Anda di halaman 1dari 41

KEPERAWATAN JIWA

“Laporan Kasus dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Berkebutuhan Khusus Korban Trafficking “

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Engla Rita Werianti, S.Kep, M.Kep

DIBUAT OLEH KELOMPOK 3 :

1. Delima Maharani Putri


2. Dilla Febriani
3. Erin Sukma Melati
4. Elsya Sangputri
PRODI S1 KEPERAWATAN TINGKAT IIA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

2020

Kata Pengantar
Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Trafficking Human” yang merupakan salah satu tugas Mata
Kuliah Keperawatan Jiwa II.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya
pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan
belajar dari suatu kesalahan.

Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Trafficking Human”
mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin....
Bukittinggi, 2 Desember 2020

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk perbudakan secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan
internasional. Dengan berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan transformasi maka modus kejahatan perdagangan manusia semakin
canggih. “Perdagangan orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir (organized), dan lintas negara (transnational), sehingga
dapat dikategorikan sebagai transnational organized crime (TOC)”.

Demikian canggihnya cara kerja perdagangan orang yang harus diikuti dengan perangkat hukum yang dapat menjerat pelaku. Diperlukan
instrument hukum secara khusus yang meliputi aspek pencegahan, perlindungan, rehabilitasi, repratriasi, dan reintegrasi sosial. Perdagangan orang
dapat terjadi pada setiap manusia, terutama terhadap perempuan, dengan demikian upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak merupakan
hal yang harus diimplementasikan.

Kasus perdagangan orang yang terjadi, hampir seluruh kasus yang ditemukan dalam perdagangan manusia korbannya adalah perempuan
dan anak. Diperkirakan setiap tahunnya 600.000-800.000 laki-laki, perempuan dan anak-anak diperdagangkan menyeberangi perbatasan-
perbatasan internasional. Di Indonesia jumlah anak yang tereksploitasi seksual sebagai dampak perdagangan anak diperkirakan mencapai 40.000-
70.000 anak. Disamping itu, dalam berbagai studi dan laporan NGO menyatakan bahwa Indonesia merupakan daerah sumber dalam perdagangan
orang, disamping juga sebagai transit dan penerima perdagangan orang.

Dari berbagai macam kejahatan yang ada, masalah perdagangan orang sangat kompleks, sehingga upaya pencegahan maupun
penanggulangan korban perdagangan harus dilakukan secara terpadu. Adapun beberapa factor pendorong terjadinya perdagangan orang antara lain
meliputi kemiskinan, desakan kuat untuk bergaya hidup materialistik, ketidakmampuan system pendidikan yang ada maupun

masyarakat untuk mempertahankan anak supaya tidak putus sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta petugas Kelurahan
dan Kecamatan yang membantu pemalsuan KTP.

Secara umum korban perdagangan orang terutama perempuan yang dilacurkan dan pekerja anak adalah korban kriminal dan bukan pelaku
kriminal. Elemen perdagangan orang meliputi pelacuran paksa, eksploitasi seksual, kerja paksa mirip perbudakan, dan transplantasi organ tubuh.
Korban perdagangan orang memerlukan perlindungan, direhabilitasi, dan dikembalikan kepada keluarganya.
Salah satu faktor tingginya kasus perdagangan orang yang pada umumnya perempuan, disebabkan oleh dijanjikan pekerjaan dengan gaji
tinggi di luar daerah, dengan korban adalah kalangan perempuan usia remaja yang ingin mencari kerja. Dimana, kasus perdagangan orang
khususnya perempuan yang sangat tidak manusiawi tersebut, merupakan praktik penjualan perempuan dari satu agen ke agen berikutnya. Semakin
banyak agen yang terlibat, maka semakin banyak pos yang akan dibayar oleh perempuan tersebut, sehingga gaji mereka terkuras oleh para agen
tersebut.

