Anda di halaman 1dari 42

Gizi Masyarakat

a. Definisi
Gizi berperan penting dalam kehidupan dalam kehidupan manusia. Tanpa
gizi yang bauk kita tidak bisa menjalani hidup dengan baik. Maka dari itu gizi
merupakan ilmu yang mempelajari status konsumsi pangan serta status gizi
masyarakat dan bukan perorangan. Bagian yang paling banyak dipelajari
adalah faktor- faktor yang mempengaruhi keadaan konsumsi dan status gizi
masyarakat.

b. Ruang Lingkup Kegiatan


1. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
2. Pencatatan dan Pelaporan
3. Monitoring dan Evaluasi

c. Pelayanan Gizi di Luar Gedung


Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan kearah promotif dan
preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

1. Edukasi Gizi
a. Tujuan: mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan
risiko/masalah gizi.
b. Sasaran: kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
c. Lokasi: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan
Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK),
dll.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan
siatuasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluhan di
puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan.Pelaksanaan edukasi
gizi dilakukan dengan :
1) Merencanakan kegiatan edukasi diwilayah kerja Puskesmas
2) Membuat jadwal kegiatan
3) Merencanakan dan membuat materi edukasi yang akan
disampaikan oleh masyarakat termasuk pre test dan post test
4) Menyajikan materi edukasi kepada masyarakat
5) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan
pendididkan gizi di Posyandu dan msyarakat luas
6) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, Institusi
pendidikan, peretemuan keagaaman dan pertemuan-pertemuan
lainnya.
7) Melakukan diskusi/tanya jawab dengan peserta
8) Melakukan evaluasi hasil pre test dan post test
9) Menyusun laporan hasil kegiatan pelaksanaan dan pendidikan gizi
diwilayah kerja puskesmas.
e. Target dari edukasi gizi : dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat seputar kesehatan terutama gizi sehingga dapat merubah
dan meningkatkan perilaku dan sikap masyarakat untuk hidup sehat
dan bersih berpedoman pada gizi seimbang.

2. Konseling ASI Eksklusif dan PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan


Anak)
a. Tujuan: meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga
sehingga bayi baru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan meneruskan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.
Sejak usia 6 bulan disamping meneruskan ASI mulai diperkenalkan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), selanjutnya tetap meneruskan
ASI dan MP-ASI sesuai kelompok usia sampai usia 24 bulan.
b. Sasaran: ibu hamil dan keluarga/ibu yang mempunyai anak usia 0-24
bulan.
c. Lokasi: Posyandu, Kelompok Pendukung Ibu (KP-Ibu), kelas balita
dan kelas ibu.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam konseling ini disesuaikan dengan
situasi dan kondisi. Pelaksanaan konseling ASI dan PMBA dilakukan
dengan :
1) Merencanakan kegiatan konseling ASI dan PMBA di wilayah
kerja suatu Puskesmas
2) Menyiapkan materi dan media konseling yang akan digunakan
3) Melakukan kunjungan ke Posyandu, KP-Ibu, Kelas Ibu dan Balita
4) Menyajikan materi yang sudah disiapkan
5) Melakukan pembinaan kepada tenaga kesehatan lain atau kader
yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas konseling ASI dan
PMBA.
6) Memberikan konseling kepada sasaran sesuai permasalahan
individualnya.
7) Materi konseling PMBA dapat dipadu padankan dengan
materi/topik Kelompok Pendukung Ibu (KP-Ibu) antara lain :
a) Makanan Sehat Selama Hamil (konsumsi suplemen zat besi
dan asam folat sebelum masa kehamilan)
b) Pemeriksaan kehamilan dan persalinan
c) Konsumsi suplemen zat besi dan asam folat sebelum masa
kehamilan
d) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e) Pemberian ASI secara ekslusif kepada bayi 0-6 bulan
f) Pemberian ASI untuk anak sampai usia 2 tahun atau lebih
g) PMBA untuk anak usia 6-24 bulan
h) Pemberian vitamin A pada ibu nifas dan pemberian imunisasi
lengkap
i) Penanganan diare pada bayi yang berusia 0-23 bulan dengan
oralit dan tablet Zinc
j) PHBS (mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan
makanana, sbelum makan dan sesudah buang air besar.
8) Petugas kesehatan melakukan diskusi dengan kader atau para ibu
9) Membuat laporan bulanan pelaksanaan konseling di wilayah kerja
Puskesmas
e. Target dari konseling ASI dan PMBA : dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat terutama para ibu mengenai ASI dan PMBA
sehingga dapat merubah dan meningkatkan perilaku dan sikap ibu
untuk memberikan ASI Ekslusif dan Pemberian Makanan Bayi dan
Anak yang sehat dan bergizi.

3. Konseling Gizi melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak


Menular (Posbindu PTM).
a. Tujuan: mencegah dan mengendalikan factor risiko PTM berbasis
masyarakat sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan masyrakat agar
masyarakat dapat mawas diri (awareness) terhadap factor risiko PTM.
b. Sasaran: masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia >
15 tahun.
c. Lokasi: Posbindu PTM, institusi pendidikan, di tempat tinggal dalam
wadah desa yang dilakukan minimal 1x dalam sebulan.
d. Peran tenaga gizi puskesmas Posbindu PTM adalah sebagai konselor
gizi terkait faktor resiko PTM yang ditemukan saat pemeriksaan
kesehatan oleh tenaga medis
e. Konseling gizi dilakukan dengan tahapan :
1) Menyiapkanmateri konseling gizi yang akan disampaikan kepada
masyarakat seputar Penyakit Tidak Menular (seperti diet untuk
penyakit yang tergolong PTM)
2) Menyediakan media yang akan digunakan saat konseling gizi
3) Menyediakan form atau catatan asuhan gizi pasien
4) Mengisi form atau catatan asuhan gizi pasien
5) Melakukan konseling gizi sesuai dengan materi atau topik
permasalahan pasien dengan menggunakan alat bantu media
penyuluhan
6) Membuka sesi diskusi/tanya jawab untuk pasien
7) Pasien diminta untuk mengulangi inti materi yang disampaikan
oleh Ahli gizi sebagai bahan untuk mengevaluasi pengetahuan dan
pemahaman pasien seputar diet yang akan dijalankan
8) Membuat evaluasi hasil kegiatan
9) Membuat laporan hasil kegiatan
f. Target dari kegiatan konseling gizi : dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM
dengan menerapkan Diet terkait penyakit PTM yang diderita sehingga
dapat merubah sikap dan perilaku (pola makan) agar sesuai dengan
diet yang harus dijalani sehingga dapat mempertahankan atau
meningkatkan kondisi kesehatan menjadi lebih baik dan mencegah
adanya komplikasi penyakit lainnya.

4. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu


a. Tujuan: untuk memantau status gizi balita menggunakan KMS atau
buku KIA.
b. Sasaran: kader Posyandu
c. Lokasi: Posyandu
d. Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan antara lain :
1) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja
puskesmas
2) Membuat jadwal kunjungan
3) Melakukan kunjungan ke Posyandu
4) Memantau pelaksanaan kegiatan Posyandu
5) Mengevaluasi atau mengkonfirmasikan hasil kegiatan pemantauan
pertumbuhan di Posyandu
6) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu dalam
melaksanakan pemantauan pertumbuhan, membina kader dalam
menyiapkan SKDN serta membina dalam pencatatan dan
pelaporan sehingga kader mampu untuk melakukan pemantauan
pertumbuhan di Posyandu dengan baik dan benar
7) Melakukan simulasi dalam pemantauan pertumbuhan balita seperti
cara menimbang yang baik dan benar, pengisian KMS dan
pencatatan pelaporan di Posyandu untuk meningkatkan wawasan
kader posyandu dalam melaksanakan kegiatan di Posyandu
8) Membuat RTL untuk kegiatan Posyandu selanjutnya
9) Menyusun laporan hasil kegiatan pemantauan pertumbuhan di
Posyandu
e. Target yang diinginkan adalah Semua Kader Posyandu dapat
melakukan kegiatan pemanataun pertumbuhan (status gizi) balita
dengan baik dan benar, mampu melakukan pencatatan dan pelporan
yang baik dan benar, dapat memberikan konseling dan penyuluhan
dini kepada masyarakat jika ditemukan masalah pertumbuhan pada
balita dan mampu melakukan inovasi-inovasi baru dalam kegiatan
posyandu.

5. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A


a. Tujuan: untuk meningkatan keberhasilan kegiatan pemberian
vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan kekurangan vitamin
A dapat berjalan dengan baik.
b. Sasaran: bayi, balita dan ibu nifas.
c. Lokasi: Posyandu.
d. Pelaksanaan pemberian Kapsul Vitamin A :
1) Data diperoleh dari angka proyeksi yang telah ditetapkan oleh
Dinas kesehatan
2) Membuat perencanaan pengadaan Kapsul Vitamin A
berdasarkan jumlah bayi dan balita serta Ibu Nifas dari angka
proyeksi di wilayah XXX
3) Pengadaan Kapsul Vitamin A 100.000 SI dan 200.000 SI
4) Kapsul Vitamin A didistribusikan ke Bidan kelurahan dan bidan
kelurahan dibantu oleh kader Posyandu memberikan kepada Ibu
Nifas (0-42hari) dan bayi-balita usia 6-59 bulan di posyandu
masing-masing dengan ketentuan:
a) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan
Agustus.
b) Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI
warna merah, diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan
Februari dan Agustus.
c) Bayi dan Balita Sakit: bayi usia 6-11 bulan dan balita usia
12-59 bulan yang sedang menderita ampak, diare, gizi
buruk, xeroftalmia diberikan vitamin A dengan dosis sesuai
umur.
d) Ibu Nifas (0-42 hari): pada ibu nifas diberikan 2 kapsul
merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul segera setelah melahirkan
dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.
5) Swipping Vitamin A dilakukan jika masih ditemukan bayi dan
balita yang belum mendapatkan Vitamin A yang dilakukan pada
bulan Maret dan September
6) Membuat Laporan hasil kegiatan pemberian kapsul vitamin A
7) Mengevaluasi hasil kegiatan pemberian kapsul vitamin A
e. Targetnya adalah semua bayi dan balita usia 6-59 bulan serta Ibu
Nifas (0-42 hari) di wilayah kecamatan XXX mendapatkan
Suplementasi Kapsul Vitamin A sehingga dapat mencegah terjadinya
Kekurangan Vitamin A (KVA).

6. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu


Hamil dan Ibu Nifas.
a. Tujuan: meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk
kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi, yaitu
ibu hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelasanaan
dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi
dapat berhasil.
b. Sasaran: ibu hamil dan ibu nifas.
c. Lokasi: tempat praktek bidan, Posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan dan pelaksanaan
manajemen pemberian TTD antara lain :
1) Merencanakan anggaran kebutuhan TTD untuk kelompok
sasaran selama 1 tahun
2) Pengadaan TTD
3) Mendistribusikan TTD ke bidan kelurahan dan bidan kelurahan
memberikan TTD kepada seluruh bumil dan bufas diwilayah kec.
XXXdengan ketentuan :
a) Pencegahan : 1 Tablet/hari sejak awal kehamilan dan
dilajutkan sampai
masa nifas
b) Pengobatan : 2 tablet perhari sampai kadar Hb normal yaitu
12 mmHg
4) Menyusun laporan hasil kegiatan pemberian TTD kepada bumil
dan bufas di wilayah kerja puskesmas
5) Mengevaluasi hasil kegiatan pemberian TTD kepada bumil
e. Target dalam kegiatan ini adalah : Semua ibu hamil dan ibu nifas di
wilyah kecamatan XXX mendapatkan suplementasi Tablet Tambah
Darah (TTD) sehingga dapat mencegah dan meminimalkan
terjadinya Anemia Gizi Besi pada kelompok rawan yaitu ibu hamil
dan ibu nifas.

7. Edukasi Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia


Subur
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program
pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran
b. Sasaran kegiatan ini adalah Remaja Puteri dan WUS
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
d. Fungsi tenaga Gizi Pusksesmas dalam pengolaan dan pelaksanaan
manajemen pemberian TTD antara lain :
1) Merencanakan anggaran kebutuhan TTD untuk kelompok
sasaran selama 1 tahun
2) Pengadaan TTD
3) Bekerjasama dengan pihak sekolah untuk pemberian TTD
remaja putri dan WUS
4) Memberikan pendidikan gizi agar remaja puteri dan WUS
mengkonsumsi TTD secara mandiri
5) Apabila disuatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka
tenaga gizi puskesmas merencanakan kebutuhan TTD untuk
remaja puteri dan WUS dan melakukan pemberian TTD kepada
kelompok sasaran
6) Mendistribusikan TTD ke bidan kelurahan
7) Membantu bidan kelurahan dalam memberikan TTD dan
memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan diwilayah kerja
puskesmas
8) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
puskesmas
9) Ketentuan / Tata cara dalam pemberian TTD untuk remaja putri
dan WUS
a) Sosialisasi pemberian TTD kepada guru dan siswi sekolah
b) Pemeriksaan Hb remaja putri dan WUS pada tahap ke 1 dan
tahap ke 4
c) Pemberian TTD kepada remaja putri dan WUS sebanyak 1
tablet/minggu selama 4 bulan berturut-turut
d) Evaluasi hasil pemberian TTD
e. Target dalam pemberian TTD pada remaja putri dan WUS adalah
semua remaja putri dan WUS diwilayah kec. XXX mendapatkan
TTD sehingga dapat mencegah dan meminimalkan terjadinya
penyakit anemia gizi besi dikalangan remaja dan WUS.
8. Pengelolaan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-Pemulihan)
a. MP-ASI
MP-ASI bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disipakan
oleh Kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan
penganggulangan gizi terutama di daerah rawan gizi / keadaan
darurat / bencana.MP-ASI beffersctock didistribusikan secara
bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada
masyarakat. Sasaran MP-ASI adalah baduta 6-24 bulan yang terkena
bencana.
MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan
lokal setempat dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan tenaga kesehatan. MP-ASI lokal dapat dialokasikan
dari dana bantuan opersional kesehatan (BOK), dana anggran
pendapatan belanja daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI lokal adalah baduta usia 6-
24 bulan. Pelaksanaan pemberian MP-ASI Lokal antara lain :
1) Merencanakan menu MP-ASI Lokal
2) Mengadakan bahan MP-ASI Lokal
3) Mengolah MP-ASI Lokal dibantu oleh kader
4) Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader.

b. PMT Pemulihan
1) Sasaran : balita kurang gizi, balita pasca perawatan gizi buruk,
ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronik)
2) PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan
ringan padat gizi dengan kandungan 350-400 kalori energy dan
10-15 gram protein.
3) PMT Bumil KEK bufferstock diberikan dalam bentuk makanan
padat gizi dengan kandungan 500 kalori energy dan 15 gram
protein
4) Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan ibu hamil
KEK adalah 90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan
bumil (HMB)
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan dan pelaksanaan
manajemen pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK antara lain :
1) Pendataan ibu hamil KEK di wilayah Kecamatan XXX oleh
bidan kelurahan dan dilaporkan ke Puskesmas Kec. XXX
2) Sedangkan untuk data jumlah balita BGM berdasarkan laporan
bulanan gizi (LB3 Gizi) dan data Baduta penerima MP-ASI
Baduta gakin berdasarkan rumus yang telah ditentukan :
1. Mencari Penduduk Miskin (GAKIN)
4.61% (Indeks Kemiskinan) x Jumlah Penduduk = “X”
Jiwa
2. Mencari Jumlah Anak BADUTA (0-24 bulan)
4.49% x Jumlah Penduduk miskin (X) = “ Y” Baduta
3. Mencari Jumlah Bayi 0-11 bulan Keluarga Miskin
2.55% x jumlah penduduk miskin (X) = “A” Bayi
4. Mencari Jumlah Bayi 6-11 bulan
Jumlah bayi (A) / 2 = B Bayi (6-11 bulan)
5. Mencari Jumlah Baduta 6-24 bulan
Jumlag bayi : Y – B = “C” Anak
6. Mencari Data Anak Umur 12-24 bulan
C – B = “D” Anak => Biskuit
3) Membuat anggaran untuk pengadaan PMT-Pemulihan Bumil
KEK, Balita BGM dan MP-ASI selama 90 hari berdasarkan
jumlah bumil KEK, balita BGM dan Baduta di wilayah Kec.
XXX dan menyerahkan ke bagian perencanaan di Puskesmas
Kec. XXX
4) Pengadaan pembelian PMT-Pemulihan Bumil KEK, Balita
BGM dan MP-ASIsesuai dengan spesifikasi yang sudah
ditentukan oleh Ahli Gizi Kecamatan
5) Ahli Gizi Kecamatan mendistribusikan PMT-Pemulihan ke
Bidan kelurahan sesuai dengan jumlah Bumil KEK, Balita
BGM dan MP-ASIdi masing-masing kelurahan untuk
pemberian selama 90 hari
6) Bidan kelurahan dibantu dengan kader mendistribusikan PMT-
Pemulihan (susu) ke Bumil KEK,Balita BGM dan MP-ASI di
wilayah masing-masing
7) Pelaporan hasil pemberian PMT-Pemulihan Ibu Hamil KEK,
Balita BGM dan MP-ASI selama 90 hari ke Puskesmas Kec.
XXX sesuai dengan format yang telah ditentukan oleh bagian
gizi mulai dari 30 hari, 60 hari sampai 90 hari.
8) Evaluasi hasil pemberian PMT-Pemulihan selama 90 hari yang
dilakukan oleh petugas gizi kecamatan.
Target dalam kegiatan ini adalah : Semua ibu hamil KEK, Balita
BGM dan Baduta Gakin di wilyah kecamatan XXX mendapatkan
PMT-Pemulihan atau MP-ASI sebagai tambahan asupan zat gizi
harian sehingga dapat mencegah dan meminimalkan permasalahan
gizi di wilayah Puskesmas Kec. XXX diantaranya masalah Bumil
KEK, Bayi dan Balita BGM.

9. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)


Pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang
dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi
dengan dibantu oleh tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.
Pendirian PGBM tergantung kepada besaran masalah gizi di
daerah.Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk kepada besaran
masalah gizi di daerah.Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk buku
pedoman pelayanan gizi buruk Kementerian Kesehatan 2011.
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan status gizi balita
b. Sasaran kegiatan ini adalah balita BGM dan balita gizi buruk tanpa
komplikasi
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di panti/pos pemulihan gizi
d. Dalam pelaksanaan kegiatan pemulihan gizi berbasis masyarakat,
ahli gizi memiliki peranan :
1) Menentukan wilayah dan jumlah balita BGM/Gizi buruk
disuatu wilayah kec. XXX berdasarkan data laporan bulan yang
diberikan bidan kelurahan dari hasil laporan kader Posyandu.
2) Merencanakan kegiatan PGBM seperti Pembinaan keluarga
BGM, dan Pos gizi (Monev Pos Gizi)
3) Membuat jadwal kegiatan PGBM
4) Petugas kesehatan memberikan bimbingan teknis kepada kader
sebelum melaksanakan kegiatan perbaikan gizi di Pos
Pemulihan Gizi Berbasis masyarakat
5) Melaksanakan kegiatan PGBM. Dimana kader sebagai
motivator bertugas yang memberikan motivasi untuk
meningkatkan pengetahuan orang tua balita mengenai
Pemberian Makanan Bayi dan Anak yang sehat dan bergizi
seimbang dan PHBS. Sedangkan petugas kesehatan sebagai
pembina atau Fasilitator yang memantau dan mengevaluasi
kegiatan PGBM.
6) Pemeriksaan kesehatan dan status gizi balita dilakukan oleh
petugas kesehatan dan dibantu oleh kader.
7) Selain pemberian materi konseling atau penyuluhan dilakukan
juga kegiatan pemberian makanan dan makanan bersama
seluruh balita BGM di wilayah setempat.
8) Menyusun laporan pelaksanaan program perbaikan gizi
9) Mengevaluasi hasil kegiatan PGBM
10) Melakukan pemantauan atau monitoring terhadap status gizi
balita yang dilihat dari indikator BB/PB atau BB/TB.
e. Target dalam kegiatan Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat adalah
Semua Balita Gizi Buruk di wilayah kec. XXX mendapatkan
penanganan dan perawatan melalui program Pemulihan Gizi
Berbasis Masyarakat sehingga dapat meningkatkan kondisi
kesehatan dan status gizi balita.
10. Surveilans Gizi
Kegiatan surveilens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan
pengolahan data yang dilakukan secara terus menerus, penyajian serta
diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta lintas program dan
lintas sector terkait di tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan
surveilens gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun
untuk perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka
panjang.Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan
surveilens gizi bisa menggunakan buku surveilens gizi, Kemeterian
Kesehatan RI, 2014.
a. Tujuan
1) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus untuk
mengetahui masalah gizi dan perkembangan di masyarakat
2) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab masalah gizi dan factor terkait
3) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu
daerah
4) Menyedikan informasi intervensi yang paling tepat untuk
dilakukan (bentuk, sasaran, dan tempat)
b. Lingkup data surveilens gizi antara lain :
1) Data status gizi
2) Data konsumsi makanan
3) Data cakupan program gizi
c. Sasaran : bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil,
ibu menyusui, pekerja serta lansia.
d. Dalam pelaksanaan surveilens gizi, tenaga gizi puskesmas
berkoordinasi dengan tenaga surveilens di Puskesmas melakukan
kegiatan antara lain :
1) Merencanakan surveilens mulai dari lokasi, metode, cara
melakukan, dan penggunaan data
2) Melakukan surveilens gizi meliputi mengumpulkan data,
mengolah data, menghasilkan data, menganalisa data,
melaksanakan diseminasi informasi
3) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan
kegiatan gizi di posyandu
4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
5) Membuat laporan surveilens gizi
e. Contoh kegiatan dalam surveilens gizi antara lain :
1) Pemantauan Status Gizi (PSG)
a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan
perencanaan
b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi,
balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia)
2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
a) Tujuan : tersedianya informasi secara terus menerus, cepat,
tepat dan akurat sebagai dasar penentuan tindakan dalam
upaya untuk pencegahan dan penanggulangan masalah gizi,
selain itu bertujuan untuk memantau situasi pangan dan gizi
antar desa atau kelurahan dalam 1 kecamatan
b) Sasaran : lintas program dan lintas sectoral di tingkat
kecamatan di wilayah kerja Puskesmas.
3) System kewaspadaan Dini – Kejadian Luar Biasa/SKD KLB
Gizi Buruk
a) Tujuan : mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di
suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
b) Sasaran : balita dan keluarga, posyandu
4) Pemantauan Konsumsi garam beryodium di rumah tangga
a) Memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi
garam beryodium yang memenuhi syarat di masyarakat.
Dilaksanakan setiap satu tahun sekali
b) Sasarannya adalah ibu rumah tangga
f. Hasil kegiatan surveilans gizi akan digunakan untuk merencanakan
kegiatan Program UKM pada periode selanjutnya.

11. Pembinaan Gizi di Institusi


a. Pembinaan Gizi di sekolah
1) Tujuan kegiatan ini adalah memeperbaiki status gizi anak
sekolah
2) Sasaran kegiatan ini adalah pesrta didik PAUD, Taman Kanak-
kanak, SD, SMP, SMA, Pondok Pesantren, dan sederajat.
3) Bentuk-bentuk kegiatan perbaikan gizi di sekolah
a) Edukasi gizi
b) Penjaringan status gizi di sekolah
c) Pemberdayaan peserta didik sebagai dokter kecil/kader
kesehatan remaja
d) Pengawasan dan pembinaan pengelola kantin sehat.
4) Pelaksanaan kegiatan pembinaan gizi di institusi yang
melibatkan tenaga gizi puskesmas bersama dengan tim uks
a) Mengkoordinasikan dana untuk melakukan intervensi
terhadap status gizi anak disekolah
b) Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam pemberdayaan
peserta didik sebagai dokter kecil/kader kesehatan remaja
c) Menjalin kerja sama dengan sekolah dalam membina kantin
sekolah
d) Membuat jadwal kegiatan
e) Menyiapkan materi edukasi (termasuk pre test dan post
test)
f) Menyajikan materi
g) Melakukan diskusi mengenai materi
h) Membuat laporan program perbaikan gizi di sekolah
i) Membuat rencana tindak lanjut dalam meningkatkan
perbaikan gizi di sekolah
12. Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program
a. Tujuan : meningkatkan pencapaian indicator perbaikan gizi di
tingkat pusksesmas melalui kerjasama lintas sector dan lintas
program
b. Sasaran : seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, penyuluh
pertanian lapangan, juru penerang kecamatan, TP KK, Dinas
Pendidikan, kelurahan, program KIA, bidan coordinator, tenaga
sanitarian, tenaga promosi kesehatan, perawat, sanitarian, juru
imunisasi, kader posyandu dan lain-lain
c. Kerjasama lintas sektor dan lintas program dapat dilakukan melalui
rapat atau pertemuan rutin (mingguan dan bulanan) seperti,
pertemuan kader tingkat kecamatan, dan Bimtek kader posyandu.
d. Pelaksanaan kerjasama lintas sector dan lintas program dapat
meliputi:
1) Merencanakan kegiatan sensitive yang memerlukan kerjasama
2) Mengidentifikasi sector dan program yang perlu kerjasama
3) Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
4) Melakukan koordinasi dalam menentukan indicator keberhasilan
kerjasama
5) Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
6) Membuat laporan hasil kerjasama.

