A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, besaran masalah gizi pada
balita di Indonesia yaitu 13,8% gizi kurang, 3,9% gizi buruk; gizi lebih %, pendek
11,5% dan sangat pendek 19,3%. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut
hasil Riskesdas 2018, anemia pada ibu hamil sebesar 48,9%.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan.
Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas,
baik pada Puskesmas Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap.
Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif,
sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan
tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi
hal sangat penting.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat
pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan
Puskesmas Pembantu,Pos Kesehatan Kelurahan dan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan
untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat
Inap. Menurut data dari Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan
per Desember tahun 2018 jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 9.993
unit,diantaranya 3.623 unit Puskesmas Rawat Inap, dan selebihnya yaitu
6.370 unit Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus
membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung
dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual,
dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di
dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan
dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya
pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif.
Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan pelayanan yang
bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat
proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila
tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4
pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
B. Tujuan Pedoman
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pelayanan gizi di
Puskesmas Rawat Inap Kemiling dan jejaringnya.
C. Sasaran Pedoman
1. Tenaga pelaksana gizi
2. Pasien rawat jalan
3. Pasien rawat inap
4. Pasien jemaah haji
5. Bayi dan Balita
6. Siswa PAUD/TK/SD
7. Ibu hamil
8. Ibu nifas
9. Ibu menyusui
10. Remaja putri
11. Wanita Usia Subur (WUS)
12. Kader posyandu
13. Masyarakat umum
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi kegiatan asuhan gizi dalam Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) oleh tenaga gizi di UPT Puskesmas
Rawat Inap Kemiling.
.
E. Batasan Operasional
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling antara
lain konseling gizi rawat inap dan rawat jalan yang terkait penyakit dan faktor
risikonya, konseling gizi ibu hamil, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi
dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan
konseling bagi jemaah haji.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling antara
lain Posyandu Balita, Ibu hamil dan menyusui. Pemberian vitamin A pada balita usia
6 bulan sampai dengan 60 bulan dan siswa PAUD/ TK. Pemberian tablet tambah
darah (Fe) ke remaja putri kelas VII sampai dengan kelas XII. Edukasi gizi kepada
masyarakat mengenai permasalahan gizi.
Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
1. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan,gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan
pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang
praktek pelayanan.
2. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan
gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya
terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk
kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah
pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
3. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan.
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untukmenyelenggarakan
upaya kesehatan
5. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan
dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana
dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh
6. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan
khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).Kegiatan ini pada
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi,PMT Ibu Hamil dan
balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah
(TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka
pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan
Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).
7. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan.
Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila
direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif
terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK
8. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
9. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien.
10. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit
pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Diploma III Gizi
11. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana
Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
12. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat
jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi..
13. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang,
atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
14. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia,
penyakit ginjal, dll
15. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat,
kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung
16. Pelayanan Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya
promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
BAB II
Standar Ketenagaan
BAB III
STANDAR FASILITAS
1 2
P
I
N
T
3 U
Keterangan:
1. Meja konsultasi gizi
2. Meja kerja tenaga pelaksana gizi
3. Pengukur TB dan BB
B. Standar Fasilitas
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi Puskesmas Rawat Inap
Kemiling memiliki penunjang yang harus dipenuhi
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI
A. Lingkup Kegiatan
1. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya upaya
promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan, rawat
inap dan pemeriksaan jemaah haji
2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif
serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Rawat Inap
Kemiling. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya
perbaikan gizi yang dilaksanakan antara lain:
4. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu
Nifas
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk
kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu ibu hamil
melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
b. Sasaran kegiatan ini adalah ibu hamil dan ibu nifas.
c. Lokasi di tempat praktek bidan dan posyandu.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD
antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaranselama satu tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.
4) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas:
a) Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dandilanjutkan sampai
masa nifas
b) Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
5. Edukasi dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan
anemia gizi besi pada kelompok sasaran
b. Sasaran kegiatan ini adalah remaja putri dan wanita usia subur
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD
(Tablet Tambah Darah) antara lain:
1) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan wanita usia subur
mengonsumsi TTD secara mandiri.
2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas
3) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk remaja putri dan wanita usia subur.
adalah 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu untuk pencegahan dan 1
tablet/hari untuk pengobatan sampai kadar Hb normal.