Fenomena tersebut perlu diantisipasi agar jaringan seperti rantai tersebut dapat diberantas dan diputuskan melalui Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan terlebih dahulu disosialisasikan agar masyarakat memahami
khususnya kaum perempuan. Tingginya angka migrasi penduduk serta kemiskinan. Diduga ada peningkatan kualitas dan kuantitas kasus
perdagangan anak dan perempuan (trafficking). Kemunculan kasus perdagangan tenaga kerja perempuan merupakan dampak langsung dari tidak
sejahteranya masyarakat. Sebagian masyarakat cenderung mencari jalan pintas untuk bangkit dari kemiskinan. Fenomena ini memunculkan
keprihatinan, sehingga perlu adanya langkah proaktif. Cara pintas yang diambil masyarakat kerap mengorbankan masa depan generasi muda.
Pengiriman tenaga kerja ke luar daerah, seringkali tanpa mempertimbangkan legalitas dari jalur pengiriman. Ada kecenderungan jalur
perdagangan orang diawali dengan berkedok penyaluran pembantu rumah tangga.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu:

1. Jelaskan Definisi Trafficking Human!

2. Jelaskan Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking!

3. Jelaskan Bentuk dan Modus Human Trafficking

4. Jelaskan Undang- undang tentang Human Trafficking

5. Jelaskan Dampak/ Pengaruh Human Trafficking!

6. Jelaskan Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking

7. Asuhan Keperawatan Korban trafficking


1.3 Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan Penulisan pada Makalah ini yaitu:

1. Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi Human Trafficking

2. Untuk Mengetahui dan Memahami Faktor- Faktor Penyebab Human Trafficking.

3. Untuk Mengetahui dan Memahami Bentuk dan Modus Human Trafficking

4. Untuk Mengetahui dan Memahami Undang- undang tentang Human Trafficking

5. Untuk Mengetahui dan Memahami Dampak/ Pengaruh Human Trafficking

6. Untuk Mengetahui dan Memahami Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking

7. untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Korban Trafficking


BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi

Trafficking adalah konsep dinamis dengan wujud yang berubah dari waktu kewaktu, sesuai perkembangan ekonomi, sosial dan
politik.

Human trafficking atau perdagangan manusia oleh Perserikatan Bangsabangsa (PBB) mendefinisikan sebagai perekrutan,
pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman, penggunaan kekerasan, perbudakan, pemaksaan,
pemerangkapan utang ataupun bentuk-bentuk penipuan yang lainnya dengan tujuan eksploitasi (Course Instruction, 2011:2)

Perdagangan manusia berhubungan dengan menjajakan diri (memperdagangkan), tawar-menawar, membuat kesepakatan,
melakukan transaksi dan hubungan seksual (Taiwan Medicare, 2012).

Tiga unsur yang berbeda yang saling berkaitan satu sama lainnya

 Tindakan atau perbuatan yang dilakukan, yaitu perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan
seseorang.

 Cara: menggunakan ancaman, penggunaan kekerasa atau bentuk-bentuk paksaan lain, penculikan, tipu daya, penipuan,
pemberian atau penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orangorang.

 Tujuan atau maksud, untuk tujuan eksploitsi. Eksploitasi mencakup setidaktidaknya eksploitasi pelacuran dari orang lain atau
bentuk-bentuk eksplotasi seksual lainnya, kerja paksa, perbudakan, pengahambaan atau pengambilan organ tubuh.

2. Faktor- Faktor Penyebab Trafficking Human

 Faktor Ekonomi

 Posisi Subordinat Perempuan dalam Sosial dan Budaya


 Faktor Pendidikan

 Tidak Ada Akta Kelahiran

 Kebijakan yang Bias Gender

 Pengaruh Globalisasi

3. Bentuk Trafficking

1. Eksploitasi Seksual

 Eksploitasi seksual komersial untuk prostitusi.

 Eksploitasi non komersial

2. Pekerja Rumah Tangga

3. Penjualan Bayi

4. Jeratan Hutang

5. Pengedar Narkoba dan Pengemis

6. Pengantin Pesanan Pos (Mail order bride)

Metode yang dikembangkan dalam melihat perkawinan sebagai salah satu penipuan.

