PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Program perbaikan Gizi merupakan bagian integral dari program kesehatan yang mempunyai
peranan penting dalam menciptakan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Untuk
mencapai tujuan tersebut, program perbaikan gizi harus dilakukan secara sitematis dan
berkesinambungan. Hal ini dilakukan melalui suatu rangkaian upaya terus menerus mulai dari
perumusan masalah, penetapan tujuan yang jelas, penentuan strategi intervensi yang tepat sasaran,
identifikasi yang tepat serta kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan di berbagai
tingkat administrasi. Kesehatan dan Gizi merupakan faktor penting , yang secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manuasia yang sehat dan
berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan.
Pemerintah terus berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
menangani masalah gizi balita karena hal itu berpengaruh terhadap pencapaian salah satu
tujuan Millennium Development Goals (MDGs) pada Tahun 2015 yaitu mengurangi dua per
tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah lima tahun.
Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan berbasis masyarakat secara optimal oleh
masyarakat seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu pendekatan
untuk menemukan dan mengatasi persoalan gizi pada balita. Posyandu adalah salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar (Depkes RI, 2006).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggota untuk mewujudkan perilaku gizi yang baik dan benar
b. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari berbagai
institusi pemerintah dan swasta
1
2
masyarakat
d. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi masyarakat
e. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan dan pelaporan gizi dan tersedianya
situasi pangan dan gizi
C. RUANG LINGKUP
Pelayanan gizi di Puskesmas Lohbener meliputi :
- Asuhan gizi rawat jalan
- Asuhan gizi masyarakat
D. DEFINISI OPERASIONAL
Gizi adalah salah satu sarana penunjang medis yang memberikan layanan untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit rawat inap dan rawat jalan,
untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, mengoreksi kelainan
metabolisme dalam upaya preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif.
Standar pelayanan gizi adalah sumber yang berlaku sesuai dengan tingkat atau
kelas puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang menyelenggarakan
pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan
klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap
keadaan gizi pasien tersebut.
Tenaga profesional / formal gizi adalah tenaga yang mencakup : Tenaga Gizi
yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Standar Prosedur Operasional ( SPO ) adalah kumpulan instruksi, langkah –
langkah yang telah dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
Ruangan : luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung semua kegiatan
yang dipergunakan sesuai dengan standar ruangan gizi, aktifitas dan jumlah petugas
yang berhubungan dengan pasien untuk kebutuhan penyediaan makan pasien.
Semua ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan
sesuai dengan peraturan sarana dan prasarana puskesmas.
Bahan gizi : spesifikasi bahan makanan adalah standar bahan makanan yang
ditetapkan oleh unit/instalasi gizi sesuai dengan ukuran dan bentuk.
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan gizi di Puskesmas diperlukan peraturan
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
Tenaga gizi puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi seperti
pelatihan tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB), pelatihan Konselor ASI, Pelatihan
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan,
dll. Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi yang menjadi tanggung jawab puskesmas
dilakukan oleh TPG dengan latar belakang pendidikan gizi. Apabila belum ada TPG
berlatar belakang pendidikan gizi, dapat dikerjakan oleh TPG yang bukan berlatar
belakang gizi, seperti sanitarian, perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lainnya.
Tenaga gizi Puskesmas sebagai penanggung jawab asuhan gizi sekaligus sebagai
pelaksana asuhan gizi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a) Mengkaji status gizi pasien/klien berdasarkan data rujukan
b) Melakukan anamnesis riwayat diet pasien/klien
c) Menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makanan yang disesuaikan dengan
kebiasaan makan serta keperluan terapi
d) Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien atau keluarga
pasien
e) Melakukan kunjungan keliling baik sendiri maupun bersama dengan tim asuhan gizi
kepada pasien
f) Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada pasien bersama dengan
perawat
g) Mengevaluasi status gizi pasien secara berkala, asupan makanan, dab bila perlu
melakukan perubahan diet pasien berdasarkan hasil diskusi dengan Tim Asuhan Gizi
Puskesmas.
h) Mengkomunikasikan hasil terapi gizi dan memberikan saran kepada anggota Tim
Asuhan Gizi Puskesmas.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengaturan dan penjadwalan tugas tenaga kesehatan gizi diatur oleh Koordinator
Gizi, mengetahui Kepala Satuan Pelaksana UKM dan Kepala Puskesmas yang sudah
diatur sesuai dengan tupoksi kerja masing-masing unit.
C. JADWAL KEGIATAN
Program gizi dilaksanakan setiap hari kerja mulai dari Senin-Kamis pukul 08.00
sampai pukul 14.00 WIB, Jumat-Sabtu Pukul 08.00 sampai pukul 12.00 WIB.
BAB III
STANDAR FASILITAS
5
B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan program gizi meliputi
- Ruang Konseling
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
6
1) Sasaran : balita kurang gizi, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil
KEK (Kurang Energi Kronik)
2) PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat
gizi dengan kandungan 350-400 kalori energy dan 10-15 gram protein.
