Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah
memberikan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan penelitian yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter dan Pendidikan
Multikultur di SMPN 13 Surabaya” dengan baik.
Sebelumnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing yang
telah memberikan tugas ini dan yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian
tugas kelompok ini, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Penulis menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada, sehingga terbuka
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan laporan penelitian ini. Penulis sangat
memerlukan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca laporan penelitian ini,
terutama dosen mata kuliah Pendidikan Karakter dan Pendidikan Multikultur untuk
penyempurnaan laporan penelitian ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap semoga laporan
penelitian ini bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ …ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….…………………1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................. 5
A. Pustaka Relevan ............................................................................................................ 5
B. Konsep Teori…………………………………………………………………………..5
1. Pengertian Implementasi ........................................................................................... 5
2. Pengertian Pendidikan Karakter ................................................................................ 6
3. Urgensi Pendidikan Karakter .................................................................................... 7
4. Tujuan Pendidikan Karakter...................................................................................... 9
5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ......................................................................... 9
6. Bentuk-bentuk Pendidikan Karakter ....................................................................... 10
7. Implementasi pendidikan Karakter……………………..…………………………10
8. Pengertian Multikultur …………………..…………..……………………………10
9. Pengertian Pendidikan Multikulktur …………………..………………………….11
10. Sejarah Pendidikan Multikultur………………………………………………….. 12
11. Pendekatan Pendidikan Multikultur…...………………………………………….12
12. Tujuan Pendidikan Multikultur…………………….……………………………..14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk (pluralistic society).Hal ini dapat
dilihat dari realitas sosial yang ada.Bukti kemajemukannya juga dapat dibuktikan melalui
semboyan dalam lambing negara republik Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”.Masyarakat
Indonesia yang plural, dilandasi oleh berbagai perbedaan, baik horizontal maupun
vertical.Perbedaan horizontal meliputi kesatuan- kesatuan social berdasarkan suku bangsa,
bahasa, adat istiadat dan agama.Sementara perbedaan yang bersifat vertical yakni
menyangkut perbedaan-perbedaan lapisan atas dan bawah, yang menyangkut bidang politik,
sosial, ekonomi maupun budaya.
Muktikulturalisme sebenarnya merupakan konsep dimana sebuah komunitas dalam
konteks kebangsaan dapat mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya,
baik tes, ras, suku, etnis dan agama.Sebuah konsep yang memberikan pemahaman kita bahwa
sebuah bangsa yang plural atau majemuk adalah bangsa yang dipenuhi dengan budaya-
budaya yang beragam (multikultur). Bangsa yang multikultur adalah bangsa yang kelompok-
kelompok etnik atau budaya (etnik an cultural al groups) yang ada dapat hidup
berdampingan dengan damai prinsip yang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati
budaya lain. Adanya keanekaragaman tersebut tidak hanya memberikan keunikan yang
menarik dan unik.
Selain itu pergeseran karakter bangsa yang terjadi saat ini telah membawa bangsa ini
menuju kehancuran. Maraknya tindakan anarkis seperti tawuran antar pelajar, desa, suku
hingga agama, seks bebas, dan penggunaan narkoba oleh remaja usia dini menunjukkan
betapa rusaknya moral bangsa kita saat ini, ditambah lagi kasus korupsi yang belum teratasi
dan parahnya lagi semua pelaku tindak korupsi adalah orang-orang yang berpendidikan
tinggi. Dalam keadaan demikian, bangsa dan negeri yang besar ini harus segera berbenah diri.
Apabila tidak segera diambil tindakan preventif, maka bukan hal yang mustahil jika generasi
bangsa masa depan adalah generasi yang amoral. Sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia, maka dekadensi moral ini merupakan tamparan keras bagi bangsa kita ini.
Dengan demikian, selain bertugas mencerdaskan bangsa ini, lembaga pendidikan mempunyai
tugas utama dan tujuan untuk membentuk kualitas karakter bangsaini lebih baik.
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan diatas, rumusan masalah yang hendak
dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa perlu adanya pendidikan karakter dan multikultural di SMP Negeri 13
Surabaya?
2. Bagaimana pengimplementasian pendidikan karakter dan multikultural di SMP
Negeri 13 Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat disimpulkan tujuan penelitian ini
adalah:
4
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi yang bergelut dalam dunia
pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. ManfaatTeoretis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan keilmuan
dan memperluas wawasan tentang penerapan pendidikan karakter dan multikultural yang
sudah diterapkan di SMPN 13 Surabaya dan dapat mengetahui sejauh mana pengaruh
pendidikan karakter dan multikultural bagi siswa SMPN 13 Surabaya.
