Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Bencana Alam (Banjir)


Sub Pokok Bahasan : Untuk membentuk desa tanggap bencana (Banjir)
Hari : Kamis
Tanggal : 9 November 2017
Pukul : 09.00 – 12.00 WITA
Tempat : Balai Desa Labuan Tabu, Kecamatan Martapura Kota
Kabupaten Banjarmasin.

A. LATAR BELAKANG
2 Juni 2016 hujan deras mengakibatkan banjir memenuhi Prancis dan
Jerman saat itu, kondisi di sejumlah wilayah dua negara ini sangat buruk.
Setidaknya, 9 orang tewas dalam banjir kali ini. Di Prancis 3.000 orang
diungsikan dari daerah paling buruk terlanda banjir. Selain itu, 25.000 orang
sementara hidup tanpa lstrik di Paris. Tingkat air di sungai Seine melampaui
ambang batas, dan banyak perahu di Paris tidak bisa melampaui jembatan-
jembatan karena tingginya permukaan air.
Banjir ini dinyatakan merupakan banjir terparah dalam 100 tahun
terakhir. Museum yang paling banyak dikunjungi dunia, Museum Louvre di
Paris juga ditutup karena memburuknya cuaca yang dapat berpotensi banjir.
Museum Louvre dan Museum D’Orsae pun terpaksa memindahkan karya seni
dari galeri mereka. 3 September 2016 negara komunis di Asia, Korea Utara
pun tak luput dari bencana alam. Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat
sejak Agustus hingga September ini mengakibatkan 133 orang tewas di
wiliyah timur laut Korea Utara.
Selain 395 orang lainnya dinyatakan hilang dan 107 ribu warga harus
mengungsi akibat banyaknya rumah dan bangunan yang hancur. PBB
meyatakan kesulitan untuk memantau perkembangan musibah tersebut karena
Korea Utara yang kian menutup diri dari negara tetangga dan dunia.
Tingginya pembalakkan hutan untuk bahan bakar dan pertanian membuat
negara tersebut rentan tertimpa bencana alam utamanya banjir.
Banjir bandang terjadi pada wilayah Kalimantan Selatan pada tanggal 10
Mei 2016 di dusun Batugah, desa Sengayam, kecamatan Pamukan Barat di
kabupaten Kota Baru. Banjir bandang ini mengakibatkan adanya korban jiwa
yaitu, 3 orang meninggal dunia dan 1 orang hilang. 151 unit rumah
mengalami rusak ringan, 14 unit rumah mengalami rusak berat dan 251
kepala keluarga (900 jiwa) terkena dampak akibat banjir (BNPB,2016).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan ini, diharapkan masyarakat dapat
tanggap akan bencana mengenai banjir dan dapat melakukan pemulihan
setelah terjadi bencana banjir.
2. Tujuan Khusus
a. Masyarakat mampu mengetahui apa penyebab banjir.
b. Masyarakat menjadi tanggap akan tanda-tanda terjadinya bencana
banjir.
c. Masyarakat mampu mengetahui potensi timbulnya bahaya timbulnya
bencana yang lain setelah terjadi bencana banjir.
d. Masyarakat bisa memulihkan kondisi setelah terjadi banjir, baik itu
fisik, psikologis, dan materi.
e. Masyarakat mampu mencegah terjadinya banjir.

C. SASARAN
Sasaran dari penyuluhan ini adalah masyarakat desa Labuan Tabu,
Kecamatan Martapura Kota Kabupaten Banjarmasin.

D. METODE PELAKSANAAN
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
2. Media dan alat
a. Laptop
b. Wireless
c. Pointer
d. LCD
e. Video animasi

E. ALUR KEGIATAN
NO. WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
PENYULUHAN
1. 09.00 – 09.15WITA Pembukaan
1. Pembukaan oleh Mc
Panitia penyuluhan
2. Sambutan ketua panitia
3. Doa pembuka
2. 09.15 – 10.15 WITA Penyajian
1. Penyampaian materi Panitia penyuluhan
2. Pemutaran Video animasi
3. Tanya jawab
4. Kesimpulan Moderator
3. 10.15 – 11.45 WITA Evaluasi Panitia penyuluhan
5. 11.45 – 12.00 WITA Penutup
1. Doa dan salam penutup Panitia penyuluhan
2. Sesi Foto bersama

F. PENGORGANISASIAN
Ketua panitia : M. Chairil Ibnu Saleh
Tugas : Mengatur kesiapan perlengkapan, membukaacara,
mengatur jalannya acara, dan menutupa cara

Penyaji : Dyah Trifianingsih,S.Kep,Ners,M.Kep


Tugas : Menyampaikan materi tentang bencana banjir

Sekertaris : Lika Elsa Nurhana


Tugas : Menyimpulkan materi yang akan dibacakan oleh
moderator dan mencatat pertanyaan dari peserta

Bendahara : Rinni Puspita Sari


Tugas : Mengumpulkan dan mengatur dana untuk seminar

MC : Melinda Putri Utami


Tugas : Memandu jalannya acara

Moderator : Fransiscus Saverius


Tugas : Memandu jalannya penyampaian materi dan
workshop

Observer dan
time kipper : Yuni Hartini
Meobservasi jalannya acara, menilai dan mencatat
perilaku verbal dan non verbal dari peserta serta
mengatur waktu acara
Dokumentasi : Riski Saputra dan Fuad Hadinata
Tugas : Mengambil foto dari kegiatan penyuluhan

Operator : M. Isra Mulyadi


Tugas : Mengoperasikan peralatan saat penyuluhan
berlangsung

Perlengkapan : Arif Hidayat


Tugas : Mengecek dan mempersiapkan perlengkapan yang
diperlukan

Seksi Absensi : Ina Pemberiani


Tugas : Mengatur Absen Peserta

Seksi Konsumsi : Syahida Amilia dan Nomi


Tugas : Mengatur Konsumsi untuk peserta

Pembaca Doa : Khairul Hidayat (Doa pembuka)


Reditya Natarianto (Doa penutup)

G. EVALUASI
Kriteria Evaluasi :
1. Evaluasi Struktur
a. Ketua, sekertaris, penyaji, observer, moderator, dokumentasi, operator,
seksi perlengkapan, seksi absensi, seksi konsumsi dan pembaca doa
melaksankan tugasnya masing-masing.
b. Tersedianya tempat acara penyuluhan, luasnya cukup dan tempatnya
cukup bersih, dilengkapi dengan alat yang memadai. Yaitu : LCD,
Wearless, laptop disediakan oleh pihak kampus. Pointer dan camera
disediakan oleh panitia, dan kondisinya baik dan dapat digunakan saat
proses penyuluhan.
2. Evaluasi Proses

3. Evaluasi Hasil

LAMPIRAN
MATERI

A. DEFINISI BENCANA BANJIR


KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia Banjir ialah bencana alam
yang sering terjadi di banyak kota dalam skala yang berbeda dimana air
dengan jumlah yang berlebih berada di daratan yang biasanya kering.
pengertian banjir adalah berair banyak dan juga deras, kadang-kadang
meluap.
Pengertian banjir merupakan suatu peristiwa yang terjadi saat aliran air
yang berlebihan merendam suatu daratan. Di mata masyarakat, pada
umumnya pengertian banjir merupakan hal yang negatif. Hal ini karena banjir
selalu berkaitan dengan hal-hal yang merugikan sehingga dapat disebut juga
bencana alam. Banjir dapat menyebabkan kerusakan parah, khususnya pada
daerah yang padat penduduk yang berada di bantaran sungai atau daerah-
daerah yang terkena banjir periodik.

B. PENYEBAB TERJADINYA BANJIR


1. Penebangan hutan liar
Penebangan hutan secara liar yang membuat hutan menjadi gundul
merupakan salah satu penyebab banjir. Hal ini karena, akar pohon
memiliki fungsi untuk menyerap air. Oleh sebab itu, jika banyak pohon
yang hilang maka akan dengan mudah terjadi bencana banjir.
2. Buang sampah sembarangan
Penyebab banjir yang satu ini sudah tidak asing lagi. Sampah yang
dibuang sembarang khususnya apabila dibuang di sungai atau aliran air
lainnya dapat menyumbat aliran air tersebut sehingga dapat meluap dan
menyebabkan terjadinya banjir. Pemukiman di bantaran sungai atau aliran
air Pemukiman yang didirikan di bantaran sungai mengakibatkan sungai
tersebut rentan terjadi pendangkalan.

Pendangkalan yang terjadi di sungai karena kebiasaan untuk


membuang sampah ke sungai serta keadaan tanah di kiri kanan bangunan
tersebut dapat saja ambles dan kemudian menutup sisi sungai. Sehingga
sungai menjadi menyempit dan rawan banjir.
3. Dataran rendah
Daerah-daerah yang berada di dataran rendah dapat menyebabkan
banjir, hal ini karena luapan air yang mengalir dari tempat di dataran tinggi
ke rendah sehingga dapat beresiko terkena banjir.
4. Curah hujan yang tinggi
Penyebab banjir ini disebabkan karena faktor cuaca. Apabila terdapat
daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan terjadi berlarut-larut dalam
jangka waktu lama, memiliki resiko yang besar untuk terjadi banjir
terlebih jika berada di dataran rendah.
5. Drainase yang sudah diubah tanpa memperhatikan Amdal
Drainase yang sudah diubah tanpa memperhatikan amdal yang
terlebih di lingkungan perkotaan. Daerah hutan ataupun rawa yang dapat
membantu untuk mencegah atau mengurangi banjir, namun dipakai untuk
membangun mall atau bangunan lainnya sehingga merusak lapisan
atmosfer dan akan mudah beresiko terjadinya banjir.
6. Bendungan yang jebol
Bendungan yang jebol adalah salah satu penyebab banjir disekitar
lingkungan yang daerah tersebut kurang terawat serta mudah dirusak
kelestariannya, dengan memanfaatkan sesuatu yang tidak pada tempatnya
dan juga hasilnya dapat berakibat banjir bandang yang sangat merugikan.
7. Salah sistem kelola tata ruang
Penyebab banjir yang satu ini dapat mengakibatkan air sulit untuk
menyerap serta alirannya lambat. Sementara air yang datang ke wilayah
tersebut jumlahnya akan lebih banyak dari yang biasanya dialirkan
sehingga dapat dengan cepat terjadi banjir.

8. Tsunami
Merupakan jenis banjir air laut yang sangat besar. Tsunami merupakan
penyebab banjir yang sangat merugikan. Tsunami pada umumnya dapat
terjadi dikarenakan pergeseran lapisan lempeng bumi. Tingginya
gelombang tsunami dapat dengan mudah menyapu daerah-daerah yang ada
di sekitarnya hingga dapat menimbulkan banyak kerugian dan korban
jiwa.
9. Tanah yang sudah tidak dapat menyerap air
Tanah yang sudah tidak dapat untuk menyerap air dapat dikarenakan
beberapa faktor, salah satunya karena tanah tersebut sudah jarang
ditemukan lahan hijau ataupun lahan kosong. Sehingga air tidak terserap
ke dalam tanah melainkan langsung masuk ke sungai, danau, selokan, atau
saluran air yang lainnya. Air yang ada dalam jumlah banyak apabila sudah
tidak dapat tertampung oleh saluran air tersebut dapat menggenang serta
menyebabkan banjir

C. LOKASI RAWAN BANJIR


1. Pemukiman di bantaran sungai atau aliran air.
2. Banyaknya pemukiman yang berdiri diatas aliran sungai membuat
pendangkalan sehingga tanah dipinggiran sungai mudah amblas.
D. TANDA DAN GEJALA AKAN TERJADINYA BANJIR
1. Curah hujan dengan intensitas tinggi tanpa adanya penyerapan air yang
baik (hitungan jam atau hari) terutama yang terjadi di daerah hulu.
2. Air sungai menguap dan menggenangi daerah sekitarnya.
3. Tergenangnya air karena tidak mampu filtrasi.
4. Air yang jatuh ke permukaan tidak dapat mengalir dengan baik, karena
drainase tidak dapat berfungsi dengan baik.
5. Air sungai yang mengalir berwarna cokelat kekuningan akibat bercampur
tanah serta membawa berbagai macam sampah dan patahan ranting pohon
dan lainnya.
6. Hewan pengerat tanah keluar dari liangnya.
E. BAHAYA IKUTAN SETELAH TERJADINYA BANJIR
Bahaya ikutan yang ditimbulkan akibat terjadinya banjir adalah tanah
longsor. Disebabkan daerah resapan air yang menyempit dan banyaknya
tanah-tanah yang tandus, sehingga kepadatan tanah tersebut berkurang dan
volume air yang menigkat mengakibatkan erosi tanah dan terjadilah longsor.

F. DAMPAK SETELAH TERJADINYA BANJIR


1. Menyebarnya berbagai bibit-bibir penyakit.
2. Kehilangan harta benda.
3. Pertanian, tanaman, atau ladang yang rusak
4. Menimbulkan banyak korban apabila terjadi banjir bandang.
5. Fasilitas umum, sarana dan prasarana yang menjadi rusak
6. Jarang air karena sebelumnya sudah terkontaminasi dengan banjir.
7. Pohon-pohon yang lama terendam banjir akan mati.
8. Dampaknya dalam jangka panjang, jumlah wisatawan yang datang ke
daerah tersebut akan menurun.
9. Pemulihan kembali wilayah bencana membutuhkan waktu yang lama.
10. Mahalnya biaya untuk membangun sarana dan prasarana yang rusak akibat
banjir.
11. Terjadi kenaikan harga, hal ini karena bahan makanan yang menjadi
langka.

G. PENCEGAHAN TERHADAP BANJIR


1. Menata daerah aliran-aliran air seperti sungai, danau, dan lain sebagainya
sesuai dengan fungsinya.
2. Tidak membuang sampah sembarangan ke danau, sungai, selokan.
3. Tidak membangun rumah ataupun bangunan dibantaran sungai.
4. Perlu dilakukan reboisasi atau penghijauan hutan.
5. Sistem pemantau dan peringatan apabila terjadi bencana harus dibangun di
daerah yang rawan banjir.

H. REHABILITASI SETELAH TERJADI BANJIR


1. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pasca bencana.
Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan : perbaikan lingkungan daerah
bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan
perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan
kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi
budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi
pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
2. Ruang Lingkup Pelaksanaan
Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana Perbaikan lingkungan fisik
meliputi kegiatan : perbaikan lingkungan fisik untuk kawasan pemukiman,
kawasan industri, kawasan usaha dan kawasan gedung. Indikator yang
harus dicapai pada perbaikan lingkungan adalah kondisi lingkungan yang
memenuhi persyaratan teknis, sosial, ekonomi, dan budaya serta ekosistem
3. Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum
Prasarana dan sarana umum adalah jaringan infrastruktur dan fasilitas
fisik yang menunjang kegiatan kehidupan sosial dan perekonomian
masyarakat. Prasarana umum atau jaringan infrastruktur fisik disini
mencakup : jaringan jalan/ perhubungan, jaringan air bersih, jaringan
listrik, jaringan komunikasi, jaringan sanitasi dan limbah, dan jaringan
irigasi/ pertanian.
Sarana umum atau fasilitas sosial dan umum mencakup : fasilitas
kesehatan, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas
perkantoran pemerintah, dan fasilitas peribadatan.

4. Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Masyarakat


Yang menjadi target pemberian bantuan adalah masyarakat korban
bencana yang rumah/ lingkungannya mengalami kerusakan struktural
hingga tingkat sedang akibat bencana, dan masyarakat korban
berkehendak untuk tetap tinggal di tempat semula. Kerusakan tingkat
sedang adalah kerusakan fisik bangunan sebagaimana Pedoman Teknis
(DepPU, 2006) dan/ atau kerusakan pada halaman dan/ atau kerusakan
pada utilitas, sehingga mengganggu penyelenggaraan fungsi huniannya.
Untuk bangunan rumah rusak berat atau roboh diarahkan untuk
rekonstruksi.
Tidak termasuk sasaran pemberian bantuan rehabilitasi adalah rumah/
lingkungan dalam kategori:
a. Pembangunan kembali (masuk dalam rekonstruksi)
b. Pemukiman kembali (resettlement dan relokasi)
c. Transmigrasi ke luar daerah bencana
5. Pemulihan Sosial Psikologis
Pemulihan sosial psikologis adalah pemberian bantuan kepada
masyarakat yang terkena dampak bencana agar dapat berfungsi kembali
secara normal. Sedangkan kegiatan psikososial adalah kegiatan
mengaktifkan elemen-elemen masyarakat agar dapat kembali menjalankan
fungsi sosial secara normal. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja
yang sudah terlatih.
Pemulihan sosial psikologis bertujuan agar masyarakat mampu
melakukan tugas sosial seperti sebelum terjadi bencana, serta tercegah dari
mengalami dampak psikologis lebih lanjut yang mengarah pada gangguan
kesehatan mental.
6. Pelayanan Kesehatan
Pemulihan pelayanan kesehatan adalah aktivitas memulihkan kembali
segala bentuk pelayanan kesehatan sehingga minimal tercapai kondisi
seperti sebelum terjadi bencana.
Pemulihan sistem pelayanan kesehatan adalah semua usaha yang
dilakukan untuk memulihkan kembali fungsi sistem pelayanan kesehatan
yang meliputi : SDM Kesehatan, sarana/prasarana kesehatan, kepercayaan
masyarakat.
7. Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik
Kegiatan rekonsiliasi adalah merukunkan atau mendamaikan kembali
pihak-pihak yang terlibat dalam perselisihan, pertengkaran dan konflik.
Sedangkan kegiatan resolusi adalah memposisikan perbedaan pendapat,
perselisihan, pertengkaran atau konflik dan menyelesaikan masalah atas
perselisihan, pertengkaran atau konflik tersebut.
Rekonsiliasi dan resolusi ditujukan untuk membantu masyarakat di
daerah bencana untuk menurunkan eskalasi konflik sosial dan ketegangan
serta memulihkan kondisi sosial kehidupan masyarakat.
8. Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya
Pemulihan sosial ekonomi budaya adalah upaya untuk memfungsikan
kembali kegiatan dan/ atau lembaga sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat di daerah bencana.
Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya ditujukan untuk
menghidupkan kembali kegiatan dan lembaga sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat di daerah bencana seperti sebelum terjadi bencana.
9. Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
Pemulihan keamanan adalah kegiatan mengembalikan kondisi
keamanan dan ketertiban masyarakat sebagaimana sebelum terjadi
bencana dan menghilangkan gangguan keamanan dan ketertiban di daerah
bencana.

Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan untuk membantu


memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah
bencana agar kembali seperti kondisi sebelum terjadi bencana dan terbebas
dari rasa tidak aman dan tidak tertib.
10. Rekonstruksi Pasca Bencana
a. Pengertian
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-
langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk
membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan
sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun
masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala
aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana.
Rencana Rekonstruksi adalah dokumen yang akan digunakan
sebagai acuan bagi penyelenggaraan program rekonstruksi pasca-
bencana, yang memuat informasi gambaran umum daerah pasca
bencana meliputi antara lain informasi kependudukan, sosial, budaya,
ekonomi, sarana dan prasarana sebelum terjadi bencana, gambaran
kejadian dan dampak bencana beserta semua informasi tentang
kerusakan yang diakibatkannya, informasi mengenai sumber daya,
kebijakan dan strategi rekonstruksi, program dan kegiatan, jadwal
implementasi, rencana anggaran, mekanisme/prosedur kelembagaan
pelaksanaan.
Pelaksana Rekonstruksi adalah semua unit kerja yang terlibat
dalam kegiatan rekonstruksi, di bawah koordinasi pengelola dan
penanggungjawab kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana pada lembaga yang berwenang menyelenggarakan
penanggulangan bencana di tingkat nasional dan daerah.

