Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

”Program Pembinaan Kesehatan Komunitas”

DOSEN PEMBIMBING : WISNATUL IZZATI, S.ST., M.Kes

OLEH : KELOMPOK 4

Absya Khoiry Sarah Lubis Putri Ramadhani

Afifah Khairatunnisa Ripa Aulia

Anggun Ruht Diana Putri Wanda Fitria

Erin Sukma Melati Zilla Zayshinta

Febrisa

Program Studi S1 Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes)
Yarsi Sumbar Bukittinggi

Tahun ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas dengan judul Program Pembinaan Kesehatan
Komunitas. Disamping itu, kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, kami memahami jika naskah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka dari itu
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu yang akan
datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan masalah……….……………………………………..…..1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Program Pembinaan Gizi Masyarakat..............................................3


B. Program Pembinaan kesehatan posyandu lansia..............................8
C. Program Pembinaan kesehatan posyandu PTM.............................11
D. Program Pengembangan Kota Sehat..............................................13
E. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga................14
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................19
B. Saran...............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program Pembinaan Kesehatan Komunitas adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif
dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan
kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah
menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan
tokoh – tokoh masyarakat serta LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat(James A.
Christenson & Jerry W. Robinson, 1989).

Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan merata untuk seluruh masyarakat
merupakan keinginan yang menjadi landasan pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia.

Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui relatif
berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah menyentuh
sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum
dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya
tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.

Berdasarkan penjelasan di atas sangat diperlukan upaya agar masalah kesehatan di masa depan
dapat ditanggulangi sehingga mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang diinginkan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Program Pembinaan Gizi Masyarakat ?
2. Bagaimana Program Pembinaan kesehatan posyandu lansia?
3. Bagaimana Program Pembinaan kesehatan posyandu PTM ?
4. Bagaimana Program Pengembangan Kota Sehat ?
5. Bagaimana Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga ?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Program Pembinaan Gizi Masyarakat
2. Untuk mengetahui Program Pembinaan kesehatan posyandu lansia
3. Untuk mengetahui Program Pembinaan kesehatan posyandu PTM
4. Untuk mengetahui Program Pengembangan Kota Sehat
5. Untuk mengetahui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Program Pembinaan Gizi Masyarakat


1. Pengertian
Gizi kesehatan masyarakat adalah kesehatan gizi yang mengacu pada cabang
populasi terfokus kesehatan masyarakat yang memantau diet, status gizi dan kesehatan,
dan program pangan dan gizi, dan memberikan peran kepemimpinan dalam menerapkan
publik kesehatan prinsip-prinsip untuk kegiatan yang mengarah pada promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit melalui pengembangan kebijakan dan perubahan lingkungan.
Program pembinaan kesehatan komunitas adalah untuk membimbing masyarakat
untuk lebih mandiri dalam bidang kesehatan,
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian
masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan
masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya
kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di lingkungannya(Mardikanto, 2014).
2. Program Pembinaan Gizi Masyarakat
a. Edukasi Gizi
1) Tujuan: mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
mengacu padaPedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan
risiko/masalah gizi.
2) Sasaran: kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
3) Lokasi: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan Keagamaan,
KelasIbu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan
siatuasidan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluhan di
puskesmas misalnyatenaga promosi kesehatan.Pelaksanaan edukasi gizi
dilakukan dengan:
a) Merencanakan kegiatan edukasi diwilayah kerja Puskesmas