 Perkawinan digunakan sebagai jalan penipuan untuk mengambil perempuan tersebut dan membawa ke wilayah lain yang
sangat asing, namun sesampai di wilayah tujuan perempuan tersebut disalurkan dalam industri seks atau prostitusi.

 Perkawinan untuk memasukkan perempuan ke dalam rumah tangga untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domistik yang
sangat eksploitatif bentuknya

7. Donor Paksa Organ Tubuh


Modus Trafficking

 Tawaran Kerja

 Bius

4. Undang- Undang Tentang Trafficking

• Undang Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

• Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, definisinya
adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut,baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi
atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

Berdasarkan pasal tersebut, unsur tindak pidana perdagangan orang ada tiga yaitu: unsurproses, cara dan eksploitasi. Jika
ketiganya terpenuhi maka bisa dikategorikan sebagai perdagangan orang.

1. Proses: tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut

2. Cara: ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan
atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut.

3. Eksploitasi: tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau
pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ
reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau
memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun
immateriil.

4. Lokus: Tempat kejadian tindak pidana perdagangan orang bisa terjadi di dalam negara ataupun antar negara.

Sanksi bagi pelaku tindak pidana perdagangan orang

 Kurungan Penjara dan atau Denda. Sanksi kurungan penjara, minimal 3 tahun maksimal 15 tahun. Sanksi denda bagi pelaku
perorangan Rp 150-600 juta, sementara untuk perusahaan sanksi penjaranya minimal 9 tahun dan maksimal 45 tahun, atau
denda minimal sebesar Rp 360 juta, dan maksimal Rp 1,8 miliar.

5. Dampak/ Pengaruh Trafficking Human

1. Dampak Psikologi dan Kesehatan Mental

 perempuan korban trafficking sering mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu peristiwa atau kejadian yang
melibatkan cedera aktual atau terancam kematian yang serius, atau ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang
lain" dan tanggapan mereka terhadap peristiwa ini sering melibatkan "rasa takut yang sangat, dan ketidakberdayaan, sebagai
reaksi umum dari post traumatic stress disorder (PTSD) (Williamson et al. (2010).

 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

ada 3 tipe gejala yang sering terjadi pada PTSD, yaitu:

 Pengulangan pengalaman trauma

 Penghindaran dan emosional yang dangkal

 Sensitifitas yang meningkat, ditunjukkan dengan susah tidur.

 Kecemasan
 Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdayan

 Ketidakberdayaan

 Ketidakberdayaan adalah persepsi yang menggambarkan perilaku seseorang yang tidak akan berpengaruh secara signifikan
terhadap hasil, suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan

2. Dampak Sosial

 Secara sosial para perempuan korban trafficking teralenasi, karena sejak awal direkrut, diangkut atau ditangkap oleh
jaringan trafficker mereka sudah disekap, diisolir agar tidak berhubungan dengan dunia luar atau siapapun sampai
mereka tiba ditempat tujuan

 Persoalan sosial yang sangat tragis dan semakin meningkatkan stress dan depresi para korban adalah ketika keluarga
dan masyarakat menolak untuk menerima mereka kembali. Selain itu, para pria sering melihat perempuan korban
trafficking sebagai orang yang kotor, telah ternodai dan karena itu menolak untuk menikahi mereka.

 Dampak Kesehatan Fisik

 Secara fisik, cedra aktual para perempuan korban trafficking terjadi, karena mereka mengalami kekerasan fisik dan seksual.

 Mereka tidak memiliki gizi yang cukup dan dikenakan penyiksaan secara brutal pada fisik dan psikis, apabila mereka
tidakmemberikan pelayanan seksual yang diinginkan pelanggan (“lelaki hidung belang”) atau karena penolakan para korban
terhadap eksploitasi seksual.

 Korban sering tidak memiliki akses ke perawatan medis yang memadai dan tinggal dilingkungan yang najis dan tidak layak.

