Anda di halaman 1dari 41

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENDIDIKAN

MULTIKULTUR DI SMP NEGERI 13 SURABAYA

Disusun Oleh:

Tia Kunti Mustika (17041344003)


Siswanto (17041344013)
Lira Trisnaning Beta (17041344020)

PRODI PENDIDIKAN IPS


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah
memberikan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan penelitian yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter dan Pendidikan
Multikultur di SMPN 13 Surabaya” dengan baik.
Sebelumnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing yang
telah memberikan tugas ini dan yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian
tugas kelompok ini, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Penulis menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada, sehingga terbuka
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan laporan penelitian ini. Penulis sangat
memerlukan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca laporan penelitian ini,
terutama dosen mata kuliah Pendidikan Karakter dan Pendidikan Multikultur untuk
penyempurnaan laporan penelitian ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap semoga laporan
penelitian ini bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Surabaya, 10 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ …ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….…………………1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................. 5
A. Pustaka Relevan ............................................................................................................ 5
B. Konsep Teori…………………………………………………………………………..5
1. Pengertian Implementasi ........................................................................................... 5
2. Pengertian Pendidikan Karakter ................................................................................ 6
3. Urgensi Pendidikan Karakter .................................................................................... 7
4. Tujuan Pendidikan Karakter...................................................................................... 9
5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ......................................................................... 9
6. Bentuk-bentuk Pendidikan Karakter ....................................................................... 10
7. Implementasi pendidikan Karakter……………………..…………………………10
8. Pengertian Multikultur …………………..…………..……………………………10
9. Pengertian Pendidikan Multikulktur …………………..………………………….11
10. Sejarah Pendidikan Multikultur………………………………………………….. 12
11. Pendekatan Pendidikan Multikultur…...………………………………………….12
12. Tujuan Pendidikan Multikultur…………………….……………………………..14

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................................... 16


A. Jenis Penelitian............................................................................................................ 16
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................................... 17
C. Data dan Sumber Data ................................................................................................ 17
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 19
E. Teknik Analisis Data................................................................................................... 20
F. Pengecekan Keabsahan Data………………………………….……………………..21
BAB IV HASIL RISET ...................................................................................................... 23
A. Deskripsi Lokasi Riset………………………………………………………………. 23
ii

B. Karakteristik Informan …………………..……………………………………………24


BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................................... 29
A. Implementasi Pendidikan Karakter ............................................................................. 29
B. Implementasi Pendidikan Multikultur ........................................................................ 32
BAB VI PENUTUP ............................................................................................................... 35
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 35
B. Rekomendasi ............................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk (pluralistic society).Hal ini dapat
dilihat dari realitas sosial yang ada.Bukti kemajemukannya juga dapat dibuktikan melalui
semboyan dalam lambing negara republik Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”.Masyarakat
Indonesia yang plural, dilandasi oleh berbagai perbedaan, baik horizontal maupun
vertical.Perbedaan horizontal meliputi kesatuan- kesatuan social berdasarkan suku bangsa,
bahasa, adat istiadat dan agama.Sementara perbedaan yang bersifat vertical yakni
menyangkut perbedaan-perbedaan lapisan atas dan bawah, yang menyangkut bidang politik,
sosial, ekonomi maupun budaya.
Muktikulturalisme sebenarnya merupakan konsep dimana sebuah komunitas dalam
konteks kebangsaan dapat mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya,
baik tes, ras, suku, etnis dan agama.Sebuah konsep yang memberikan pemahaman kita bahwa
sebuah bangsa yang plural atau majemuk adalah bangsa yang dipenuhi dengan budaya-
budaya yang beragam (multikultur). Bangsa yang multikultur adalah bangsa yang kelompok-
kelompok etnik atau budaya (etnik an cultural al groups) yang ada dapat hidup
berdampingan dengan damai prinsip yang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati
budaya lain. Adanya keanekaragaman tersebut tidak hanya memberikan keunikan yang
menarik dan unik.
Selain itu pergeseran karakter bangsa yang terjadi saat ini telah membawa bangsa ini
menuju kehancuran. Maraknya tindakan anarkis seperti tawuran antar pelajar, desa, suku
hingga agama, seks bebas, dan penggunaan narkoba oleh remaja usia dini menunjukkan
betapa rusaknya moral bangsa kita saat ini, ditambah lagi kasus korupsi yang belum teratasi
dan parahnya lagi semua pelaku tindak korupsi adalah orang-orang yang berpendidikan
tinggi. Dalam keadaan demikian, bangsa dan negeri yang besar ini harus segera berbenah diri.
Apabila tidak segera diambil tindakan preventif, maka bukan hal yang mustahil jika generasi
bangsa masa depan adalah generasi yang amoral. Sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia, maka dekadensi moral ini merupakan tamparan keras bagi bangsa kita ini.
Dengan demikian, selain bertugas mencerdaskan bangsa ini, lembaga pendidikan mempunyai
tugas utama dan tujuan untuk membentuk kualitas karakter bangsaini lebih baik.
2

Multikulturalisme sebagai sebuah paham yang menekan pada kesederajatan dan


kesetaraan budaya-budaya lokal tanpa mengebaikan hak-hak dan eksistensi budaya yang lainj
penting kita pahami bersama dalam kehidupan masyarakat yang multikultur seperti
Indonesia. Pendidikan multikultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang
keanekaragaman cultural, hak-hak asasi manusia serta pengurangan atau penghapusan segala
jenis prasangka atau prejudice untuk membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan
maju. Pendidikan muiltikultural juga dapat diartikan sebagai strategi untuk mengembangkan
kesadaran atas kebanggan seseorang terhadap bangsanya.
Pendidikan multikultural adalah jawaban atas beberapa problematika kemajuan itu.
Perlu disadari bahwa proses pendidikan adalah proses pembudayaan dan cita-cita persatuan
bangsa merupakan unsure budaya nasional.Pembelajaran pendidikan multicultural dan
pendidikan karakter dapat terintegrasi pada mata pelajaran pendidikan lainnya, hanya saja
diperlukan pedoman bagi guru untuk menerapkannhya yang utama kepada para siswa perlu
diajari mengenai toleransi, HAM, kebersamaan dan saling menghargai. Hal ini sangat
berharga bagi bekal hidup mereka dikemudian hari dan sangat penting tegaknya nilai-nilai
kemanusiaan.
Sekolah memegang peranan penting dalam menanamkan pendidikan karakter dan
pendidikan multikultural pada siswa sejak dini. Bila sejak awal mereka telah memiliki nilai-
nilai kebersamaan, toleran, cinta damai, dan nilai karakter lainnya maka nilai-nilai tersebut
secara otomatis akan tercemin pada tingkah laku mereka sehari-hari karena adanya sebuah
kebiasaan dan terbentuk pada kepribadiannya.
Oleh karenanya, Negara mengatur pendidikan Indonesia untuk memperhatikan
karakter dalam orientasi pendidikannya. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 3 menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”
SMP Negeri 13 Surabaya merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah yang
termasuk Sekolah standar Nasional (SSN) dan semi fullday sehingga proses belajar mengajar
(PBM) dimulai pada jam 06:30 -14:20. Di SMP Negeri 13 Surabaya memiliki program non
kurikuler unggulan yaitu, seni tari dan lingkungan hidup, para siswanya mendapatkan
pengetahuan terkait dengan kewirausahaan, memiliki tempat ibadah (masjid) terbesar se –
Surabaya tingkat SMP, dan memiliki Green House.
3

Untuk penanaman pendidikan karakter di sekolah perlu adanya norma-norma


pengikat untuk siswa, agar siswa memiliki batasan dalam berprilaku.Salah satu sekolah yang
sudah menjalankan pendidikan karakter adalah SMPN 13 Surabaya.
SMPN 13 Surabaya berupaya untuk meminimalisir tindakan peserta didik yang tidak
berkarakter. Sebagai generasi penerus bangsa sangat perlu adanya penanaman pendidikan
njilai dan karakter sejak usia dini karena saat moral bangsa Indonesia semakin memburuk.
Pengawasan dan bimbingan orang tua juga sangat penting bagi pembentukan karakter
anak.Pendidikan karakter dikembangkan dan diintegrasikan dalam kurikulum oleh pihak
sekolah.Pendidikan karakter yang diterapkan di SMPN 13 Surabaya memiliki perilaku
akademik.Semua warga sekolah harus menanamkan pendidikan karakter dan pendidikan
multikultur, tidak hanya guru dan siswa saja tetapi meliputi semua warga sekolah.
Penanaman nilai dan karakter dan multikultur tidak selalu dalam proses pembelajaran saja.
Untuk melatih semua warga sekolah memiliki prilaku dan karakter yang baik. Perilaku dan
karakter yang baik akan tercipta ketika terbiasa. Lingkungan sekolah, keluarga, dan
lingkungan masyarakat memiliki peran yang sangat penting bagi pembentukan karakter
individu.Agar tercipta karakter yang baik individu harus memiliki lingkungan yang
mendukung hal tersebut.
Melihat keunikan latar belakang sekolah tersebut dan terkait bahwasanya pendidikan
multukultural merupakan sebuah tujuan ataupun alat pemersatu bangsa serta melihat dari
fenomena yang sudah dijabarkan diatas maka peneliti tertarik mengambil judul penelitian
“Implementasi Pendidikan Karakter dan Pendidikan Multikulturdi SMP Negeri 13 Surabaya”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan diatas, rumusan masalah yang hendak
dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa perlu adanya pendidikan karakter dan multikultural di SMP Negeri 13
Surabaya?
2. Bagaimana pengimplementasian pendidikan karakter dan multikultural di SMP
Negeri 13 Surabaya?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat disimpulkan tujuan penelitian ini
adalah:
4