3
b) Membuat jadwal kegiatan
c)  Merencanakan dan membuat materi edukasi yang akan
disampaikan olehmasyarakat termasuk pre test dan post test
d) Menyajikan materi edukasi kepada masyarakat
e) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu
melakukan pendididkangizi di Posyandu dan msyarakat
luas
f) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM,
Institusi pendidikan,peretemuan keagaaman dan
pertemuan- pertemuan lainnya.
g) Melakukan diskusi/tanya jawab dengan pesert
h) Melakukan evaluasi hasil pre test dan post test
i) Menyusun laporan hasil kegiatan pelaksanaan dan pendidikan
gizi diwilayahkerja puskesmas.
b. Konseling Asi Ekslusif
1) a. Tujuan: meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga
sehingga bayibaru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
meneruskan ASIEksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Sejak usia 6 bulan
disamping meneruskan ASI mulai diperkenalkan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI), selanjutnya tetapmeneruskan ASI dan MP-ASI sesuai
kelompok usia sampai usia 24 bulan.
2) Sasaran: ibu hamil dan keluarga/ibu yang mempunyai anak usia 0-24 bulan.
c. Konseling Gizi melalui Pos pembinaan Terpadu Penyakit tidak menular
1) Tujuan: mencegah dan mengendalikan factor risiko PTM berbasis masyarakat
sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan masyrakat agar masyarakat dapat
mawas diri (awareness) terhadap factor risiko PTM.
2) Sasaran: masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia > 15 tahun.
3) Konseling gizi dilakukan dengan tahapan :
a) Menyiapkanmateri konseling gizi yang akan disampaikan kepada
masyarakat seputar Penyakit Tidak Menular (seperti diet untuk
penyakit yang tergolong PTM)

4
b) Menyediakan media yang akan digunakan saat konseling gizi
c) Menyediakan form atau catatan asuhan gizi pasien
d) Mengisi form atau catatan asuhan gizi pasien
e) Melakukan konseling gizi sesuai dengan materi atau topik
permasalahan pasien dengan menggunakan alat bantu media
penyuluhan
f) Membuka sesi diskusi/tanya jawab untuk pasien
g) Pasien diminta untuk mengulangi inti materi yang disampaikan oleh
Ahli gizi sebagai bahan untuk mengevaluasi pengetahuan dan
pemahaman pasien seputar diet yang akan dijalankan
h) Membuat evaluasi hasil kegiatan
i) Membuat laporan hasil kegiatan
4) Target dari kegiatan konseling gizi : dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM dengan
menerapkan Diet terkait penyakit PTM yang diderita sehingga dapat merubah
sikap dan perilaku (pola makan) agar sesuai dengan diet yang harus dijalani
sehingga dapat mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan
menjadi lebih baik dan mencegah adanya komplikasi penyakit lainnya.
d. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
Pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang dilakukan masyarakat
untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi dengan dibantuoleh tenaga gizi
puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.Pendirian PGBM tergantung kepada besaran
masalah gizi di daerah.Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk kepada besaran
masalah gizi di daerah.Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk buku pedoman
pelayanan gizi buruk Kementerian Kesehatan 2011.
1) Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan status gizi balita
2) Sasaran kegiatan ini adalah balita BGM dan balita gizi buruk tanpa
komplikasi
3) Target dalam kegiatan Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat adalah Semua
Balita Gizi Buruk mendapatkan penanganan dan perawatan melalui program

5
Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat sehingga dapat meningkatkan kondisi
kesehatan dan status gizi balita.
e. Surveilans Gizi
Kegiatan surveilens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang
dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala
Puskesmas serta lintas program dan lintas sector terkait di tingkat
kecamatan.Informasi dari kegiatan surveilens gizi dimanfaatkan untuk melakukan
tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang.Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan
surveilens gizi bisa menggunakan buku surveilens gizi, Kemeterian Kesehatan RI,
2014.
1) Tujuan
a) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus untuk mengetahui
masalah gizi dan perkembangan di masyarakat
b) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab masalah gizi dan factor terkait
c) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah
d) Menyedikan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan
(bentuk, sasaran, dan tempat)
2) Lingkup data surveilens gizi antara lain :
a) Data status gizi
b) Data konsumsi makanan
c) Data cakupan program gizi
3) Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.
4) Dalam pelaksanaan surveilens gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi
dengan tenaga surveilens di Puskesmas melakukan kegiatan antara lain :
a) Merencanakan surveilens mulai dari lokasi, metode, cara melakukan,
dan penggunaan data