6. Pencegahan dan Penanggulangan Human Trafficking

• Pengumpulan dan pertukaran informasi

• kerjasama yang memadai baik sesame apparat penegak hokum seperti kepolisian
• kejaksaan, hakim maupun dengan pihak- pihak lain yang terkait yaitu lembaga pemerintah (Kementrian terkait) dan lembaga
non pemerintah (LSM) baik local maupun internasional.
Asuhan keperawatan Human Trafficking

1. Pengkajian

 Identitas pasien

 Riwayat kesehatan pasien

 Riwayat kesehatan keluarga

 Keluhan utama

 Pemeriksaan fisik

2. Diagnosa keperawatan

• Ansietas

NOC

 Pasien mampu mengatasi ansietasnya.

NIC

• Terapi relaksasi

• Peningkatan koping
• Pengurangan kecemasan

3. IMPLEMENTASI

 Ciptakan lingkungan yang tenang

 Minta klien untuk rilseks dan merasakan sensasi yang terjadi

 Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang kontruktif

 Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan

 Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

• Harga diri rendah

NOC

  Pasien dapat menyesuaikan diri dengan perubahan hidup

NIC

•  Peningkatan citra tubuh

• Peningkatan harga diri

IMPLEMENTASI

 Bantu pasien menentukan keterlanjutan dari perubahan-perubahan aktual dari tubuh


 Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri

 Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri

 Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri

• Risiko trauma

NOC

 Pasien mampu menghindari cedera fisik

NIC

• Manajemen lingkungan

• Manajemen penekanan

IMPLEMENTASI

  Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien

 Singkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan

 Ciptakan kenyaman lingkungan yang mendukung


TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus Human Trafficking

Artikel

Perdagangan Manusia (Masih) Marak, Berbungkus Berbagai Modus.

Suara Ibu Sulis terdengar geram ketika bercerita mengenai apa yang terjadi pada salah satu putrinya, yang menjadi korban – dan pada
akhirnya penyintas – perdagangan orang pada akhir 2013.“Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari rumah, bekerja
untuk rumah biadab itu. Dia melihat semuanya., Dia seperti jadi orang lain ketika saya pertama kali mendengar suaranya (melalui
telepon) setelah sekian lama tidak berhubungan,” kata Ibu Sulis berapi-api.“Keluarga kami broken home. Anak-anak melihat orangtua
tidak akur. Mungkin itu yang menyebabkan dia memutuskan pergi,” jelas Ibu Sulis yang berasal dari Palopo, Sulawesi Selatan.

“Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan kondisi keluarga kami,” tegas ibu Sulis, 45 tahun.

Bella yang lahir pada tahun 1995, menurut ibunya, tergoda dengan iming- iming gaji Rp 10 juta per bulan sebagai SPG. Dia mendapat
tawaran dari teman masa kecilnya yang memang sudah lebih dulu bekerja di Dobo, kota kecil di Kepulauan Aru di Maluku.

Bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi diam-diam meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari nafkah sendiri
merupakan jawaban akan kegalauannya. Dari kampung mereka, Rawamangun di Palopo, gadis-gadis sebaya ini berangkat ke
Makassar., Menginap satu malam di sebuah hotel dan bertemu dengan calon pemberi pekerjaan, yang ternyata adalah pemilik kelab
malam. Lalu berangkat dengan pesawat menuju Ambon pada keesokan harinya.
Para pelaku praktek perdagangan orang ini diduga menggunakan sistem sel yang terputus-putus di satu daerah ke daerah lain., Hampir
serupa dengan cara sindikat narkoba beroperasi. Sehingga dari Ambon, gadis-gadis Palopo ini bertemu dengan orang yang berbeda
yang membawa mereka ke Pulau Aru. Dan cerita sedih berkepanjangan dimulai ketika mereka menginjakkan kaki di tempat kerja
mereka.

