OLEH : KELOMPOK 4
Febrisa
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas dengan judul Program Pembinaan Kesehatan
Komunitas. Disamping itu, kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, kami memahami jika naskah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka dari itu
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu yang akan
datang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan masalah……….……………………………………..…..1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.....................................................................................19
B. Saran...............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program Pembinaan Kesehatan Komunitas adalah segala upaya fasilitas yang bersifat persuasif
dan melalui pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan
kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah
menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan
tokoh – tokoh masyarakat serta LSM yang masih ada dan hidup di masyarakat(James A.
Christenson & Jerry W. Robinson, 1989).
Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan merata untuk seluruh masyarakat
merupakan keinginan yang menjadi landasan pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui relatif
berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah menyentuh
sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum
dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya
tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.
Berdasarkan penjelasan di atas sangat diperlukan upaya agar masalah kesehatan di masa depan
dapat ditanggulangi sehingga mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang diinginkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Program Pembinaan Gizi Masyarakat ?
2. Bagaimana Program Pembinaan kesehatan posyandu lansia?
3. Bagaimana Program Pembinaan kesehatan posyandu PTM ?
4. Bagaimana Program Pengembangan Kota Sehat ?
5. Bagaimana Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga ?
1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Program Pembinaan Gizi Masyarakat
2. Untuk mengetahui Program Pembinaan kesehatan posyandu lansia
3. Untuk mengetahui Program Pembinaan kesehatan posyandu PTM
4. Untuk mengetahui Program Pengembangan Kota Sehat
5. Untuk mengetahui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b) Membuat jadwal kegiatan
c) Merencanakan dan membuat materi edukasi yang akan
disampaikan olehmasyarakat termasuk pre test dan post test
d) Menyajikan materi edukasi kepada masyarakat
e) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu
melakukan pendididkangizi di Posyandu dan msyarakat
luas
f) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM,
Institusi pendidikan,peretemuan keagaaman dan
pertemuan- pertemuan lainnya.
g) Melakukan diskusi/tanya jawab dengan pesert
h) Melakukan evaluasi hasil pre test dan post test
i) Menyusun laporan hasil kegiatan pelaksanaan dan pendidikan
gizi diwilayahkerja puskesmas.
b. Konseling Asi Ekslusif
1) a. Tujuan: meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga
sehingga bayibaru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
meneruskan ASIEksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Sejak usia 6 bulan
disamping meneruskan ASI mulai diperkenalkan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI), selanjutnya tetapmeneruskan ASI dan MP-ASI sesuai
kelompok usia sampai usia 24 bulan.
2) Sasaran: ibu hamil dan keluarga/ibu yang mempunyai anak usia 0-24 bulan.
c. Konseling Gizi melalui Pos pembinaan Terpadu Penyakit tidak menular
1) Tujuan: mencegah dan mengendalikan factor risiko PTM berbasis masyarakat
sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan masyrakat agar masyarakat dapat
mawas diri (awareness) terhadap factor risiko PTM.
2) Sasaran: masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia > 15 tahun.
3) Konseling gizi dilakukan dengan tahapan :
a) Menyiapkanmateri konseling gizi yang akan disampaikan kepada
masyarakat seputar Penyakit Tidak Menular (seperti diet untuk
penyakit yang tergolong PTM)
4
b) Menyediakan media yang akan digunakan saat konseling gizi
c) Menyediakan form atau catatan asuhan gizi pasien
d) Mengisi form atau catatan asuhan gizi pasien
e) Melakukan konseling gizi sesuai dengan materi atau topik
permasalahan pasien dengan menggunakan alat bantu media
penyuluhan
f) Membuka sesi diskusi/tanya jawab untuk pasien
g) Pasien diminta untuk mengulangi inti materi yang disampaikan oleh
Ahli gizi sebagai bahan untuk mengevaluasi pengetahuan dan
pemahaman pasien seputar diet yang akan dijalankan
h) Membuat evaluasi hasil kegiatan
i) Membuat laporan hasil kegiatan
4) Target dari kegiatan konseling gizi : dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM dengan
menerapkan Diet terkait penyakit PTM yang diderita sehingga dapat merubah
sikap dan perilaku (pola makan) agar sesuai dengan diet yang harus dijalani
sehingga dapat mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan
menjadi lebih baik dan mencegah adanya komplikasi penyakit lainnya.
d. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
Pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang dilakukan masyarakat
untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi dengan dibantuoleh tenaga gizi
puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.Pendirian PGBM tergantung kepada besaran
masalah gizi di daerah.Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk kepada besaran
masalah gizi di daerah.Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk buku pedoman
pelayanan gizi buruk Kementerian Kesehatan 2011.
1) Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan status gizi balita
2) Sasaran kegiatan ini adalah balita BGM dan balita gizi buruk tanpa
komplikasi
3) Target dalam kegiatan Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat adalah Semua
Balita Gizi Buruk mendapatkan penanganan dan perawatan melalui program
5
Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat sehingga dapat meningkatkan kondisi
kesehatan dan status gizi balita.
e. Surveilans Gizi
Kegiatan surveilens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang
dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala
Puskesmas serta lintas program dan lintas sector terkait di tingkat
kecamatan.Informasi dari kegiatan surveilens gizi dimanfaatkan untuk melakukan
tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang.Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan
surveilens gizi bisa menggunakan buku surveilens gizi, Kemeterian Kesehatan RI,
2014.