2. ManfaatPraktis
a. Manfaat bagi pendidik(guru)
Bagi semua guru hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan
kembali proses pembelajaran tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan tapi lebih
kepada penanaman nilai-nilai positif (karakter) dan juga pendidikan multikultural.
b. Manfaat bagi peserta didik (siswa)
Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapatmenambah pemahaman siswa bahwa
keberhasilan pendidikan yang sebenarnyatidak hanya berhasil dalam hal intelektual tetapi
juga harus berkarakter.
c. Manfaat bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada sekolah sebagai suatu
pandangan untuk membuat kebijakan lebih tepat sasaran dalam rangka meningkatkan
karakter peserta didik dan pertimbangan untuk meningkatkan implementasi pendidikan
karakter dan multikultural.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pustaka Relevan
1. Penelitian Faizatud Daroini, 2014, skripsi STAIN Jember dengan judul “Upaya guru
dalam menanamkan mendidikan karakter pada siswa di sekolah menengah pertama
negeri 10 Jember tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil temuannya sampai kesimpulan
yaitu upaya guru dalam menanamkan pendidikan karakter di SMPN 10 jember tidak
hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing dan pelatih yang
senantiasa berupaya untuk memperbaiki akhlak dan kepribadian siawa. Hal tersebut
terbukti dari karakter siswa yang memiliki perilaku sopan dan santun kepada guru,
berjiwa religius, disiplin, serta aktif dan kreatif di dalam kelas.
2. Rofiatul Ianah dengan judul “Upaya kepala Sekolah Dalam Menanamkan pendidikan
Karakter Remaja di Madrasah aliyah Salafiyah curah kates Kecamatann Ajung
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015”. Adapun hasil penelitiannya adalah
pendidikan merupakan integral dalam kehidupan manusia. Manusia dapat membina
kepribadiannya dengan jalan mengembangkan potensi-potensi pribadinya sesuai
dengan nilai-nilai.
3. Penelitian Su’latut Diniyah, 2013, skripsi STAIN Jember dengan judul “Implementasi
pendidikan karakter melalui kantin kejujuran di sekolah menengah atas negeri 1
Kencong tahun pelajaran 2012/2013”. Hasil temuannya sampai pada kesimpulan
bahwa implementasi pendidikan karakter melalui kantin kejujuran ini yaitu
membiarkan jajanan dan kotak uang yang disediakan begitu saja tanda adanya penjaga
kantin serta mengandalkan kejujuran, kemandirian serta kedisiplinan siswa. Untuk
membeli makanan di kantin siswa tinggal memasukkan sendiri uang ke dalam kotak
yang telah disediakan, termasuk mengambil kembaliannya sendiri manakala uang yang
dibayarkan lebih. Tapi, lebih praktisnya pembeli diminta membayar dengan uang pas.
B. Konsep Teori
1. Pengertian Implementasi
Implementasi berasal dari bahasa Inggris to implement yang artinya
mengimplementasikan. Implementasi yaitu penyediaan sarana melaksanakan sesuatu yang
menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.
6
yang bersifat tetap, sehingga menjadi tandakhusus untuk membedakan orang yang satu
dengan yang lain.
Mengacu dari berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut, karakter dapat dimaknai
sebagai nilai dasar positif yang dimiliki seseorang,setiap nilai dasar setiap orang berbeda-
beda dengan orang lain, dan diwujudkan dalam perilakunya sehari-hari.
Sedangkan pengertian sederhana dari pendidikan karakter adalah hal positif yang yang
dilakukan guru dan berpengaruh kepada peserta didik yang diajarnya. Muchlas Samani dan
Hariyanto mendefinisikan bahwa “pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-
sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya”. Karakter
juga bisa diartikan sebagai sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta
didik, mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan yang
kamil.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pendidikan karakter adalah pendidikan
untuk membentuk kepribadian seseorang agar memiliki karakter atau akhlaq terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri atau orang lain yang hasilnya dapat dilihat dalam tindakan nyata,
yaitu berupa tingkah laku yang baik, seperti jujur, bertanggungjawab, kerja keras,
menghormati orang lain dansebagainya. Pendidikan karakter dapat dibentuk sejak anak usia
dini. Penanaman nilai dan karakter dapat dibentuk melalui lembaga sekolah, lingkungan
keluarga dan juga lingkungan masyarakat. Pembentukan nilai dan karakter yang baik sejak
dini akan menghasilkan anak yang baik begitupula sebaliknya, lingkup keluarga memiliki
peran paling besar dalam pembentukan kepribadian seseorang.
saat ini dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi dan sosial media menjadi
masalah apabila mereka tidak berhati-hati dalam menggunakannya, dan juga kurangnya
pengawasan dari orang tua. Dengan adanya full day school dapat sedikit mengurangi dampak
buruk sosial media karena siswa akan lebih banyak menghabiskan waktu disekolah.
Pembentukan nilai dan karakter yang diterapkan di sekolah akan menjadi kebiasaan siswa
dalam kehidupannya sehari-hari. Apabila semua sekolah menerapkan pendidikan nilai dan
karakter makaakan memberi dampak yang sangat baik bagi generasi penerus bangsa,
menciptakan moral yang berkualitas baik. Mengingat berbagai macam perilaku yang non-
edukatif kini telah merambah dalam lembaga pendidikan kita, seperti fenomena kekerasan,
pelecehan seksual, korupsi, tawuran, narkoba yang terjadi di kalangan sekolah.