13. Pelaksanaan Gizi Buruk Rawat Jalan


 Penemuan anak gizi buruk, dapat menggunakan data rutin hasil
penimbangan anak di posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan
fasilitas kesehatan (puskesmas), hasil laporan masyarakat dan
skrining aktif
 Penapisan anak gizi buruk, anak yang dibawa oleh orantuanya atau
anak hasil penapisan LILA <12.5cm, atau semua anak yang dirujuk
dari posyandu (2T dan BGM) maka dilakukan pemeriksaan
antropometri dan tanda klinis, semua anak diperiksa tanda-tanda
komplikasi, semua anak diperiksa nafsu makan dengan cara merecall
makan anak melalui orang tua dalam 3 hari berutur-turut
 Bila dalam pemeriksaan pada anak didapatkan satu atau lebih tanda :
tampak sangat kurus, edema minimal pada kedua punggung kaki
atau tanpa edema, BB/PB atau BB/TB < -3SD, maka anak
dikategorikan gizi buruk tanpa komplikasi dan perlu diberikan
penanganan secara rawat jalan
 Bila hasil pemeriksaan anak ditemukan tanda-tanda sebagai berikut :
tampak sangat kurus, edema pada seluruh tubuh, BB/PB atau BB/TB
< - 3SD, LILA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59bulan) dan diserai
darisalah satu atau lebih tanda komplikasi media sebagai berikut :
anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam
sangat tinggi, penurunan kesadaran, maka anak dikategorkan gizi
buruk dengan komplikasi sehingga perlu penanganan secara rawat
inap
 Bila hasil pemeriksaan anak ditemukan tanda-tanda sebagai berikut
BB/TB <-2 s/d – 3SD, LILA 11.5 s/d 12.5 cm, tidak ada edema,
nafsu makan baik, tidak ada komplikasi medis, maka anak
dikategorikan gizi kurang dan perlu diberikan PMT Pemulihan
 Bila kondisi anak rawat inap sudah membaik dan tidak lagi
ditemukan tanda komplikasi medis, tanda klinis membaik, dan nafsu
makan membaik maka penanganan anak tersebut dilakukan melalui
rawat jalan.
 Bila kondisi anak rawat inap sudah tidak lagi ditemukan tanda-tanda
komplikasi medis, tanda klinis baik dan status gizi kurang, nafsu
makan baik maka penanganan anak dengan pemberian PMT
Pemulihan
 Anak gizi buruk yang telah mendapatkan penanganan melalui rawat
jalan dan PMT Pemulihan, jika kondisinya memburuk dengan
fitemukannya salah satu tanda komplikasi medis, atau penyakit yang
mendasari sampai kunjungan ketiga berat badan tidak naik (kecuali
anak dengan edema), timbulnya edema baru, tidak ada nafsu makan
maka anak perlu penanganan secara rawat inap.

1. Langkah pelaksanaan
a. Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana adalah tim palaksana yang terdiri dari dokter,
ahli gizi, perawat, tenaga promosi kesehatan, bidan keluarahan.
Dalam pelaksanaan rawat jalan masyarakat yang dibantu oleh kader
posyandu , anggota PKK, dan perangkat desa.

Peran Tim Pelaksana


Dokter, melakukan pemeriksaan klinis dan penentuan komplikasi
medis, pemberia terapi dan penentuan rawat jalan atau rawat inap
Perawat, melakukan pendaftaran dan asuhan keperawatan
Ahli Gizi, melakukan pemeriksaan antropometri, konseling,
pemberian makanan unruk pemulihan gizi, makanan siap saji,
makanan formula.
Tenaga Promosi Kesehatan, melakukan penyuluhan PHBS,
advokasi, sosialisasi dan musyawarah masyarakat desa
Bidan di Desa, sebagai coordinator di wilayah kerjanya,
melakukan skrining dan pendampingan bersama kader
Kader, melakukan penemuan kasus, merujuk dan melakukan
pendampingan
Anggota PKK, membanu menemukan kasis dan menggerakan
masyarakat
Perangkat Desa, BPD/Dekel melaksanakan perencanaan anggaran
dan penggerakan masyarakat

2. Waktu dan Frekuensi Pelaksanaan


Pelayanan pemulihan anak gizi buruk dilaksanakan sampai dengan
anak berstatus gizi kurang(-2SD sampai – 3SD). Pelayanan anak gizi
buruk dilakukan dengan frekuensi sebagai berikut :
a. 3 bulan pertama, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap
minggu
b. Bulan ke 4 sampai ke 6, anak gizi buruk datang dan diperiksa
setiap 2 minggu
Anak yang belum dapat mencapai status gizi kurang dalam waktu 6
bulan dapat melanjutkan kembali proses pemulihan, dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Masih berstatusgizi buruk, rujuk ke RS atau puskesmas
Perawatan atau Pusat Pemulihan Gizi (PPG)
 Sudah berstatus gizi kurang, maka dilanjutkan dengan
program pemberian makanan tambahan dan konseling.

3. Alur pelayanan penanganan anak secara rawat jalan


a. Pendaftaran, pengisian data anak di kartu status di catat rekam
medis
b. Pengukuran antropometri, penimbangan dilakukan setiap
minggu dan pengukuran panjang/tinggi badan dilakukan setiap
bulan. Pengukuran antropometri dilakukan oleh tim pelaksana dan
hasilnya dicatat pada kartu status. Selanjutnya dilakukan ploting
pada grafik dengan tiga indicator pertumbuhan anak (TB/U atau
PB/U,, BB/U, BB/PB atau BB/TB)
c. Pemeriksaan klinis, dokter melakukan anamnesa untuk mecari
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan mendiagnosa penyakit
serta menentukan ada atau tidak penyakit penyerta, tanda klinis
atau komplikasi.
d. Pemberian konseling
 Menyampaikan informasi kepada ibu/pengasuh tentang hasil
penilaian pertumbuhan anak
 Mewawancarai ibu untuk mencari penyebab kurang gizi
 Memberi nasihat sesuai penyebab kurang gizi
 Memberikan anjuran pemberian makan sesuai umur dan
kondisi anak dan menyiapkan makan formula, melaksanakan
anjuran makan dan memilih atau mengganti makanan

4. Pemberian paket obat dan makanan untuk pemulihan gizi


a. Obat
 Bila pada saat kunjungan ke puskesmas anak dalam keadaan
sakit, maka oleh tenaga kesehatan anak diperiksa dan diberikan
obat.
 Vitamin A dosisi tinggi diberikan pada anak gizi buruk dengan
dosis sesuai umur pada saat pertama kali ditemukan
b. Makanan untuk pemulihan gizi
Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa makanan local atau
pabrikan
1) Jenis pemberian ada 3 pilihan : makanan therapeutic atau gizi
siap saji, F100 atau makanan local dengan densitas energy
yang sama terutama dari lemak
2) Pemberian jenis makanan untuk pemulihan gizi disesuaikan
masa pemulihan (rehi\abilitasi) : 1 minggu pertama diberikan
pemberian F100, minggu berikutnya jumlah dan frekuensi
F100 dikurangi seiring dengan penambahan makanan keluarga.
3) Tenaga kesehatan memberikan makanan untuk pemulihan gizi
kepada orangtua anak gizi buruk pada setiap kunjugnan sesuai
kebutuhan hingga kunjungan berikutnya.

5. Kunjungan Rumah
a. Kunjungan rumah bertujuan untuk menggali permasalahan yang
dihadapi keluarga termasuk kepatuhan mengonsumsi makanan
untuk pemulihan gizi dan memberikan nasehat sesuai dengan
masalah yang dihadapi
b. Dalam melakukan kunjugnan, tenaga kesehatan atau kader
membawa kartu status, checklist kunjungan rumah, formulir
rujukan, makanan untuk pemulihan gizi dan bahan penyuluhan.
c. Hasil kunjungan dicatat pada checklist kunjungan dan kartu status.
Bagi anak yang harus dirujuk, tenaga kesehatan mengisi formulir
rujukan.
d. Tenaga kesehatan atau kader melakukn kunjungan rumah pada
anak gizi buruk rawat jalan, bila berat badan anak sampai pada
minggu ketiga tidak naik atau turun dibandingkan dengan berat
badan pada saat masuk (kecuali dengan anak edema) dan anak yang
2 kali berturut-tuirut tidak dating tanpa pemberitahuan.

6. Rujukan dilakukan apabila anak dengan komplikasi medis atau


penyakit penyerta, sampai kunjungan ketiga berat badan anak tidak
naik, dan timbul edema baru.

7. Drop Out (DO)


DO dapat terjadi pada anak yang pindah alamat dan tidak diketahui,
menolak kelanjutan perawatan dan meninggal dunia. Anak menolak
kelanjutan perawatan dilakukan kunjungan rumah udiberikan motivasi
bila tetap menolak diminta untuk membuat pernyataan tertulis atas
penolakan.

