PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui dampak psikososial bencana pada wanita dan lansia
b. Untuk mengetahui terapi psikososial pada wanita dan lansia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kekurangan energi. Mereka menjadi mudah lupa ataupun mudah menangis.
Kadang-kadang, korban muncul dalam keadaan kebingungan, histeris ataupun
gejala psikotik seperti delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, dan terlalu perilaku
tidak teratur juga dapat muncul.
3
Perilaku
Menarik diri, sulit tidur, putus asa, ketergantungan, perilaku lekat yang
berlebihan atau penarikan social, sikap permusuhan, kemarahan, merusak diri
sendiri, perilaku impulsif dan mencoba bunuh diri
4
d. Generalized Anxiety Disorder
Meliputi: Kecemasan yang berlebihan dan khawatir tentang berbagai
peristiwa ataupun kegiatan (tidak terbatas bencana). Cemas berlebihan saat air
tidak mengalir, seseorang tidak muncul tepat waktu
Dukacita Eksrim
Biasanya, setelah kematian orang yang dicintai. Seringkali respon pertama
adalah penyangkalan. Kemudian, mati rasa dan kadang kemarahan.
5
Dampak Bencana Pada Komunitas
Bencana tidak hanya berdampak pada pribadi tapi juga pada komunitas.
Paska bencana dapat saja tercipta masyarakat yang mudah meminta (padahal
sebelumnya adalah pekerja yang tangguh), masyarakat yang saling curiga
(padahal sebelumnya saling peduli), masyarakat yang mudah melakukan
kekerasan (padahal sebelumnya cinta damai). Bencana yang tidak ditangani
dengan baik akan mampu merusak nilai-nilai luhur yang sudah dimiliki
masyarakat.
Saat korban dipaksa untuk meninggalkan tanah mereka dan bermigrasi di
tempat lain, tanpa pelatihan dan bekal yang memadai, tidak hanya kehidupan
mereka yang terancam, namun juga identitas dirinya. Mereka dipaksa menjadi
peladang padahal sepanjang hidupnya adalah nelayan, ataupun sebaliknya.
Sebagai akibat jangka panjangnya, konflik perkawinan meningkat, kenaikan
tingkat perceraian pada tahun-tahun setelah bencana dapat terjadi dan juga
meningkatnya kekerasan intra-keluarga (kekerasan pada anak dan pasangan).
Pemberian bantuan yang tidak terpola pada akhirnya merusak etos kerja
mereka dan terjadi ketergantungan pada pemberi bantuan. Bencana fisik bisa
menghancurkan lembaga masyarakat, seperti sekolah dan komunitas agama, atau
dapat mengganggu fungsi mereka karena efek langsung dari bencana pada orang
yang bertanggung jawab atas lembaga-lembaga, seperti guru atau imam
6
penyesuaian satu individu dengan individu lainnya akan mengalami kendala. Hal
tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya:
a. Gambaran umum tentang dirinya,
b. Dukungan sosial yang diterimanya,
c. Kapasitas berpikir dan penyesuaian diri,
d. Tingkat keparahan,
e. Pengalaman traumatik
Selain itu, korban bencana akan mengalami perubahan dalam kepribadian
yang berpengaruh pada tingkat fungsi dan hubungan dengan lingkungan
sekitarnya dan bahkan mereka tidak mampu menata kembali hidup mereka.
Sebagian besar dari korban bencana mengalami gejala temporer. Gejala yang
paling popular adalah stres dan stres paska trauma yang seringkali menghinggapi
korban-korban bencana. Stres terjadi karena adanya situasi eksternal atau internal
yang memunculkan tekanan atau gangguan pada keseimbangan hidup individu.
Kaum perempuan di daerah bencana karena hidup dengan kondisi yang lebih
buruk dari sebelumnya maka memunculkan perasaan gelisah, sedih, tak berdaya
dan bingung. Harapan hidupnya seolah-olah hilang. Depresi akan mucul akibat
ketidakmampuan melakukan perubahan. Individu dan komunitas mengalami situsi
belajar dari pengalaman dan situasi hidup bahwa mereka tidak mampu
mengatasinya. Trauma yang muncul ini bersifat kolektif dan memberikan dampak
psikososial.
Beberapa gejala yang pada umumnya muncul akibat bencana adalah sebagai
berikut:
1. Ingatan yang senantiasa mencengkeram berbagai bayangan tentang trauma
2. Perasaan seolah-olah trauma muncul kembali
3. Mimpi buruk
4. Gangguan tidur
5. Gangguan makan (muntah/mual)
6. Gangguan saat mengingat traumna
7. Ketakutan
8. Kewaspadaan yang berlebih
9. Kesulitan mengendalikan emosi
7
10. Kesulitan berkonsentrasi
8
Mengembangkan jangkauan layanan untuk mengidentifikasi mereka yang
masih membutuhkan pertolongan psikologis.
Menyediakan "debriefing" dan layanan lainnya untuk penyintas bencana
yang membutuhkan.
Mengembangkan layanan berbasis sekolah dan layanan komunitas lainnya
berbasis lembaga.
Fase Rekonstruksi
Melanjutkan memberikan layanan psikologis dan pembekalan bagi
pekerja kemanusiaan dan penyintas bencana.
Melanjutkan program reseliensi untuk antisipasi datangnya bencana lagi.
Pertahankan "hot line" atau cara lain dimana penyintas bisa menghubungi
konselor jika mereka membutuhkannya.
Memberikan pelatihan bagi profesional dan relawan lokal tentang
pendampingan psikososial agar mereka mampu mandiri.
9
2. Merawat dan menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun psikis
3. Melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai yang dapat mengalihkan dari
pikiranpikiran akan kejadian, baik dilakukan sendiri maupun secara
berkelompok
4. Belajar Ketrampilan Baru
5. Mencoba iklas dan mendekatkan diri kepada-Nya
10
d. Aktivitas Psikososial pada lansia
1. Berikan keyakinan yang positif
2. Dampingi pemulihan fisiknya dengan melakukan kunjungan berkala
3. Berikan perhatian yang khusus untuk mendapatkan kenyamanan pada
lokasi penampungan
4. Bantu untuk membangun kembali kontak dengan keluarga maupun
lingkungan sosial lainnya
5. Dampingi untuk menapatkan pengobatan dan bantuan keuangan
11
Terapi Aktivitas dan exercise pada lansia
Melakukan latihan fisik secara teratur dengan tujuan meningkatkan
kesehatan, bisa dilakukan individu dan kelompok.
12
BAB III
SKENARIO
Pelaksanaan Kegiatan :
1. Topik
Jenis terapi trauma healing : Terapi relaksasi otot
2. Sasaran : Lansia korban gempa dengan rentang usia diatas 65 tahun
3. Metode
Diskusi
Terapi
4. Media dan Alat
Lapangan
a) Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Kamis, 2 Januari 2014
Waktu : 08.00-09.00 WIB
Tempat : Ruang Kelas
13
b) Pengorganisasian
Leader : Aisa
Fasilitator : Gengy Yogo
Ibu 1 : Sonya Dewi Finanti
Ibu 2 : Lutfiyah
Bapak 1 : Indra Hermawan
Bapak 2 : Choirul Umam
14
STRATEGI KOMUNIKASI
15
Leader : “Selama 30 menit ke depan, kami akan membantu Ibu-
ibu/Bapak/Bapak dalam relaksasi otot tersebut”
16
10. Tegangkan bibir Ibu-ibu/Bapak dengan memonyongkan mulut Ibu-
ibu/Bapak, 1….2…..3…4...5.... Ok sekarang kembali santai. ulangi lagi dua kali
11. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
12. Angkat kedua bahu Ibu-ibu/Bapak, bernapaslah dengan normal,
1….2…..3…4...5.... Sekarang jatuhkan tangan. ulangi lagi dua kali
13. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
14. Sekarang, kepalkan keras-keras tangan Ibu-ibu/Bapak, . Rasakan tegangan
yang terjadi. Hitung sampai lima, pada hitungan kelima lepaskan kepalan Ibu-
ibu/Bapak. ulangi lagi dua kali
15. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
16. Angkat tangan Ibu-ibu/Bapak lagi, lengkungkan jari-jari Ibu-ibu/Bapak ke
belakang mengarah ke tubuh Ibu-ibu/Bapak. 1….2…..3…4...5... lepaskan dan
santai. ulangi lagi dua kali
17. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
18. Sekarang lengkungkan punggung Ibu-ibu/Bapak ke belakang. Tahan.
Pastikan tangan Ibu-ibu/Bapak santai, 1….2…..3…4...5.... Sekarang lepaskan.
ulangi lagi dua kali
19. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
20. Bungkukkan punggung Ibu-ibu/Bapak ke depan. Tahan dan pastikan Ibu-
ibu/Bapak bernapas dengan normal dan kedua tangan Ibu-ibu/Bapak tetap santai,
1….2…..3…4...5.... Sekarang kembali santai. ulangi lagi dua kali
21. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
22. Palingkan kepala Ibu-ibu/Bapak ke kanan dan tegangkan leher Ibu-ibu/Bapak
1….2…..3…4...5.... Santai, dan kembalikan posisi kepala Ibu-ibu/Bapak ke posisi
semula. ulangi lagi dua kali
17
23. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
24. Palingkan kepala ke kiri tegangkan leher Ibu-ibu/Bapak, 1….2…..3…4...5....
Santai sekarang kembalikan posisi kepala ke posisi semula. ulangi lagi dua kali
25. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
26. Sekarang tundukkan kepala Ibu-ibu/Bapak hingga hampir menyentuh dada.
Tahan. Sekarang kembalikan posisi kepala Ibu-ibu/Bapak. ulangi lagi dua kali
27. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
28. Sekarang hirup udara dan simpan di dada, sehingga dada Ibu-ibu/Bapak
membesar, tahan 1…2…3….4...5.. (ulangi dua kali)
29. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
30. Pertahankan relaksasi ini, angkat kedua tungkai Ibu-ibu/Bapak 1….2…..3…
4...5... Sekarang turunkan.
31. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
32. Sekarang lengkungkan jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak mengarah ke tubuh Ibu-
ibu/Bapak. Lengkungkan sekeras mungkin. 1….2…..3…4...5...
33. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
34. Lengkungkan jari Ibu-ibu/Bapak ke arah sebaliknya. Perhatikan
tegangannya1….2….3. Sekarang santai kembali.
35. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
36. Santai, sekarang lengkungkan jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak, sekeras mungkin.
Ok relaks.
Ini mengakhiri secara resmi prosedur relaksasi ini. Sekarang eksplorasi tubuh Ibu-
ibu dan Bapak-bapak dari kaki ke atas. Pastikan setiap otot santai.
18
1. Pertama jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak, tungkai Ibu-ibu/Bapak…, pantat Ibu-
ibu/Bapak…. perut Ibu-ibu/Bapak… bahu Ibu-ibu/Bapak… leher Ibu-
ibu/Bapak… mata Ibu-ibu/Bapak… dan terakhir dahi Ibu-ibu/Bapak
2. Nah, sepertinya semua sudah santai sekarang. Tetaplah duduk (atau
berbaringlah) di sana, perhatikan pada rasa hangat yang dihasilkan oleh
relaksasi ini. Tahan keadaan ini (kira-kira 1 menit). Sekarang saya akan
menghitung dari satu sampai lima. Saat sampai hitungan ke lima saya
ingin Ibu-ibu/Bapak membuka mata Ibu-ibu/Bapak dengan perasaan
sangat tenang ,santai dan sangat segar. Satu…merasa sangat tenang;
Dua… sangat tenang, sangat segar; Tiga… sangat segar; Empat…; dan
Lima.
19