Pendidikan karakter merupakan aspek penting dari kualitas SDM, karena kualitas
pendidikan karakter menentukan kemajuan suatu bangsa.Usia dini merupakan masa kritis
pembentukan karakter. Apabila karakter seseorang sudah terbentuk sejak dini, ketika dewasa
tidak akan mudah berubah. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini
diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi
keprihatinan dapat diatasi.
Menurut pakar bernama Francis Fukuyama sebagaimana yang dikutip Moh. Said
keberhasilan suatu bangsa bergantung pada modal sosial, negara yang mempunyai modal
sosial tinggi, masyarakatnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Pendidikan karakter sudah tentu penting untuk semua tingkat pendidikan dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi. Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia
pendidikan di Indonesia dikarenakan selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum
berhasil membangun manusia yang berkarakter.
Untuk menjawab persoalan tersebut Kementerian Pendidikan Nasional menggelar
acara “Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” di
Jakarta 14 Januari 2010.Pada akhir tersebut disepakati komitmen pendidikan budaya dan
karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif.Khusus di bidang pendidikan,
fokus utamanya adalah pada sekolah (peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan),
keluarga (anak, orangtua, saudara), masyarakat (orang-orang di sekitar peserta didik), dan
juga lingkungan.Pelaksanaannaya dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
9
6. Bentuk-bentuk PendidikanKarakter
Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan
diidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari Agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
tanggung jawab.
Selama ini guru sudah mengajarkan pendidikan karakter namun kebanyakan masih
seputar teori dan konsep, belum sampai ke metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Jika
para guru sudah mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori,
metodologi dan aplikasi setiap mata pelajaran dimana pendidikan karakter sudah
terimplementasikan di dalamnya, maka makna yang diajarkannya akan lebih efektifdalam
menunjang pendidikan karakter.Tanpapijakandanpemahamantentangkonsep,teori,metode
yang jelas dan komprehensif tentang pendidikan karakter, maka misi pendidikan karakter
pada sekolah-sekolah menjadi sia-sia.
8. Pengertian Multikulturalisme
11
Multikulturalisme berasal dari tiga kata, (multi) banyak, (kultur) budaya, (isme)
aliran. Dalam ketiga kata tersebut mengandung pengakuan akan martabat manusia yang
hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaan yang mereka miliki masing-masing. Dengan
begitu setiap individu memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga hidupnya bersama
komunitasnya dari berbagai macam gangguan.
Pembahasan kultur sendiri tidak dapat terlepas dari empat aspek penting yaitu, agama,
ras, suku, dan budaya. Dalam pendidikan multicultural keempat aspek tersebut sangat penting
untuk memprogramkan keberlangsungan pendidikan multicultural.Keempat aspek tersebut
menjadi cirri khas dari pendidikan multikultural.Pendidikan yang berorientasi multicultural
harus bisa memahami keberadaan masyarakat plural yang memiliki groupthink dan
membutuhkan ikatan-ikatan yang dibangun dari nilai universal manusia.Nilai-nilai universal
tersebut perlu ditransfer kepada masyarakat agar menemukan tujuan pemikiran dan
keberlangsungan. Kepemilikan nilai-nilai dapat melembaga pada masyarakat untuk
mewujudkan budaya luhur yang sesuai engan nilai-nilai luhur dapat terwujud agar
terciptanya kehidupan masyarakat yang aman, tertib, harmonis, dan bermatabat. Uuntuk
mentransfer nilai-nilai universal tersebut masyarakat tetap mengakui bahwa cara yang tepat
untuk mentransfer nilai-nilai tersebut adalah melalui pendidikan. Karena itu, segara perangkat
yang mengacu pada pencapaian hasil tersebut diorientasikan pada tujuan utama pendidikan
dengan kesiapan dalam menghadapi masyarakat kultur yang memiliki keberagaman budaya
dan tentunya mereka akan sama-sama saling menjaga kebudayaan mereka.
a. Pendekatan pedagogis
13
Pendekatan ini bertitik tolak dari pandangan bahwa anak akan dibesarkan menjadi
orang dewasa melalui pendidikan yang mereka dapatkan. Prespektif ini sangat menghargai
setiap tahap perkembangan anak menuju kedewasaan.
b. Pendekatan Filosofis
Prespektif ini memfokuskan pada pertentangan mengenai hakikat manusia dan
hakikat anak yang memiliki hakikatnya sendiri, demikian berlaku untuk orang dewasa. Anak
akan mempunyai nilai sendiri untuk dikembangkan menuju pada nilai yang seperti orang
dewasa. Prespektif ini melahirkan suatu ilmu pendidikan yang melihat hakikat anak sebagai
titik tolak pendidikan.
c. Pendekatan Religius
Pendekatan ini memandang manusia sebagai makhluk yang religius.Dengan demikian
hakikat pendidikan adalah membawa peserta didik untuk hidup sesuai dengan hakikat
manusia beragama yang ber-Tuhan.Pendekatan religius mengenai hakikat pendidikan
menekankan pada pendidikan untuk mempersiapkan peserta didiknya pada kehidupan
akhiratnya.Peserta didik harus memiliki keyakinan, kepatuhan, dan ketundukannya kepada
Tuhan mereka. Untuk itu pendidikan keagamaan menjadi cirri khas dalam proses
pendidikannya.
d. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini lebih mengacu pada masuknya psikologi kedalam bidang ilmu
pendidikan.Oleh karena itu, pendidikan dengan pendekatan ini cendrung mendiskusikan ilmu
pendidikan menjadi ilmu belajar mengajar. Bagaimana anak dibesarkan melalui proses
belajar mengajar berdasarkan pada usia perkembangan kemampuannya masing-masing.
e. Pendekatan Navigasi
Pendekatan ini menyatakan bahwa tugas pendidikan adalah menjaga pertumbuhan
anak. Di dalam pertumbuhan tersebut perlu menyingkirkan hal-hal yang bisa merusak atau
yang bersifat negative terhadap proses pertumbuhan anak tersebut. Pendidik sebagai usaha
mengembangkan kepribadian peserta didik atau membudayakan individu.Pandangan ini
digunakan untuk mengembangkan kepribadian secara implisit dapat melindungi anak dari
hal-hal yang bersifat negative dan dapat mengganggu pertumbuhan anak dengan baik.dengan
demikian pendidikan bertugas untuk memagari perkembangan kepribadian tersebut dari hal-
hal yang tidak sesuai.
14
f. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini meletakkan hakikat pendidikan pada keperluan hidup bersama dalam
masyarakat.Pandangan ini lebih memprioritaskan kepada kebutuhan dan keperluan
masyarakat bukan pada kepentingan individu.Kebersamaan, keseragaman, dan gotong royong
merupakan fokus utama pendekatan ini.Mengingat bahwa peserta didik sebagai anggota dari
masyarakat.Sebagai anggota masyarakat, hendaknya peserta didik mempersiapkan diri untuk
menjadi anggota masyarakat yang baik dan sesuai dengan tata nilai yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat.
1. Mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku seragam seperti saat ini kepada
filosofi yang lebih sesuai dengan tujuan dan fungsi yang sama dengan pendidikan.
2. Teori kurikulum tentang konten 9(curriculum content) haruslah berubah dari teori
yang mengartikan konten sebagai aspek substanstiv yang memuat tentang fakta,
teori, mencakup nilai moral, prosedur, proses, dan juga keterampilan yang harus
dimiliki oleh generasi muda sebagai generasi penerus bangsa.
3. Teori belajar yang digunakan dalam kurikulum masa depan yang memperhatikan
kegaraman sosial, budaya, ekonomi, dan aspek politik tidak boleh lagi hanya
mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang menempatkan siswa sebagai
makhluk sosial, budaya, dan politik yang hidup sebagai anggota aktif masyarakat,
bangsa, dan dunia yang harus diseragamkan oleh institusi pendidikan.
4. Proses belajar yang telah dikembangkan siswa harus berdasarkan proses yang
memiliki tingkat isomorphism yang tinggi denga kenyataan sosial.
5. Evaluasi yang digunakan harus meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan
keterampilan peserta didik serta harus sesuai dengan tujuan dari konten yang akan
dikembangkan.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam
penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi
atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode yang digunakan
dalampenelitian.
Metode disini merupakan jalan yang berkaitkan dengan cara kerja dalam mencapai
sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang
dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan. Sedangkan penelitian
adalah usaha untuk mencari apa yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara
hati-hati, sistematis, serta sempurna terhadap permasalahan sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan atau menjawab problemnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah strategi umum yang
digunakan dalam pengumpulan data dan analisis data yang digunakan untuk menjawab
masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, disini akan dipaparkanmengenai jenis penelitian,
pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
1. Jenis Penelitian
Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif,
merupakan data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka.Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.Seperti, transkip
interview, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi danlain-lain.
Menurut Bogdan dan Taylor yang di kutip oleh Lexy J. Moleong mengemukakan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Dalam penelitian ini menitikberatkan pada Implementasi Pendidikan Karakter dan
Pengembangan Kurikulum 2013 Melalui Pendidikan Multikultural di SMP Negeri 13
Surabaya.
Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang
saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain
penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai
17
keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini tidak
menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan
informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Penelitian semacam ini
seringdilakukan oleh pejabat-pejabat guna mengambil kebijakan atau keputusan untuk
melakukan tindakan-tindakan dalam melakukan tugasnya.
Dalam hal ini diperlukan bahan-bahan pustaka sebagai sumber ide untuk menggali
pemikiran atau gagasan-gagasan yang ditemukan sebagai bahan-bahan yang dijadikan
deskripsi dari pengetahuan yang telah ada.Sehingga kerangka teori baru dapat
dikembangkan sebagai dasar pemecahan masalah.Penelitian kualitatif berusaha
menampilkan secara utuh yang membutuhkan kecermatan dalam pengamatan.Di samping
itu penelitian kualitatif peneliti harus terjun langsung kelapangan guna memporeh data yang
dibutuhkan.
subyek penelitian agar dalam penelitiantidak ada kesenjangan dan timbullah saling
keterbukaan antara peneliti dan subyekpenelitian.