6
b) Melakukan surveilens gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah
data, menghasilkan data, menganalisa data, melaksanakan diseminasi
informasi
c) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi
di posyandu
d) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
e) Membuat laporan surveilens gizi
5) Contoh kegiatan dalam surveilens gizi antara lain :
a) Pemantauan Status Gizi (PSG)
i. Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan
perencanaan
ii. Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita,
anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui,
pekerja serta lansia)
b) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
i. Tujuan : tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat
dan akurat sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk
pencegahan dan penanggulangan masalah gizi, selain itu bertujuan
untuk memantau situasi pangan dan gizi antar desa atau kelurahan
dalam 1 kecamatan
ii. Sasaran : lintas program dan lintas sectoral di tingkat kecamatan
di wilayah kerja Puskesmas.
c) System kewaspadaan Dini – Kejadian Luar Biasa/SKD KLB Gizi
Buruk
i. Tujuan : mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu
ii. Sasaran : balita dan keluarga, posyandu
d) Pemantauan Konsumsi garam beryodium di rumah tangga
i. Memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam
beryodium yang memenuhi syarat di masyarakat. Dilaksanakan
setiap satu tahun sekali

7
ii. Sasarannya adalah ibu rumah tangga
Hasil kegiatan surveilans gizi akan digunakan untuk merencanakan kegiatan
Program UKM pada periode selanjutnya.

B. Program Pembinaan kesehatan posyandu lansia


1. Pengertian
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh
dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di
Puskesmas- Puskesmas ataupun Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya.
Tekhnologi tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah tekhnologi yang
mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang didukung oleh sumber daya yang tersedia
di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima oleh masyarakat sesuai dengan azas
manfaat. Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah peran serta
masyarakat baik sebagai pemberi peJayanan kesehatan maupun penerima pelayanan yang
berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam pemecahanmasalah usia lanjut setempat
dan dalam bentuk pelaksanan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia lanjut
setempat.
2. Tujuan Dan Sasaran Pembinaan :
a. Tujuan Umum
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan
keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya.
2) Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk
keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.
3) Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.
4) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
c. Sasaran pembinaan Secara Langsung

8
1) Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam virilitas
dalam keluarga maupun masyarakat luas.
2) Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun ) dalam
keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarajat umumnya.
3) Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan usia lanjut
dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup sendiri, terpencil, hidup
dalam panti, penderita penyakit berat, cacat dan lain-lain.
d. Sasaran Pembinaan Tidak Langsung
1) Keluarga dimana usia lanjut berada.
2) Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
3) Masyarakat luas.

3. Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia Lanjut Pelayanan usia
lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka
tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun
masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan
masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program
pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :
1) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan
kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan
kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
2) Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
3) Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
4) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa
5) Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya
secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya

9
6) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok
sosial.
7) Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok,
alkhohol,kopi , kelelahan fisik dan mental.
8) Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar

b. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya


penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara
dini penyakit-penyakit usia lanjut
2) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
3) Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata,
alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan
tetap merasa berguna
4) Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan pada usia lanjut.
5) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
c. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
1) Pelayanan kesehatan dasar
2) Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
d. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
1) Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan
berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut
dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan
kemampuan. .
2) Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
penderita

10
3) Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam
maupun diluar rumah.
4) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
5) Perawatan fisio terapi.

C. Program Pembinaan kesehatan posyandu PTM


1. Pengertian
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi
dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,
dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi
minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres,
hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko
yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit
jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
2. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor
risiko PTM.
b. Sasaran
Kegiatan Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang
PTM berusia 15 tahun ke atas.
3. Bentuk Kegiatan
Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:
a. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang
riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan
sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta
informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan
dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan
berkala sebulan sekali.

11
b. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar
perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan
sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk
anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan
atas.
c. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi
yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru
dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter
pada anak dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.
d. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3
tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang
diabetes melitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan
lainnya).
e. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan
5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai fa k tor risi ko PTM 6 bul an seka l i
dan penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali.
Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang ada di lingkungan kelompok masyarakat tersebut.
f. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya
minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif
dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh
bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih
di Puskesmas
g. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok
pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).

12
h. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu
PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat
bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
i. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan
jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.
j. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan
pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam
penanganan pra-rujukan.