1. Mendeskripsikan pentingnya pendidikan karakter dan multikultural di SMP Negeri


13 Surabaya.
2. Mendeskripsikan pengimplementasian pendidikan karakter dan multikultural di
SMP Negeri 13 Surabaya.

D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi yang bergelut dalam dunia
pendidikan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. ManfaatTeoretis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan keilmuan
dan memperluas wawasan tentang penerapan pendidikan karakter dan multikultural yang
sudah diterapkan di SMPN 13 Surabaya dan dapat mengetahui sejauh mana pengaruh
pendidikan karakter dan multikultural bagi siswa SMPN 13 Surabaya.

2. ManfaatPraktis
a. Manfaat bagi pendidik(guru)
Bagi semua guru hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan
kembali proses pembelajaran tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan tapi lebih
kepada penanaman nilai-nilai positif (karakter) dan juga pendidikan multikultural.
b. Manfaat bagi peserta didik (siswa)
Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapatmenambah pemahaman siswa bahwa
keberhasilan pendidikan yang sebenarnyatidak hanya berhasil dalam hal intelektual tetapi
juga harus berkarakter.
c. Manfaat bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada sekolah sebagai suatu
pandangan untuk membuat kebijakan lebih tepat sasaran dalam rangka meningkatkan
karakter peserta didik dan pertimbangan untuk meningkatkan implementasi pendidikan
karakter dan multikultural.
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pustaka Relevan
1. Penelitian Faizatud Daroini, 2014, skripsi STAIN Jember dengan judul “Upaya guru
dalam menanamkan mendidikan karakter pada siswa di sekolah menengah pertama
negeri 10 Jember tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil temuannya sampai kesimpulan
yaitu upaya guru dalam menanamkan pendidikan karakter di SMPN 10 jember tidak
hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing dan pelatih yang
senantiasa berupaya untuk memperbaiki akhlak dan kepribadian siawa. Hal tersebut
terbukti dari karakter siswa yang memiliki perilaku sopan dan santun kepada guru,
berjiwa religius, disiplin, serta aktif dan kreatif di dalam kelas.
2. Rofiatul Ianah dengan judul “Upaya kepala Sekolah Dalam Menanamkan pendidikan
Karakter Remaja di Madrasah aliyah Salafiyah curah kates Kecamatann Ajung
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015”. Adapun hasil penelitiannya adalah
pendidikan merupakan integral dalam kehidupan manusia. Manusia dapat membina
kepribadiannya dengan jalan mengembangkan potensi-potensi pribadinya sesuai
dengan nilai-nilai.
3. Penelitian Su’latut Diniyah, 2013, skripsi STAIN Jember dengan judul “Implementasi
pendidikan karakter melalui kantin kejujuran di sekolah menengah atas negeri 1
Kencong tahun pelajaran 2012/2013”. Hasil temuannya sampai pada kesimpulan
bahwa implementasi pendidikan karakter melalui kantin kejujuran ini yaitu
membiarkan jajanan dan kotak uang yang disediakan begitu saja tanda adanya penjaga
kantin serta mengandalkan kejujuran, kemandirian serta kedisiplinan siswa. Untuk
membeli makanan di kantin siswa tinggal memasukkan sendiri uang ke dalam kotak
yang telah disediakan, termasuk mengambil kembaliannya sendiri manakala uang yang
dibayarkan lebih. Tapi, lebih praktisnya pembeli diminta membayar dengan uang pas.

B. Konsep Teori
1. Pengertian Implementasi
Implementasi berasal dari bahasa Inggris to implement yang artinya
mengimplementasikan. Implementasi yaitu penyediaan sarana melaksanakan sesuatu yang
menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.
6

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster adalah to implement


(mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana
untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan
dampak/akibat terhadapsesuatu)”.
Implementasi ialah proses melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan. Tindakan
oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan.
Pengertian tersebut memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas,
adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti
bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan
dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan
kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek
berikutnya yaitu kurikulum.Seperti yang telah diterapkan oleh SMP Negerti 13 Surabaya
dalam implementasi pendidikan nilai dan karakter dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
Diantaranya, mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru. Hal sepele tersebut jika terus
ditanamkan akan menjadi kebiasaan yang baik, siswa memiliki rasa hormat dan sopan
terhadap guru. Salah satu penerapan pendidikan nilai dan karakter di SMP Negeri 13
Surabaya adalah 5S (senyum, sapa, salam, santun, sopan) memiliki pengaruh yang baik
dalam membentuk karakter baik pada siswa. Siswa diajarkan saling menghormati kepada
orang yang lebih tua serta kepada sesama teman mereka memiliki rasa saling menyayangi
dan menghargai. Aktivitas dan kegiatan penanaman nilai dan karakter yang telah terencana
dengan baikakan selalu diterapkan dan dilakukan oleh setiap warga sekolah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan yaitu memiliki nilai dan karakter yang baik untuk generasi penerus
bangsa Indonesia.

2. Pengertian Pendidikan Karakter


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter mempunyai arti sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter secara
etimologis berasal dari bahasa Yunani, “Karaso”, yang berarti cetak biru, format dasar, sidik.
Menurut Moh. Said karakter ialah ciri khas seseorang sehingga menyebabkan berbeda
dari orang lain secara keseluruhan, berkarakter berarti mempunyai kualitas positif seperti
peduli, adil, jujur, hormat terhadap sesama, rela memaafkan, sadar akan hidup berkomunitas,
dan sebagainya semua itu adalah ciri karakter. Sebagai paduan daripada segala tabiat manusia
7

yang bersifat tetap, sehingga menjadi tandakhusus untuk membedakan orang yang satu
dengan yang lain.
Mengacu dari berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut, karakter dapat dimaknai
sebagai nilai dasar positif yang dimiliki seseorang,setiap nilai dasar setiap orang berbeda-
beda dengan orang lain, dan diwujudkan dalam perilakunya sehari-hari.
Sedangkan pengertian sederhana dari pendidikan karakter adalah hal positif yang yang
dilakukan guru dan berpengaruh kepada peserta didik yang diajarnya. Muchlas Samani dan
Hariyanto mendefinisikan bahwa “pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-
sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya”. Karakter
juga bisa diartikan sebagai sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta
didik, mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan yang
kamil.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pendidikan karakter adalah pendidikan
untuk membentuk kepribadian seseorang agar memiliki karakter atau akhlaq terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri atau orang lain yang hasilnya dapat dilihat dalam tindakan nyata,
yaitu berupa tingkah laku yang baik, seperti jujur, bertanggungjawab, kerja keras,
menghormati orang lain dansebagainya. Pendidikan karakter dapat dibentuk sejak anak usia
dini. Penanaman nilai dan karakter dapat dibentuk melalui lembaga sekolah, lingkungan
keluarga dan juga lingkungan masyarakat. Pembentukan nilai dan karakter yang baik sejak
dini akan menghasilkan anak yang baik begitupula sebaliknya, lingkup keluarga memiliki
peran paling besar dalam pembentukan kepribadian seseorang.