“Dia magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja melayani tamu, menemani minum. Setiap hari dia disuruh
memakai pakaian seminim mungkin dan dipajang di ruang kaca. Bisa saya katakan separuh telanjang,” kata Ibu Sulis menceritakan
apa yang dia dengar dari anaknya. Bella dan teman-temannya melihat perlakuan buruk kepada perempuan yang bekerja di sana.;
Bukan hanya dari para pelanggan tetapi juga pekerja laki-laki serta pemilik tempat hiburan itu.

“Mereka membuat perempuan menjadi binatang. Menjerat dengan hutang yang jelas-jelas tidak akan sanggup mereka bayar. Ada ibu-
ibu yang sama sekali tidak bisa meninggalkan tempat itu karena hutang banyak, anak banyak dan tidak jelas siapa saja bapaknya.”
“Bella juga melihat teman-temannya yang sakit atau hamil dibawa pergi dari pulau dan tidak pernah kembali.”

Cerita Bella hanyalah satu dari ribuan kisah pilu perdagangan orang. Tersamarkan dengan berbagai modus yang terus diperbaharui
seiring dengan perkembangan jaman untuk menjerat korbannya. Iming-iming gaji bulanan dengan jumlah fantastis masih sering
digunakan, tetapi para pemangsa mulai menggunakan media sosial untuk menjerat targetnya. Dan sudah ada pula kasus-kasus dimana
korban dijerat melalui perjalanan umrah.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. B DENGAN KORBAN HUMAN TRAFFICKING
DI :
RUANGAN ……………...

Nama Klp : Kelompok 3


Tg/ Jam MRS
Tgl/ Jam : No. RM :
Pengkajian
Sumber Data : Ny. S Ruangan/ :
Kelas
Metode : No. Kamar :
Alat/ Bahan :
Diagnosa Medis :

I. IDENTITAS

1. Nama : Nn. B

2. Umur : Lahir tahun 1995

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Pekerjaan : SPG

5. Alamat dan No. Telp : Rawamangun, Palopo

6. Penanggung Jawab & : Ny. S (45 Tahun) sebagai Ibunya


Hubungan dg Klien
II. POLA PERSEPSI KESEHATAN ATAU PENANGANAN KESEHATAN

1. Keluhan Utama:

Menurut Ny. S “Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan kondisi keluarga kami,”
2. Riwayat Penyakit Sekarang

(Tidak terdapat dalam Kasus)


3. Lamanya Keluhan

(Tidak terdapat dalam Kasus)

4. Faktor yang Memperberat


Menurut Ny. S “Keluarga kami broken home. Anak-anak melihat orangtua tidak akur. Mungkin itu yang menyebabkan dia
memutuskan pergi,”
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Keluhan

Menurut Ny. S bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi diam-diam meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari
nafkah sendiri merupakan jawaban akan kegalauannya.
6. Riwayat Penyakit Dahulu

(Tidak terdapat dalam Kasus)


7. Persepsi Klien tentang status kesehatan dan kesejahteraan

(Tidak terdapat dalam Kasus)


8. Riwayat Kesehatan Keluarga

(Tidak terdapat dalam Kasus)


9. Susunan Keluarga (Genogram)

(Tidak terdapat dalam Kasus)


10. Riwayat Alergi

(Tidak terdapat dalam Kasus)


III. POLA NUTRISI DAN METABOLIK

(Tidak terdapat dalam Kasus)


IV. POLA ELIMINASI

(Tidak terdapat dalam Kasus)


V. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

(Tidak terdapat dalam Kasus)


VI. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
(Tidak terdapat dalam Kasus)

VII. POLA KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


Tingkat Ansietas:
Menurut Ny. S “Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari rumah, bekerja untuk rumah biadab itu. Dia melihat
semuanya., Dia seperti jadi orang lain ketika saya pertama kali mendengar suaranya (melalui telepon) setelah sekian lama tidak
berhubungan,”
VIII. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI

1. Role Peran : Konflik Peran

Menurut Ny. S “Dia magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja melayani tamu, menemani minum. Setiap
hari dia disuruh memakai pakaian seminim mungkin dan dipajang di ruang kaca. Bisa saya katakan separuh telanjang,”
2. Identity/ Identitas Diri : Merasa Terkekang dan Kurang Mampu menentukan Pilihan.