D. Program Pengembangan Kota Sehat


Kota sehat adalah suatu kondisi dari suatu wilayah yang bersih, nyaman, aman dan
sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi ekonomi masyarakat yang
saling mendukung melalui koordinasi forum kecamatan dan difasilitasi oleh sector terkait
dan sinkron dengan perencanaan masing – masing desa.
1. Program dalam Pengembangan Kota Sehat :
a. Program greenschool atau sekolah hijau merupakan pengembangan dari program kota
sehat dengan melibatkan dinas pendidikanyang berupa pengmbangan kurikulum dan
pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan sekolah.
Selain itu Dinkes kota salati juga bekerjasama dengan Dinas Pengelola Lingkungan
Hidup (DPLH) melakukan pembagian tanaman keras dan program pelestarian
tanaman langka, deprogram ini juga ditambahkan larangan merokok.
b. Program pengendalian merokok ditempat kerja yang telah dilakukan sosialisasi
program dengan lintas sector, perusahaan swasta, kelurahan dan kecamatan, di pindok
pesantren dan surat edaran SKPD tentang pengendalian merokok.
c. Program keluarga mandiri kelola sampah merupakan program unggulan yang sudah
disosialisasikan sampai tingkat RT/RW, program ini juga membuat tempat
percontohan pengelolaan sampah rumah tangga, dan bekerjasama dengan kantor
lingkungan hidupmeberikan stimulant berupa tempat sampah dan grobag sampah.
d. Program konservasi air dan penghijauan. Melalui program ini melakukan kegiatan
penanaman pohon di, seminar air dan urbanisasi, sepeda sehat kampanye Go Green,
uji kemurnian air minum dalam kemasan yang dikonsumsi masyarakat serta

13
penandatanganan perjanjian kesepahaman kerjasama dalam pemeliharaan lingkungan
hidup, penanaman pohon.
e. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan sosialisasi di
masyarakat sampai ketingkat RT/RW, kegiatan PSN bersama, dan penandatanganan
perjanjian kesepahaman  kerjasama  untuk mewujudkan kota salatiga bebas jentik.

E. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga


1. Pengertian
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) merupakan salah
satu cara puskesmas untuk meningkatkan akses jangkauan sasaran dan mendekatkan atau
meningkatkan akses pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya dengan mendatangi
keluarga.
Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan
pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut.
a. Kunjungan keluarga untuk penda- taan/pengumpulan data Profil Kese- hatan
Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
b. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan
preventif.
c. Kunjungan keluarga untuk menidak- lanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.
d. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk peng
organisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.

2. Sasaran
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran
ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu:
a. meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,
b. meningkatnya pengendalian penyakit

14
c. meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
d. meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan
e. terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta
f. meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

3. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat :


Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek
dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu
keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah
penanda atau indikator.
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12
indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator
utama tersebut adalah sebagai berikut.
a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
d. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat


(IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan
kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.

15
Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau
dikembangkan, yaitu: Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga , Forum komunikasi
yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga, Keterlibatan tenaga dari masyarakat
sebagai mitra Puskesmas.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.

a. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder,


yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data
individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/
ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu
anggota keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap
penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya
(merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian
ASI eksklusif, dan lain-lain).
b. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet,
buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah
kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan
untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita
untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka
yang menderita hipertensi, dan lain-lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa
forum-forum berikut.

a. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.


b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK.
c. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain).
d. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa,
selapanan, dan lain-lain.

16
Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan
dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut

a. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader


Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.
b. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus
Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat Yang dimaksud satu keluarga adalah satu
kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu
Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain,
maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan
bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator.

Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12


indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator
utama tersebut adalah sebagai berikut.

a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
d. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

17
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat
(IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan
kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar pustaka

18
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta.

https://www.botodayaan-rongkop.desa.id/first/artikel/149-PEMBINAAN-KESEHATAN-LANSIA

http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Petunjuk-Teknis-Pos-Pembinaan-Terpadu-Penyakit-Tidak-
Menular-POSBINDU-PTM.pdf

https://www.kemkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-sehat-dengan-pendekatan-
keluarga.html#:~:text=Keluarga%20mengikuti%20program%20Keluarga%20Berencana%20(KB)%20Ibu
%20melakukan%20persalinan%20di,sesuai%20standar%20Penderita%20hipertensi%20melakukan

https://id.scribd.com/document/434134585/Makalah-Program-Pembinaan-Kesehatan-
Komunitas#:~:text=Program%20Pembinaan%20Kesehatan%20Komunitas%20adalah%20segala
%20upaya%20fasilitas&text=tokoh%20masyarakat%20serta%20LSM%20yang,W.%20Robinson
%2C%201989).

19

Anda mungkin juga menyukai