3. Urgensi Pendidikan Karakter


Situasi sosial, kultural masyarakat kita akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan.Sekolah
telah lama dianggap sebagai sebuah lembaga sosial yang memiliki fokus terutama pada
pengembangan intelektual dan moral bagi siswa.Pengembangan nilai karakter di tingkat
sekolah tidak dapat melalaikan dua tugas khas ini.Oleh karena itu, pendidikan karakter di
sekolah memiliki bidireksional, yaitu pengembangan kemampuan intelektual dan
kemampuan moral.Dua arah pengembangan ini diharapkan menjadi semacam idealisme bagi
siswa agar mereka mampu mengembangkan ketajaman intelektual dan integritas diri sebagai
pribadi yang memiliki karakter kuat.Untuk itu SMP Negeri 13 Surabaya menerapkan
pendidikan nilai dan karakter di sekolah karena melihat semakin buruknya moral anak bangsa
8

saat ini dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi dan sosial media menjadi
masalah apabila mereka tidak berhati-hati dalam menggunakannya, dan juga kurangnya
pengawasan dari orang tua. Dengan adanya full day school dapat sedikit mengurangi dampak
buruk sosial media karena siswa akan lebih banyak menghabiskan waktu disekolah.
Pembentukan nilai dan karakter yang diterapkan di sekolah akan menjadi kebiasaan siswa
dalam kehidupannya sehari-hari. Apabila semua sekolah menerapkan pendidikan nilai dan
karakter makaakan memberi dampak yang sangat baik bagi generasi penerus bangsa,
menciptakan moral yang berkualitas baik. Mengingat berbagai macam perilaku yang non-
edukatif kini telah merambah dalam lembaga pendidikan kita, seperti fenomena kekerasan,
pelecehan seksual, korupsi, tawuran, narkoba yang terjadi di kalangan sekolah.
Pendidikan karakter merupakan aspek penting dari kualitas SDM, karena kualitas
pendidikan karakter menentukan kemajuan suatu bangsa.Usia dini merupakan masa kritis
pembentukan karakter. Apabila karakter seseorang sudah terbentuk sejak dini, ketika dewasa
tidak akan mudah berubah. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini
diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi
keprihatinan dapat diatasi.
Menurut pakar bernama Francis Fukuyama sebagaimana yang dikutip Moh. Said
keberhasilan suatu bangsa bergantung pada modal sosial, negara yang mempunyai modal
sosial tinggi, masyarakatnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

d. Rasa kebersamaan yangtinggi


e. Rasa salingpercaya
f. Rendahnya tingkatkonflik

Pendidikan karakter sudah tentu penting untuk semua tingkat pendidikan dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi. Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia
pendidikan di Indonesia dikarenakan selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum
berhasil membangun manusia yang berkarakter.
Untuk menjawab persoalan tersebut Kementerian Pendidikan Nasional menggelar
acara “Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” di
Jakarta 14 Januari 2010.Pada akhir tersebut disepakati komitmen pendidikan budaya dan
karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif.Khusus di bidang pendidikan,
fokus utamanya adalah pada sekolah (peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan),
keluarga (anak, orangtua, saudara), masyarakat (orang-orang di sekitar peserta didik), dan
juga lingkungan.Pelaksanaannaya dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
9

4. Tujuan Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter bertujuan meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang
mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadau,
dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuanpendidikan.
Tujuan pendidikan karakter juga sejalan dengan Undang-undang Dasar 1945 pasal 3 (3):
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
dirumuskan dalam pasal 3: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan demikian tujuan pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi peserta
didik dan meningkatkan nilai-nilai diri positif sehingga kelak menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta menjadi warga negara
yang bertanggung jawab secara utuh, terpadu dan seimbang.

5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip sebagai berikut:
a) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basiskarakter.
b) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan, danperilaku.
c) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun
karakter.
d) Menciptakan komunitas sekolah yang memilikikepedulian.
e) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.
f) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua pesertadidik.
g) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para pesertadidik.
h) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagai tanggung
jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
10

i) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun


inisiatif pendidikankarakter.
j) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagi mitra dalam usaha
membangunkarakter.
k) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan
manifestasi karakter positif dalam kehidupan pesertadidik.

6. Bentuk-bentuk PendidikanKarakter
Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan
diidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari Agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
tanggung jawab.

7. Implementasi Pendidikan Karakter


Menjelaskan sejalan dengan Renstra Kemendiknas 2010-2014 yang telah mencanangkan
penerapan pendidikan karakter, diperlukan kerja keras semua pihak, terutama terhadap
program yang memiliki kontribusi besar terhadap peradaban bangsa harus benar-benar
dioptimalkan.Namun, penerapan pendidikan karakter di sekolah memerlukan pemahaman
tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasi yang relevan dengan pembentukan karakter
dan pendidikan karakter.

Selama ini guru sudah mengajarkan pendidikan karakter namun kebanyakan masih
seputar teori dan konsep, belum sampai ke metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Jika
para guru sudah mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori,
metodologi dan aplikasi setiap mata pelajaran dimana pendidikan karakter sudah
terimplementasikan di dalamnya, maka makna yang diajarkannya akan lebih efektifdalam
menunjang pendidikan karakter.Tanpapijakandanpemahamantentangkonsep,teori,metode
yang jelas dan komprehensif tentang pendidikan karakter, maka misi pendidikan karakter
pada sekolah-sekolah menjadi sia-sia.

8. Pengertian Multikulturalisme
11

Multikulturalisme berasal dari tiga kata, (multi) banyak, (kultur) budaya, (isme)
aliran. Dalam ketiga kata tersebut mengandung pengakuan akan martabat manusia yang
hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaan yang mereka miliki masing-masing. Dengan
begitu setiap individu memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga hidupnya bersama
komunitasnya dari berbagai macam gangguan.
Pembahasan kultur sendiri tidak dapat terlepas dari empat aspek penting yaitu, agama,
ras, suku, dan budaya. Dalam pendidikan multicultural keempat aspek tersebut sangat penting
untuk memprogramkan keberlangsungan pendidikan multicultural.Keempat aspek tersebut
menjadi cirri khas dari pendidikan multikultural.Pendidikan yang berorientasi multicultural
harus bisa memahami keberadaan masyarakat plural yang memiliki groupthink dan
membutuhkan ikatan-ikatan yang dibangun dari nilai universal manusia.Nilai-nilai universal
tersebut perlu ditransfer kepada masyarakat agar menemukan tujuan pemikiran dan
keberlangsungan. Kepemilikan nilai-nilai dapat melembaga pada masyarakat untuk
mewujudkan budaya luhur yang sesuai engan nilai-nilai luhur dapat terwujud agar
terciptanya kehidupan masyarakat yang aman, tertib, harmonis, dan bermatabat. Uuntuk
mentransfer nilai-nilai universal tersebut masyarakat tetap mengakui bahwa cara yang tepat
untuk mentransfer nilai-nilai tersebut adalah melalui pendidikan. Karena itu, segara perangkat
yang mengacu pada pencapaian hasil tersebut diorientasikan pada tujuan utama pendidikan
dengan kesiapan dalam menghadapi masyarakat kultur yang memiliki keberagaman budaya
dan tentunya mereka akan sama-sama saling menjaga kebudayaan mereka.

9. Pengertian pendidikan Multikultur


Pendidikan multikultur adalah pendidikan yang menghargai keberagaman budaya dan
mencakup prespektif dari berbagai kelompok budaya. Tujuan penting dari pendidikan
multikultur adalah kesempata pendidikan yang sama untuk siswa termasuk menghapus
perbedaan pestasi akademis antara siswa-siswa kelompok mayoritas dengan siswa yang
kelompok minoritas. Pendidikan multikultur member pemahaman pada individu untuk
menghargai perbedaan. Setiap sekolah akan lebih baik ketika menanamkan pendidikan
multikultur didalamnya. Tentunya siswa yang dihasilkan juga akan memiliki prilaku yang
lebih baik dengan pemahamannya tentang pendidikan multikultur yang mengajarkan arti
penting toleransi. Pendidikan multikultur member pemahaman betapa pentingnya menjaga
toleransi untuk bangsa Indonesia, mengajarkan bahwa kebudayaan yang beragam harus
senantiasa dijaga agar tidak terjadi disintegrasi antara satu kelompok dengan kelompok yang
lain.
12

10. Sejarah pendidikan Multikultur


Kemunculan pendidikan multikultur tidak dapat dilepaskan dengan peristiwa gerakan
hak-hak sipil yang terjadi pada tahun 1960 di Amerika.Munculnya gerakan ini diawali
dengan adanya praktik-praktik kehidupan yang diskriminatif, baik di tempat-tempat umum, di
lingkungan rumah, di tempat kerja, maupun lembaga-lembaga pendidikan yang dilakukan
oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.Kehidupan seperti ini dapat terjadi
karena selama tahun 1950 Amerika hanya mengenal kebudayaan yang dominan atau
mayoritas, yaikni kebudayaan kulit putih. Sementara golongan-golongan lainnya yang ada
dalam masyarakat tersebut akan dikelompokkan sebagai masyarakat minoritas dan disertai
dengan keterbatasan hak-hak mereka. Masyarakat kulit putih lebih menguasai daripada
masyarakat lainnya yang menjadi minoritas.Yang kemudian mendorong adanya pendidikan
multikultural, yaitu faktoir diskriminasi pendidikan.Praktik pendidikan yang diskriminatif ini
diperkuat oleh kurikulum dan pendekataan pembelajaran yang diskriminatif pula.Hal tersebut
menuai banyak protes dari para tokoh gerakan hak-hak sipil dan lembaga-lembaga ilmiah
disana, yang pada akhirnya mereka menuntut untuk diadakan reformasi dalam pendidikan.
Lebih jauh adanya tuntutan tentang pentingnya pendidikan multicultural yang
disampaikan oleh pemikir pendidikan dan juga para guru di sekolah-sekolah yang ada di
Amerika secara individual.Banyak tokoh yang mendukung adanya pendidikan multicultural
dan menolak terhadap sekolah-sekolah yang memberikan perhatian utama pada kelompok
tertentu misalnya kelompok ras, warna kulit, gender, dan kelas sosial.
Kurikulum yang mengandung rasisme dan ketidak adilan sosial akan terus
mengintimidasi kesetaraan sosial jika tidak dilakukan transformasi. Tuntutan tentang
pentingnya pendidikan multikultur yang disuarakan oleh para pemikir pendidikan di
Indonesia mendapat respon yang positif dari pihak eksekutif dan legislatif.