7. Surveilans Gizi
a. Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang
dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi
Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat
kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan untuk
melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas
dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi,
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Tujuan:
a) Tersedianya informasi berkala dan terus menerustentang besaran masalah gizi
dan perkembangan di masyarakat.
b) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab
masalah
gizi dan faktor-faktor terkait
c) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah
d) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untukdilakukan (bentuk,
sasaran, dan tempat)
b. Lingkup data surveilans gizi antara lain:
1) Data status gizi
2) Data konsumsi makanan
3) Data cakupan program gizi
c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibuhamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.
d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmasberkoordinasi dengan
tenaga surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain:
1) Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/caramelakukan, dan
penggunanaan data
2) Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data,mengolah data,
menganalisa data, melaksanakan diseminasi informasi
3) Membina kader posyandu dalam pencatatan danpelaporan kegiatan gizi di
Posyandu
4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
5) Membuat laporan surveilans gizi
e. Contoh Kegiatan dalam Survilans Gizi antara lain:
1) Pemantauan Status Gizi (PSG)
a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan
b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi,
balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibuhamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.)
2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
a) Tujuan:
(1) Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan akurat
sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi
(2) Memantau situasi pangan dan gizi antar desa/kelurahandalam 1 kecamatan
b) Sasaran: Lintas program dan lintas sektor di tingkatkecamatan di
wilayah kerja Puskesmas.
B. Strategi / Metode
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan Pelayanan Gizi. Ada
tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung
pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada pengambil keputusan dari
berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meyakinan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program
kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu
dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat
pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau
fasilitas lain..
2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada dukungan
dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat
berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh
dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan
antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai
penerima program kesehatan. Strategi ini dapat dikatanan sebagai upaya membina
suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan
tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan
sebagainya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi
keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan.
Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos obat desa, dan sebagainya.
C. Langkah Kegiatan
a) Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian gizi
b.Penentuan
diagnosis gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
1) Pengkajian Gizi
Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebabmelalui
pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secarasistematis. Kategori data
pengkajian gizi meliputi:
(a) Data Antropometri
Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan
berbagaicara meliputi pengukuran Tinggi Badan
(TB)/Panjang Badan(PB) dan
Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas (LiLA),Lingkar Kepala, Lingkar Perut,
Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dll
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis
kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy
pants,penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu
secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif:
(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/polamakan sehari berdasarkan
frekuensi konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untukmendapatkan
gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cararecall 24 jam, yang dapat diukur
dengan menggunakan bantuan food model.
Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain:
1. Perkembangan data antropometri
2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3. Perkembangan data fisik/klinis
4. Perkembangan data asupan makan
2. Perkembangan diagnosis gizi
3. Perubahan perilaku dan sikap
b) Pelayanan Gizi Rawat Inap
Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup penyelenggaraan
pemberian makan pasien, pamantauanasupan makanan, konseling gizi dan
pergantian jenis diet apabila diperlukan. Pelayanan gizi rawat inap merupakan
serangkaian kegiatan yang meliputi:
1) Pengkajian gizi
2) Penentuan diagnosis gizi
3) Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauanasupan, perubahan
diet dan konseling
4) Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
tenaga kesehatan Puskesmas untukmenetapkan pasien
berisiko masalah gizi atau tidak. Skrining gizisetidaknya dilakukan pada pasien baru
1x24 jam setelah pasien masuk rawat inap. Pasien yang berisikomasalah gizi antara
lain adalah pasien gizi kurang/buruk dengan komplikasi medis, pasien dengan kondisi
khusus seperti Diabetes Melitus, hipertensi, dll.
Anak gizi buruk dengan komplikasi medis dapat dirawat inap diPuskesmas Rawat
Inap apabila di Puskesmas sudah ada tenagaatau tim asuhan
gizi yang dilatih Tatalaksana Anak Gizi Buruk(TAGB) serta mempunyai sarana
dan prasarana perawatan yangmemadai untuk anak gizi buruk. Apabila tenaga
kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan memperoleh
asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan
faktor penyebab melalui pengumpulan, verifikasi, daninterpretasi data secara
sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:
DataAntropometri
Data Pemeriksaan
Fisik/Klinis Data
Riwaya Gizi
Data Laboratorim
2) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien.
Materikonseling gizi meliputi hubungan gizi terkait penyakit,
prinsip gizi seimbang, pemilihan bahan makanan, keamanan
pangan, interaksi obat dan makanan, bentuk dan cara
pemberianmakanan sesuai keluhan dan kondisi klinis pasien,
kebutuhangizi pasien, dan sebagainya. Tujuan konseling
adalah untukmengubah perilaku dengan cara meningkatkan
pengetahuandan pemahaman mengenai masalah gizi yang
dihadapi.
3) Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan Puskesmas Rawat Inap merupakan
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu,
perencanaan kebutuhan bahan makanan,perencanaan anggaran
belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan
penyimpanan, pemasakan bahan
makanan, distribusi dan pencatatan pelaporan serta evaluasi.Penyelenggaraan
makanan di Puskesmas Rawat Inapdilaksanakan
dengan tujuan menyediakan makanan yang berkualitas sesuai
kebutuhan gizi, biaya, aman,dan dapat diterima oleh pasien guna mencapai
status gizi yang optimal.
(1) Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap.
Alur penyelenggaraan makanan di Puskesmas samadengan yang dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan lain
termasuk rumah sakit, tetapi lebih sederhana.Alur
penyelenggraan makanan dijabarkan seperti gambar di bawah ini:
(2) Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di PuskesmasRawat Inap adalah pasien rawat inap.
(3) Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat
Inap Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan
bagian dari unit produksi makanan di Puskesmas Rawat
Inap. Sistem penyelenggaraanmakanan di Puskesmas
dilakukan secara Sistem Swakelola. Pada sistem
penyelenggaraan makananSwakelola, unit produksi
makanan bertanggung jawabterhadap pelaksanaan
seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam
sistem swakelola ini, seluruh sumber daya
yangdiperlukan (tenaga, dana, metode, sarana, dan
prasarana) disediakan oleh pihak PuskesmasRawat Inap.
Pada pelaksanaannya, unit produksi
makanan mengelola kegiatan gizi sesuai denganmanajemen dan menerapkan
Standar Operasinal Prosedur yang ditetapkan.
(4) Mekanisme Penyelenggaraan
Makanan ((a)) Perencanaan Anggaran
Belanja Makanan
Perencanaan anggaran belanja makanan adalah
suatu kegiatan penyusunan anggaranbiaya yang
diperlukan untuk
pengadaan bahanmakanan bagi pasien/klien yang dilayani, selama jangka waktu
tertentu, biasanya 1 (satu) bulan. Tujuannya adalah tersedianya taksiran anggaran
belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
macam danjumlah bahan makanan bagi
pasien/klien yang dilayani sesuai dengan standar
kecukupan gizi. Besar anggaran belanja makanan
dalamsatu bulan yang akan datang
dihitungberdasarkan gambaran pelaksanaan pada
bulan yang sedang berjalan dan
kemungkinanprakiraan kenaikan harga dengan
melihat data jenis dan jumlah
pasien dalam 1 (satu)bulan terakhir. Perencanaan anggaran belanja makanan
meliputi beberapa kegiatan antara lain: ((1)) Memperhitungkan anggaran
belanja
makPerhitungan biaya tidak termasuk untukbahan bakar,tenaga, peralatan dan
sebagainya di luar bahan makanan.
((2)) Perencanaan menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan selera pasien/klien dengan memenuhi prinsip
giziseimbang. Tujuan perencanaan menu adalah
tersedia siklus menu sesuai
klasifikasipelayanan yang ada di Puskemas
perawatan(misalnya siklus menu
10 hari). Langkah-langkah dalam penyusunan menu dapat dilihat pada lampiran.
• Perencanaan kebutuhan bahan makanan
Perencanaan kebutuhan bahan makananmerupakan suatu proses untuk menentukan
jumlah, macam dan kualitas bahan makanan yang diperlukan dalam kurun waktu
tertentu.
((b)) Pengadaan bahan makanan
Kegiatan pengadaan bahan makanan
meliputipenetapan spesifikasi bahan makanan, perhitunganharga, pemesanan
dan pembelian bahan makanandan melakukan survei pasar. Dari survei
tersebutakan diperoleh perkiraan harga bahan
makananyang meliputi harga terendah, harga tertinggi, dan harga perkiraan
maksimal. ((c)) Penyimpanan bahan makanan dan makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tatacara menata, menyimpan, memelihara
jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di tempat
penyimpanan yang aman danmemiliki lingkungan yang sehat. Tujuan penyimpanan
bahan makanan adalah tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam
jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN/
SASARAN
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan Pelayanan gizi perlu
diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMATAN
KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU
BAB
IX
PENU
TUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan terait pelayanan gizi dengan
tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.Keberhasilan
pelayanan gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam
upaya peningkatan pelayanan gizi di Pusesmas