Menurut Ny. S “Mereka membuat perempuan menjadi binatang. Menjerat dengan hutang yang jelas-jelas tidak akan sanggup mereka
bayar. Ada ibu-ibu yang sama sekali tidak bisa meninggalkan tempat itu karena hutang banyak, anak banyak dan tidak jelas siapa saja
bapaknya.”
Masalah Keperawatan : Resiko Harga Diri Rendah
IX. POLA PERAN DAN HUBUNGAN
Pekerjaan : SPG
X. POLA SEKSUALITAS/ REPRODUKSI
(Tidak Terdapat dalam Kasus)
XI. POLA KOPING/TOLERANSI STRESS
(Tidak Terdapat dalam Kasus)

XII. POLA NILAI / KEPERCAYAAN


(Tidak Terdapat dalam Kasus)
XIII. PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System)

(Tidak Terdapat dalam Kasus)


XIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

(Tidak Terdapat dalam Kasus)


XV. TERAPI
(Tidak Terdapat dalam Kasus)

Padang , ……………….
Mahasiswa

(……………………….)

ANALISA DATA
Nama Klien : Nn. B
Umur : Lahir Tahun 1995
Ruangan/ Kamar :
No. RM :
No. Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)
1. Objektif Perubahan Proses
Keluarga
1. Menurut Ny. S “Anak
saya mungkin frustasi
Frustasi
dan tidak tahan kondisi
Perubahan Proses
keluarga kami,”
Tidak Tahan Kondisi Keluarga
2. Menurut Ny.S “Keluarga
Keluarga
kami broken home.
Anak- anak melihat
Broken Home
orangtua tidak akur.
Mungkin itu yang
Orang Tua Tidak Akur
menyebabkan dia
memutuskan pergi,”
2. Objektif
Resiko HDR
1. Menurut Ny. S “Dia
magang untuk 3 bulan
Kerja Melayani Tamu
baru boleh dibawa keluar.
Pria Resiko Harga Diri
Selama itu dia kerja
Rendah
melayani tamu,
Memakai Pakaian
menemani minum. Setiap
Minim
hari dia disuruh memakai
pakaian seminim
Pekerjaan SPG
mungkin dan dipajang di
ruang kaca. Bisa saya

katakan separuh
telanjang,”
2. Menurut Ny. S “Mereka
membuat perempuan
menjadi binatang.
Menjerat dengan hutang
yang jelas-jelas tidak
akan
sanggup mereka bayar