11. Pendekatan Pendidikan Multikultur


Sebagaimana sebuah upaya dalam mencapai tujuan, maka pelaksanaan pendidikan juga
memerlukan pendekatan-pendekatan yang memungkinkan dapat membantu mencapai
pendidikan yang diinginkan.Pendekatan pendidikan yang harus dirumuskan adalah
pendekatan reduksionisme dan holistic integratif. Pendekatan reduksional terbagi menjadi
enam pendekatan, yakni :

a. Pendekatan pedagogis
13

Pendekatan ini bertitik tolak dari pandangan bahwa anak akan dibesarkan menjadi
orang dewasa melalui pendidikan yang mereka dapatkan. Prespektif ini sangat menghargai
setiap tahap perkembangan anak menuju kedewasaan.

b. Pendekatan Filosofis
Prespektif ini memfokuskan pada pertentangan mengenai hakikat manusia dan
hakikat anak yang memiliki hakikatnya sendiri, demikian berlaku untuk orang dewasa. Anak
akan mempunyai nilai sendiri untuk dikembangkan menuju pada nilai yang seperti orang
dewasa. Prespektif ini melahirkan suatu ilmu pendidikan yang melihat hakikat anak sebagai
titik tolak pendidikan.

c. Pendekatan Religius
Pendekatan ini memandang manusia sebagai makhluk yang religius.Dengan demikian
hakikat pendidikan adalah membawa peserta didik untuk hidup sesuai dengan hakikat
manusia beragama yang ber-Tuhan.Pendekatan religius mengenai hakikat pendidikan
menekankan pada pendidikan untuk mempersiapkan peserta didiknya pada kehidupan
akhiratnya.Peserta didik harus memiliki keyakinan, kepatuhan, dan ketundukannya kepada
Tuhan mereka. Untuk itu pendidikan keagamaan menjadi cirri khas dalam proses
pendidikannya.

d. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini lebih mengacu pada masuknya psikologi kedalam bidang ilmu
pendidikan.Oleh karena itu, pendidikan dengan pendekatan ini cendrung mendiskusikan ilmu
pendidikan menjadi ilmu belajar mengajar. Bagaimana anak dibesarkan melalui proses
belajar mengajar berdasarkan pada usia perkembangan kemampuannya masing-masing.

e. Pendekatan Navigasi
Pendekatan ini menyatakan bahwa tugas pendidikan adalah menjaga pertumbuhan
anak. Di dalam pertumbuhan tersebut perlu menyingkirkan hal-hal yang bisa merusak atau
yang bersifat negative terhadap proses pertumbuhan anak tersebut. Pendidik sebagai usaha
mengembangkan kepribadian peserta didik atau membudayakan individu.Pandangan ini
digunakan untuk mengembangkan kepribadian secara implisit dapat melindungi anak dari
hal-hal yang bersifat negative dan dapat mengganggu pertumbuhan anak dengan baik.dengan
demikian pendidikan bertugas untuk memagari perkembangan kepribadian tersebut dari hal-
hal yang tidak sesuai.
14

f. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini meletakkan hakikat pendidikan pada keperluan hidup bersama dalam
masyarakat.Pandangan ini lebih memprioritaskan kepada kebutuhan dan keperluan
masyarakat bukan pada kepentingan individu.Kebersamaan, keseragaman, dan gotong royong
merupakan fokus utama pendekatan ini.Mengingat bahwa peserta didik sebagai anggota dari
masyarakat.Sebagai anggota masyarakat, hendaknya peserta didik mempersiapkan diri untuk
menjadi anggota masyarakat yang baik dan sesuai dengan tata nilai yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat.

12. Tujuan Pendidikan Multikultur


Untuk mewujudkan multikulturalisme dalam dunia pendidikan, maka pendidikan
multikultur juga perlu dimasukkan kedalam kurikulum nasional dan pada akhirnya dapat
menciptakan tatanan masyarakatindonesia yang multicultural. Memiliki rasa toleransi yang
tinggi saling menghargai dan menghormati, tentu akan menjadi sebuah bangsa yang damai.

a. Sebagai Sarana Alternative Pemecahan Konflik


Penyelenggaraan pendidikan multicultural di dunia pendidikan diyakini bisa menjadi
solusi nyata b agi konflik dan diharmonisasi yang terjadi pada masyarakat.Khususnya yang
kerap terjadi pada masyarakat Indonesia yang realitas plural.Pendidikan multicultural dapat
menjadi salah satu alternative untuk memecahkan konflik sosial budaya.Karena di dalam
pendidikan multicultural menanamkan rasa saling menghormati dan menghargai
perbedaan.Karena sejatinya keberagaman budaya di Indonesia merupakan suatu anugerah
yang harus sama-sama kita jaga. Keragaman budaya menjadikan bangsa Indonesia memiliki
identitas yang kuat daripada negaraa-negara lain.

b. Supaya Peserta Didik Tidak Tercabut dari Akar Budaya


Pendidikan multicultural sangat signifikan dalam membina siswa untuk
mempertahankan budaya yang mereka miliki sebelumnya.Dalam era globalisasi saat ini
pertemuan antar budaya menjadi ancaman besar bagi peserta didik yang sangat rentan
terpengaruh untuk mengikuti budaya kebarat-baratan. Hendaknya siswa diberi penyadaran
akan pengetahuan yang beragam termasuk aspek kebudayaan yang lebih luas.

c. Sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum Nasional


Dalam melakukan pengembangan kurikulum sebagai titik tolak dalam proses belajar
mengajar atau guna memberikan sejumlah materi dan isi pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa dengan tingkatan tertentu dan pendidikan multicultural sebagai landasan
15

pengembangan kurikulum menjadi sangat penting. Pengembangan kurikulum dengan


menggunakan pendekatan multicultural dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut.

1. Mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku seragam seperti saat ini kepada
filosofi yang lebih sesuai dengan tujuan dan fungsi yang sama dengan pendidikan.
2. Teori kurikulum tentang konten 9(curriculum content) haruslah berubah dari teori
yang mengartikan konten sebagai aspek substanstiv yang memuat tentang fakta,
teori, mencakup nilai moral, prosedur, proses, dan juga keterampilan yang harus
dimiliki oleh generasi muda sebagai generasi penerus bangsa.
3. Teori belajar yang digunakan dalam kurikulum masa depan yang memperhatikan
kegaraman sosial, budaya, ekonomi, dan aspek politik tidak boleh lagi hanya
mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang menempatkan siswa sebagai
makhluk sosial, budaya, dan politik yang hidup sebagai anggota aktif masyarakat,
bangsa, dan dunia yang harus diseragamkan oleh institusi pendidikan.
4. Proses belajar yang telah dikembangkan siswa harus berdasarkan proses yang
memiliki tingkat isomorphism yang tinggi denga kenyataan sosial.
5. Evaluasi yang digunakan harus meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan
keterampilan peserta didik serta harus sesuai dengan tujuan dari konten yang akan
dikembangkan.
16

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam
penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi
atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode yang digunakan
dalampenelitian.
Metode disini merupakan jalan yang berkaitkan dengan cara kerja dalam mencapai
sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang
dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan. Sedangkan penelitian
adalah usaha untuk mencari apa yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara
hati-hati, sistematis, serta sempurna terhadap permasalahan sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan atau menjawab problemnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah strategi umum yang
digunakan dalam pengumpulan data dan analisis data yang digunakan untuk menjawab
masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, disini akan dipaparkanmengenai jenis penelitian,
pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

1. Jenis Penelitian
Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif,
merupakan data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka.Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.Seperti, transkip
interview, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi danlain-lain.
Menurut Bogdan dan Taylor yang di kutip oleh Lexy J. Moleong mengemukakan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Dalam penelitian ini menitikberatkan pada Implementasi Pendidikan Karakter dan
Pengembangan Kurikulum 2013 Melalui Pendidikan Multikultural di SMP Negeri 13
Surabaya.

Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang
saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain
penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai
17

keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini tidak
menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan
informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Penelitian semacam ini
seringdilakukan oleh pejabat-pejabat guna mengambil kebijakan atau keputusan untuk
melakukan tindakan-tindakan dalam melakukan tugasnya.
Dalam hal ini diperlukan bahan-bahan pustaka sebagai sumber ide untuk menggali
pemikiran atau gagasan-gagasan yang ditemukan sebagai bahan-bahan yang dijadikan
deskripsi dari pengetahuan yang telah ada.Sehingga kerangka teori baru dapat
dikembangkan sebagai dasar pemecahan masalah.Penelitian kualitatif berusaha
menampilkan secara utuh yang membutuhkan kecermatan dalam pengamatan.Di samping
itu penelitian kualitatif peneliti harus terjun langsung kelapangan guna memporeh data yang
dibutuhkan.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ialah obyek penelitian dimana kegiatan peneltian dilakukan.
Penentuan lokasi penelitian sangat penting karena hubungan dengan data-data yang harus
dicari sesuai dengan fokus yang ditentukan lokasi penelitian yang juga menentukan apakah
data bisa diambil dan memenuhi syarat baik volumenya maupun karakter data yang
dibutuhkan dalam penelitian.
Lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitoan ini yang bertujuan memperoleh
data bertempat di SMP Negeri 13 Surabaya di Jl. Jemursari II Kelurahan Jemur Wonosari
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya.Peneliti memilih SMP tersebut dikarenakan SMP
Negeri 13 merupakan sekolah yang memiliki nilai karakter dan multikultural yang tinggi
dengan adanya masjid terbesar yang ada di SMP Negeri di Surabaya.

3. Data dan Sumber Data


Sebagai penjelasan di atas bahwa yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif kualitatif.Dengan demikian manusialah yang menjadi instrumen
penelitian atau disebut juga alat pengumpulan data. Manusialah yang mempunyai
kemampuan dalam memahami sesuatu yang berkaitan dengan kenyataan-kenyataan di
lapangan yang nantinya berhubungan dengan responden atau obyek penelitian yanglain.
Selain itu juga, yang bertindak sebagai intrumen penelitian ini secara langsung adalah
peneliti sendiri yang terlibat di dalamnya dalam mengorek data dari lapangan, secara akurat
dan benar.Selain itu bisa beradaptasi, peneliti harus menyesuaikan situasi dan kondisi dari
18

subyek penelitian agar dalam penelitiantidak ada kesenjangan dan timbullah saling
keterbukaan antara peneliti dan subyekpenelitian.
Selain manusia sebagai instrumen penelitian, peneliti juga menggunakan dan
memanfaatkan peralatan-peralatan yang lain mulai dari computer, buku, bolpoin, dan lain-
lain karena sangat dibutuhkan oleh peneliti sebab tidak mungkin hanya mengandalkan daya
ingatan saja dan alat-alat tersebut sangat membantu dalam penelitian ini.
Adapun jenis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah datadeskriptif
kualitatif, dengan data berupa:

a. Data tertulis
Yang dimaksud data tertulis di sini adalah data yang bersumber selain kata-katadan
tindakan, yang merupakan data pelengkap saja.Data ini meliputi sumber catatan, arsip dan
dokumen resmi dari data tertulis ini, peneliti bisa memperoleh informasi tentang subyek
yang diteliti.
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata atau pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh
responden, dan tingkah laku yang ditujukan oleh obyek penelitian. Adapun data yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya untukdiamati
dan dicatat dalam bentuk pertama kalinya dan merupakan bahan utama peneliti, yaitu
sumberdata yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.Maksudnya penulis
memperoleh data secara langsung melalui observasi dan wawancara.Data tersebut dapat
diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu SMP Negeri 13 Surabaya.

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini diantaranya hasil wawancara
dari:
1. Kepala Sekolah mengenai memberi kebijakan dan dukungan terhadap pengembangan
kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural dan juga implementasi pendidikan
karakter dalam meningkatkan kompetensisiswa.
2. Siswa sebagai penerima pembelajaran mengenai pendidikan karakter dan multikultur.

b) Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dan digunakan untuk pendukung data primer. Data
sekunder diperoleh dari data yang sudah ada dan mempunyai keterkaitan dengan masalah
19

yang diteliti, meliputi: literatur-literatur yang ada, buku teks, penelitian terdahulu dan lain
sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah upaya untuk mengamati variabel yang diteliti melalui
metode-metode.Adapun dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi (Pengamatan)
Yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut. Metode ini penulis gunakan untuk mengamati secara
langsung dan mencatat situasi dan kondisi dalam pengembangan kurikulum 2013 melalui
pendidikan multicultural dan juga implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 13
Surabaya. Data yang didapat melalui metode ini:
1) Proses penerapan pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Surabaya
2) Proses pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan multicultural dan di SMP
Negeri 13Surabaya.
3) Proses pelaksanaan implementasi pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan
multikultural di SMP Negeri 13Surabaya.

2. Wawancara
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Metode wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara terpimpin dan tidak
terpimpin. Adapun wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaanyangdiajukan menurut daftar pertanyaan yang telah
disusun. Sedangkan wawancara tidak terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan dengan cara
tanya jawab bebas antara pewawancara denganresponden.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi tentang pengembangan
kurikulum 2013 melalui pendidikan multicultural dan juga implementasi pendidikan karakter
di SMP Negeri 13 Surabaya.
3. Dokumentasi
Yaitu metode yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.57
20

Metode dokumentasi ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang pengembangan
kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural dan implementas pendidikan karakter di
SMP Negeri 13 Surabaya.

5. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena
dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian. Analisis data adalahprosespengorganisasian dan
mengurutkan data kedalam pola atau kategori dan uraian satuam dasar sehingga lebih muda
untuk dibaca dan diinterpretasikan.
Analisis data bertujuan untuk menelaah data secara sistematika yang diperoleh dari
berbagai teknik pengumpulan data yang antara lain: observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Setelah data terkumpul selanjutnya adalah data diklasifikasikan sesuai dengan
kerangka penelitian kualitatif deskriptif yang berupaya menggambarkan kondisi latar
belakang penelitian secara menyeluruh dan data tersebut ditarik suatu temuan penelitian.
Untuk penelitian ini menggunakan teknik analisis nonstatistik, yaitu analisisini tidak
dilakukan perhitungan statistik, kegiatan analisis ini dilakukan dengan membaca data yang
telah diolah. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh penulis dalam menganalisis
data adalah sebagai berikut:

a. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.

b. Penyajian data
Penyajian data bisa di lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan.Hubungan antar
kategori flowcard dan sejenisnya.Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selain itu dapat digunakan juga
grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.

c. Kesimpulan atau verifikasi


21

Menurut Miles dan Huberman pada penarikan kesimpulan dan verifikasi pada dasarnya
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah danrumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

6. Pengecekan Keabsahan Data


Tujuan keabsahan data adalah untuk memperkuat penelitian dalam hal data-data yang
diperoleh diuji, disesuaikan dengan teori dan data temuan dalam penelitian. Pengecekan
keabsahan data yang dilakukan oleh penulis dengan cara:

a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.66 Penulis menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data (Observasi Wawancara, dan Dokumentasi) dari berbagai
sumber (orang, waktu, dan tempat) yang berbeda.
Dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif,
tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan
mana spesifik dari tiga sumber data tersebut.

Data yang telah dianalisis oleh penulis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan,
selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chek) dengan tiga sumber tersebut.

b) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Bila dua teknik pengujian
kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka penulis melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau orang lain, untuk
22

memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar, karena sudut
pandangnya berbeda-beda.
23

BAB IV
HASIL RISET
A. Deskripsi Lokasi Riset
1. Sejarah singkat berkembangnya SMP Negeri 13 Surabaya
SMP Negeri 13 Surabaya berdiri sejak tahun 1977 melalui keputusan Menteri Pendidakan
dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0253/0/1977.Sejak berdiri sampai sekarang SMP
Negeri 13 Surabaya mampu menunjukkan prestasi yang gemilang.Hal ini dibuktikan dengan
prestasi siswanya yang mampu mendapatkan prestasi baik prestasi akademik atau non
akademik dalam dua tahun terakhir.
SMP Negeri 13 Surabaya. Beralamatkan di Jl. Jemursari II Kecamatan Wonocolo Kota
Surabaya Propinsi Jawa Timur dengan nomor statistik 201 056 012 013. Secara geografis
SMP Negeri 13 berada dipertengahan perumahan Jemursari, SMP Negeri 13 juga dekat
dengan perumahan Pertamina dengan jarak tempuh 100 meter sekolah ini dapat dijangkau
oleh kendaraan umum dan sangat memungkinkan untuk menjaring siswa dari segala penjuru
wilayah di Surabaya, khususnya Surabaya bagian selatan. Selain itu dengan letak geografis
sekolah yang tidak jauh dari tempat tinggal penduduk, sangat memungkinkan adanya
komunikasi yang terjadi antara SMPNegeri 13 denganmasyarakatsekitar seperti kegiatan
kemasyarakatan bakti sosial, bagi-bagi ta’jil ramadhan. Kegiatan tersebut melibatkan
komunikasi didalamnya agar tercipta kerjasama antara sekolah dengan masyarakat.
Sesuai dengan surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia
no. 0253/0/1997 yang menerangkan tentag pembukaan lembaga pendidikan baru yaituSMP
Negeri 13 Surabaya yang dibuat di surabaya pada tanggal 5 juli. Saat itulah SMP Negeri 13
Surabaya resmi dibuka dan dimafaatkan untuk kegiatan belajar mengajar.Pada awalnya
kepala SMP Negeri 13 adalah bapak Soeprapto yang telah ditunjuk oleh menteri pendidikan
dan kebudayaan untuk mengelola lembaga yang barudirintis.
Pada tanggal 24 April 1989 kepala desa telah menjelaskan kepemilikan tanah bangunan
SMP Negeri 13 yang belum ditangani oleh pihak kelurahan.Artinya pada saat itu pula
kepemilikan tanah di SMP Negeri 13 sepenuhnya milik negara dan harus dimanfaatkan untuk
kegiatan yang semestinya yaitu kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 13 Surabaya.

