Anda di halaman 1dari 6

Nama: Tia Kunti Mustika

Prodi: S1 Pendidikan IPS

NIM: 17041344003

Fenomena Bullying anak SMP di Tangerang Selatan

Di zaman millennial seperti sekarang, hampir setiap hari terdengar berita kekerasan di
kalangan pelajar seperti tawuran, pencurian, pelecehan seksual, konsumsi narkoba, dll. Masa
remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini
anak-anak akan mengalami kematangan emosi, social dan juga terjadi proses pencarian jati
diri mereka. Pada proses pencarian jati diri remaja mulai mempelajari peranan mereka di
masyarakat, sehingga mereka cenderung menonjolkan dirinya, misalnya saling bermusuhan,
merendahkan orang lain, egois, dll.

Di zaman sekarang marak terjadi kekerasan terhadap anak atau biasa dikenal dengan
istilah bullying. Bullying merupakan situasi dimana terjadi penyalahgunaan
kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang ataupun sekelompok (Sejiwa, 2008: 2).
Kekerasan terdapat dua bentuk yaitu kekerasan verbal maupun non verbal. Bullying verbal
bisa dideteksi karena tertangkap indra pendengaran kita misalnya memaki, menghina,
mempermalukan di depan umum, menuduh, memfitnah, dll. Sedang bullying non verbal yaitu
tidak tertangkap mata atau telinga misalnya, mengucilkan, meneror, mencibir, memandang
yang merendahkan, memelototi, dll.

Berdasarkan jenis bullying, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel anak
perilaku bullying jenis fisik merupakan perilaku yang paling banyak terjadi, sedangkan pada
remaja yang paling banyak terjadi adalah perilaku bullying jenis verbal.

Belum lama ini telah terjadi kasus pembullyan di Tangerang bahwa terdapat 2 siswa
SMA 8 Muhammadiyah terhadap 8 siswa SMP Negeri 18 Tangsel beberapa waktu lalu. Hal
itu diketahui ketika siswa SMA menyuruh murid SMP untuk membuka pakaian mereka di
lapangan terbuka.

Dampak buruk bullying tidak hanya berakibat buruk bagi korban tapi juga berakibat
buruk terhadap pelaku itu sendiri. Dampak terhadap korban yaitu rendah diri, depresi,
penarikan social, kecemasan, merasa kesepian, dll. Sedangkan dampak bagi pelaku yaitu
sering terlibat perkelahian, gemar membawa senjata tajam, menjadi biang kerok di sekolah,
minum alkohol, dll. Korban dari bullying biasanya anak yang pendiam, pemalu, anak yang
lemah, dan juga special (cacat, tertutup, pandai, ataupun punya ciri tubuh tertentu).

Banyak factor yang menjadi penyebab adanya bullying ini. Factor penyebabnya yaitu:
factor keluarga, factor teman sebaya, dan factor media massa. Dari factor keluarga mereka
yang menjadi pelaku bullying di sekolah berasal dari keluarga yang tidak utuh, bukan
keluarga yang harmonis, dan termasuk anak yang kurang perhatian orang tua. Dari factor
teman sebaya ini biasanya mereka mengarah ke pergaulan yang negative. Sedangkan dari
faktor media massa saat ini media massa digandrungi para remaja. Media sosial menghapus
batasan-batasan dalam bersosialisasi. Dalam media sosial tidak ada batasan ruang dan waktu,
mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun mereka berada. Tidak dapat
dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang.
Seseorang yang asalnya kecil bisa menjadi besar dengan media sosial, begitu pula sebaliknya.
Dari sisi negatifnya mereka akan menjadi orang yang indivualistis, anti sosial, dan egois.
Terlebih lagi penyalahgunaan media sosial yang dilakukan oleh mereka. Biasanya mereka
melakukan bully dengan melakukan intimidasi memberikan kata-kata yang kasar terhadap
korban.

Menghadapi permasalahan ini digunakan pendidikan pendidikan karakter atau


pendidikan moral terhadap anak untuk menciptakan karakter yang baik. Pendidikan karakter
merupakan suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, lingkunan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insane kamil. (Sri Narwanti, 2013: 14)

Dilihat dari aliran filsafat pendidikan, kasus ini menurut saya harus diselesaikan
menggunakan aliran perenialisme. Perenialisme memandang bahwa pendidikan harus
didasari nilai-nilai cultural masa lampau (regressive road to culture) oleh karena kehidupan
masa sekarang banyak menimbulkan krisis dalam banyak kehidupan (Amsal Hamri, 2009:
71). Para perenialis memandang bahwa aliran ini tuntutan belajar tertinggi adalah latihan dan
disiplin. Ini bisa dijadikan dasar bahwa pelajar dilatih dan di didik sesuai norma yang ada
untuk menghindari hal yang negative seperti bullying ini.
Dalam pendidikan kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak
menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan tidak ada satupun yang lebih bermanfaat
daripada kepastian tujuan pendidikan,serta kestabilan dalam perilaku pendidik.

Solusi yang ditawarkan perenialis ialah dengan jalan mundur ke belakang


menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip umum yang telah menjadi pandangang hidup
yang kukuh, kuat pada zaman kuno. Seharusnya di sekolah diajarkan norma-norma untuk
pelajar sehingga menghindari kasus negative seperti bullying ini.

Selain itu dibutuhkan juga pendidikan karakter dalam mendidik pelajar. Sekolah juga
harus melakukan sosialisasi dengan masayarakat sekitar untuk menanamkan pendidikan
karakter pada anak, seperti diadakan jam belajar anak sehingga pada pukul 18.00-20.00 tidak
ada warga yang boleh menyalakan televisi karena bisa menghilangkan konsentrasi anak.

