Lebih lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan
faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai
pendidik.

G. Indikator Guru yang Memiliki Kompetensi Kepribadian Menurut UU


Guru dan Dosen
Kepribadian guru seperti yang digambarkan di atas dapat ditumbuh
kembangkan melalui beberapa tindakan seperti:
1. Membiasakan kesadaran berperilaku, sehingga apapun yang dilakukan
bukan tanpa alas an dan tanggung jawab pendidikan.
2. Pembiasan dan pelatihan kepribadian secara terus menerus.
3. Mencontoh perilaku orang-orang sukses dalam mendidik.
4. Belajar dari sebuah kesalahan, dan lain sebagainya.
Adapun indicator seorang guru yang memiliiki kompetensi
kepribadiaan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Rendah Hati
2. Pemaaf
3. Disiplin
4. Adil
5. Kreatif
6. Ikhlas
7. Jujur
8. Empati
9. Berani

17
10. Terbuka
11. Gigih
12. Pemurah
13. Supel
14. Sabar
15. Humoris
16. Penyayang
17. Apresiatif
18. Berwibawa
19. Santun
Sementara menurut Gimelar dan Dahsyat merujuk pada pendapat Asian
Institute for Teacher Eduation, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi:
(1) pengetahuan tentang adat istiadat baik social maupun agama, (2)
pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti
demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan
kesadaran social, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan
pekerjaan, (7) setia terhadap harkat danm martabat manusia.

18
BAB III
PENUTUP

Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) merupakan suatu ketetapan


politik bahwa pendidik adalah pekerjaan profesional, yang berhak mendapatkan
hak-hak sekaligus kewajiban profesional. Sesuai yang tertera dalam UU No 14
tahun 2005 bahwa seorang pendidik harus memiliki kompetensi yaitu, kompetensi
Pedagogik, Kepribadian, Profesional, dan Sosial.
Guru dan Dosen melakukan sesuai dengan UU tersebut dan merupakan
tujuan dilaksanakannya sertifikasi guru dan dosen maka,diharapkan akan
membentuk guru dan dsen yang ptofesional, menghasilkan mutu pendidikan baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Aziz Muhammad Abdul. Makalah Undang-Undang Guru Dan Dosen Dapat
Meningkatkan Kualitas Professional Guru,
http://artikeltugaskuliah.blogspot.com/2011
http://duniapendidikanfisekt08.blogspot.co.id/2011
http://nidausanah.blogspot.co.id/2014
http://nugrohodwiraharjogo.blogspot.co.id/2012
http://via89.blogspot.co.id/2009

20

Anda mungkin juga menyukai