1) Tujuan
a) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus untuk mengetahui
masalah gizi dan perkembangan di masyarakat
b) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab masalah gizi dan factor terkait
c) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah
d) Menyedikan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan
(bentuk, sasaran, dan tempat)
2) Lingkup data surveilens gizi antara lain :
a) Data status gizi
b) Data konsumsi makanan
c) Data cakupan program gizi
3) Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.
4) Dalam pelaksanaan surveilens gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi
dengan tenaga surveilens di Puskesmas melakukan kegiatan antara lain :
a) Merencanakan surveilens mulai dari lokasi, metode, cara melakukan,
dan penggunaan data
6
b) Melakukan surveilens gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah
data, menghasilkan data, menganalisa data, melaksanakan diseminasi
informasi
c) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi
di posyandu
d) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
e) Membuat laporan surveilens gizi
5) Contoh kegiatan dalam surveilens gizi antara lain :
a) Pemantauan Status Gizi (PSG)
i. Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan
perencanaan
ii. Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita,
anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui,
pekerja serta lansia)
b) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
i. Tujuan : tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat
dan akurat sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk
pencegahan dan penanggulangan masalah gizi, selain itu bertujuan
untuk memantau situasi pangan dan gizi antar desa atau kelurahan
dalam 1 kecamatan
ii. Sasaran : lintas program dan lintas sectoral di tingkat kecamatan
di wilayah kerja Puskesmas.
c) System kewaspadaan Dini – Kejadian Luar Biasa/SKD KLB Gizi
Buruk
i. Tujuan : mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu
ii. Sasaran : balita dan keluarga, posyandu
d) Pemantauan Konsumsi garam beryodium di rumah tangga
i. Memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam
beryodium yang memenuhi syarat di masyarakat. Dilaksanakan
setiap satu tahun sekali
7
ii. Sasarannya adalah ibu rumah tangga
Hasil kegiatan surveilans gizi akan digunakan untuk merencanakan kegiatan
Program UKM pada periode selanjutnya.
8
1) Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam virilitas
dalam keluarga maupun masyarakat luas.
2) Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun ) dalam
keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarajat umumnya.
3) Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan usia lanjut
dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup sendiri, terpencil, hidup
dalam panti, penderita penyakit berat, cacat dan lain-lain.
d. Sasaran Pembinaan Tidak Langsung
1) Keluarga dimana usia lanjut berada.
2) Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
3) Masyarakat luas.
3. Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia Lanjut Pelayanan usia
lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka
tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun
masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan
masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program
pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :
1) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan
kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan
kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
2) Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
3) Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
4) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa
5) Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya
secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya
9
6) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok
sosial.
7) Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok,
alkhohol,kopi , kelelahan fisik dan mental.
8) Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar
10
3) Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam
maupun diluar rumah.
4) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
5) Perawatan fisio terapi.
11
b. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar
perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan
sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk
anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan
atas.
c. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi
yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru
dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter
pada anak dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.
d. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3
tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang
diabetes melitus paling sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan
lainnya).
e. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan
5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai fa k tor risi ko PTM 6 bul an seka l i
dan penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali.
Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang ada di lingkungan kelompok masyarakat tersebut.
f. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya
minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif
dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh
bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih
di Puskesmas
g. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok
pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
12
h. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu
PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat
bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
i. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan
jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.
j. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan
pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam
penanganan pra-rujukan.
13
penandatanganan perjanjian kesepahaman kerjasama dalam pemeliharaan lingkungan
hidup, penanaman pohon.
e. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan sosialisasi di
masyarakat sampai ketingkat RT/RW, kegiatan PSN bersama, dan penandatanganan
perjanjian kesepahaman kerjasama untuk mewujudkan kota salatiga bebas jentik.
2. Sasaran
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran
ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu:
a. meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,
b. meningkatnya pengendalian penyakit
14
c. meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
d. meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan
e. terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta
f. meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.
15
Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau
dikembangkan, yaitu: Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga , Forum komunikasi
yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga, Keterlibatan tenaga dari masyarakat
sebagai mitra Puskesmas.
Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa
forum-forum berikut.
16
Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan
dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut
Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat Yang dimaksud satu keluarga adalah satu
kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu
Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain,
maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan
bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator.
17
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat
(IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan
kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
18
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta.
https://www.botodayaan-rongkop.desa.id/first/artikel/149-PEMBINAAN-KESEHATAN-LANSIA
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Petunjuk-Teknis-Pos-Pembinaan-Terpadu-Penyakit-Tidak-
Menular-POSBINDU-PTM.pdf
https://www.kemkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-sehat-dengan-pendekatan-
keluarga.html#:~:text=Keluarga%20mengikuti%20program%20Keluarga%20Berencana%20(KB)%20Ibu
%20melakukan%20persalinan%20di,sesuai%20standar%20Penderita%20hipertensi%20melakukan
https://id.scribd.com/document/434134585/Makalah-Program-Pembinaan-Kesehatan-
Komunitas#:~:text=Program%20Pembinaan%20Kesehatan%20Komunitas%20adalah%20segala
%20upaya%20fasilitas&text=tokoh%20masyarakat%20serta%20LSM%20yang,W.%20Robinson
%2C%201989).
19