Guru juga mengambil peran dalam pendidikan menanamkan karakter yang baik pada
pelajar. Seorang guru yang professional ialah guru yang mempunyai kesetiaan dalam
melaksanakan tugasnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang baik ialah guru
yang mempunyai hubungan harmonis dengan anak didik. Dalam konsep pendidikan yang
ideal, guru memiliki peran sebagai partner anak didik. Ketika hal itu sudah tercipta, maka
dengan mudah guru mengajarkan kepada peserta didik sehingga dapat diterima karena
peserta didik merasa nyaman dengan guru tersebut.

Dengan adanya permasalahan ini diharapkan kepada pihak penyelenggara pendidikan


lebih memperhatikan siswa. Pihak sekolah lebih memberikan informasi atau sosialisasi
tentang bullying agar pemahaman siswa mengenai perilaku bullying lebih meningkat. Selain
itu pihak sekolah juga melakukan pengawasan pada waktu yang tidak terduga di lokasi yang
berpotensi terjadinya bullying seperti toilet, ruang kelas yang kosong, dan lainnya. Diadakan
juga program anti bullying atau bentuk strategi lainnya yang dirancang untuk meningkatkan
kesadaran terhadap siswa betapa pentingnya lingkungan sekolah yang bebas dari bullying.

Sebaiknya Dinas Pendidikan mengembangkan program anti-bullying dan


menyediakan bullying center sebagai pencegahan sekaligus sebagai penanganan kasus
bullying di sekolah-sekolah. Bagi orangtua hendaknya menjadi panutan yang bersifat positif
bagi anak serta menciptakan hubungan yang hangat antar anggota keluarga.

Sudah saatnya kini pemerintah tidak hanya memperbaiki kualitas system pendidikan
di Indonesia, dengan merubah kurikulum setiap ada perubahan. Akan tetapi perlu adanya
peraturan khusus mengenai tingkah laku siswa, dan pembekalan terhadap guru mengenai
pentingnya pemahaman bullying. Agar kelak diiklim globalisasi yang ganas, putra-putri
Indonesia tidak tumbuh dengan kepribadian yang minder serta tidak ada lagi berita duka di
media massa generasi penerus bangsa yang gugur sia-sia.
Daftar Pustaka

Amri, Amsal. 2017. Studi Filsafat Pendidikan. Banda Aceh: Yayasan Pena.

Permana, Septian Aji. 2017. Filsafat Pendidikan Pengantar Filsafat Pendidikan IPS
Kontemporer. Yogyakarta: Cognitora

Sejiwa. 2008. Bullying. Jakarta: Grasindo

Lestari, Windy Sartika. (2016). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Bullying di Kalangan


Peserta Didik. Social Science Education Journal, 3, 154-155.
Maunah, Binti. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Kepribadian Holistik
Siswa. 7
Sugiariyanti. Perilaku Bullying pada Remaja dan Anak-anak. Jurnal Ilmiah Psikologi, 1, 103-
104
Kasus "Bullying" Anak SMP di Tangsel, Dinas Pendidikan Temukan Adanya
Kekerasan Psikologis

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus "Bullying" Anak SMP di
Tangsel, Dinas Pendidikan Temukan Adanya Kekerasan
Psikologis", https://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/20/11382891/kasus-bullying-
anak-smp-di-tangsel-dinas-pendidikan-temukan-adanya.
Penulis : Andri Donnal Putera

Kasus "Bullying" Anak SMP di Tangsel, Dinas Pendidikan Temukan Adanya Kekerasan
Psikologis ANDRI DONNAL PUTERA Kompas.com - 20/09/2017, 11:38 WIB ilustrasi
remaja((sxc.hu/Martin Walls)) TANGERANG, KOMPAS.com - Pihak Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Tangerang Selatan menemui perwakilan SMA 8 Muhammadiyah Tangsel
dan SMP Negeri 18 Tangsel pada Rabu (20/9/2017) pagi. Pertemuan itu digelar bersama
perwakilan orangtua dan komite sekolah dalam rangka mengusut kasus perundungan atau
bullying oleh sejumlah murid SMA 8 Muhammadiyah terhadap murid SMPN 18, beberapa
waktu lalu. "Kami sudah adakan pertemuan dengan kedua belah pihak, dan dipastikan dalam
kasus ini ada kekerasan psikologis, namun tidak ada kekerasan fisik," kata Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan, Taryono, saat dihubungi Kompas.com,
Rabu pagi. Taryono menjelaskan, bentuk kekerasan psikologis yang didapati dalam kasus ini
adalah ketika murid SMA menyuruh murid SMP untuk membuka pakaian mereka di sebuah
lapangan terbuka. Baca: Dugaan Bullying di Tangsel, Pelajar SMA Lucuti Pakaian Murid
SMP di Lapangan Terbuka Murid SMP yang jadi korban kekerasan secara psikologis itu ada
delapan orang, sedangkan murid SMA yang melakukan perundungan disebut ada dua orang.
"Mereka ini saling kenal dan biasa nongkrong bareng," tutur Taryono. Melalui pertemuan itu,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan meminta pihak sekolah lebih memerhatikan anak
didiknya. Selain itu, terhadap murid yang terlibat, baik pelaku perundungan maupun
korbannya, akan dibina agar kejadian serupa tidak terulang lagi di kemudian hari.
Perundungan itu awalnya terungkap saat pegawai negeri sipil (PNS) di kantor Wali Kota
Tangerang Selatan pada Senin (18/9/2017) kemarin melihat ada sekumpulan anak sekolah
yang berdiri di lapangan terbuka, tanah kosong di belakang kantor Wali Kota.

Anda mungkin juga menyukai