8. Makanan untuk pemulihan gizi


a) Prinsip
 Makanan untuk pemulihan gizi adalah makanan padat energy
yang diperkaya dengan vitamin dan mineral
 Makanan untuk pemulihan gizi diberikan kepada anak gizi
buruk selama masa pemulihan
 Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa F100, makanan
gizi siap saji dan makanan local. Makanan local dengan bentuk
mulai dari makanan bentuk cair, lumat, lembik, dan padat.
 Bahan dasar utama makanan untuk pemulihan gizi dalam F100
dan makanan gizi siap saji adalah minyak, susu, tepung, gula,
kacang-kacangan, dan sumber hewani. Kandungan lemak
sebagai sumber energy sebesar 30-60% dari total kalori.
 Makanan local dengan kalori dengan kalori 200kkkal/kg BB
perhari, yang diperoleh dari lemak 30-60% dari total energy,
protein 4-6g/Kg BB perhari
 Apabila akan menggunakan makanan local tidak dilakukan
secara tunggal tetapi harus dikombinasikan dengan makanan
formula.

b) Jumlah dan frekuensi


 Fase rehabilitasi awal 150 kkal/kb BB perhari, yang diberikan
5-7 kali pemberian/hari. Diberikan selama 1 minggu dalam
bentuk makanan cair (F100)
 Fase rehabilitasi lanjutan 200-220 kkal/kg BB perhari, yang
diberikan 5-7 kali pemberian/hari (F100)
 Rehabilitasi lanjutan diberikan selama 5 minggu dengan
pemberian makanan secara bertahap dengan mengurangi
frekuensi makanan cair dan menambah frekuensi makanan
padat.

c) Cara penyimpanan makanan


 Untuk pemulihan gizi dalam bentuk F100 harus segera
diberikan dan dihabiskan. Makanan dalam bentuk cair tersebut
hanya dapat disimpan dalam suhu ruang maksimal 2 jam.
 Makanan untuk pemulihan gizi dalam bentuk kering yang
diracik secara terpisah oleh tenaga kesehatan puskesmas dapat
disimpan maksimal 7 hari, dan disimpan ditempat yang sejuk
dan kering, aman, tertutup dan terhindar dari cemaran dan
binatang penggangu.
 Makanan untuk pemulihan gizi dalam kemasan agar
diperhatikan masa kadaluarsa yang terdapat pada kemasan.

d. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan di Puskesmas, data dan
informasi dari hasil pencatatan diolah dan dianalisa serta dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pencatatan dan pelaporan untuk
mendokumentasikan pelayanan gizi di luar gedung menggunakan istrumen
antara lain :

1. Rekapitulasi Hasil Sistem Informasi Puskesmas (Simpus)


2. Rekapitulasi Hasil Sistem Informasi Posyandu (SIP)
3. F3/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari Puskesmas)
4. F2/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari Kelurahan)
5. F1/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari Posyandu)
6. Pelaporan ASI Ekslusif
7. Pelaporan BGM
8. Form Pelacakan Gizi Buruk

e. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi dilaksanakan di Puskesmas, data dan informasi dari
hasil pencatatan diolah dan dianalisa serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Kegiatan yang dimonitor adalah kegiatan pelayanan gizi
baik di dalam maupun di luar gedung. Cara melakukan monitoring dan
evaluasi perlu memperhatikan jenis dan waktu kegiatan yang dilaksanakan.
Dari sisi jenis kegiatan, dapat dibedakan antara monitoring di dalam dan luar
gedung.

Monitoring dan Evaluasi Kegiatan di Luar Gedung


Kegiatan yang dimonitor dan dievaluasi, adalah
1. Penyuluhan/Edukasi Gizi
a. Input :
1) Tenaga penyuluh (Ahli gizi /petugas kesehatan lainnya)
dengan cara melihat keterlibatan tenaga penyuluh dari
perencanaan kegiatan, persiapan pelaksanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan hingga kegiatan monev. Selain itu
dievaluasi juga bagaimana pemenuhan kompetensi petugas
dibandingkan dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan
oleh kementrian kesehatan.
2) Materi penyuluhan dengan cara menentukan materi atau topik
yang akan disampaikan berdasarkan permasalahan gizi yang
ada di masyarakat. Selain itu evaluasi dilakukan dengan
melihat ketepatan materi atau topik yang disampaikan dengan
permasalahan gizi yang ada di masyarakat dan seberapa besar
pemahaman masyarakat mengenai materi penyuluhan yang
telah disampaikan.
3) Media penyuluhan dengan cara menentukan media yang akan
digunakan dalam penyuluhan dengan melihat ke efektifan dan
efisiensi dalam penggunaan media tersebut dalam
menyampaikan penyuluhan. Evaluasi dilakukan dengan
melihat ke efektifan dan efisiensi penggunaan media terhadap
daya tangkap masyarakat mengenai materi penyuluhan.
4) Metode penyuluhan dengan cara menentukan metode yang
akan dipakai saat penyuluhan. Selain itu, evaluasi dilakukan
dengan melihat ketepatan metode penyuluhan yang digunakan
terhadap daya tangkap masyarakat mengenai materi
penyuluhan.
5) Ruang/Tempat penyuluhan dengan cara menentukan ruangan /
tempat terselenggaranya penyuluhan. Selain itu, evaluasi
dilakukan dengan cara melihat respon dari peserta penyuluhan
apakah ruangan tersebut nyaman digunakan untuk penyuluhan.
b. Proses :
1) Frekuensi penyuluhan gizi yang direncanakan di Puskesmas
per bulan, triwulan, semester, tahun. Monitoring dilakukan
dengan melihat dokumentasi jadwal penyuluhan yang telah
ditentukan meliputi waktu, tempat, tenaga penyuluh dan materi
yang akan disuluh. Evaluasi dilakukan dengan melihat apakah
rencana penyuluhan yang telah di buat dapat terlaksana sesuai
jadwal.
2) Frekuensi penyuluhan gizi yang dilaksanakan di Puskesmas
per bulan, triwulan, semester, tahun. Monitoring dilakukan
dengan melihat laporan hasil kegiatan penyuluhan yang telah
terlaksana, absensi peserta. Evaluasi dilakukan dengan melihat
frekuensi penyuluhan yang telah terlaksana dalam kurun waktu
per bulan, triwulan, semester dan tahun.
c. Output :
1) Hasil Pre test dan Post test materi penyuluhan. Monitoring
dilakukan dengan menggunakan form pre test dan post test,
laporan/rekapan hasil pre tet dan post test. Evaluasi hasil pre
test dan post test dilakukan setiap bulan berdasarkan hasil
rekapan atau analisa dari pre test dan post yang telah
dilakukan.
2) Laporan hasil kegiatan penyuluhan gizi. Laporan hasil
kegiatan merupakan bentuk monitoring yang dibuat setiap
kali telah melaksanakan penyuluhan yang dibuat oleh tenaga
penyuluh. Evaluasi kegiatan penyuluhan dilakukan setiap
satu bulan sekali dengan melihat kendala/hambatan,
keberhasil yang didapatkan dalam kegiatan penyuluhan.
Kemudian membuat rencana tindak lajt dalam meningkatkan
kegiatan penyuluhan gizi selanjutnya.
3) Peningkatan wawasan setelah mendapatkan penyuluhan
melalui diskuisi/tanya jawab dan post test. Monitoring
dilakukan dengan melihat hasil laporan kegiatan penyuluhan
dan dan hasil pre test dan post test. Evaluasi peningkatan
wawasan dilakukan setiap kali mendapatkan hasil pre tset dan
post test dengan melihat adakah perubahan atau peningkatan
wawasan setelah penyuluhan.
d. Outcome : dapat merubah sikap dan perilaku masyarakat sadar
gizi yang berpedoman kepada gizi seimbang dan PHBS yang
dapat dipantau dengan cara pemberian kuesioner/pre-test dan post
test serta wawancara (recall) asupan makan sehari untuk melihat
asupan yang gizi seimbang.
2. Konseling ASI dan PMBA
a. Input :
1) Tenaga konselor gizi (Ahli gizi) dengan cara melihat
keterlibatan tenaga penyuluh dari perencanaan kegiatan,
persiapan pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan hingga
kegiatan monev. Selain itu dievaluasi juga bagaimana
pemenuhan kompetensi petugas dibandingkan dengan standar
kompetensi yang telah ditetapkan oleh kementrian kesehatan.
2) Materi konseling dengan cara menentukan materi atau topik
yang akan disampaikan berdasarkan permasalahan gizi yang
ada di masyarakat. Selain itu evaluasi dilakukan dengan
melihat ketepatan materi atau topik yang disampaikan dengan
permasalahan gizi yang ada di masyarakat dan seberapa besar
pemahaman masyarakat mengenai materi penyuluhan yang
telah disampaikan.
3) Media konseling dengan cara menentukan media yang akan
digunakan dalam penyuluhan dengan melihat ke efektifan
dan efisiensi dalam penggunaan media tersebut dalam
menyampaikan penyuluhan. Evaluasi dilakukan dengan
melihat ke efektifan dan efisiensi penggunaan media terhadap
daya tangkap masyarakat mengenai materi penyuluhan.
4) Ruang/Tempat konseling dengan cara menentukan ruangan /
tempat terselenggaranya konseling. Selain itu, evaluasi
dilakukan dengan cara melihat respon dari peserta apakah
ruangan tersebut nyaman digunakan untuk penyuluhan.
b. Proses :
1) Data jumlah peserta konseling yang hadir. Monitoring
dilakukan dengan melihat hasil laporan kegiatan berupa
daftar hadir, dan notulen kegiatan (hasil diskusi). Evaluasi
dilakukan dengan melihat seberapa banyak jumlah peserta
yang datang dalam kegiatan konseling ASI dan PMBA dan
membuat RTL kegiatan yang dilihat berdasarkan tingkat
keberhasilan, dan hambatan yang ada pada kegiatan tersebut.
c. Output :
1) Laporan daftar hadir peserta dan notulen kegiatan. Laporan
ini merupakan bentuk monitoring dari kegiatan konseling
ASI dan PMBA. Laporan kegiatan ini dibuat dan evaluasi
setelah melaksanakan kegiatan.
2) Peningkatan wawasan setelah mendapatkan penyuluhan.
Monitoring dan evaluasi dalam peningkatan wawasan pasien
setelah mendapatkan konseling gizi dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan kepada pasien atau meminta pasien
untuk mengulang kembali inti materi yang telah disampaikan
petugas. Hal ini dilakukan setiap kali telah melakukan
konseling.
d. Outcome :
Perubahan sikap dan perilaku dalam menerapkan pola asuh yang
baik untuk anak dan keluarga setelah mendapatkan penyuluhan
(follow up pada saat kunjungan kembali). Monitoring perubahan
sikap dapat dilakukan dengan bantuan dari pihak keluarga, kader
atau petugas kesehatan di kelurahan. Hal ini dilakukan dengan
melihat adakah perubahan sikap/perilaku pasien dalam
menerapkan pola asuh yang baik sesuai topic pembahasan yang
telah disampaikan..

1. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu


a. Input :
1) Jumlah bayi dan balita di wilayah setempat dengan cara
melihat data laporan hasil kunjungan bayi dan balita ke
Posyandu, dari data laporan kependudukan wilayah setempat,
angka proyeksi dari Dinas Kesehatan. Selain itu, evaluasi
dilakukan per bulan dan per tahun dengan melihat adakah
peningkatan atau penurunan jumlah bayi dan balita di wilayah
setempat.
2) Tenaga pelaksana (Kader Posyandu, tenaga kesehatan) dengan
cara melihat keterlibatan tenaga pelaksana (Kader Posyandu,
tenaga kesehatan) dalam pelaksanaan kegiatan di Posyandu
(Tupoksi). Selain itu, dilakukan evaluasi dengan
membandingkan antara tugas atau tupoksi tenaga pelaksana
dengan apa yang telah dilaksanakan petugas di Posyandu
(apakah sesuai dengan tugas/tupoksinya).
3) KMS/Buku KIA dengan cara melihat apakah semua bayi dan
balita yang datang ke Posyandu memiliki dan membawa
KMS/Buku KIA setiap dating ke Posyandu. Selain itu,
dilakukan evaluasi per bulan untuk mengetahui seberapa
banyak bayi dan balita yang memiliki dan tidak memiliki
Posyandu (Data “K”).
4) Alat ukur antropometri dengan melihat ketersediaan alat ukur
antropometri yang tersedia di Posyandu masing-masing dan
kondisi alat. Bisa menggunakan form inventaris barang.
Evaluasi dilakukan sebulan sekali untuk melihat apakah
jumlah alat antropometri tersebut berkurang atau bertambah
dan bagaimana kondisi alata tersebut dan dibuat hasil laporan
inventaris atau stock barang.
5) Buku register/pencatatan di Posyandu (berdasarkan format
SIP). Buku register/pencatatan di Posyandu ini dapat
digunakan sebagai alat untuk memonitor dan mengevaluasi
kegiatan di Posyandu. Buku register/pencatatan ini harus diisi
dan dilengkapi setiap bulan sebagai bukti data dasar di
Posyandu. Kemudian buku register/pencatatn tersebut
dievalusi setiap bulannya untuk dilengkapi dan dilaporkan ke
Puskesmas kelurahan sebagai laporan bulanan yang akan di
kirim ke Pusekesmas Kecamatan dan Sudin.

b. Proses :
1) Data SKDN yang meliputi jumlah balita yang ada (S), jumlah
balita yang punya KMS (K), jumlah balita yang ditimbang (D),
jumlah balita yang naik berat badannya (N) per bulan,
triwulan, semester, tahun. Monitoring dilakukan dengan cara
melihat hasil kegiatan/pencatatan dan pelaporan di Posyandu
setiap bulan, laporan bulanan dari Puskesmas Kelurahan (LB3
Gizi). Dan akan dievaluasi per bulan, per triwulan, semester
dan per tahun dengan melihat adakah peningkatan atau
penurunan dari data tersebut di masing-masing kelurahan.
2) Persentase D/S dan N/D per bulan, triwulan, semester, tahun.
Monitoring dilakukan dengan cara melihat hasil
kegiatan/pencatatan dan pelaporan di Posyandu setiap bulan,
laporan bulanan dari Puskesmas Kelurahan (LB3 Gizi). Dan
akan dievaluasi per bulan, per triwulan, semester dan per tahun
dengan melihat adakah peningkatan atau penurunan dari data
tersebut di masing-masing kelurahan.
3) Jumlah balita BGM dan 2T per bulan, triwulan, semester,
tahun. Monitoring dilakukan dengan cara melihat hasil
kegiatan/pencatatan dan pelaporan di Posyandu setiap bulan,
laporan bulanan dari Puskesmas Kelurahan (LB3 Gizi) dan
laporan kohort Balita BGM. Dan akan dievaluasi per bulan,
per triwulan, semester dan per tahun dengan melihat ada
seberapa banyak dan adakah peningkatan atau penurunan
jumlah balita BGM dan 2T dari masing-masing kelurahan.
4) Jumlah balita BGM dan 2T yang dirujuk per bulan, triwulan,
semester, tahun. Monitoring dilakukan dengan cara melihat
hasil kegiatan/pencatatan dan pelaporan di Posyandu setiap
bulan, laporan bulanan dari Puskesmas Kelurahan untuk
jumlah balita yang dirujuk ke Puskesmas Kecamatan. Dan
akan dievaluasi per bulan, per triwulan, semester dan per tahun
dengan melihat ada seberapa banyak dan adakah peningkatan
atau penurunan dari jumlah balita BGM dan 2T yang dirujuk
dari masing-masing kelurahan.
5) Jumlah balita Atas Pita Hijau (APH). Monitoring dilakukan
dengan cara melihat hasil kegiatan/pencatatan dan pelaporan di
Posyandu setiap bulan, laporan bulanan dari Puskesmas
Kelurahan (LB3 Gizi) dan laporan kohort Balita Atas Pita
Hijau (APH). Dan akan dievaluasi per bulan, per triwulan,
semester dan per tahun dengan melihat ada seberapa banyak
dan adakah peningkatan atau penurunan jumlah balita APH
dari masing-masing kelurahan.
c. Output :
1) Balok SKDN, merupakan bentuk monitoring dari kegiatan
pelaksanaan dan pencatatan pelaporan di Posyandu yang
dievaluasi setiap bulan bulan dan pertahun dengan melihat
hasil capaian/persentasenya.
2) Laporan pencatatan dan pelaporan kegiatan Posyandu,
merupakan bentuk monitoring dari kegiatan pelaksanaan dan
pencatatan pelaporan di Posyandu yang dievaluasi setiap bulan
bulan dan pertahun.
3) Laporan LB3 gizi kelurahan, merupakan bentuk monitoring
dari pelaksanaan kegiatan di Posyandu dan kegiatan gizi
lainnya yang dilaporkan setiap bulan ke Puskesmas
Kecamatan dan dievaluasi setiap bulan bulan dan pertahun
dengan melihat hasil laporan LB3 gizi dari masing-masing
kelurahan.
4) Laporan Kohort BGM, APH, Gizi Buruk, merupakan bentuk
monitoring dari pelacakan, pencatatan dan pelaporan balita
BGM, Gizi Buruk dan APH berupa laporan kohort (follow up)
dari masing-masing kelurahan.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A


