Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

EFEKTIVITAS SENAM OTAK TERHADAP DAYA INGAT JANGKA

PENDEK PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI

SEJAHTERA BANJARBARU

2018

Oleh :

DWI ANUGRAHNI PUJI ASTUTI

113063C114044

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60 tahun keatas yang

menjadi tua dan mengakibatkan timbulnya berbagai masalah kesejahteraan

dihari tua. Banyak fenomena yang terjadi dikalangan lansia , terutama

masalah yang terjadi akibat proses penuaan pada lansia.

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama

di bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang

mampu membantu mengatasi berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan

angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi

dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya,

jumlah penduduk lansia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih

cepat dan pesat.

Secara global pada tahun 2013 jumlah dari populasi penduduk berusia

lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan

jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia

harapan hidup. Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup

orang di dunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan

pada tahun 2013 menjadi 71 tahun. Jumlah lansia di Indonesia juga

bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada tahun 2011 menunjukan lansia

berjumlah 7,69% dari total populasi, tahun 2013 menjadi 8,1% dan pada

tahun 2015 didapatkan jumlah lansia sebesar 8,69% dari total populasi

(WHO, 2015).
Di Indonesia, jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang

lebih 19 juta (8,9%) dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Tahun 2010

sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada

tahun 2020 di perkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan

hidup 71,1 tahun. Jumlah tersebut termasuk terbesar ke empat setelah China,

India dan Jepang (Badan Pusat Statistik, 2010)

Menurut Dinas Kesehatan kota Banjarmasin pada tahun 2016 angka

pertumbuhan lansia di Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 57.272 orang.

Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru didapatkan data

pada tahun 2017 jumlah lansia 110 orang dimana perempuan berjumlah 54

orang dan laki-laki berjumlah 56 orang dengan usia harapan hidup 86 tahun.

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka akan mengalami

penurunan fungsi kemampuan kognitif dan psikomotor akibat proses menua.

Proses menua yaitu menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita (Darmojo, 2004).

Fenomena menua juga terjadi pada sel-sel otak. Hal ini berakibat pada

proses berpikir yang menjadi lamban, sulit berkonsentrasi, dan kemampuan

daya ingat menurun. Daya ingat adalah kemampuan individu untuk

menyimpan, memproses dan memunculkan kembali pengalaman, data,

informasi yang telah didapatkan dan diketahui, sehingga daya ingat

memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi persepsi maupun

berpikir. Apabila penurunan daya ingat ini tidak diatasi tentunya menjadi
masalah pada lansia. Dampak dari penurunan daya ingat tersebut antara lain

gangguan dalam aktivitas sehari-hari maupun gangguan dalam berkomunikasi

dan berhubungan dengan orang sekitar. Dampak yang lebih lanjut lagi adalah

ketidakmampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol emosi, perubahan

tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi (Muharyani,2010).

Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan pada tanggal 26 Oktober

2017 di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru yang

dilakukan dengan wawancara kepada petugas poliklinik mengatakan ada

lansia yang mengalami penurunan daya ingat. Selanjutnya peneliti melakukan

wawancara kepada 7 orang lansia. Hasil wawancara 4 orang lansia

mengatakan sering lupa menaruh barang pribadi, ada lansia yang tidak ingat

nama teman satu wismanya, 5 orang lansia tidak bisa menjawab bahkan salah

menjawab hari, 4 lansia mengatakan lupa dan tidak bisa menyebutkan

kembali nama peneliti serta 2 lansia salah menyebutkan benda yang

ditunjukkan.

Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru belum ada

kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh panti sosial untuk mengatasi

masalah daya ingat tersebut. Dampaknya ada sebagian lansia yang aktivitas

sehari-harinya memerlukan bantuan petugas di panti sosial.

Penanganan lansia yang mengalami penurunan kemampuan daya ingat

antara lain dapat melalui terapi farmakologis berupa obat-obatan baik herbal

maupun kimia, serta melalui terapi non- farmakologis berupa terapi suportif,

terapi reminiscent, terapi Reality Orientation Training (ROT), psikoterapi,


terapi rekreasi, brain movement and exercise (gerak dan latihan otak)

(Srinalesti, 2015).

Senam otak adalah serangkaian latihan yang berbasis gerakan tubuh

sederhana. Dengan senam otak dapat memperlancar aliran darah dan oksigen

ke otak, juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja. Gerakan-gerakan

ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan

rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus

tersebut dapat meningkatkan memori, kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan,

persepsi, belajar, pemecahan masalah dan kreativitas, menyelaraskan

kemampuan beraktivitas, berpikir pada saat bersamaan, meningkatkan

keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika,

mengoptimalkan fungsi kinerja panca indra, serta menjaga kelenturan dan

keseimbangan tubuh (Setyoadi dan Kushariyadi,2011).

Penelitian Dwi Ayu Panglipurethias, tahun 2016 berjudul “Pengaruh

Senam Latih Otak (Brain Gym) Terhadap Tingkat Depresi Lansia di

Posyandu Lansia Aji Yuswa Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul”

memberikan intervensi senam otak 3 kali perminggu selama 3 minggu dengan

durasi 20 menit setiap pertemuannya, dengan hasil penelitian terdapat

pengaruh senam otak terhadap penurunan skor depresi pada lansia. Penelitian

lain dari Feni Tri Andani, tahun 2016 yang berjudul “Pengaruh Senam Otak

(Brain Gym) Terhadap Kejadian Demensia Pada Lansia Di Balai Pelayanan

Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan Bantul”

melakukan senam otak sebanyak 8 kali dalam 3 minggu, hasil penelitian


terdapat pengaruh dari senam otak terhadap kejadian demensia di BPSTW

Yogyakarta Unit Budi Luhur.

Berdasarkan pembahasan diatas untuk mencegah dampak yang akan

terjadi dari penurunan daya ingat dan memperbaiki kualitas hidup lansia

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas senam

otak terhadap daya ingat jangka pendek pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.

B. RUMUSAN MASALAH

Pada masa lansia akan terjadi berbagai perubahan, salah satunya

perubahan ingatan (memory). Perubahan ingatan (memory) menyebabkan

penurunan daya ingat. Dampak dari penurunan daya ingat tersebut antara lain

gangguan dalam aktivitas sehari-hari maupun gangguan dalam berkomunikasi

dan berhubungan dengan orang sekitar. Dampak yang lebih lanjut lagi adalah

ketidakmampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol emosi, perubahan

tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi. (Muharyani,2010).

Sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan daya ingat. Upaya tersebut

dapat dilakukan secara non farmakologi salah satunya senam otak (Srinalesti,

2015).

Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah ”Bagaimana Efektivitas Senam Otak Terhadap Daya Ingat Jangka

Pendek Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera

Banjarbaru?”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas senam otak terhadap peningkatan daya ingat
jangka pendek pada lansia di panti sosial tresna werdha budi sejahtera
banjarbaru.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi daya ingat jangka pendek pada lansia sebelum
diberikan intervensi senam otak.
b. Mengidentifikasi daya ingat jangka pendek pada lansia sesudah
diberikan intervensi senam otak.
c. Mengidentifikasi efektivitas senam otak terhadap daya ingat jangka
pendek pada lansia.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah
wawasan tentang efektifitas senam otak terhadap peningkatan daya ingat
jangka pendek pada lansia di panti sosial tresna werdha budi sejahtera
banjarbaru.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Profesi Perawat
Diharapkan hasil penelitian ini nantinya akan memberikan
informasi tambahan bagi perawat serta masukan bagi perawat agar
dapat mengembangkan asuhan keperawatan khususnya keperawatan
gerontik guna meningkatkan daya ingat jangka pendek pada lansia.
b. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha
Diharapkan hasil dari penelitian ini nantinya dapat dipergunakan
sebagai dasar untuk meningkatkan asuhan keperawatan secara optimal
dan juga menambah informasi dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan pada lansia dalam meningkatkan atau mempertahankan daya
ingat jangka pendek pada lansia dan mengaplikasikan dalam program
kegiatan untuk lansia di panti werdha.
c. Bagi Institusi STIKES Suaka Insan
Sebagai referensi untuk meningkatkan pembelajaran dan
pengetahuan mengenai lansia serta dapat menambah pustaka tentang
lansia diperpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan
Banjarmasin.
d. Bagi Penelitian Lain
Penelitian ini dapat menambah wawasan serta referensi bagi
peneliti lainnya mengenai masalah efektivitas senam otak terhadap
daya ingat jangka pendek pada lansia.

E. KEASLIAN PENELITIAN
Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan penulis terhadap
beberapa penelitian. Adapun beberapa penelitian yang pernah dilakukan
berkaitan meliputi :
1. Sri Handayani (2013). Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan
Kemampuan Kognitif Lanjut Usia di Posyandu Lansia Desa Wonosari
Trucuk Klaten. Desain penelitian menggunakan dengan rancangan Quasi
Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Grup. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 36 lansia. Teknik sampel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu purposive sampling sesuai dengan kriteria
inklusi. Senam otak dilakukan 3 kali seminggu selama 4 minggu.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu MMSE (Mini Mental
State Exam) untuk mengukur kemampuan kognitif lansia. Hasil penelitian
dengan analisis menggunakan t-test independent dan menunjukkan secara
signifikan peningkatan kemampuan kognitif pada lansia setelah diberikan
senam otak. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah memiliki variabel yang sama pada senam otak, teknik
sampel dan instrument yang digunakan. Perbedaan dalam penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah desain penelitian, waktu
penelitian, tempat penelitian dan durasi pemberian intervensi senam otak.
2. Feni Tri Andini (2016). Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap
Kejadian Demensia Pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan Bantul. Penelitian ini
menggunakan metode pre-experiment dengan rancangan one group pretest
posttest. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 Mei 2016 sampai dengan
2 Juni 2016 di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta.
Populasi sebanyak 28 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode
total sampling. Senam otak dilakukan sebanyak 8 kali dalam 3 minggu.
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner Mini Mental State
Examination (MMSE). Uji normalitas data menggunakan shapirow wilk.
Analisis data menggunakan uji paired t-test. Hasil tersebut menunjukkan
ada pengaruh senam otak terhadap kejadian demensia. Persamaan dalam
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel
senam otak, metode penelitian, dan instrument yang digunakan. Perbedaan
dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
variabel kejadian demensia, waktu penelitian, tempat penelitian, teknik
pengambilan sampel dan durasi pemberian intervensi senam otak.
3. Agus Martini (2016). Pengaruh Senam Otak Terhadap Perubahan Daya
Ingat (Fungsi Kognitif) Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdga Mulia
Dharma Kubu Raya. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan quasy
experiment dengan time series design. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Populasi target dalam penelitian ini
adalah lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif ringan, sedangkan
populasi terjangkaunya adalah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia
Dharma Kubu Raya yang mengalami gangguan fungsi kognitif ringan.
Sampel penelitian berjumlah 26 responden. Penilaian skor fungsi kognitif
menggunakan Kuesioner Montreal Cognitife Assesment Versi Indonesia
(Mo-Ca-Ina) untuk membandingkan skor fungsi kognitif sebelum dan
sesudah dilakukan senam otak. Intervensi senam otak diberikan tiga kali
dalam satu bulan yaitu dari tanggal 5-28 Pebruari 2016. Analisis data
diambil menggunakan uji repeated ANOVA. Terdapat peningkatan
bermakna skor fungsi kognitif antara sebelum dan sesudah senam otak.
Persamaan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan sampel.
Perbedaan dalam penelitian ini adalah desain penelitian, instrument yang,
waktu penelitian, tempat penelitian pun berbeda, dan durasi pemberian
intervensi senam otak.

Anda mungkin juga menyukai