2. Letak Geografis
24

SMP Negeri 13 Surabaya mempunyai tempat yang cukup strategis yakni terletak di
tengah perumahan, dimana hal ini akan mempermudah SMPN 13 Surabaya
mengembangakan diri. Untuk lebih jelas letaknya, yakni sebgai berikut:

a. Sebelah utara adalah kompleks perumahanpertamina


b. Sebelah selatan adalah kompleks perumahan Jemursari
c. Sebelah barat adalah gedung kecamatanwonocolo
d. Sebelah timur adalah kompleks perumahanjemursari

B. Karakteristik Informan
Pada bagian ini merupakan penyajian data dari hasil penelitian yang dilaksanakan di SMP
Negeri 13 Surabaya, data tersebut diperoleh dari hasil observasi, wawancara dandokumentasi.
Adapun data yang akan disajikan oleh penulis ini merupakan hasil penelitian
mengenai pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural di SMP Negeri
13 Surabaya.
1) Latar belakang pelaksanaan pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan
multikultural di SMP Negeri 13Surabaya.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran, untuk itu harus selalu ada inovasi dan
perkembangan untuk memenuhi kebutuhan siswa, kebutuhan sesuai dengan perubahan
zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai,
serta kebutuhan masyarakat.
Kurikulum memiliki peran penting setelah guru, karena dalam kurikulum guru dapat
mempersiapkan bagaimana pengalaman belajar siswa, dalam kurikulum juga guru dapat
membentuk bagaimana sikap siswa, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan memiliki
kepribadian baik untuk mempersiapkan kehidupan di masyarakat.
Di SMP Negeri 13 Surabaya kepala sekolah memberi kebijakan untuk
mengembangkan kurikulum 2013 dengan menambahkan nilai – nilaipendidikan
multikultural, seperti : menghormati, menghargai dan menerima etnis, budaya dan latar
belakang budaya setiap siswa. Seperti yang dijelaskan Bapak Juwari bahwa:
“Perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum 2013 ini harus membawa perubahan bagi
peserta didik untuk menerapkan pendidikan multikultural, yakni pendidikan multibudaya
yang didalamnya diajarkan bagaimana siswa menerima perbedaan, mulai dari agama, suku,
bahasa, dan budaya.”
25

Adapun yang melatar belakangi adanya pengembangan kurikulum 2013 melalui


pendidikan multikultural di SMP Negeri 13 Surabaya adalah sebagai berikut:
a. Beragamnya latar belakang siswa berdasarkan budaya, bahasa dan pengalaman-
pengalaman siswa yang mencari ilmu di SMP Negeri 13 Surabaya.
SMP Negeri 13 Surabaya merupakan sekolah heterogen yang memiliki cukup banyak
siswa dan tak jarang dari mereka datang dari luar Jawa Timur, secara otomatis siswa di SMP
Negeri 13 Surabaya ini terdiri banyak suku dan budaya. Di SMP Negeri 13 Surabaya juga
tidak menerapkan sentralisasi agama, melainkan mereka juga menerimaagama minoritas
dengan demikian kepala sekolah pada mata pelajaran tertentu harus disertakan nilai dari
pendidikan multikultural dalam proses pembelajaran, agar sekolah dapat mencetak lulusan
yang tidak hanya unggul dalam pengetahuan namun juga membentuk siswa yang lebih
berkarakter dan memiliki sikap mengahrgai dan menerima budaya dan bahasa siswalain.

Salah satu perubahan yang nampak pada kurikulum 2013 dari KTSP terletak pada
kompetensi lulusan yaitu adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dari kompetensi –
kompetensi tersebut kepala sekolah berusaha mengembangkan kurikulum 2013 melalui
pendidikan multikultural terutama pada kompetensi sikap. Sesuai dengan perkataan Bapak
Juwari selaku kepala sekolah SMP Negeri 13 Surabaya, bahwa :
“Mengapa harus sikap dan mengapa harus lewat pendidikan multikultural? karena
sikap adalah cerminan pribadi seseorang, sikap dari tiap siswa itu berbeda-beda, dalam
berinteraksi dengan teman-teman mereka yang lainpun berbeda, apalagi dalam menerima
pebedaan seperti perbedaan agama, perbedaan suku pasti mereka memiliki perspektif yang
berbeda dalam menerima dan menyikapi perbedaan ini, tujuan pengembangan sikap dari
kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural ini adalah mengubah cara pandang dan
sikap merekadalam menerima perbedaan, menanamkan sikap saling memahami,
menghargai, dan tidak ada diskriminasi diantara mereka.”

Penanaman cara hidup menghormati, toleran dan mengurangi praktik diskriminasi


dalam proses pendidikan dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini sesuai dengan perkataan
Bapak Juwari:
“Dengan adanya kurikulum 2013 ini kami memiliki wadah untuk menerapkan nilai-
nilai pendidikan multikultural pada siswa kami, kalau dulu hanya sebatas mata pelajaran
tertentu mbak yang memang dari materinya ada bab yang menjelaskan tentang
tenggang rasa atau toleransi. Tetapi sekarang melalui kurikulum 2013 ini, yang memang
26

lahir dari multikulturalisme kami sangat berusaha untuk menanamkan nilai-nilai


pendidikan multikultural pada semua mata pelajaran yang diterapkan pada RPP serta
dikembangkan melalui silabus dan juga kami terapkan pada beberapa ekstrakurikuler.”

Sekolah merupakan lembaga sekaligus rumah kedua bagi para peserta didik, di sekolah
mereka memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran yang baik, baik dalam bidang
akademik maupun non akademik, mereka juga berhak mendapatkan pengajaran tentang
penanaman moral, pengajaran agama, serta pengajaran bagaimana cara mereka hidup di
masyarakat nantinya.

2) Pelatihan dan Pengembangan Guru


Mengingat tugas guru begitu berat maka perlunya guru untuk selalu di-update
pengetahuan, wawasan dan ketrampilan menuju kepada pengembangan profesi agar sesuai
dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan.Kelayakan dan kompetensi guru
umumnya masih dibawah standar apalagi untuk mengelola pembelajaran multikulturalisme.
“Dalam rangka meningkatkan kualitas guru, maka SMP Negeri 13 Surabaya
mengadakan beberapa program yaitu: optimalisasi konsultasi kurikulum, workshop,
seminar, lokakarya, pelatihan dan study banding serta pengadaan buku- buku penunjang,
Tenaga guru di smpn 13 surabaya tidak hanya dibekali dengan kecakaapan mengajar
kurikulum dari yang diinstruksikan, akan tetapi juga member teladan kepada peserta didik
mengenai sikap tenggang rasa, mengehargai, dam saling menghormati terhadap pebedaan
yangada.”

Dari pernyataan Bapak Juwari diatas, menurut analisis penulis bahwa:


Dalam pembinaan dan pengembangan kompetensi guru dilakukan dengan berbagai cara yaitu
dengan mengikutkan tenaga pendidik workshop, seminar, lokakarya dan study banding serta
pelatihan- pelatihan. Dengan adanya hal-hal tersebut maka guru-guru di SMP Negeri 13
Surabaya dapat menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif serta
siap menyambut perubahan- perubahan paradigma yang lebih baik.

3) Pelaksanaan kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural


Dalam pelaksanaan di lapangan, pengemabangan kurikulum 2103 melalui
pendidikan multikultural dilakukan dalam beberapa bentuk, yaitu kebudayaan dan sistem
sosial. Pada bentuk kebudayaan terjadi dalam proses belajar mengajar dan diluar proses
27

belajar mengajar.

A. Kebudayaan/Pendidikan Multikultural dalam proses belajar mengajar


a) Guru membiasakan mengucapkan salam dan berdo’a Pembiasaan mengucap salam
dan berdoa ini dilakukan di setiap kelas mata pelajaran tujuan untuk menghargai
masing-masing keyakinan yang merekaanut.
b) Pembelajaran dikelas disusun sebagai simulasi kehidupan nyata sehingga peserta
didik berpengalaman hidup sebagai warga.
c) Guru membisakan menghargai keragaman bahasa disekolah dengan memberikan
contoh penjelasan dengan menggunakan Bahasa Daerah yang akan diadopsi
kemudian dartikan kembali menggunakan BahasaIndonesia.
d) Guru membangun sikap anti diskriminasi, melalui sikap dan perilakunya yang tidak
memihak atau tidak berlaku diskriminatif terhadap peserta didik yang memiliki
perbedaan tertentu.

B. Diluar jam belajar mengajar


a) Membiasakan shalat jum’at berjamah bagi yang beragama Islam, untuk yang non
muslim disediakan kelas khusus untuk menerima materi keagamaan sesuai dengan
agama yang dianut masing-masing.
b) Pengadaan kegiatan pondhok ramadhan, bagi yang beragama non muslim memiliki
materi khusus yang telah disediakan oleh sekolah besertapematerinya.

Kemudian data selanjutnya yang akan disajikan oleh penulis ini merupakan hasil
penelitian mengenai implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Surabaya.
1. Nilai karakter di SMP Negeri 13 Surabaya
Di SMP Negeri 13 Surabaya sendiri karakter yang diterapkan yaitu jujur, disiplin,
saling, menghormati, neriman, cinta lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Dafin
Maulana Senaputra selaku ketua osis:
“Kita menerapkan karakter jujur, disiplin, saling menghormati, beriman, dan cinta
lingkungan kak”
2. Implementasi Pendidikan Karakter
Untuk adanya reward dan punishment penerapan pendidikan karakter sendiri Dafin
menjelaskan:
28

“Kalau punishmentnya siswa dikasih point dari BK kak kalau ada yang melanggar
peraturan. Kemudian kalau pointnya sudah melebihi ketentuan akan dipanggilkan orang
tuanyna. Lalu untuk reward sendiri tergantung dari gurunya, biasanya ada guru yang
memberikan tambahan nilai.”

Jadi menurut analisa penulis di SMP Negeri 13 Surabaya tidak ada hukuman bagi
siswa yang melanggar peraturan melainkan diberi sanksi berupa poin dari Bimbingan
Konseling. Reward juga tidak semua guru memberinya, hanya beberapa guru saja dengan
menambahkan nilai tambahan.

“Kita diberi pemahaman baik dalam pembelajaran maupun luar pembelajaran.


Diluar pembelajaran setiap pagi guru berjajar untuk bersalaman dengan siswa. Setiap
bertemu dengan guru siswa juga bersalaman. Selain itu setiap hari jumat pagi kita juga
mengadakan jumat bersih kak”

Jadi selain guru memasukkan nilai karakter dalam pembelajaran guru juga
memberikan langsung contoh dalam sehari-hari. Juga terdapat beberapa ekstakurikuler di
sekolah tersebut. Selain itu ditanamkan juga nilai peduli lingkungan karena SMP Negeri 13
Surabaya merupakan sekolah adiwiyata. Sesui penjelasan Dafin, bahwa:

“Kita juga ada tim ecoschool yang dibantu siswa membuat lubang biopori, mengubah
sampah plastik menjadi kerajinan tangan, lalu membersihkan lingkungan sekolah di saat
jumat bersih kak.”

Menurut analisa penulis bahwa di SMP Negeri 13 Surabaya siswa juga dituntut untuk
peduli terhadap lingkungan sekitar.
29

BAB V
PEMBAHASAN

A. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 13 Surabaya


Implementasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi sebuah tindakan
nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.Dalam implementasi
pendidikan karakter merupakan kegiatan inti dari pendudidikan karakter.
Implementasi pendidikan karakter dalam KTSP dilakukan dengan mengintegrasikan
pendidikan karakter ke dalam kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan
pusat belajar (kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian, kegiatan
ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat), serta penambahan
alokasi waktu pembelajaran (Daryanto, 2013: 75-76).
Selaras dengan pendapat di atas, implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri
13 Surabaya dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kegiatan Pembelajaran
Dilihat dari penjabaran nilai-nilai karakter yang sering ditanamkan guru dalam KBM, di
SMP Negeri 13 Surabaya telah mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam KBM. Hal ini
terlihat dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi terkait dengan penanaman nilai-
nilai karakter yang ditanamkan guru.
Implementasi pendidikan karakter melalui pengembangan budaya sekolah dilakukan
dengan:

1) Pembiasaan Rutin
Karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa tidak akan terbentuk dengan tiba-tiba
tetapi perlu proses yang lama dan pembiasaan yang kontinyu. Oleh karena itu perlu upaya
pembiasaan perwujudan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari (Damayanti, 2014: 63).
Begitu juga implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 13 Surabaya juga
dilaksanakan secara rutin agar nilai-nilaikarakter melekat dalam diri siswa. Pembiasaan rutin
di sekolah ini meliputi:
a) Kegiatan Harian:
(1) Kegiatan berjabat tangan dengan guru-guru di gerbang ketika siswa berangkat
sekolah dan juga pemeriksaan ketertiban serta kelengkapan atribut siswa.
(2) Berdo’a sebelum KBM.
(3) Pembiasaan senyum, salam dan sapa setiap kali bertemu.
30

b) Kegiatan Mingguan:
(1) Upacara hari Senin: dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah di halaman
sekolah. Petugas upacara bergilir setiap minggunya.
(2) Jum’at bersih: dilaksanakan setiap Jum’at sebelum KBM jam pertama dimulai.
(3) Sholat Jumat bagi musim dan kegiatan keagamaan bagi nonmuslim

c) Kegiatan Incidental
Kegiatan Incidental merupakan kegiatan yang dilakukan pada saat-saat tertentu, sesuai
dengan penjadwalan. Dalam hal ini di SMP Negeri 13 Surabaya melakukan kegiatan
incidental sebagai berikut:

(1) Upacara Peringatan Hari Besar Nasional: Upacara dilaksanakan seperti upacara
Hardiknas, Hari Guru, HUT RI, dan lain-lain.
(2) Peringatan Hari Besar Islam: Kegiatan seperti pengajian dalam rangka Isra’ Miraj,
Maulid Nabi, Idul Qurban, dan lain-lain.

d) Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru mengetahui adanya perbuatan yang kurang
baik dari siswa yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Misalnya, ada siswa yang membuang
sampah sembarangan, berteriak-teriak sehingga menganggu pihak yang lain, berbicara dan
berlaku tidak sopan, dan lain sebagainya.
Ada juga kegiatan spontan lain yang dilaksanakan di SMP Negeri 13 Surabaya. Misalnya
mengunjungi teman yang sedang tertimpa musibah sakit ataupun keluarganya yang
meninggal.Memberikan sebagian hartanya untuk disumbangkan kepada yang terkena
musibah tersebut.Kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk menumbuhkan rasa kepedulian
siswa terhadap sesama.

e) Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan
bakat minat siswa dan juga bertujuan untukmembentuk karakter siswa.Karena dalam
kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat memilih sendiri jenis ekstrakurikuler yang disukai
sesuai dengan bakat dan minat siswa.
31

Selaras dengan hal tersebut, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 13


Surabaya dilaksanakan sebagai sarana untuk membentuk dan mengembangkan nilai-nilai
karakter anak. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut, diantaranya sebagai berikut:

Jenis Ekstrakurikuler dan Nilai Karakter yang Diimplementasikan

No. Jenis Ekstrakurikuler Nilai Karakter


1. Paskib Disiplin, Cinta tanah air
2. Pramuka Disiplin,Kerja Keras, Kreatif, Mandiri
3. Band Kreatif
4. Banjari Religius
5. Baca Tulis Qur’an Religius
6. Qiro’ah Religius
7. Pencak Silat Disiplin, Mandiri, Kerja Keras
8. Cheerleaders Kerja keras, kreatif
9. Basket Kerja Keras
10. Futsal Kerja keras
11. Voli Kerja Keras
12. Jurnalistik Kreatif, Komunikatif, Percaya Diri
13. PMR Disiplin
14. Tari Toleransi, kreatif

Dalam hal ini kegiatan ekstrakurikuler sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan
dan pengembangan karakter siswa. Karena kegiatan ekstrakurikuler diikuti siswa berdasarkan
bakat dan minat siswa itu sendiri tanpa adanya paksaan. Misalnya ada anak yang suka vocal
grup karena memang suka nyanyi, di situ anak sangat senang.Suka tampil, seneng karena
terbiasa latihan bareng, kemudian dia menjadi baik di situ, akhirnya dia berani tampil jadi dia
lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya. Lebih suka di ekstrakurikuler karena tidak ada
paksaan.

f) Reward and Punishment


Agar perilaku siswa sesuai dengan tata nilai dan norma yang ditanamkan perlu
dilakukan konfirmasi antara nilai yang dipahami dan perilaku yang dimunculkan. Apabila
siswa melakukan yang sesuai keininginan perlu diberikan penghargaan atau reward, agar
32

siswa semangat untuk menjadi lebih baik. Sedangkan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan perilaku terhadap tata tertib dan norma perlu dilakukn upaya pencegahan
dengan memberikan hukuman ataupunishment yang sepadan dan bersifat pedagogis pada
siswa (Damayanti, 2014: 64).
Sesuai hal tersebut, pihak sekolah juga melaksanakan metode itu dalam membentuk
karakter siswa. Hal ini dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya pemberian hadiah berupa
barang kepada siswa yang berprestasi, kepada siswa yang hasil karyanya bagus. Tetapi
terkadang reward tidak selamanya diwujudkan dengan barang. Ada juga guru yang
memberikan nilai plus dan sekedar tepuk tangan kepada siswa yang nilainya terbaik sebagai
cara untuk memberikan reward atau penghargaan. Kemudian untuk yang melanggar tatatertib
seperti datang terlambat, tidak mematuhi peraturan sekolah maka siswa mendapatkan poin
pelanggaran.
Tidak hanya siswa saja yang melaksanakan pendidikan karakter di SMP Negeri 13
Surabaya, akan tetapi semua guru juga menerapkan pendidikan karakter. Implementasi
pendidikan karakter untuk guru dan kepala sekolah di SMP Negeri 13 Surabaya hampir sama
dengan apa yang dilakukan siswa-siswinya, dengan pembiasaan-pembiasan seperti senyum,
salam dan sapa setiap bertemu dengan siswa dan bapak ibu guru lainnya, melaksanakan ikrar
guru, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah. Dan tidak lupa hal yang paling penting
dilakukan oleh kepala sekolah dan guru adalah dengan selalu memberikan teladan yang baik
untuk siswa-siswinya, baik dalam perkataan, penampilan dan perbuatan.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa implementasi pendidikan karakter siswa
diintegrasikan dengan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan kegiatan kegitan di luar
sekolah. Implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Surabaya tidak hanya
dilakukan oleh siswanya saja, akan tetapi oleh kepala sekolah dan guru-guru. Strategi yang
digunakan adalah dengan pembiasaan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian,
kegiatan ekrakurikuler, kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat, serta melalui sistem
reward and punishment. Dengan strategi diatas maka diharapkan akan terbentuk karakter
yang kuat yang melekat dalam diri siswa sebagai bekal untuk melanjutkan kehidupan setelah
lulus baik di sekolah maupun di lingkungan rumah dan masyarakat.

B. Implementasi Pendidikan Multikultur


1) Latar belakang pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural di
SMP Negeri 13Surabaya
33

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan pengembangan Kurikulum


Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dikembangkan pada tahun 2004 lalu, yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional pasal 3 UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003
Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab maka kurikulum
dikembangkan berdasarkan kompetensi sikap yang meliputi spriritual dan sosial, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi ilmu.
Untuk mencapai keberhasilan dalam pengambangan kompetensi sikap yang meliputi
spiritual dengan diskripsi beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, sosial meliputi
berakhlak mulia, sehat, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab maka perlu pendekatan
dalam penerapanya disekolah yaitu melalui pendidikan multikultural.
SMP Negeri 13 Surabaya telah menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun ajaran
2013/2014. Dalam pelaksaannya mereka lebih menonjolkan pada kompetensi sikap yang
meliputi spiritual dan sosial, dikarenakan SMP Negeri 13 Surabaya ini merupakan sekolah
heterogen, sekolah yang memiliki beragam latar belakang dari siswa maupun tenaga
pengajar, dikhatirkan dengan adanya perbedaan ini akan terjadi perpecahan di sekolah maka
SMP Negeri 13 surabaya menerapkan pendidikan multikultural dengan tujuan mengurangi
diskriminasi, menghormati dan toleransi dengan agama lain.
Pendidikan multikultural merupakan proses penanaman cara hidup menghormati, tulus,
dan toleran terhadap keanekaragaman buadaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat
plural. Konsep pendidikan multikultural yang mau mengahargai akan perbedaan sejalan
dengan konsep kurikulum 2013 yang lahir dari buaya serta menjunjung tinggi perbedaanpula.
Peneliti memberikan kesimpulan bahwa kebijakan Kepala SMP Negeri 13 Surabaya
telah memberikan solusi yang tepat dalam memecahkan masalah perbedaan di sekolah
dengan mengembangkan kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural, dan latar
belakang yang pengembangannya sesuai dengan teori.

1. Pelaksanaan pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural


Tahap-tahap pelaksanaan pengembangan kurikulum di SMP Negeri 13 Surabaya, yaitu:
a. Merumuskan tujuan
b. Merumuskan kompetensi lulusan
c. Penetapan isi dan struktur programdan
34

2. Penyusunan strategi pelaksanaan.


Selain dari keempat tahap ini ada yang lebih penting untuk dipersiapkan yaitu
kesiapan tenga pengajar dan isi dari materi apakah sudah suai dengan yang diharapkan dan
apak sesui dengan tujuan pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum sekolah harus
pintar- pintar dalam memilih strategi dalam pengimplementasianya pada proses belajar
mengajar.
Implementasi kurikulum 2013 adalah bagaimana menyampaikan pesan-pesan
kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi peserta didik sesuai dengan
karakteristik dan kemampuan masing-masing. Implementasi kurikulum setidaknya
dipengaruhi tiga faktor yaitu:
a) karekteristik kurikulum yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan
kejelasannya bagi pengguna dilapangan.

b) Strategi implementasi yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi seperti


diskusi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-
kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulumdilapangan.
c) Karakteristik pengguna kurikulum yang meliputi pengetuan, keterampilan, nilai dan
sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya untuk merealisasikan
kurikulum dalam pemebelajaran.
SMP Negeri 13 Surabaya dalam pengembangan kurikulumnya telah melakukan
langkah-langkah sesuai dengan teori yang ada diatas, sehingga pelaksanaan pengembanggan
kurikulum ada benarnya jika dalam pngembangan kurikulum sangat banyak yang harus
diperhatikan dan dilaksanakan.
3. Faktor penghambat dan pendukung dalam pengembangan kurikulum 2013 melalui
pendidikan multikultural
Faktor pengahambat antara lain adanya beberapa guru yang memiliki kurang
pemahaman mengenai pendidikan multikultural, tidak ada jam khusus untuk membahas
tentang pendidikan multikultural yang didalamnya mengajarkan nilai, tujuan dan visi ajaran
multikulturalisme dan pluralisme, lingkungan di luar sekolah yang kurang mendukung
(orang tua, tetangga, teman dan lain-lain), kurangnya buku penunjang mengenai wawasan
multikulturalisme.
Faktor pendukung banyaknya karekteristik siswa dan fasilitas yang memadai dapat
menunjang keberhasilan pengembangan kurikulum 2013 melalui pendidikan multikultural.
35

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang penerapan pendidikan karakter dan pendidikan multikultural di
SMP Negeri 13 Surabaya di atas, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Bahwa pendidikan karakter yang diutamakan melalui pembiasaan di SMP Negeri 13
Surabaya yaitu jujur, disiplin, saling, menghormati, beriman, cinta lingkungan.
Sedangkan pembelajaran nilai-nilai karakter melalui pembiasaan di SMP Negeri 13
Surabaya dilaksanakan melalui kegiatan terprogram, kegitan rutin, dan kegiatan.
2. Adapun yang melatar belakangi adanya pengembangan kurikulum 2013 melalui
pendidikan multikultural di SMP Negeri 13 Surabaya adalah beragamnya latar
belakang siswa berdasarkan budaya, bahasa dan pengalaman-pengalaman siswa yang
mencari ilmu di SMP Negeri 13 Surabaya.
3. Penanaman cara hidup menghormati, toleran dan mengurangi praktik diskriminasi
dalam proses pendidikan dalam kelas maupun di luar kelas pada pendidikan
multikultural

B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan, maka yang dapat disampaikan oleh peneliti diantaranya
sebagai berikut :
1. Sekolah hendaknya terus berupaya mendukung penanaman karakter dan pendidikan
multikultural peserta didik melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh
sekolah sesuai dengan program yang telah berjalan.
2. Sekolah hendaknya lebih mengoptimalkan fasilitas-fasilitas yang sudah ada untuk
melakukan kegiatan yang belum terealisasikan
3. Bagi orang tua hendaknya juga dapat mengkontrol kegiatan anak ketika di rumah,
terlebih dalam pembiasaan keseharian sebagai dukungan dari orang tua dengan
adanya penanaman pendidikan karakter dan pendidikan multikultur di sekolah.
36

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Guntur, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, Bandung: Remaja


Rosda Karya, 2004

Harsono, Hanifah, Implementasi Kebijakan dan Politik, Bandung: Mutiara Sumber


Widya,2002

Muhaimin Azzet, Akhmad, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media, 2011

Dharma Kesuma, dkk.2011 Pendidikan Karakter “Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: Rosda.

H, Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementas,.Bandung: Alfabeta


37

LAMPIRAN

Ekstrakurikuler Basket Kegiatan Peduli Lingkungan

Selesai kegiatan Sholat Jumat Memiliki masjid yang besar

Anda mungkin juga menyukai