PRIORITAS MASALAH

Nama Klien : Nn. B


Umur : Lahir Tahun 1995
Ruangan/ Kamar :
No. RM :
No. Tanggal
Masalah Keperawatan Paraf
Ditemukan Teratasi
1. Proses Perubahan Keluarga
2. Resiko Harga Diri Rendah
3.1 Intervensi Keperawatan
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1. Proses Perubahan Pasien dan Keluarga Setelah…..Pertemuan pasien 1. Pengkajian
Keluarga mampu: mampu: a. Kaji Interaksi antara pasien
1. Memahami perubahan 1. Mengidentifikasi Pola dan keluarga, waspada
dalam peran keluarga Koping terhadap potensi perilaku
2. Berpartisipasi dalam proses merusak
membuat keputusan tentang b. Kaji Keterbatasan anak,
perawatan setelah rawat inap dengan demikian dapat
3. Berfungsi untuk saling mengakomodasi anak untuk
memberikan dukungan berpartisipasi dalam
kepada setiap anggota aktivitas sehari-hari
keluarga 2. Intervensi Umum
4. Mengidentifikasi cara untuk a. Bina Hubungan Saling
berkoping lebih efektif Percaya
b. Beri Kesempatan kepada
Keluarga sebagai Individu
dan Sebagai Kelompok
untuk saling berbagi tentang
perasaan yang mereka
pendam
c. Tekankan bahwa anggota
keluarga tidak bertanggung
jawab atas kebiasaan mabuk
anggota keluarga lainnya.
d. Gali keyakinan keluarga
tentang situasi yang mereka
hadapi dan tujuan mereka.
e. Bicarakan tentang metode
tak efektif yang digunakan
keluarga
f. Bantu keluarga memahami
efek dari upaya mereka
mengontrol kebiasaan
mabuk
g. Tekankan bahwa membantu
pencandu alcohol berarti
pertama- tama harus
membantu diri mereka
sendiri
h. Bicarakan dengan keluarga
bahwa, selama masa
pemulihan, dinamika
keluarga mereka akan
berubah drastic.
i. Bicarakan tentang
kemungkingan kambuh dan
factor penunjang
j. Bila terdapat diagnosis
keperawatan individu atau
keluarga tambahan, lihat
tindak penganiyaan anak
atau tindak kekerasan dalam
rumah tangga dibawah
diagnosis ketidakmampuan
koping keluarga
k. Lakukan penyuluhan
kesehatan mengenai sumber
daya komunitas dan lakukan
perujukan sesuai indikasi.
3. Promosi Integritas Keluarga
l. Kaji Perasaan Bersalah
yang mungkin dialami
keluarga
m. Kaji jenis hubungan
keluarga
n. Pantau hubungan keluarga
saat ini
o. Kaji pemahaman keluarga
tentang penyebab penyakit
p. Identifikasi Prioritas yang
bertentangan diantara
anggota keluarga
4. Penyuluhan untuk Pasien/
Keluarga
a. Ajari keterampilan merawat
pasien yang diperlukan oleh
keluarga (misalnya,
manajemen waktu,
pengobatan)
b. Ajari keluarga perlunya
kerjasama dengan system
sekolah untuk menjamin
akses kesempatan
pendidikan yang sesuai
untuk penderita penyakit
kronis atau anak cacat.
5. Aktivitas Kolaboratif
a. Pelopori konferensi
multidisiplin perawatan
pasien, dengan melibatkan
pasien/ keluarga dalam
menyelesaikan masalah dan
fasilitasi komunikasi
b. Berikan perawatan
berkelanjutan dengan
mempertahankan
komunikasi yang efektif
antara anggota staf mrlalui
catatan keperawatan dan
rencana perawatan
c. Anjurkan pelayanan
konsultasi social untuk
membantu keluarga
menentukan kebutuhan
pascahospitalisasi dan
identifikasi sumber
dukungan di komunitas.
d. Promosi Integrasi keluarga
(NIC), rujuk untuk terapi
keluarga sesuai indikasi.

2. Gangguan konsep diri: Pasien mampu: Setelah…..pertemuan klien SP.1 (Tgl…............................)


harga diri rendah mampu:  Identifikasi kemampuan positif
 Mengidentifikasi
 Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
kemampuan dan aspek
aspek positif yang dimiliki - Diskusikan bahwa pasien
posiif yang dimiliki
 Memiliki kemampuan yang masih memiliki sejumlah
 Menilai kemampuan
dapat digunakan. Memilih kemampuan dari aspek
yang dapat
kegiatan sesuai kemampuan positif seperti kegiatan
digunakan
 Melakukan kegiatan yang pasien di rumah adanya
 Menetapkan/memilih sudah dipilih. keluarga dan lingkungan
kegiatan yang sesuai  Merencanakan kegiatan yang terdekat pasien.
dengan kemampuan sudah dilatih.
 Melatih kegiatan yang - Beri pujian yang realistis
sudah dipilih, sesuai dan hindarkan setiap kali
kemampuan bertemu dengan pasien
 Merencanakan penilaian yang negative.
kegiatan yang sudah  Nilai kemampuan yang dapat
dilatihnya dilakukan saat ini
- Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih
digunakan saat ini
- Bantu pasien
menyebutkannya dan
memberi penguatan
terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien
- Perlihatkan respon yang
kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif
 Pilih kemampuan yang akan
dilatih
- Diskusikan dengan pasien
beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari
- Bantu pasien menetapkan
aktivitas mana yang dapat
pasien lakukan secara
mandiri
▪ Aktivitas yang
memerlukan bantuan
minimal dari keluarga
▪ Aktivitas apa saja yang
perlu bantuan penuh dari
keluarga atau
lingkungan terdekat
pasien
▪ Beri contoh pelaksanaan
aktivitas yang dapat
dilakukan pasien
▪ Susun bersama pasien
aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien
 Nilai kemampuan pertama
yang telah dipilih
- Diskusikan dengan pasien
untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih
pasien) yang akan dilatihkan
- Bersama pasien dan
keluarga memeperagakan
beberapa kegiatan yang akan
dilakukan pasien.
- Berikan dukungan dan
pujian yang nyata sesuai
kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
 Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
- Beri kesempatan pada
pasien untuk mencoba
kegiatan
- Beri pujian atas
aktivitas/kegiatan yang
dapat dilakukan pasien
setiap hari
- Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi dan setiap
perubahan
- Susun daftar aktivitas yang
sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga
- Berikan kesempatan
mengungkapkan
perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan pasien
SP.2
(Tgl…........................................)