a. Input :
1) Anggaran pengadaan Kapsul Vitamin A, dengan mengajukan
anggaran yang akan digunakan untuk pengadaan vitamin A
berdasarkan dengan jumlah bayi dan balita yang akan
diberikan vitamin A. Evaluasi dilakukan dengan melihat
jumlah pengadaan vitamin A yang akan dibagikan kepada bayi
dan balita di wilayah XXX.
2) Jumlah Bayi dan Balita yang mendapatkan Vitamin A, dengan
melihat data sasaran jumlah bayi dan balita yang ada di
wilayah XXX, dan laporan jumlah bayi dan balita yang
mendapat vitamin A di data sebelumnya. Evaluasi dilakukan
per bulan setelah pemberian vitamin A, dengan melihat jumlah
seberapa banyak bayi dan balita yang mendapat vitamin A
serta persentase atau capaian dari pemberian vitamin A pada
bayi dan balita.
3) Jumlah Ibu Nifas yang mendapatkan Vitamin A, dengan
melihat data sasaran jumlah ibu nifas yang ada di wilayah
XXX, dan laporan jumlah ibu nifas yang mendapat vitamin A
di data sebelumnya. Evaluasi dilakukan per bulan setelah
pemberian vitamin A, dengan melihat jumlah seberapa banyak
ibu nifas yang mendapat vitamin A serta persentase atau
capaian dari pemberian vitamin A pada ibu nifas.
4) Kapsul Vitamin A 100.000 SI warna biru, Kapsul Vitamin A
200.000 SI warna merah, dengan cara melihat ketersediaan
atau stoc vitamin A yang tersedia yang dapat dilihat dari kartu
stock barang. Evaluasi dilakukan pengecekan barang setiap
bulan dan melihat masa expired date (kadaluarsa).
5) Tenaga kesehatan yang melakukan pemberian Vitamin A,
dengan cara melihat keterlibatan tenaga pelaksana (Kader
Posyandu, tenaga kesehatan) dalam pelaksanaan pemberian
vitamin A. Selain itu, dilakukan evaluasi dengan
membandingkan antara tugas atau tupoksi tenaga pelaksana
dengan apa yang telah dilaksanakan petugas di Posyandu
(apakah sesuai dengan tugas/tupoksinya).
6) Waktu pemberian Vitamin A, dengan cara mebuat jadwal
pemberian vitamin A sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan pemerintah dalam pemberian vitamin A. Evaluasi
dengan melihat ketapatan waktu pemberian, dosis dan cara
pemberian yang tepat.

b. Proses :
a. Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat vitamin A,
monitoring dilakukan dengan melihat data sasaran jumlah bayi
dan balita serta ibu nifas yang akan mendapatkan vitamin A
dan laporan jumlah bayi dan balita serta ibu nifas yang
mendapat vitamin A dari lapooran data sebelumnya. Evaluasi
dilakukan dengan melihat jumlah banyak bayi dan balita, serta
ibu nifas yang akan mendapat vitamin A.
b. Data jumlah sasaran yang telah mendapat vitamin A, dengan
cara membuat laporan hasil kegiatan pemberian vitamin A
berdasarkan absensi/nama bayi dan balita serta ibu nifas
penerima vitamin A. Evaluasi dilakukan per bulan setelah
pemberian vitamin A, dengan melihat seberapa banyak jumlah
bayi dan balita, serta ibu nifas yang telah mendapat vitamin A
dan persentase atau capaian dari pemberian vitamin A pada
bayi dan balita serta ibu nifas.
c. Output :
1) Cakupan persentase jumlah bayi balita yang mendapatkan
Vitamin A, dimonitoring dan dievaluasi per bulan setelah
melakukan pemberian vitamin A. Kemudian hasilnya
dibandingkan dengann persentase sebelumnya adakah
peningkatan atau penururan. Dan hasil persentase ini akan
dipaparkan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan.
2) Cakupan persentase jumlah ibu nifas yang mendapatkan
Vitamin A, dimonitoring dan dievaluasi per bulan setelah
melakukan pemberian vitamin A. Kemudian hasilnya
dibandingkan dengann persentase sebelumnya adakah
peningkatan atau penururan. Dan hasil persentase ini akan
dipaparkan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan.
3) Laporan hasil kegiatan pemberian kapsul Vitamin A,
merupakan salah satu bentuk monitoring pelaksanaan kegiatan
pemberian vitamin A yang dilengkapi dengan form tanda
terima vitamin A, form nama bayi dan balita serta ibu nifas
yang mendapatkan vitamin A. Hasil laporan ini di laporkan
setiap bulan dan evaluasi dengan melihat jumlah sasaran yang
mendapat vitamin A dan persentase/capaian pemberian vitamin
A.

3. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil, Ibu nifas, Remaja
Puri dan WUS
a. Input :
1) Anggaran pengadaan Tablet Tambah Darah (TTD), dengan
mengajukan anggaran yang akan digunakan untuk pengadaan
Tablet Tambah Darah (TTD) berdasarkan dengan jumlah ibu
hamil yang akan diberikan Tablet Tambah Darah (TTD).
Evaluasi dilakukan dengan melihat jumlah pengadaan Tablet
Tambah Darah (TTD) yang akan dibagikan kepada bumil di
wilayah XXX
2) Jumlah sasaran (ibu hamil, ibu nifas, remaja putri dan WUS),
dengan melihat data jumlah sasaran ada di wilayah XXX, dan
laporan jumlah sasaran yang mendapat Tablet Tambah Darah
(TTD) di data sebelumnya. Evaluasi dilakukan per bulan
setelah pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), dengan
melihat jumlah seberapa banyak ibu hamil yang mendapat
Tablet Tambah Darah (TTD) serta persentase atau capaian dari
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada sasaran.
3) Tablet Tambah Darah (TTD), dengan cara melihat
ketersediaan atau stoc Tablet Tambah Darah (TTD) yang
tersedia yang dapat dilihat dari kartu stock barang. Evaluasi
dilakukan pengecekan barang setiap bulan dan melihat masa
expired date (kadaluarsa).
4) Tenaga kesehatan yang melakukan pemberian TTD, dengan
cara melihat keterlibatan tenaga kesehatan (bidan) dalam
pelaksanaan pemberian TTD. Selain itu, dilakukan evaluasi
dengan membandingkan antara tugas atau tupoksi tenaga
pelaksana dengan apa yang telah dilaksanakan petugas di
Posyandu (apakah sesuai dengan tugas/tupoksinya).
b. Proses :
1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat TTD,
monitoring dilakukan dengan melihat data sasaran jumlah ibu
hamil yang akan mendapatkan TTD dan laporan jumlah
sasaran yang mendapat TTD dari lapooran data sebelumnya.
Evaluasi dilakukan dengan melihat jumlah sasaran yang akan
mendapat TTD.
2) Data jumlah sasaran yang telah mendapat TTD, dengan cara
membuat laporan hasil kegiatan pemberian TTD berdasarkan
absensi/nama peserta penerima TTD (ibu hamil, ibu nifas,
remaja putri dan WUS). Evaluasi dilakukan per bulan setelah
pemberian TTD, dengan melihat seberapa banyak jumlah
sasaran/peserta yang telah mendapat TTD dan persentase atau
capaian dari pemberian TTD pada ibu hamil.
c. Output :
1) Cakupan persentase sasaran (ibu hamil, ibu nifas, remaja putri
dan WUS) yang mendapatkan TTD, dimonitoring dan
dievaluasi per bulan setelah melakukan pemberian TTD.
Kemudian hasilnya dibandingkan dengann persentase
sebelumnya adakah peningkatan atau penururan. Dan hasil
persentase ini akan dipaparkan dan dilaporkan ke Dinas
Kesehatan.
2) Laporan hasil kegiatan pemberian TTD pada sasaran (ibu
hamil, ibu nifas, remaja putri dan WUS), merupakan salah
satu bentuk monitoring pelaksanaan kegiatan pemberian TTD
yang dilengkapi dengan form tanda terima TTD, form nama
peserta yang mendapatkan TTD. Hasil laporan ini di laporkan
setiap bulan dan evaluasi dengan melihat jumlah sasaran yang
mendapat TTD dan persentase/capaian pemberian TTD

4. Pengelolaan MP-ASI, PMT-Pemulihan


a. Input :
1) Anggaran pengadaan MP-ASI dan PMT-Pemulihan, dengan
mengajukan anggaran yang akan digunakan untuk pengadaan
MP-ASI dan PMT-Pemulihan berdasarkan dengan jumlah ibu
hamil yang akan diberikan MP-ASI dan PMT-Pemulihan.
Evaluasi dilakukan dengan melihat jumlah pengadaan MP-ASI
dan PMT-Pemulihan yang akan dibagikan kepada bumil di
wilayah XXX
2) Jumlah Ibu Hamil dan Bayi-Balita BGM penerima PMT-
Pemulihan dan MP-ASI, dengan melihat data sasaran jumlah
ibu hamil KEK, bayi dan balita BGM serta Baduta Gakin yang
ada di wilayah XXX, dan laporan jumlah sasaran yang
mendapat MP-ASI dan PMT-Pemulihan di data sebelumnya.
Evaluasi dilakukan per bulan setelah pemberian MP-ASI dan
PMT-Pemulihan, dengan melihat jumlah seberapa banyak
sasaran yang mendapat MP-ASI dan PMT-Pemulihan serta
persentase atau capaian dari pemberian MP-ASI dan PMT-
Pemulihan pada sasaran.
3) MP-ASI dan PMT-Pemulihan (berupa susu dan biskuit),
dengan cara melihat ketersediaan atau stoc MP-ASI dan PMT-
Pemulihan yang tersedia yang dapat dilihat dari kartu stock
barang. Evaluasi dilakukan pengecekan barang setiap bulan
dan melihat masa expired date (kadaluarsa).
4) Tenaga kesehatan yang memberikan MP-ASI dan PMT-
Pemulihan, dengan cara melihat keterlibatan tenaga kesehatan
(bidan) dan juga kader dalam pelaksanaan pemberian MP-ASI
dan PMT-Pemulihan. Selain itu, dilakukan evaluasi dengan
membandingkan antara tugas atau tupoksi tenaga pelaksana
dengan apa yang telah dilaksanakan petugas di Posyandu
(apakah sesuai dengan tugas/tupoksinya).
b. Proses :
1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat
MP-ASI/PMT-Pemulihan monitoring dilakukan dengan
melihat data sasaran jumlah balita BGM, Baduta Gakin dan
bumil KEK yang akan mendapatkan MP-ASI/PMT-Pemulihan
dan laporan jumlah balita BGM, Baduta Gakin dan bumil KEK
yang akan mendapatkan MP-ASI/PMT-Pemulihan dari
lapooran data sebelumnya. Evaluasi dilakukan dengan melihat
jumlah ibu hamil yang akan mendapat MP-ASI/PMT-
Pemulihan.
2) Data jumlah sasaran yang telah mendapat MP-ASI/PMT-
Pemulihan, dengan cara membuat laporan hasil kegiatan
pemberian MP-ASI/PMT-Pemulihan berdasarkan
absensi/nama ibu hamil penerima MP-ASI/PMT-Pemulihan.
Evaluasi dilakukan per bulan setelah pemberian MP-
ASI/PMT-Pemulihan, dengan melihat seberapa banyak jumlah
ibu hamil yang telah mendapat MP-ASI/PMT-Pemulihan dan
persentase atau capaian dari pemberian MP-ASI/PMT-
Pemulihan pada ibu hamil.
c. Output :
1) Cakupan persentase balita BGM, baduta Gakin, dan ibu hamil
KEK yang mendapatkan MP-ASI/PMT-Pemulihan,
dimonitoring dan dievaluasi per bulan setelah melakukan
pemberian MP-ASI/PMT-Pemulihan. Kemudian hasilnya
dibandingkan dengann persentase sebelumnya adakah
peningkatan atau penururan. Dan hasil persentase ini akan
dipaparkan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan.
2) Laporan hasil kegiatan pemberian MP-ASI/PMT-Pemulihan
pada balita BGM, Baduta Gakin dan Ibu hamil KEK,
merupakan salah satu bentuk monitoring pelaksanaan kegiatan
pemberian MP-ASI/PMT-Pemulihan yang dilengkapi dengan
form tanda terima MP-ASI/PMT-Pemulihan, form nama
baduta, balita dan bumil yang mendapatkan MP-ASI, PMT-
Pemulihan, dan from evaluasi pemantauan status gizi (BB &
TB). Hasil laporan ini di laporkan setiap bulan dan evaluasi
dengan melihat jumlah sasaran yang mendapat MP-ASI/PMT-
Pemulihan dan peningkatan status gizi baduta, balita, dan
bumil yang mendapatkan MP-ASI/PMT-Pemulihan.

5. Pembinaan Gizi Institusi


a. Input :
1) Tenaga penyuluh (Ahli gizi /petugas kesehatan lainnya),
dengan cara melihat keterlibatan tenaga penyuluh dari
perencanaan kegiatan, persiapan pelaksanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan hingga kegiatan monev. Selain itu
dievaluasi juga bagaimana pemenuhan kompetensi petugas
dibandingkan dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan
oleh kementrian kesehatan.
2) Materi edukasi, dengan cara menentukan materi atau topik
yang akan disampaikan berdasarkan permasalahan gizi yang
ada di institusi (sekolah). Selain itu evaluasi dilakukan dengan
melihat ketepatan materi atau topik yang disampaikan dengan
permasalahan gizi yang ada di lingkungan institusi (sekolah)
dan seberapa besar pemahaman lingkungan institusi (sekolah)
mengenai materi pembinaan/edukasi yang telah disampaikan.
3) Media edukasi, dengan cara menentukan media yang akan
digunakan dalam pembinaan/edukasi dengan melihat ke
efektifan dan efisiensi dalam penggunaan media tersebut
dalam menyampaikan pembinaan/edukasi. Evaluasi dilakukan
dengan melihat ke efektifan dan efisiensi penggunaan media
terhadap daya tangkap masyarakat mengenai materi
pembinaan/edukasi.
4) Metode edukasi, cara menentukan metode yang akan dipakai
saat pembinaan/edukasi. Selain itu, evaluasi dilakukan dengan
melihat ketepatan metode pembinaan/edukasi yang digunakan
terhadap daya tangkap masyarakat mengenai materi
pembinaan/edukasi
5) Ruang/Tempat penyuluhan, dengan cara menentukan ruangan /
tempat terselenggaranya penyuluhan. Selain itu, evaluasi
dilakukan dengan cara melihat respon dari peserta penyuluhan
apakah ruangan tersebut nyaman digunakan untuk penyuluhan.
b. Proses :
1) Data jumlah edukasi gizi yang direncanakan per bulan dan per
tahun di Institusi di luar Puskesmas, Monitoring dilakukan
dengan melihat dokumentasi jadwal pembinaan yang telah
ditentukan meliputi waktu, tempat, tenaga/pembina dan materi
yang akan disampaikan. Evaluasi dilakukan dengan melihat
apakah rencana pembinaan yang telah di buat dapat terlaksana
sesuai jadwal.
2) Data jumlah edukasi gizi yang dilaksanakan per bulan dan per
tahun di Institusi di luar Puskesmas, Monitoring dilakukan
dengan melihat laporan hasil kegiatan pembinaan yang telah
terlaksana, absensi peserta. Evaluasi dilakukan dengan melihat
frekuensi pembinaan yang telah terlaksana dalam kurun waktu
per bulan, triwulan, semester dan tahun.
c. Output :
1) Hasil Pre test dan Post test materi pembinaan/edukasi.
Monitoring dilakukan dengan menggunakan form pre test dan
post test, laporan/rekapan hasil pre tet dan post test. Evaluasi
hasil pre test dan post test dilakukan setiap bulan berdasarkan
hasil rekapan atau analisa dari pre test dan post yang telah
dilakukan.
2) Laporan hasil kegiatan pembinaan/edukasi gizi. Laporan hasil
kegiatan merupakan bentuk monitoring yang dibuat setiap kali
telah melaksanakan pembinaan yang dibuat oleh tenaga
penyuluh. Evaluasi kegiatan pembinaan dilakukan setiap satu
bulan sekali dengan melihat kendala/hambatan, keberhasil
yang didapatkan dalam kegiatan pembinaan. Kemudian
membuat rencana tindak lajt dalam meningkatkan kegiatan
pembinaan gizi selanjutnya
3) Peningkatan wawasan setelah mendapatkan edukasimelalui
diskuisi/tanya jawab dan post test. Monitoring dilakukan
dengan melihat hasil laporan kegiatan pembinaan dan dan hasil
pre test dan post test. Evaluasi peningkatan wawasan dilakukan
setiap kali mendapatkan hasil pre tset dan post test dengan
melihat adakah perubahan atau peningkatan wawasan setelah
pembinaan.
d. Outcome :
Dapat merubah sikap dan perilaku masyarakat sekolah dan
keluraga siswa-siswi dalam pentingnya status gizi anak sekolah
yang menunjang prestasi siswa-siswi di sekolah sehingga dalam
kehidupan seharai-hari terbiasa untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi seimbang dan menerapkan PHBS dalam keseharian.
Hal dapat dipantau dengan cara pemberian kuesioner/pre-test dan
post test, wawancara (recall) asupan makan sehari dan berdasarkan
keterangan guru dan oranh disekitar mengenai penerapan PHBS
dalam keseharian.
Perkembangan Normal ukuran lingkar kepala bayi
1. Pada bayi baru lahir (0 bulan) : ukuran lingkar kepala normal adalah 34 – 35
cm.
2. Pada bayi usia 0 – 3 bulan : akan terjadi penambahan ukuran lingkar kepala
sebesar 2 cm per bulannya
3. Pada bayi usia 4 – 6 bulan : akan bertambah 1 cm per bulannya
4. Pada bayi usia 6 – 12 bulan : ukuran lingkar kepala akan bertambah 0,5 cm
per bulan
5. Pada bayi usia 12 – 24 bulan (1 – 2 tahun) : ukuran lingkar kepala akan
bertambah 2 cm per tahun

Anda mungkin juga menyukai