Selain manusia sebagai instrumen penelitian, peneliti juga menggunakan dan
memanfaatkan peralatan-peralatan yang lain mulai dari computer, buku, bolpoin, dan lain-
lain karena sangat dibutuhkan oleh peneliti sebab tidak mungkin hanya mengandalkan daya
ingatan saja dan alat-alat tersebut sangat membantu dalam penelitian ini.
Adapun jenis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah datadeskriptif
kualitatif, dengan data berupa:
a. Data tertulis
Yang dimaksud data tertulis di sini adalah data yang bersumber selain kata-katadan
tindakan, yang merupakan data pelengkap saja.Data ini meliputi sumber catatan, arsip dan
dokumen resmi dari data tertulis ini, peneliti bisa memperoleh informasi tentang subyek
yang diteliti.
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata atau pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh
responden, dan tingkah laku yang ditujukan oleh obyek penelitian. Adapun data yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya untukdiamati
dan dicatat dalam bentuk pertama kalinya dan merupakan bahan utama peneliti, yaitu
sumberdata yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.Maksudnya penulis
memperoleh data secara langsung melalui observasi dan wawancara.Data tersebut dapat
diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu SMP Negeri 13 Surabaya.
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini diantaranya hasil wawancara
dari:
1. Kepala Sekolah mengenai memberi kebijakan dan dukungan terhadap pengembangan
kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural dan juga implementasi pendidikan
karakter dalam meningkatkan kompetensisiswa.
2. Siswa sebagai penerima pembelajaran mengenai pendidikan karakter dan multikultur.
b) Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dan digunakan untuk pendukung data primer. Data
sekunder diperoleh dari data yang sudah ada dan mempunyai keterkaitan dengan masalah
19
yang diteliti, meliputi: literatur-literatur yang ada, buku teks, penelitian terdahulu dan lain
sebagainya.
Teknik pengumpulan data adalah upaya untuk mengamati variabel yang diteliti melalui
metode-metode.Adapun dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi (Pengamatan)
Yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut. Metode ini penulis gunakan untuk mengamati secara
langsung dan mencatat situasi dan kondisi dalam pengembangan kurikulum 2013 melalui
pendidikan multicultural dan juga implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 13
Surabaya. Data yang didapat melalui metode ini:
1) Proses penerapan pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Surabaya
2) Proses pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan multicultural dan di SMP
Negeri 13Surabaya.
3) Proses pelaksanaan implementasi pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan
multikultural di SMP Negeri 13Surabaya.
2. Wawancara
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Metode wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara terpimpin dan tidak
terpimpin. Adapun wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaanyangdiajukan menurut daftar pertanyaan yang telah
disusun. Sedangkan wawancara tidak terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan dengan cara
tanya jawab bebas antara pewawancara denganresponden.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi tentang pengembangan
kurikulum 2013 melalui pendidikan multicultural dan juga implementasi pendidikan karakter
di SMP Negeri 13 Surabaya.
3. Dokumentasi
Yaitu metode yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.57
20
Metode dokumentasi ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang pengembangan
kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural dan implementas pendidikan karakter di
SMP Negeri 13 Surabaya.
a. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.
b. Penyajian data
Penyajian data bisa di lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan.Hubungan antar
kategori flowcard dan sejenisnya.Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selain itu dapat digunakan juga
grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.
Menurut Miles dan Huberman pada penarikan kesimpulan dan verifikasi pada dasarnya
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah danrumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.66 Penulis menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data (Observasi Wawancara, dan Dokumentasi) dari berbagai
sumber (orang, waktu, dan tempat) yang berbeda.
Dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif,
tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan
mana spesifik dari tiga sumber data tersebut.
Data yang telah dianalisis oleh penulis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan,
selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chek) dengan tiga sumber tersebut.
b) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Bila dua teknik pengujian
kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka penulis melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau orang lain, untuk
22
memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar, karena sudut
pandangnya berbeda-beda.
23
BAB IV
HASIL RISET
A. Deskripsi Lokasi Riset
1. Sejarah singkat berkembangnya SMP Negeri 13 Surabaya
SMP Negeri 13 Surabaya berdiri sejak tahun 1977 melalui keputusan Menteri Pendidakan
dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0253/0/1977.Sejak berdiri sampai sekarang SMP
Negeri 13 Surabaya mampu menunjukkan prestasi yang gemilang.Hal ini dibuktikan dengan
prestasi siswanya yang mampu mendapatkan prestasi baik prestasi akademik atau non
akademik dalam dua tahun terakhir.
SMP Negeri 13 Surabaya. Beralamatkan di Jl. Jemursari II Kecamatan Wonocolo Kota
Surabaya Propinsi Jawa Timur dengan nomor statistik 201 056 012 013. Secara geografis
SMP Negeri 13 berada dipertengahan perumahan Jemursari, SMP Negeri 13 juga dekat
dengan perumahan Pertamina dengan jarak tempuh 100 meter sekolah ini dapat dijangkau
oleh kendaraan umum dan sangat memungkinkan untuk menjaring siswa dari segala penjuru
wilayah di Surabaya, khususnya Surabaya bagian selatan. Selain itu dengan letak geografis
sekolah yang tidak jauh dari tempat tinggal penduduk, sangat memungkinkan adanya
komunikasi yang terjadi antara SMPNegeri 13 denganmasyarakatsekitar seperti kegiatan
kemasyarakatan bakti sosial, bagi-bagi ta’jil ramadhan. Kegiatan tersebut melibatkan
komunikasi didalamnya agar tercipta kerjasama antara sekolah dengan masyarakat.
Sesuai dengan surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia
no. 0253/0/1997 yang menerangkan tentag pembukaan lembaga pendidikan baru yaituSMP
Negeri 13 Surabaya yang dibuat di surabaya pada tanggal 5 juli. Saat itulah SMP Negeri 13
Surabaya resmi dibuka dan dimafaatkan untuk kegiatan belajar mengajar.Pada awalnya
kepala SMP Negeri 13 adalah bapak Soeprapto yang telah ditunjuk oleh menteri pendidikan
dan kebudayaan untuk mengelola lembaga yang barudirintis.
Pada tanggal 24 April 1989 kepala desa telah menjelaskan kepemilikan tanah bangunan
SMP Negeri 13 yang belum ditangani oleh pihak kelurahan.Artinya pada saat itu pula
kepemilikan tanah di SMP Negeri 13 sepenuhnya milik negara dan harus dimanfaatkan untuk
kegiatan yang semestinya yaitu kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 13 Surabaya.
2. Letak Geografis
24
SMP Negeri 13 Surabaya mempunyai tempat yang cukup strategis yakni terletak di
tengah perumahan, dimana hal ini akan mempermudah SMPN 13 Surabaya
mengembangakan diri. Untuk lebih jelas letaknya, yakni sebgai berikut:
B. Karakteristik Informan
Pada bagian ini merupakan penyajian data dari hasil penelitian yang dilaksanakan di SMP
Negeri 13 Surabaya, data tersebut diperoleh dari hasil observasi, wawancara dandokumentasi.
Adapun data yang akan disajikan oleh penulis ini merupakan hasil penelitian
mengenai pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural di SMP Negeri
13 Surabaya.
1) Latar belakang pelaksanaan pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan
multikultural di SMP Negeri 13Surabaya.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran, untuk itu harus selalu ada inovasi dan
perkembangan untuk memenuhi kebutuhan siswa, kebutuhan sesuai dengan perubahan
zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai,
serta kebutuhan masyarakat.
Kurikulum memiliki peran penting setelah guru, karena dalam kurikulum guru dapat
mempersiapkan bagaimana pengalaman belajar siswa, dalam kurikulum juga guru dapat
membentuk bagaimana sikap siswa, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan memiliki
kepribadian baik untuk mempersiapkan kehidupan di masyarakat.
Di SMP Negeri 13 Surabaya kepala sekolah memberi kebijakan untuk
mengembangkan kurikulum 2013 dengan menambahkan nilai – nilaipendidikan
multikultural, seperti : menghormati, menghargai dan menerima etnis, budaya dan latar
belakang budaya setiap siswa. Seperti yang dijelaskan Bapak Juwari bahwa:
“Perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 ini harus membawa perubahan bagi
peserta didik untuk menerapkan pendidikan multikultural, yakni pendidikan multibudaya
yang didalamnya diajarkan bagaimana siswa menerima perbedaan, mulai dari agama, suku,
bahasa, dan budaya.”
25
Salah satu perubahan yang nampak pada kurikulum 2013 dari KTSP terletak pada
kompetensi lulusan yaitu adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dari kompetensi –
kompetensi tersebut kepala sekolah berusaha mengembangkan kurikulum 2013 melalui
pendidikan multikultural terutama pada kompetensi sikap. Sesuai dengan perkataan Bapak
Juwari selaku kepala sekolah SMP Negeri 13 Surabaya, bahwa :
“Mengapa harus sikap dan mengapa harus lewat pendidikan multikultural? karena
sikap adalah cerminan pribadi seseorang, sikap dari tiap siswa itu berbeda-beda, dalam
berinteraksi dengan teman-teman mereka yang lainpun berbeda, apalagi dalam menerima
pebedaan seperti perbedaan agama, perbedaan suku pasti mereka memiliki perspektif yang
berbeda dalam menerima dan menyikapi perbedaan ini, tujuan pengembangan sikap dari
kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural ini adalah mengubah cara pandang dan
sikap merekadalam menerima perbedaan, menanamkan sikap saling memahami,
menghargai, dan tidak ada diskriminasi diantara mereka.”
Sekolah merupakan lembaga sekaligus rumah kedua bagi para peserta didik, di sekolah
mereka memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran yang baik, baik dalam bidang
akademik maupun non akademik, mereka juga berhak mendapatkan pengajaran tentang
penanaman moral, pengajaran agama, serta pengajaran bagaimana cara mereka hidup di
masyarakat nantinya.
belajar mengajar.
Kemudian data selanjutnya yang akan disajikan oleh penulis ini merupakan hasil
penelitian mengenai implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Surabaya.
1. Nilai karakter di SMP Negeri 13 Surabaya
Di SMP Negeri 13 Surabaya sendiri karakter yang diterapkan yaitu jujur, disiplin,
saling, menghormati, neriman, cinta lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Dafin
Maulana Senaputra selaku ketua osis:
“Kita menerapkan karakter jujur, disiplin, saling menghormati, beriman, dan cinta
lingkungan kak”
2. Implementasi Pendidikan Karakter
Untuk adanya reward dan punishment penerapan pendidikan karakter sendiri Dafin
menjelaskan:
28
“Kalau punishmentnya siswa dikasih point dari BK kak kalau ada yang melanggar
peraturan. Kemudian kalau pointnya sudah melebihi ketentuan akan dipanggilkan orang
tuanyna. Lalu untuk reward sendiri tergantung dari gurunya, biasanya ada guru yang
memberikan tambahan nilai.”
Jadi menurut analisa penulis di SMP Negeri 13 Surabaya tidak ada hukuman bagi
siswa yang melanggar peraturan melainkan diberi sanksi berupa poin dari Bimbingan
Konseling. Reward juga tidak semua guru memberinya, hanya beberapa guru saja dengan
menambahkan nilai tambahan.
Jadi selain guru memasukkan nilai karakter dalam pembelajaran guru juga
memberikan langsung contoh dalam sehari-hari. Juga terdapat beberapa ekstakurikuler di
sekolah tersebut. Selain itu ditanamkan juga nilai peduli lingkungan karena SMP Negeri 13
Surabaya merupakan sekolah adiwiyata. Sesui penjelasan Dafin, bahwa:
“Kita juga ada tim ecoschool yang dibantu siswa membuat lubang biopori, mengubah
sampah plastik menjadi kerajinan tangan, lalu membersihkan lingkungan sekolah di saat
jumat bersih kak.”
Menurut analisa penulis bahwa di SMP Negeri 13 Surabaya siswa juga dituntut untuk
peduli terhadap lingkungan sekitar.
29
BAB V
PEMBAHASAN
1) Pembiasaan Rutin
Karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa tidak akan terbentuk dengan tiba-tiba
tetapi perlu proses yang lama dan pembiasaan yang kontinyu. Oleh karena itu perlu upaya
pembiasaan perwujudan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari (Damayanti, 2014: 63).
Begitu juga implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 13 Surabaya juga
dilaksanakan secara rutin agar nilai-nilaikarakter melekat dalam diri siswa. Pembiasaan rutin
di sekolah ini meliputi:
a) Kegiatan Harian:
(1) Kegiatan berjabat tangan dengan guru-guru di gerbang ketika siswa berangkat
sekolah dan juga pemeriksaan ketertiban serta kelengkapan atribut siswa.
(2) Berdo’a sebelum KBM.
(3) Pembiasaan senyum, salam dan sapa setiap kali bertemu.
30
b) Kegiatan Mingguan:
(1) Upacara hari Senin: dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah di halaman
sekolah. Petugas upacara bergilir setiap minggunya.
(2) Jum’at bersih: dilaksanakan setiap Jum’at sebelum KBM jam pertama dimulai.
(3) Sholat Jumat bagi musim dan kegiatan keagamaan bagi nonmuslim
c) Kegiatan Incidental
Kegiatan Incidental merupakan kegiatan yang dilakukan pada saat-saat tertentu, sesuai
dengan penjadwalan. Dalam hal ini di SMP Negeri 13 Surabaya melakukan kegiatan
incidental sebagai berikut:
(1) Upacara Peringatan Hari Besar Nasional: Upacara dilaksanakan seperti upacara
Hardiknas, Hari Guru, HUT RI, dan lain-lain.
(2) Peringatan Hari Besar Islam: Kegiatan seperti pengajian dalam rangka Isra’ Miraj,
Maulid Nabi, Idul Qurban, dan lain-lain.
d) Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru mengetahui adanya perbuatan yang kurang
baik dari siswa yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Misalnya, ada siswa yang membuang
sampah sembarangan, berteriak-teriak sehingga menganggu pihak yang lain, berbicara dan
berlaku tidak sopan, dan lain sebagainya.
Ada juga kegiatan spontan lain yang dilaksanakan di SMP Negeri 13 Surabaya. Misalnya
mengunjungi teman yang sedang tertimpa musibah sakit ataupun keluarganya yang
meninggal.Memberikan sebagian hartanya untuk disumbangkan kepada yang terkena
musibah tersebut.Kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk menumbuhkan rasa kepedulian
siswa terhadap sesama.
e) Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan
bakat minat siswa dan juga bertujuan untukmembentuk karakter siswa.Karena dalam
kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat memilih sendiri jenis ekstrakurikuler yang disukai
sesuai dengan bakat dan minat siswa.
31
Dalam hal ini kegiatan ekstrakurikuler sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan
dan pengembangan karakter siswa. Karena kegiatan ekstrakurikuler diikuti siswa berdasarkan
bakat dan minat siswa itu sendiri tanpa adanya paksaan. Misalnya ada anak yang suka vocal
grup karena memang suka nyanyi, di situ anak sangat senang.Suka tampil, seneng karena
terbiasa latihan bareng, kemudian dia menjadi baik di situ, akhirnya dia berani tampil jadi dia
lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya. Lebih suka di ekstrakurikuler karena tidak ada
paksaan.
siswa semangat untuk menjadi lebih baik. Sedangkan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan perilaku terhadap tata tertib dan norma perlu dilakukn upaya pencegahan
dengan memberikan hukuman ataupunishment yang sepadan dan bersifat pedagogis pada
siswa (Damayanti, 2014: 64).
Sesuai hal tersebut, pihak sekolah juga melaksanakan metode itu dalam membentuk
karakter siswa. Hal ini dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya pemberian hadiah berupa
barang kepada siswa yang berprestasi, kepada siswa yang hasil karyanya bagus. Tetapi
terkadang reward tidak selamanya diwujudkan dengan barang. Ada juga guru yang
memberikan nilai plus dan sekedar tepuk tangan kepada siswa yang nilainya terbaik sebagai
cara untuk memberikan reward atau penghargaan. Kemudian untuk yang melanggar tatatertib
seperti datang terlambat, tidak mematuhi peraturan sekolah maka siswa mendapatkan poin
pelanggaran.
Tidak hanya siswa saja yang melaksanakan pendidikan karakter di SMP Negeri 13
Surabaya, akan tetapi semua guru juga menerapkan pendidikan karakter. Implementasi
pendidikan karakter untuk guru dan kepala sekolah di SMP Negeri 13 Surabaya hampir sama
dengan apa yang dilakukan siswa-siswinya, dengan pembiasaan-pembiasan seperti senyum,
salam dan sapa setiap bertemu dengan siswa dan bapak ibu guru lainnya, melaksanakan ikrar
guru, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah. Dan tidak lupa hal yang paling penting
dilakukan oleh kepala sekolah dan guru adalah dengan selalu memberikan teladan yang baik
untuk siswa-siswinya, baik dalam perkataan, penampilan dan perbuatan.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa implementasi pendidikan karakter siswa
diintegrasikan dengan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan kegiatan kegitan di luar
sekolah. Implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Surabaya tidak hanya
dilakukan oleh siswanya saja, akan tetapi oleh kepala sekolah dan guru-guru. Strategi yang
digunakan adalah dengan pembiasaan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian,
kegiatan ekrakurikuler, kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat, serta melalui sistem
reward and punishment. Dengan strategi diatas maka diharapkan akan terbentuk karakter
yang kuat yang melekat dalam diri siswa sebagai bekal untuk melanjutkan kehidupan setelah
lulus baik di sekolah maupun di lingkungan rumah dan masyarakat.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang penerapan pendidikan karakter dan pendidikan multikultural di
SMP Negeri 13 Surabaya di atas, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Bahwa pendidikan karakter yang diutamakan melalui pembiasaan di SMP Negeri 13
Surabaya yaitu jujur, disiplin, saling, menghormati, beriman, cinta lingkungan.
Sedangkan pembelajaran nilai-nilai karakter melalui pembiasaan di SMP Negeri 13
Surabaya dilaksanakan melalui kegiatan terprogram, kegitan rutin, dan kegiatan.
2. Adapun yang melatar belakangi adanya pengembangan kurikulum 2013 melalui
pendidikan multikultural di SMP Negeri 13 Surabaya adalah beragamnya latar
belakang siswa berdasarkan budaya, bahasa dan pengalaman-pengalaman siswa yang
mencari ilmu di SMP Negeri 13 Surabaya.
3. Penanaman cara hidup menghormati, toleran dan mengurangi praktik diskriminasi
dalam proses pendidikan dalam kelas maupun di luar kelas pada pendidikan
multikultural
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan, maka yang dapat disampaikan oleh peneliti diantaranya
sebagai berikut :
1. Sekolah hendaknya terus berupaya mendukung penanaman karakter dan pendidikan
multikultural peserta didik melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh
sekolah sesuai dengan program yang telah berjalan.
2. Sekolah hendaknya lebih mengoptimalkan fasilitas-fasilitas yang sudah ada untuk
melakukan kegiatan yang belum terealisasikan
3. Bagi orang tua hendaknya juga dapat mengkontrol kegiatan anak ketika di rumah,
terlebih dalam pembiasaan keseharian sebagai dukungan dari orang tua dengan
adanya penanaman pendidikan karakter dan pendidikan multikultur di sekolah.
36
DAFTAR PUSTAKA
Dharma Kesuma, dkk.2011 Pendidikan Karakter “Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: Rosda.
LAMPIRAN