3) PMT Bumil KEK bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi
dengan kandungan 500 kalori energy dan 15 gram protein
4) Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan ibu hamil KEK adalah
90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB)
Fungsi tenaga gizi puskesmsa dalam manajemen pemberian MP-ASI dan
PMT Bumil KEK antara lain :
1) Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran
selama satu tahun
2) Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, diwilayah
kerja puskesmas
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumi KEK
wilayah kerja puskesmas.
9. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
Pemulihan gizi berbasis masyarakt merupakan upaya yang dilakukan masyarakt
untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi dendan dibantuoleh tenaga gizi
puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya. Pendirian PGBM tergantung kepada
besaran masalah gizi di daerah. Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk kepada
besaran masalah gizi di daerah. Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk buku
pedoman pelayanan gizi buruk Kementerian Kesehatan 2011
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan status gizi balita
b. Sasaran kegiatan ini adalah balita gizi buruk tanpa komplikasi
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di panti/pos pemulihan gizi
d. Fungsi tenaga gizi di PGBM adalah
1) Melakukan terapi gizi (konseling, pemberian makanan pemulihan gizi,
pemantauan status gizi, dll)
2) Memberikan bimbingan teknis kepada kader dalam melaksanakan
perbaikan gizi di Pos Pemulihan Gizi Berbasis masyarakat.
10. Surveilans Gizi
Kegiatan surveilens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
yang dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi
Kepala Puskesmas serta lintas program dan lintas sector terkait di tingkat
kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilens gizi dimanfaatkan untuk
melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas
dalam melakukan surveilens gizi bisa menggunakan buku surveilens gizi,
Kemeterian Kesehatan RI, 2014.
a. Tujuan
10
b. Diagnosis Gizi
c. Intervensi Gizi
12
1. Langkah pelaksanaan
a. Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana adalah tim palksana yang terdiri dari dokter, ahli gizi, perawat,
tenaga promosi kesehatan, bidan keluarahan. Dalam pelaksanaan rawat jalan
masyarakat yang dibantu oleh kader posyandu , anggota PKK, dan perangkat desa
Peran Tim Pelaksana
Dokter, melakukan pemeriksaan klinis dan penentuan komplikasi medis,
pemberia terapi dan penentuan rawat jalan atau rawat inap
Perawat, melakukan pendaftaran dan asuhan keperawatan
Ahli Gizi, melakukan pemeriksaan antropometri, konseling, pemberian makanan
unruk pemulihan gizi, makanan siap saji, makanan formula.
Tenaga Promosi Kesehatan, melakukan penyuluhan PHBS, advokasi, sosialisasi
dan musyawarah masyarakat desa
Bidan di Desa, sebagai coordinator di wilayah kerjanya, melakukan skrining dan
pendampingan bersama kader
Kader, melakukan penemuan kasus, merujuk dan melakukan pendampingan
Anggota PKK, membanu menemukan kasis dan menggerakan masyarakat
Perangkat Desa, BPD/Dekel melaksanakan perencanaan anggaran dan
penggerakan masyarakat
5. Kunjungan Rumah
a. Kunjungan rumah bertujuan untuk menggali permasalahan yang dihadapi
keluarga termasuk kepatuhan mengonsumsi makanan untuk pemulihan gizi dan
15
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
Dalam setiap kegiatan program gizi perlu diperhatikan keselamatan pasien dan
petugas, yakni dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
18
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pemantapan Mutu ( quality assurance ) gizi adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin mutu pelayanan terutama dibidang gizi. Pemantapan Mutu terbagi
menjadi 3 indikator :
a. Indikator proses : indikator yang mengukur elemen pelayanan yang disediakan oleh
institusi yang bersangkutan.
b. Indikator struktur : indikator yang menilai ketersediaan dan penggunaan fasilitas,
peralatan, kualifikasi professional, struktur organisasi yang berkaitan
dengan pelayanan yang diberikan.
c. Indikator outcome : indikator untuk menilai keberhasilan intervensi gizi
20
yang diberikan.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan gizi ini dilakukan sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas
Kebon Jeruk dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan gizi di Puskemas Rawat
Inap maupun rawat jalan.
Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar advokasi bagi pemegang
kebijakan untuk peningkatan mutu pelayanan gizi di Puskesmas Kebon Jeruk. Selain
tenaga gizi puskesmas, pedoman ini juga sangat tepat digunakan untuk pengelolaan
program gizi di Kabupaten/Kota dan Provinsi terutama dalam perencanaan penyusunan
program gizi.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas. Jakarta: 2014.
2. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Pedoman
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Konsumsi Garam Beriodium Untuk Semua
(KGBS) di Rumah Tangga. Jakarta: 2011.
3. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Jakarta: 2014.
22