 Evaluasi kegiatan yang lalu


(SP1)
 Pilih kemampuan kedua yang
dapat dilakukan
 Latih kemampuan yang dipilih

 Masukan dalam jadwal


kegiatan pasien

SP.3 (Tgl…....................................)

 Evaluasi kegiatan yang lalu


(SP.1 dan 2)

 Memilih kemampuan ketiga


yang dapat dilakukan
 Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Keluarga mampu: Setelah……pertemuan keluarga SP.1 (Tgl….............................)
Merawat pasien dengan mampu:
harga diri rendah di rumah  Identifikasi masalah yang
 Mengidentifikasi kemampuan
dan menjadi system dirasakan dalam merawat
pendukung yang efektif yang dimiliki pasien
pasien
bagi pasien  Menyediakan fasilitas untuk
 Jelaskan proses terjadinya
pasien melakukan kegiatan
HDR
 Mendorong pasien
melakukan kegiatan  Jelaskan tentang cara merawat
 Memuji pasien saat pasien pasien
dapat melakukan kegiatan
 Main peran dalam merawat
 Membantu melatih pasien
pasien HDR
 Membantu menyusun jadwal
kegiatan pasien  Susun RTL keluarga/jadwal
 Membantu perkembangan keluarga untuk merawat pasien
pasien
SP.2 (Tgl…............................)

Evaluasi kemampuan SP.1

 Latih keluarga langsung ke


pasien

 Menyusun RTL
keluarga/jadwal keluarga untuk
merawat pasien

SP. 3 (Tgl…...............................)

▪ Evaluasi Kemampuan Keluarga


▪ Evaluasi Kemampuan Pasien
▪ RTL Keluarga
- Follow Up
- Rujukan
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Trafficking adalah perdagangan manusia, lebih khususnya perdangan perempuan dan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku
perdagangan manusia ‘trafficker’ dengan cara mengendalikan korban dalam bentuk paksaan, penggunaan kekerasan, penculikan, tipu
daya, penipuan ataupun penyalahgunaan kekuasaan atau kedudukan.

Jenis-jenis trafficking ini meliputi perkawinan transinternasional, eksploitasi seksual phedopilia, pembantu rumah tangga dalam
kondisi buruk, dan penari erotis. Faktor penyebab utama terjadinya tindakan trafficking ini adalah karena kemiskinan dan beberapa
diantaranya adalah, karena tingkat pendidikan yang rendah, penganiyaan terhadap perempuan, perkawinan usia muda, dan kondisi
sosial budaya masyarakat yang patriarkhis. Dampak yang bisa ditimbulkan dari trafficking ini adalah kecemasan, stress, dan
ketidakberdayaan.

4.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13. Jakarta: EGC

Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Syafaat, Rachmad. 2002. Dagang Manusia-Kajian Trafficking Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Timur. Yogyakarta: Lappera
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai