Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar.
Banyak korban yang selamat menderita sakit dan cacat. rumah, tempat kerja,
ternak, dan peralatan menjadi  rusak atau hancur. Korban juga mengalami dampak
psikologis akibat bencana, misalnya, ketakutan, kecemasan akut, perasaan mati
rasa secara emosional, dan kesedihan yang mendalam. Bagi sebagian orang,
dampak ini memudar dengan berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain,
bencana memberikan dampak psikologis  jangka panjang, baik yang terlihat jelas
misalnya, depresi, psikosomatis  (keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah
psikis) ataupun yang tidak langsung  : konflik hingga perceraian.
Beberapa gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung
terhadap kejadian traumatik dari bencana. Namun gejala-gejala yang lain  juga
akan  menyusul. Ini adalah dampak tidak langsung dan bersifat jangka panjang
yang dapat mengancam berbagai golongan terutama kelompok yang rentan yaitu
anak-anak, remaja, wanita dan lansia.
Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan
baik, banyak korban bencana akan mengalami depresi parah, gangguan
kecemasan, gangguan stress pasca-trauma, dan gangguan emosi lainnya. Bahkan
lebih dari dampak fisik dari  bencana, dampak psikologis dapat menyebabkan
penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan semangat hidup, kemampuan
social dan merusak nilai-nilai luhur yang mereka miliki.

1.2 Tujuan
a.      Untuk mengetahui dampak psikososial bencana pada wanita dan lansia
b.     Untuk mengetahui terapi psikososial pada wanita dan lansia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dampak Psikososial Dalam Bencana


a.  Dampak psikologis pada individu
Dalam bencana tidak ada patokan yang kaku tentang tahapan dalam
merespon bencana, ada banyak variasi pada setiap tahap dan tahap tumpang
tindih.  Oleh karena itu, munculnya gejala gangguan psikologis dapat
bervariasi, tergantung banyak factor, namun bisa mencapai 90% atau bahkan
lebih, korban akan menunjukkan setidaknya beberapa gejala psikologis yang
negatif setelah beberapa jam pasca bencana. Jika tidak diatasi dan
diselesaikan dengan tepat dan cepat, reaksi tersebut dapat menjadi gangguan
psikologis yang serius.

1.     Tahap Tanggap Darurat


Tahap ini adalah  masa beberapa jam atau hari  setelah bencana. Pada
tahap ini kegiatan bantuan sebagian besar difokuskan pada menyelamatkan
penyintas dan berusaha untuk menstabilkan situasi. Penyintas harus ditempatkan
pada lokasi yang aman dan terlindung, pakaian yang pantas, bantuan dan
perhatian medis, serta  makanan dan air yang cukup.
Gejala-gejala dibawah ini dapat muncul pada tahap tanggap darurat:
 Kecemasan berlebihan
Korban ibu ataupun lansia akan menunjukkan kecemasan, mudah terkejut
bahkan oleh hal-hal yang sederhana, tidak mampu untuk bersantai, atau tidak
mampu untuk membuat keputusan.
 Rasa bersalah
Korban  yang selamat, namun anggota keluarganya meninggal, seringkali
kemudian menyalahkan diri sendiri. Mereka  merasa malu karena telah selamat,
ketika orang yang dikasihinya meninggal.
 Ketidakstabilan emosi dan pikiran
Beberapa korban mungkin menunjukkan kemarahan tiba-tiba dan
bertindak agresif atau sebaliknya, mereka menjadi apatis dan tidak peduli, seakan

2
kekurangan energi. Mereka menjadi mudah lupa ataupun mudah menangis.
Kadang-kadang, korban muncul dalam keadaan kebingungan, histeris ataupun
gejala psikotik seperti delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, dan terlalu perilaku
tidak teratur juga dapat muncul.

2.     Tahap Pemulihan


Setelah situasi telah stabil, perhatian beralih ke solusi jangka panjang.
Disisi lain, euforia bantuan mulai menurun, sebagian sukarelawan sudah tidak
datang lagi dan bantuan dari luar secara bertahap berkurang. Para korban mulai
menghadapi realitas. Pada tahap ini berbagai gejala pasca-trauma muncul,
misalnya "Pasca Trauma Stress Disorder," "Disorder Kecemasan Generalized,"
"Abnormal Dukacita, " dan " Post Traumatic Depresi ".

a. Akut  Stress Paska Trauma


Gejala-gejala dibawah ini adalah normal, sebagai reaksi atas kejadian yang
tidak normal (traumatik). Biasanya gejala-gejala diawah ini akan menghilang
seiring dengan berjalannya waktu.  
 Emosi
Mudah menangis ataupun kebalikannya yakni mudah marah, emosinya
labil, mati rasa dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas, gelisah, perasaan
ketidakefektifan, malu dan putus asa.
 Pikiran
Mimpi buruk, mengalami halusinasi ataupun disasosiasi, mudah curiga,
sulit konsentrasi, menghindari pikiran tentang bencana dan menghindari tempat,
gambar, suara mengingatkan penyintas bencana, dan menghindari pembicaraan
tentang hal itu
 Tubuh
Sakit kepala, perubahan siklus mensruasi, sakit punggung, sariawan atau
sakit magh yang terus menerus sakit kepala, berkeringat dan menggigil, tremor,
kelelahan, rambut rontok, perubahan pada siklus haid, hilangnya gairah seksual,
perubahan pendengaran atau penglihatan, nyeri otot.

3
 Perilaku
Menarik diri, sulit tidur,  putus asa, ketergantungan, perilaku lekat yang
berlebihan atau penarikan social,  sikap permusuhan, kemarahan,  merusak diri
sendiri,  perilaku impulsif  dan  mencoba bunuh diri

b. Post Trauma Stress Disorder (PTSD)


Meliputi: Jika setelah lebih dari dua bulan gejala gejala di atas (ASPT)
masih ada, maka, dapat diduga mengalami PTSD, jika memunjukkan gejala ini
selepas 2 bulan dari kejadian bencana:
 Reecperience atau mengalami kembali
Korban akan mengalami kembali peristiwa traumatic yang mengganggu;
misalnya, melalui mimpi buruk  setiap tidur,  merasa mendengar, melihat kembali
kejadian yang berhubungan dengan bencana, dalam pikirannya kejadian bencana
terus menerus sangat hidup, apapun yang dilakukan tidak mampu mengalihkan
pikirannya dari bencana.   Pada anak-anak korhan konflik senjata, mereka
bermain perang-perangan berulang-ulang.  
 Avoidance atau menghindar
Hal-hal yang berkaitan dengan ingatan akan bencana, misalnya,
menghindari pikiran atau perasaan atau percakapan tentang bencana, menghindari
aktivitas, tempat, atau orang yang mengingatkan korban dari trauma,
ketidakmampuan untuk mengingat bagian penting dari bencana, termenung terus
dengan tatapan dan pikiran  yang kosong.

c. Hyperarusal atau rangsangan yang berlebihan


Misalnya kesulitan tidur, sangat mudah marah atau kesulitan
berkonsentrasi, jantung mudah berdebar-debar, keringat  dingin, panik dan nafas
terengah-engah saat teringat kejadian, kesulitan konsentrasi dan mudah terkejut.

4
d. Generalized Anxiety Disorder
Meliputi: Kecemasan yang berlebihan dan khawatir tentang berbagai
peristiwa ataupun kegiatan (tidak terbatas bencana). Cemas berlebihan saat air
tidak mengalir, seseorang tidak muncul tepat waktu
 Dukacita Eksrim
Biasanya, setelah kematian orang yang dicintai. Seringkali respon pertama
adalah penyangkalan. Kemudian, mati rasa dan kadang kemarahan.

e. Post Trauma Depresi


Depresi berkepanjangan adalah salah satu temuan yang paling umum
dalam penelitan terhadap penyintas  trauma. Gangguan ini sering terjadi dalam
kombinasi dengan Post Traumatic Stress Disorder. Gejala umum depresi termasuk
kesedihan, gerakan yang lambat, insomnia (ataupun kebalikannya hipersomnia),
kelelahan atau kehilangan energi, nafsu makan berkurang (atau berlebihan nafsu
makan), kesulitan dengan konsentrasi, apatis dan perasaan tak berdaya, anhedonia
(tidak menunjukkan minat atau kesenangan dalam aktivitas hidup), penarikan
sosial, pikiran negatif, perasaan putus asa, ditinggalkan, dan mengubah hidup
tidak dapat dibatalkan,  dan lekas marah.

3.     Tahap Rekonstruksi.


Satu tahun atau lebih setelah bencana, fokus bergeser lagi. Pola kehidupan
yang stabil mungkin telah muncul. Selama fase ini, walaupun banyak korban
mungkin telah sembuh, namun  beberapa yang tidak mendapatkan pertolongan
dengan tepat menunjukkan gejala kepribadian  yang serius dan dapat bersifat
permanen. Pada tahap ini risiko bunuh diri  dapat meningkat, kelelahan kronis, 
ketidakmampuan untuk bekerja, kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, dan
kesulitan berpikir dengan logis. Mereka menjadi pendendam dan mudah
menyerang orang lain termasuk orang-orang yang ia sayangi.  Gangguan ini pada
akhirnya merusak hubungan korban dengan keluarga dan komunitasnya.

5
Dampak Bencana Pada Komunitas
Bencana tidak hanya berdampak pada pribadi tapi juga pada komunitas.
Paska  bencana dapat saja tercipta masyarakat yang mudah meminta (padahal
sebelumnya adalah pekerja yang tangguh), masyarakat yang saling curiga
(padahal sebelumnya saling peduli), masyarakat yang mudah melakukan
kekerasan (padahal sebelumnya cinta damai). Bencana yang tidak ditangani
dengan baik akan mampu merusak nilai-nilai luhur yang sudah dimiliki
masyarakat.
Saat korban dipaksa untuk meninggalkan tanah mereka dan bermigrasi di
tempat lain, tanpa pelatihan dan bekal yang memadai, tidak hanya kehidupan
mereka yang terancam, namun juga identitas dirinya. Mereka dipaksa menjadi
peladang padahal sepanjang hidupnya adalah nelayan, ataupun sebaliknya.
Sebagai akibat jangka panjangnya, konflik perkawinan meningkat, kenaikan
tingkat perceraian pada tahun-tahun setelah bencana dapat terjadi dan juga
meningkatnya kekerasan intra-keluarga (kekerasan pada anak dan pasangan).
Pemberian bantuan yang tidak terpola pada akhirnya merusak etos kerja
mereka dan terjadi ketergantungan pada pemberi bantuan. Bencana fisik bisa
menghancurkan lembaga masyarakat, seperti sekolah dan komunitas agama, atau
dapat mengganggu fungsi mereka karena efek langsung dari bencana pada orang
yang bertanggung jawab atas lembaga-lembaga, seperti guru atau imam

2.2 Dampak Psikologis Bencana Pada Wanita


Kondisi psikososial didaerah bencana khususnya bagi kaum perempuan
mengakibatkan berbagai goncangan psikologis seperti hilangnya rasa percaya diri,
muncul kekhawatiran bahkan memunculkan gejala phobia yaitu perasaan takut
yang berlebihan. Individu dan komunitas mengalami trauma dan tekanan hidup
bertubi-tubi dan berkelanjutan.
Situasi demikian dapat menurunkan motivasi untuk mempertahankan hidup
selanjutnya. Selain implikasi psikososial yang pada umumnya muncul dikalangan
perempuan, biasanya mereka mengalami pengalaman traumatis dimana daya

6
penyesuaian satu individu dengan individu lainnya akan mengalami kendala. Hal
tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya:
a. Gambaran umum tentang dirinya,
b. Dukungan sosial yang diterimanya,
c. Kapasitas berpikir dan penyesuaian diri,
d. Tingkat keparahan,
e. Pengalaman traumatik
Selain itu, korban bencana akan mengalami perubahan dalam kepribadian
yang berpengaruh pada tingkat fungsi dan hubungan dengan lingkungan
sekitarnya dan bahkan mereka tidak mampu menata kembali hidup mereka.
Sebagian besar dari korban bencana mengalami gejala temporer. Gejala yang
paling popular adalah stres dan stres paska trauma yang seringkali menghinggapi
korban-korban bencana. Stres terjadi karena adanya situasi eksternal atau internal
yang memunculkan tekanan atau gangguan pada keseimbangan hidup individu.
Kaum perempuan di daerah bencana karena hidup dengan kondisi yang lebih
buruk dari sebelumnya maka memunculkan perasaan gelisah, sedih, tak berdaya
dan bingung. Harapan hidupnya seolah-olah hilang. Depresi akan mucul akibat
ketidakmampuan melakukan perubahan. Individu dan komunitas mengalami situsi
belajar dari pengalaman dan situasi hidup bahwa mereka tidak mampu
mengatasinya. Trauma yang muncul ini bersifat kolektif dan memberikan dampak
psikososial.
Beberapa gejala yang pada umumnya muncul akibat bencana adalah sebagai
berikut:
1.      Ingatan yang senantiasa mencengkeram berbagai bayangan tentang trauma
2.      Perasaan seolah-olah trauma muncul kembali
3.      Mimpi buruk
4.      Gangguan tidur
5.      Gangguan makan (muntah/mual)
6.      Gangguan saat mengingat traumna
7.      Ketakutan
8.      Kewaspadaan yang berlebih
9.      Kesulitan mengendalikan emosi

7
10.  Kesulitan berkonsentrasi

2.3 Dampak Psikologis Bencana Pada Lansia


Para lansia telah mengalami penurunan kemampuan fisik dan mental.
Kemampuan adaptasi yang dimiliki juga sudah sangat jauh berkurang, sehingga
sangat rentan terhadap perubahan. Selain itu kaum lanjut usia ini juga telah
kehilangan peran, sehingga merasa dirinya tidak berarti dan tidak dibutuhkan lagi
oleh keluarganya. Mereka juga rentan terhadap kemungkinan diabaikan oleh
keluarga.

2.4 Aktivitas Psikososial Dalam Menanggulangi Dampak Psikososial


a) Aktivitas Psikososial Berdasarkan Tahap Bencana
Tahap Tanggap Darurat : Pasca dampak-langsung
 Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja bantuan, misalnya,
defusing dan debriefing untuk mencegah secondary trauma.
 Memberikan pertolongan emosional pertama (emotional first aid),
misalnya, berbagai macam teknik relaksasi dan terapi praktis.
 Berusahalah untuk menyatukan kembali keluarga dan masyarakat.
 Menghidupkan kembali aktivitas rutin bagi anak.
 Menyediakan informasi, kenyamanan, dan bantuan praktis.
Tahap Pemulihan: Bulan pertama.
 Lanjutkan tahap tanggap darurat.
 Mendidik profesional lokal, relawan, dan masyarakat sehubungan dengan
efek trauma.
 Melatih  konselor bencana tambahan.
 Memberikan bantuan praktis jangka pendek dan dukungan kepada
penyintas.
 Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan ritual masyarakat.
 Tahap Pemulihan akhir: Bulan kedua.
 Lanjutkan tugas tanggap bencana.
 Memberikan pendidikan dan pelatihan masyarakat tentang reseliensi atau
ketangguhan.

8
 Mengembangkan jangkauan layanan untuk mengidentifikasi mereka yang
masih membutuhkan pertolongan psikologis.
 Menyediakan "debriefing" dan layanan lainnya untuk penyintas bencana
yang membutuhkan.
 Mengembangkan layanan berbasis sekolah dan layanan komunitas lainnya 
berbasis lembaga.
 Fase Rekonstruksi
 Melanjutkan  memberikan layanan  psikologis dan pembekalan bagi
pekerja kemanusiaan dan penyintas bencana.
 Melanjutkan program reseliensi untuk antisipasi datangnya bencana lagi.
 Pertahankan "hot line" atau cara lain dimana penyintas bisa menghubungi
konselor jika mereka membutuhkannya.
 Memberikan pelatihan bagi profesional dan relawan lokal tentang
pendampingan psikososial agar mereka mampu mandiri.

b.     Aktivitas Psikososial pada orang dewasa


1. Ajak untuk perbanyak melakukan kegiatan agama
2. Temani mereka
3. Ajak bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa sendiri
4. Menjadi pendengar yang baik terutama saat ia menceritakan perasaannya
tentang bencana yang menimpa
5. Dorong korban untuk banyak beristirahat dan makan yang cukup
6. Ajak korban melakukan aktifitas yang positif
7. Ajak korban untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari
8. Ajak bercIbu-ibu/Bapak dengan menggunakan humor ringan
9. Ajak berbincang-bincang tentang kondisi saat ini diluar
10. Membantu menemukan sanak saudara yang masih terpisah
11. Memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga menimbulkan harapan

c.      Aktivitas Psikososial pada wanita


Dalam memulihkan diri sendiri :
1. Mengungkap masalah yang dirasakan kepada orang yang dipercayai

9
2. Merawat dan menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun psikis
3. Melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai yang dapat mengalihkan dari
pikiranpikiran akan kejadian, baik dilakukan sendiri maupun secara
berkelompok
4. Belajar Ketrampilan Baru
5. Mencoba iklas dan mendekatkan diri kepada-Nya

Membantu keluarganya dalam memulihkan kondisi pasca bencana


1. Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai bencana (gempa,
banjir, tsunami, longsor dll) kepada anak dan keluarga
2. Saling mendukung dan memperhatikan sesama anggota keluarga, serta
memberikan perhatian lebih kepada anggota keluarga yang masih
memiliki masalah akibat bencana dan peristiwa sulit
3. Memberikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan baik di
sekolah maupun di luar sekolah
4. Apabila dia berperan sebagai orang tua tunggal, maka dia bekerja untuk
mencari nafkah bagi keluarga sesuai dengan kemampuan/ketrampilan yang
dimiliki.

Memulihkan sesama perempuan dalam komunitas:


1. Saling memberikan perhatian kepada sesama perempuan korban bencana
yang tinggal di sekitarnya.
2. Saling bercerita dan berbagi perasaan antar sesama perempuan di
komunitas
3. Saling memberi informasi kepada sesama perempuan baik dalam hal
mengembangkan usaha (industri kecil) bersama-sama dan dapat berupa
informasi lainnya.
4. Mengajak rekan perempuan dalam komunitas agar lebih percaya diri, dan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok
5. Bersama-sama ikut memberikan pendapat dalam rapat atau pertemuan
penyelesaian masalah karena suara perempuan juga penting.

10
d.   Aktivitas Psikososial pada lansia
1. Berikan keyakinan yang positif
2. Dampingi pemulihan fisiknya dengan melakukan kunjungan berkala
3. Berikan perhatian yang khusus untuk mendapatkan kenyamanan pada
lokasi penampungan
4. Bantu untuk membangun kembali kontak dengan keluarga maupun
lingkungan sosial lainnya
5. Dampingi untuk menapatkan pengobatan dan bantuan keuangan

e.      Trauma Healing


Untuk mengatasi trauma pada korban bencana, maka dilaksanakan program
trauma healing. Trauma healing merupakan salah satu program yang bertujuan
untuk penyembuhan luka trauma yang dialami oleh korban bencana, mulai dari
anak-anak, dewasa, dan lansia. Beberapa program trauma healing yang dapat
dilaksanakan yaitu:
 Diskusi kelompok
 Diskusi kelompok dapat dijalankan dengan membentuk FGD (Focus
Group Discussion) dimana dalam kelompok ini, peserta mendiskusikan
sebuah topic masalah kemudian mencari pemecahan masalah dari topic
yang diangkat dan disepakati.
 Kegiatan ibadah
 Kegiatan ibadah sangat membantu korban bencana dalam menerima apa
yang dialaminya dengan ikhlas dan lapang dada. Selain, fisik, rohani
korban juga perlu diberikan siraman agar korban tetap tegar dalam
menjalani kondisinya saat pasca bencana. Salah satu kegiatan ibadah yang
dapat dijalankan untuk korban dewasa yaitu majelis taklim.
 Kesenian dan keterampilan
 Kegiatan kesenian dan keterampilan yang dilakukan hendaknya kegiatan
yang dapat menghasilkan uang, sehingga kegiatan ini memberikan manfaat
bagi korban dewasa. Diantara kegiatan kesenian dan keterampilan yang
dapat dilakukan, yaitu: menyulam, merajut, memasak, dan lain-lain.

11
 Terapi Aktivitas dan exercise pada lansia
 Melakukan latihan fisik secara teratur dengan tujuan meningkatkan
kesehatan, bisa dilakukan individu dan kelompok.

12
BAB III
SKENARIO

Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung


dinaikkan ke level tertinggi, level 4 (Awas). Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun
harus diungsikan.

Satu kelompok relawan yang terdiri dari 9 mahasiswa keperawatan


UNUSA, datang ke Surabaya untuk memberikan Trauma Healing pada wanita
dan lansia disalah satu Universitas yaitu Universitas NU Surabaya, Wonokromo,
Kota Surabaya, banyak terdapat lansia dengan bermacam-macam trauma
(kehilangan rumah, anak/cucu, istri/suami, keluarga).

Pelaksanaan Kegiatan :

1.     Topik
Jenis terapi trauma healing       : Terapi relaksasi otot
2.     Sasaran  : Lansia korban gempa dengan rentang usia diatas 65 tahun
3.     Metode
 Diskusi
 Terapi
4.     Media dan Alat
 Lapangan
a) Waktu dan Tempat
Hari/tanggal                           : Kamis, 2 Januari 2014
Waktu                                    : 08.00-09.00 WIB
Tempat                                   : Ruang Kelas

13
b) Pengorganisasian
 Leader : Aisa
 Fasilitator : Gengy Yogo
 Ibu 1 : Sonya Dewi Finanti
 Ibu 2 : Lutfiyah
 Bapak 1 : Indra Hermawan
 Bapak 2 : Choirul Umam

14
STRATEGI KOMUNIKASI

3.1 Tahap orientasi

Leader            : “ Assalamu’alaikum Ibu-ibu/Bapak dan Bapak-bapak”


Peserta            : “ Wa’alaikum salam”
Leader            :  “Bagaimana kabarnya pagi ini?”
Peserta : “ Baik (beberapa orang menjawab  sehat)”
Leader : “ Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu-ibu, Bapak-Bapak yang
telah meluangkan waktunya untuk datang ke balai desa ini dan bertemu dengan
kami ”
Leader            : “ Perkenalkan nama saya Aisa biasa dipanggil perawat . Teman
saya yang berada ditengah-tengah Ibu-ibu/Bapak sekalian yang berbaju biru,
namanya Rocmatul Ummah biasa dipanggil perawat . Dan yang memakai baju
hijau namanya Tiara Fatma Pratiwi biasa dipanggil perawat, dan yang pakai baju
merah namanya Heny Erma biasa dipanggil perawat. Kami bertiga adalah
mahasiswa Keperawatan Universitas NU Surabaya.
Fasilitator       : “ Salam kenal Ibu-ibu dan Bapak-Bapak... “
Leader            : “ Apakah Ibu-ibu dan Bapak-Bapak semua sudah saling kenal?”
Peserta           : “ Sudah dek....”
Leader            : “ Baiklah, kan semuanya udah saling kenal, sekarang kami juga
ingin mengenal Ibu-ibu/Bapak. Sekarang kita kenalan dulu ya Bu. Dimulai dari
Ibu yang di sebelah kanan saya. Silahkan Bu, perkenalkan nama, nama panggilan,
dan alamatnya. “
(Masing-masing ibu memperkenalkan diri.)
Leader : “Oke, semua ibu telah memperkenalkan diri, saya ulangi ya Bu.
(Leader menyebutkan nama masing-masing Ibu). Kami datang ke sini agar
sejenak melepaskan rasa sedih yang ibu bapak alami pasca bencana yaitu dengan
teknik relaksasi otot, gunanya merilekskan kondisi pikiran tubuh melalui olah
otot. Bagaimana Ibu-ibu-Bapak-Bapak?? Setuju??”
Peserta : “ Setuju”

15
Leader : “Selama 30 menit ke depan, kami akan membantu Ibu-
ibu/Bapak/Bapak dalam relaksasi otot tersebut”

3.2 Fase kerja


Leader : “ Sebelumnya apakah sudah ada diantara Ibu-ibu/Bapak yang
pernah mencobakan teknik relaksasi otot??”
Ibu-ibu/Bapak : “ Belum”
Leader : “ Hmm.. Baiklah, nanti kita akan latihan teknik relaksasi otot.
Bagaimana kalau sebelum memulai acara ini. Kita berdoa dulu?”
( Relaksasi otot adalah cara untuk merilekskan kondisi pikiran tubuh melalui olah
otot. Penekanan utama pada relaksasi otot adalah menstimulasi otak untuk
menyadari kemampuannya untuk memilih. )
1. Tarik napas dalam-dalam, lalu tahan hitung 1…2…3....4.....5. (selama
kira-kira 15-20 detik). Lalu lepaskan.
2. Sekarang kerutkan dahi Ibu-ibu/Bapak sebanyak mungkin. Tahan.1…
tahan….2….semakin kuat 3…lebih kuat lagi, 4.....5…..Ya…. Lepaskan.. Ulangi
lagi……(ulangi 2 kali, shg total 3 kali)
3. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
4.  Sekarang buka mata Ibu-ibu/Bapak selebar mungkin. Tahan.
Hitung1….2…..3....4...tahan...5 ….Sekarang kendorkan. (Ulangi dua kali)
5. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
6. Tutup mata Ibu-ibu/Bapak sekuat mungkin, rasakan ketegangan disekitar
kelopak mata….hitung 1….2…..3…4...5... lepaskan…rilekskan….ulangi lagi dua
kali
7. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
8. Sekarang buka mulut Ibu-ibu/Bapak selebar mungkin. Lebih lebar lagi.
1….2…..3…4...5... Ok kembali santai. ulangi lagi dua kali
9. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks

16
10. Tegangkan bibir Ibu-ibu/Bapak dengan memonyongkan mulut Ibu-
ibu/Bapak, 1….2…..3…4...5.... Ok sekarang kembali santai. ulangi lagi dua kali
11. Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
12.  Angkat kedua bahu Ibu-ibu/Bapak, bernapaslah dengan normal,
1….2…..3…4...5.... Sekarang jatuhkan tangan. ulangi lagi dua kali
13.  Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
14.   Sekarang, kepalkan keras-keras tangan Ibu-ibu/Bapak, . Rasakan tegangan
yang terjadi. Hitung sampai lima, pada hitungan kelima lepaskan kepalan Ibu-
ibu/Bapak. ulangi lagi dua kali
15.   Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
16.  Angkat tangan Ibu-ibu/Bapak lagi, lengkungkan jari-jari Ibu-ibu/Bapak ke
belakang mengarah ke tubuh Ibu-ibu/Bapak. 1….2…..3…4...5...  lepaskan dan
santai. ulangi lagi dua kali
17.  Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
18.  Sekarang lengkungkan punggung Ibu-ibu/Bapak ke belakang. Tahan.
Pastikan tangan Ibu-ibu/Bapak santai, 1….2…..3…4...5.... Sekarang lepaskan.
ulangi lagi dua kali
19.  Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
20.  Bungkukkan punggung Ibu-ibu/Bapak ke depan. Tahan dan pastikan Ibu-
ibu/Bapak bernapas dengan normal dan kedua tangan Ibu-ibu/Bapak tetap santai,
1….2…..3…4...5.... Sekarang kembali santai. ulangi lagi dua kali
21.  Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
22. Palingkan kepala Ibu-ibu/Bapak ke kanan dan tegangkan leher Ibu-ibu/Bapak
1….2…..3…4...5.... Santai, dan kembalikan posisi kepala Ibu-ibu/Bapak ke posisi
semula. ulangi lagi dua kali

17
23.  Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
24.  Palingkan kepala ke kiri tegangkan leher Ibu-ibu/Bapak, 1….2…..3…4...5....
Santai sekarang kembalikan posisi kepala ke posisi semula. ulangi lagi dua kali
25.   Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
26.  Sekarang tundukkan kepala Ibu-ibu/Bapak hingga hampir menyentuh dada.
Tahan. Sekarang kembalikan posisi kepala Ibu-ibu/Bapak. ulangi lagi dua kali
27.   Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
28.   Sekarang hirup udara dan simpan di dada, sehingga dada Ibu-ibu/Bapak
membesar, tahan 1…2…3….4...5.. (ulangi dua kali)
29.   Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
30.   Pertahankan relaksasi ini, angkat kedua tungkai Ibu-ibu/Bapak 1….2…..3…
4...5... Sekarang turunkan.
31.   Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
32.  Sekarang lengkungkan jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak mengarah ke tubuh Ibu-
ibu/Bapak. Lengkungkan sekeras mungkin. 1….2…..3…4...5...
33.  Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
34.   Lengkungkan jari Ibu-ibu/Bapak ke arah sebaliknya. Perhatikan
tegangannya1….2….3. Sekarang santai kembali.
35.   Tarik nafas…lepaskan perlahan…..rasakan perbedaannya, saat tegang dan
rileks
36.   Santai, sekarang lengkungkan jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak, sekeras mungkin.
Ok relaks.

Ini mengakhiri secara resmi prosedur relaksasi ini. Sekarang eksplorasi tubuh Ibu-
ibu dan Bapak-bapak dari kaki ke atas. Pastikan setiap otot santai.

18
1. Pertama jari-jari kaki Ibu-ibu/Bapak, tungkai Ibu-ibu/Bapak…, pantat Ibu-
ibu/Bapak…. perut Ibu-ibu/Bapak… bahu Ibu-ibu/Bapak… leher Ibu-
ibu/Bapak… mata Ibu-ibu/Bapak… dan terakhir dahi Ibu-ibu/Bapak
2. Nah, sepertinya semua sudah santai sekarang. Tetaplah duduk (atau
berbaringlah) di sana, perhatikan pada rasa hangat yang dihasilkan oleh
relaksasi ini. Tahan keadaan ini (kira-kira 1 menit). Sekarang saya akan
menghitung dari satu sampai lima. Saat sampai hitungan ke lima saya
ingin Ibu-ibu/Bapak membuka mata Ibu-ibu/Bapak dengan perasaan
sangat tenang ,santai dan sangat segar.  Satu…merasa sangat tenang;
Dua… sangat tenang, sangat segar; Tiga… sangat segar; Empat…; dan
Lima.

3.3 Fase terminasi


Leader : “ Bagaimana perasaan Ibu-Ibu/Bapak setelah membuat karya
tadi?”
Ibu 1 :” Segar dek”
Ibu 2 :” Senang, dek.”
Ibu 1 :” Sering-sering aja kayak gini dek.”
Leader : “Nanti setelah ini ibu bisa memperlihatkan dan mengajarkan
kepada teman-teman ibu. Jika memungkinkan, Ibu bahkan bisa membentuk
kelompok untuk melakukan teknik relaksasi otot ini”
Leader : “ Karena semua acara kita udah selesai,, kita akan menutup acara
ini dengan membacakan  lafaz Alhamdulillah. Sampai ketemu lagi di lain waktu.
Kami berharap kedatangan kami ke sini memberi manfaat bagi Ibu-Ibu/Bapak
semua. Mohon Maaf Atas Semua kesalahan. Saya tutup dengan Asslamualaikum.
Wr.wb. “
Peserta : “ Wa’alaikum salam. “

19

Anda mungkin juga menyukai