b. Lingkup Pelaksanaan Rekonstruksi


1) Program Rekonstruksi Fisik
Rekonstruksi fisik adalah tindakan untuk memulihkan
kondisi fisik melalui pembangunan kembali secara permanen
prasarana dan sarana permukiman, pemerintahan dan pelayanan
masyarakat (kesehatan, pendidikan dan lain-lain), prasarana dan
sarana ekonomi (jaringan perhubungan, air bersih, sanitasi dan
drainase, irigasi, listrik dan telekomunikasi dan lain-lain),
prasarana dan sarana sosial (ibadah, budaya dan lain-lain.) yang
rusak akibat bencana, agar kembali ke kondisi semula atau bahkan
lebih baik dari kondisi sebelum bencana.
Cakupan kegiatan rekonstruksi fisik mencakup, tapi tidak
terbatas pada, kegiatan membangun kembali sarana dan prasarana
fisik dengan lebih baik dari hal-hal berikut:
a) Prasarana dan sarana
b) Sarana sosial masyarakat;
c) Penerapan rancang bangun dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana.
2) Program Rekonstruksi Non Fisik
Rekonstruksi non fisik adalah tindakan untuk memperbaiki
atau memulihkan kegiatan pelayanan publik dan kegiatan sosial,
ekonomi serta kehidupan masyarakat, antara lain sektor kesehatan,
pendidikan, perekonomian, pelayanan kantor pemerintahan,
peribadatan dan kondisi mental/sosial masyarakat yang terganggu
oleh bencana, kembali ke kondisi pelayanan dan kegiatan semula
atau bahkan lebih baik dari kondisi sebelumnya

Cakupan kegiatan rekonstruksi non-fisik di antaranya


adalah:
a) Kegiatan pemulihan layanan yang berhubungan dengan
kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
b) Partisipasi dan peran serta lembaga/organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha, dan masyarakat.
c) Kegiatan pemulihan kegiatan perekonomian masyarakat.
d) Fungsi pelayanan publik dan pelayanan utama dalam
masyarakat.
e) Kesehatan mental masyarakat.
11. Pemulihan Fungsi Pemerintahan
Indikator yang harus dicapai pada pemulihan fungsi pemerintahan
adalah :
a. Keaktifan kembali petugas pemerintahan.
b. Terselamatkan dan terjaganya dokumen-dokumen negara dan
pemerintahan.
c. Konsolidasi dan pengaturan tugas pokok dan fungsi petugas
pemerintahan.
d. Berfungsinya kembali peralatan pendukung tugas-tugas pemerintahan.
e. Pengaturan kembali tugas-tugas instansi/lembaga yang saling terkait.

12. Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik


Pemulihan fungsi pelayanan publik adalah berlangsungnya kembali
berbagai pelayanan publik yang mendukung kegiatan/ kehidupan sosial
dan perekonomian wilayah yang terkena bencana.
Pemulihan fungsi pelayanan publik ini meliputi : pelayanan
kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan perekonomian, pelayanan
perkantoran umum/pemerintah, dan pelayanan peribadatan.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pengertian banjir merupakan suatu peristiwa yang terjadi saat aliran air
yang berlebihan merendam suatu daratan. Di mata masyarakat, pada
umumnya pengertian banjir merupakan hal yang negatif.
2. Bahaya ikutan yang ditimbulkan akibat terjadinya banjir adalah tanah
longsor.
3. Pencegahan banjir, yaitu : menata daerah aliran-aliran air seperti sungai,
danau, dan lain sebagainya sesuai dengan fungsinya, tidak membuang
sampah sembarangan ke danau, sungai, selokan, tidak membangun rumah
ataupun bangunan dibantaran sungai, perlu dilakukan reboisasi atau
penghijauan hutan, dan sistem pemantau dan peringatan apabila terjadi
bencana harus dibangun di daerah yang rawan banjir.
B. SARAN
Bencana banjir yang selama ini terjadi di indonesia telah membawa
kerugian yang sangat besar. Melihat kondisi ini, maka pencegahan banjir
adalah hal yang mutlak dan harus dilakukan oleh seluruh warga negara
Indonesia guna mencegah dan meminimalkan dampak yang akan terjadi
akibat bencana banjir.
Adapun hal-hal yang harus kita lakukan untuk mencegah bencana banjir
adalah sebagai berikut :
1. Menghentikan penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi.
2. Mencegah terjadinya pendangkalan sungai.
3. Tidak membuang sampah sembarangan termasuk di aliran sungai.
4. Membuat saluran air yang memadai.
5. Membuat tanggul yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arie, S (2009). Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta : Kanisius

http://erni-jasmita.co.id/2014/01/pemulihan-pasca-bencana.html
Diakses tanggal 19 Oktober 2017

http://woocara.co.id/2016/02/pengertian-banjir-penyebab-akibat-macam-
macam.html
Diakses tanggal 19 Oktober 2017

https://www.bnpb.go.id/uploads/publication/Info_Bencana_Oktober_Edit1.pdf
Diakses tanggal 19 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai