Anda di halaman 1dari 6

1. Sifat Dasar Ingatan.

Para psikolog mendefinisikan ingatan (memory) sebagai penyimpan


informasi atau para pengalaman seiring dengan berjalannya waktu. Ingatan
terjadi melalui tiga proses penting: enconding, penyimpanan, dan retrieval.
Agar ingatan bekerja, kita harus mengambil informasi (mengodekan apa yang
dilihat dan suara pada malam itu), menyimpannya atau merepresentasikannya
dengan cara tertentu (menyimpannya dalam sebuah gudang mental tertentu),
dan mengambil kembali untuk tujuan tertentu dimasa yang akan datang.

Ketika ingatan kita tidak bekerja, atau pada situasi ketika orang yang kita
kenal mengalami kehilangan ingatan, kita tidak pernah memikirkan bahwa
seluruh hal yang kita katakan atau kerjakan tergantung dari lancarnya kerja
ingatan kita. Misalnya seperti pelayan restoran. Ia telah menerima pesanan
kita—menanyakan apa dan bagaimana menu akan disajikan. Untuk melakukan
hal ini, ia harus mengodekan informasi setiap pelanggan dan setiap pesanan. Ia
mungkin melihat wajah setiap wajah pelanggan dan mengasosiasikan wajah
mereka dengan menu yang dipesan. Tanpa mencatat apapun, ia harus
menyimpan informasi ini, setidaknya sampai ia menyampaikan pesan ini ke
dapur atau ke komputer. Ia mungkin menulang-ulang di pikirannya ketika ia
berjalan menuju belakang restoran. Ketika ia menyajikan pesanan diatas meja,
ia harus secara akurat mengambil kembali informasi siapa memesan apa.

2. Encoding Ingatan.

Encoding adalah sebuah proses saat informasi masuk kedalam


penyimpanan ingatan. Ketika anda mendengarkan kuliah, menonton film,
mendengarkan musik, atau berbincang dengan teman, anda mengodekan
informasi ke dalam ingatan. Dalam pengalaman sehari-hari, encoding memiliki
banyak persamaan dengan pembelajaran.

Sebagian informasi masuk ke dalam ingatan nyaris secara otomatis,


sedangkan encoding sebagian informasi yang lain mungkin membutuhkan
usaha.
Atensi

Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak terbatas. Keterbatasan


ini berarti kita harus secara selektif memperhatikan sebagian hal dari
lingkungan dan mengabaikan yang lain (Knudsen,2007).

Atensi terbagi (divided attention) juga memengaruhi encoding ingatan. Diteliti


oleh para ilmuwan yang meminta para subjek penelitian untuk mengingat
sebuah set benda tersebut, seperti daftar kata atau detail cerita
(Schacter,2001). Pada saat yang bersamaan ketika mereka diminta mengode
informasi ini, para subjek penelitian harus melakukan tugas tambahan yang
mengalihkan perhatian mereka dari tugas awal. Sebagai contoh, mereka
diminta untuk mengamati serangkaian nada dan diminta melapor ketika
mereka mendengar nada tinggi-atau nada rendah, pada saat yang bersamaan
disaat mereka mencoba mengingat daftar kata atau cerita. Dalam serangkaian
penelitian seperti ini, individu yang dimungkinkan untuk memberikan seluruh
atensi mereka pada informasi yang diminta untuk diingat kinerja yang jauh
lebih baik pada tes ingatan mengenai informasi tersebut dibandingkan dengan
mereka yang mengalami atensi terbagi.

Tingkat Pemrosesan.

Konsep tingkat pemrosesan (level of processing) merujuk pada ide bahwa


encoding terjadi pada sebuah rangkaian dari dangkal ke dalam, dengan
pemrosesan yang lebih dalam menghasilkan ingatan yang lebih baik.

 Tingkat dangkal: Fitur fisik atau sensoris dari rangsangan dianalisis.


Sebagai contoh, kita mendeteksi garis, sudut, dan kontur dari huruf yang
dicetak atau mendeteksi frekuensi bunyi, durasi, dan kekerasan.
 Tingkat menegah: Rangsangan dikenali dan diberi label. Sebagai contoh,
kita mengenali benda berkaki empat yang menggonggong sebagai
anjing.
 Tingkat terdalam: Informasi diproses secara semantik, sesuai dengan
maknanya.
Sejumlah penelitian telah memperlihatkan bahwa ingatan seseorang akan
meningkat ketika mereka melakukan asosiasi terhadap rangsangan dan
menggunakan pemrosesan dalam, dibandingkan dengan hanya
memperhatikan aspek fisik rangsangan dan menggunakan pemrosesan
dangkal.

Elaborasi.

Para psikolog kognitif telah menyadari bahwa seberapa baik encoding


ingatan tidak hanya tergantung pada seberapa dalam pemrosesan. Dalam
sebuah pemrosesan dalam, semakin luas pemrosesan, semakin baik ingatan
(Kellogg,2007). Elaborasi (elaboration) adalah keluasan pemrosesan pada
setiap tingkat.

Satu alasan mengapa elaborasi menghasilkan ingatan yang baik karena hal ini
menambahkan kekhasan (distinctiveness) pada “kode ingatan” (Ellis,1987).
Dengan mengelaborasi sebuah pengalaman, kita menciptakan representasi
yang sangat unik mengenai hal ini dalam ingatan.

Proses pencarian akan lebih mudah jika kode ingatan bersifat unik (Hunt
& Kelly,1996). Ketika encoding menjadi lebih elaboratif, semakin banyak
informasi yang disimpan. Semakin banyak informasi yang disimpan, semakin
mungkin bahwa kode yang disimpan lebih khas—sehingga lebih mudah
dibedakan dari kode ingatan lain.

Imajinasi.

Salah satu cara yang paling baik untuk membuat sebuah ingatan khas
adalah dengan menggunakan imajinasi mental (Murray, 2007; Quinn &
McConnell, 2006). Psikolog Alexander Luria (1968) mencatat kehidupan S.,
yang keunikan imajinasi visualnya memungkinkannya untuk mengingat detail
yang luar biasa. Luria berkenalan dengan S. pada tahun 1920 di Rusia. Luria
memulai dengan sebuah penelitian sederhana mengenai ingatan S. Sebagai
contoh, ia meminta S. untuk mengingat seragkaian kata atau angka, metode
standar untuk menguji kemampuan ingatan. Luria menyimpulkan bahwa S.
tidak memiliki batasan yang jelas tentang kemampuannya mengingat.

S. tentunya mewakili kasus langka mengenai kemampuan mnemonic—


yaitu kemampuan dalam mengingat. Namun, imajinasi berfungsi sebagai alat
yang sangat berguna dalam encoding.

Penelitian klasik oleh Allan Paivio(1971, 1986, 2007) mendokumentasikan


bagaimana imajinasi dapat meningkatkan ingatan. Paivio berpendapat bahwa
ingatan disimpan dengan satu dari dua cara: sebagai kode verbal (kata atau
label) dan kode gambar. Paivio berpendapat bahwa kode gambar yang sangat
detail dan khas menghasilkan ingatan yang lebih baik. Hipotesis kode ganda-
nya (dual code hypothesis) mengatakan bahwa ingatan terhadap gambar jauh
lebih baik dibandingkan ingatan terhadap kata, karena gambar—setidaknya
yang bisa diberi nama—disimpan sebagai kode verbal dan kode gambar. Oleh
karena itu kita memiliki dua bagian untuk mengambil kembali informasi.

3. Penyimpanan Ingatan

Bukan hanya kualitas encoding yang memengaruhi kualitas ingatan.


Ingatan juga harus disimpan dengan baik setelah dikodekan. Penyimpanan
(storage) mencakup bagaimana informasi dipertahankan seiring dengan waktu
dan bagaimana informasi direpresentasikan dalam ingatan.

Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (1968) memformulasikan teori awal


tentang ingatan yang mengenali adanya rentang hidup ingatan yang berbeda.
Teori Atkinson-Shiffrin (Atkinson-Shiffrin theory) menyatakan bahwa
penyimpanan ingatan melibatkan tiga sistem yang berbeda:

 Ingatan sensoris: rentang waktu sepersekian detik samapai beberapa


detik
 Ingatan jangka pendek: rentang waktu sampai 30 detik
 Ingatan jangka panjang: rentang waktu sampai seumur hidup

Setiap jenis ingatan beroperasi dengan cara yang berbeda dan memiliki tujuan
khusus.
Ingatan Sensoris

Ingatan sensoris menyimpan informasi dari dunia dalam bentuk sensoris


aslinya dalam sekejap. Ingatan sensoris sangat kaya dan detail, tetapi informasi
ini akan hilang dengan cepat kecuali kita menggunakan strategi tertentu untuk
menyalurkannya ke ingatan jangka pendek atau jangka panjang.

Bayangkan penglihatan dan suara yang anda dengar ketika anda


memasuki ke sebuah kelas di sebuah kelas pagi yang biasa. Ribuan rangsangan
masuk ke medan penglihatan anda dan pendengaran—bunyi di lorong, suara
motor, langit biru, atau wajah ratusan orang. Anda tidak memproses
keseluruhan stimulus ini, tetapi anda memproses beberapa diantaranya.
Secara umum, anda memproses lebih banyak rangsangan pada tingkat sensoris
dari yang anda sadari. Ingatan sensoris memperoleh informasi ini dari indra
anda, termasuk proporsi terbesar mengenai apa yang anda abaikan.

Namun, ingatan sensoris tidak mempertahankan informasi ini untuk


waktu yang lama. Memori echoic (echoic memory) (echoic dari asal kata echo)
adalah nama yang diberikan untuk ingatan sensoris auditori, yang
dipertahankan hingga beberapa detik. Memori iconic (iconic memory) (iconic
dari asal kata icon, yang berarti “gambar”) adalah nama yang diberikan untuk
ingatan sensoris visual, yang hanya dipertahankan selama sekitar seperempat
detik. Ingatan sensoris visual yang bertanggung jawab terhadap kemampuan
kita “menulis” diudara dengan menggunakan kembang api pada perayaan
kemerdekaan—memori iconic yang tersisalah yang membuat titik bergerak
cahaya terlihat seperti sebuah garis.

Penelitian ilmiah pertama mengenai ingatan sensoris memusatkan pada


memori iconic. Para penelitian klasik dari George Sperling (1960), para subjek
penelitian diberikan pola rangsangan. Ketika anda melihat huruf-huruf
tersebut, anda tidak mengalami kesulitan mengenalinya. Namun, Sperling
menampilkan huruf-huruf tersebut dalam interval yang sangat singkat, hanya
sekitar 1/20 detik. Setelah pola ditampilkan pada layar, para subjek penelitian
hanya dapat melaporkan empat atau lima huruf. Dengan pemaparan yang
sangat singkat ini, mustahil untuk mengetahui keseluruhan sembilan huruf.

Sebagian subjek penelitian dalam penelitian Sperling melaporkan bahwa


mereka merasa untuk sekejap dapat melihat kesembilan huruf ketika
ditampilkan dengan sangat cepat tersebut. Namun, mereka menemui kesulitan
ketika diminta menyebutkan kesembilan huruf yang telah mereka lihat.

Anda mungkin juga menyukai