Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

UPT PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING

A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, besaran masalah gizi pada
balita di Indonesia yaitu 13,8% gizi kurang, 3,9% gizi buruk; gizi lebih %, pendek
11,5% dan sangat pendek 19,3%. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut
hasil Riskesdas 2018, anemia pada ibu hamil sebesar 48,9%.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan.
Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas,
baik pada Puskesmas Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap.
Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif,
sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan
tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi
hal sangat penting.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat
pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan
Puskesmas Pembantu,Pos Kesehatan Kelurahan dan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan
untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat
Inap. Menurut data dari Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan
per Desember tahun 2018 jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 9.993
unit,diantaranya 3.623 unit Puskesmas Rawat Inap, dan selebihnya yaitu
6.370 unit Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus
membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung
dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual,
dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di
dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan
dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya
pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif.
Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan pelayanan yang
bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat
proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila
tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4
pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).

B. Tujuan Pedoman
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pelayanan gizi di
Puskesmas Rawat Inap Kemiling dan jejaringnya.
C. Sasaran Pedoman
1. Tenaga pelaksana gizi
2. Pasien rawat jalan
3. Pasien rawat inap
4. Pasien jemaah haji
5. Bayi dan Balita
6. Siswa PAUD/TK/SD
7. Ibu hamil
8. Ibu nifas
9. Ibu menyusui
10. Remaja putri
11. Wanita Usia Subur (WUS)
12. Kader posyandu
13. Masyarakat umum

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi kegiatan asuhan gizi dalam Upaya Kesehatan Perorangan
(UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) oleh tenaga gizi di UPT Puskesmas
Rawat Inap Kemiling.
.
E. Batasan Operasional
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling antara
lain konseling gizi rawat inap dan rawat jalan yang terkait penyakit dan faktor
risikonya, konseling gizi ibu hamil, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi
dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan
konseling bagi jemaah haji.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling antara
lain Posyandu Balita, Ibu hamil dan menyusui. Pemberian vitamin A pada balita usia
6 bulan sampai dengan 60 bulan dan siswa PAUD/ TK. Pemberian tablet tambah
darah (Fe) ke remaja putri kelas VII sampai dengan kelas XII. Edukasi gizi kepada
masyarakat mengenai permasalahan gizi.
Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
1. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan,gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan
pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang
praktek pelayanan.
2. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan
gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya
terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk
kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah
pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
3. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan.
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untukmenyelenggarakan
upaya kesehatan
5. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan
dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana
dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh
6. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan
khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).Kegiatan ini pada
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi,PMT Ibu Hamil dan
balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah
(TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka
pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan
Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).
7. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan.
Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila
direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif
terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK
8. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
9. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien.
10. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit
pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Diploma III Gizi
11. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana
Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
12. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat
jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi..
13. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang,
atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
14. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia,
penyakit ginjal, dll
15. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat,
kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung
16. Pelayanan Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya
promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

BAB II
Standar Ketenagaan

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Pelayanan Gizi

1 2

P
I
N
T
3 U

Keterangan:
1. Meja konsultasi gizi
2. Meja kerja tenaga pelaksana gizi
3. Pengukur TB dan BB

B. Standar Fasilitas
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi Puskesmas Rawat Inap
Kemiling memiliki penunjang yang harus dipenuhi

Kegiatan Pelayanan Sarana Prasana


Gizi
- Meja
- Kursi
- Alat tulis kantor (ATK)
- Komputer
Dalam Gedung - Printer
- Buku Register
- Buku Pencatatan Kegiatan
Buku panduan : penuntun diet,
pedoman pelayanan anak gizi buruk,
tata laksana balita gizi buruk
- Timbangan dewasa
- Pengukur tinggi badan
- Leaflet gizi
- Alat peraga makanan (Food Model)

Luar Gedung - Leaflet


- Lembar balik materi-materi
penyuluhan : Ininsiasi Menyusui Dini,
Angka Kecukupan Gizi
- Timbangan : Dacin, Timbanan Injak,
Timbangan bayi
- Pengukur tinggi badan
- Meja
- Kursi
- ATK
- Blanko-blanko laporan
- Vitamin A, dan Tablet Penambah
darah (Fe)

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

A. Lingkup Kegiatan
1. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya upaya
promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan, rawat
inap dan pemeriksaan jemaah haji
2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif
serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Rawat Inap
Kemiling. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya
perbaikan gizi yang dilaksanakan antara lain:

1. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi


a. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan
risiko/masalah gizi.
b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
c. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pos Kesehatan Kelurahan, Institusi
Pendidikan,Kelas Ibu, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
d. Fungsi tenaga pelaksana gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan
situasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya
tenaga promosi kesehatan, antara lain:
1) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerjaPuskesmas.
2) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
3) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu
melakukan pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakatluas.
4) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi
pendidikan, pertemuan keagamaan, danpertemuan-pertemuan lainnya.
5) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.

2. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu


a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi balita menggunakan KMS
(Kartu Menuju Sehat) atau buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
b. Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:
1) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas
2) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan
pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
3) Melakukan penimbangan balita
4) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
5) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja
6) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan

3. Pengelolaan Pemberian kapsul Vitamin A


a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian
vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
sehingga kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.
b. Sasaran kegiatan ini antara lain bayi, balita dan ibu nifas
c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian vitamin
A , antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11 bulan, anak usia 12-59
bulan dan ibu nifas
2) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja Puskesmas yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan lain
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah kerja Puskesmas
d. Ketentuan dalam pemberian vitamin A:
1) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru diberikan dua kalo
setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
2) Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
3) Bayi dan balita sakit
4) Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita
campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia diberikan vitamin A dengan dosis sesuai
umur.
5) Pada ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul
diberikan segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.

4. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu
Nifas
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk
kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu ibu hamil
melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
b. Sasaran kegiatan ini adalah ibu hamil dan ibu nifas.
c. Lokasi di tempat praktek bidan dan posyandu.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD
antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaranselama satu tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.
4) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas:
a) Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dandilanjutkan sampai
masa nifas
b) Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

5. Edukasi dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan
anemia gizi besi pada kelompok sasaran
b. Sasaran kegiatan ini adalah remaja putri dan wanita usia subur
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD
(Tablet Tambah Darah) antara lain:
1) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan wanita usia subur
mengonsumsi TTD secara mandiri.
2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas
3) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk remaja putri dan wanita usia subur.
adalah 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu untuk pencegahan dan 1
tablet/hari untuk pengobatan sampai kadar Hb normal.

6. Pengelolaan Pemberian PMT Pemulihan


1. Sasaran pemulihan balita sangat kurus dan balita bawah garis merah (BGM)
dan ibu hamil kurang energi kronis (KEK). Sasaran pencegahan untuk balita
kurus.
2. Lama pemberian diberikan sebulan sekali dengan dipantau berat badan untuk
balita dan lingkar lengan atas untuk ibu hamil. Apabila balita sudah naik ke
kurva warna kuning dan ibu hamil lingkar lengannya sudah mencapai 23,5 cm
maka pemberian PMT distop.
3. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian PMT Pemulihan
antara lain:
a. Merencanakan kebutuhan PMT Pemulihan untuk sasaran selama satu
tahun
b. Memantau kegiatan pemberian PMT Pemulihan di wilayah kerja
puskesmas
c. Menyusun laporan pemberian PMT Pemulihan di wilayah kerja
puskesmas

7. Surveilans Gizi
a. Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang
dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi
Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat
kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan untuk
melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas
dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi,
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Tujuan:
a) Tersedianya informasi berkala dan terus menerustentang besaran masalah gizi
dan perkembangan di masyarakat.
b) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab
masalah
gizi dan faktor-faktor terkait
c) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah
d) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untukdilakukan (bentuk,
sasaran, dan tempat)
b. Lingkup data surveilans gizi antara lain:
1) Data status gizi
2) Data konsumsi makanan
3) Data cakupan program gizi
c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibuhamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.
d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmasberkoordinasi dengan
tenaga surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain:
1) Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/caramelakukan, dan
penggunanaan data
2) Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data,mengolah data,
menganalisa data, melaksanakan diseminasi informasi
3) Membina kader posyandu dalam pencatatan danpelaporan kegiatan gizi di
Posyandu
4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
5) Membuat laporan surveilans gizi
e. Contoh Kegiatan dalam Survilans Gizi antara lain:
1) Pemantauan Status Gizi (PSG)
a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan
b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi,
balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibuhamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.)
2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
a) Tujuan:
(1) Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan akurat
sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi
(2) Memantau situasi pangan dan gizi antar desa/kelurahandalam 1 kecamatan
b) Sasaran: Lintas program dan lintas sektor di tingkatkecamatan di
wilayah kerja Puskesmas.

3) Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa/SKD-KLBGizi Buruk


1) Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi bburuk disuatu
wilayah pada kurun waktu tertentu
2) Sasaran: balita dan keluarganya, posyandu
4) Pemantauan Konsumsi Garam beriodium di rumah tangga
a) Tujuan :
memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam
beriodium
yang memenuhi syarat dimasyarakat. Dilaksananakan setiap satu tahun sekali.
b) Sasaran : rumah tangga

8. Kerjasama lintas sektor dan lintas program


a. Tujuan: meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi
ditingkat puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan
lintasprogram.
b. Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat,
Penyuluh Pertanian Lapangan, juru penerang kecamatan, TP
PKK, Dinas
Pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan koordinator, tenaga
sanitarian, tenag a promosi kesehatan, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-
lain.
c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintassektor dan lintas program adalah:
1) Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama
2) Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
3) Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
4) Melakukan koordinasi dalam menentukan indicator indikator
keberhasilan
kerjasama
5) Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
6) Membuat laporan hasil kerjasama

B. Strategi / Metode
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan Pelayanan Gizi. Ada
tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung
pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada pengambil keputusan dari
berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meyakinan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program
kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu
dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat
pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau
fasilitas lain..
2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada dukungan
dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat
berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh
dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan
antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai
penerima program kesehatan. Strategi ini dapat dikatanan sebagai upaya membina
suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan
tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan
sebagainya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi
keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan.
Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos obat desa, dan sebagainya.
C. Langkah Kegiatan
a) Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian gizi
b.Penentuan
diagnosis gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi


oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah
gizi. Apabila tenaga kesehatanmenemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien
akan dirujuk untuk memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pengkajian Gizi
Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebabmelalui
pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secarasistematis. Kategori data
pengkajian gizi meliputi:
(a) Data Antropometri
Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan
berbagaicara meliputi pengukuran Tinggi Badan
(TB)/Panjang Badan(PB) dan
Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas (LiLA),Lingkar Kepala, Lingkar Perut,
Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dll
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis
kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy
pants,penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu
secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif:
(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/polamakan sehari berdasarkan
frekuensi konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untukmendapatkan
gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cararecall 24 jam, yang dapat diukur
dengan menggunakan bantuan food model.

(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta
menegakkan diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini
dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi
gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan
misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, ureum, kreatinin, dll.

2) Penentuan Diagnosis Gizi


Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifatsementara sesuai dengan
respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya
bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi
dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalahgizi,
factor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan.Untuk
mengetahui ruang
lingkup diagnosis gizi dapat merujukpada Buku Pedoman Proses

Asuhan Gizi Terstandar,Kementerian Kesehatan RI, 2014 atau di Buku Pedoman


Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan Kementerian Kesehatan RI, 2011.

3) Pelaksanaan Intervensi Gizi


Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk
mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:
(a) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual.
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit sertakemampuan pasien/ klien
untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi
seimbang (energi, protein, lemak,karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan
serat), faktor aktifitas, faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan
gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis, dan data
laboratorium.
(b) Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait
perbaikan gizi dan kesehatan.
(c)Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien meliputi
konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI,
konselingPemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling aktivitasfisik,
dan konseling
faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM).Tujuan konseling adalah untuk
mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai masalah gizi yang dihadapi.
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan, keberhasilan
pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien dengan cara:
1) Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadapintervensi gizi
2) Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai denganrencana diet

yang telah ditetapkan


3) Mengindektifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negative
4) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizitidak tercapai
5) Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta
6) Evaluasi hasil:
a. Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana diet atau
standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan
pasien secara menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit, data hasil
pemeriksaan laboratorium, dan status gizi.

Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain:
1. Perkembangan data antropometri
2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3. Perkembangan data fisik/klinis
4. Perkembangan data asupan makan
2. Perkembangan diagnosis gizi
3. Perubahan perilaku dan sikap
b) Pelayanan Gizi Rawat Inap
Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup penyelenggaraan
pemberian makan pasien, pamantauanasupan makanan, konseling gizi dan
pergantian jenis diet apabila diperlukan. Pelayanan gizi rawat inap merupakan
serangkaian kegiatan yang meliputi:
1) Pengkajian gizi
2) Penentuan diagnosis gizi
3) Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauanasupan, perubahan
diet dan konseling
4) Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
tenaga kesehatan Puskesmas untukmenetapkan pasien
berisiko masalah gizi atau tidak. Skrining gizisetidaknya dilakukan pada pasien baru
1x24 jam setelah pasien masuk rawat inap. Pasien yang berisikomasalah gizi antara
lain adalah pasien gizi kurang/buruk dengan komplikasi medis, pasien dengan kondisi
khusus seperti Diabetes Melitus, hipertensi, dll.
Anak gizi buruk dengan komplikasi medis dapat dirawat inap diPuskesmas Rawat
Inap apabila di Puskesmas sudah ada tenagaatau tim asuhan
gizi yang dilatih Tatalaksana Anak Gizi Buruk(TAGB) serta mempunyai sarana
dan prasarana perawatan yangmemadai untuk anak gizi buruk. Apabila tenaga
kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan memperoleh
asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan
faktor penyebab melalui pengumpulan, verifikasi, daninterpretasi data secara
sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:
DataAntropometri
Data Pemeriksaan
Fisik/Klinis Data
Riwaya Gizi
Data Laboratorim

2) Penentuan Diagnosis Gizi


Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifatsementara sesuai dengan
respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya
bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi
dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi

adanyamasalah gizi, faktor penyebab, tanda dan gejala yangditimbulkan. Untuk


mengetahui
ruang lingkup diagnosis gizidapat merujuk pada Buku Pedoman
Proses Asuhan GiziTerstandar, Kementerian Kesehatan RI 2014,
atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan
KementerianKesehatan.
3) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yangditujukan untuk mengubah
perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu. Intervensi
gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:
1) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta kemampuan
pasien/klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi
seimbang (energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin,mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor stres serta
kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi
pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan
klinisdan data hasil pemeriksaan laboratorium.

2) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien.
Materikonseling gizi meliputi hubungan gizi terkait penyakit,
prinsip gizi seimbang, pemilihan bahan makanan, keamanan
pangan, interaksi obat dan makanan, bentuk dan cara
pemberianmakanan sesuai keluhan dan kondisi klinis pasien,
kebutuhangizi pasien, dan sebagainya. Tujuan konseling
adalah untukmengubah perilaku dengan cara meningkatkan
pengetahuandan pemahaman mengenai masalah gizi yang
dihadapi.
3) Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan Puskesmas Rawat Inap merupakan
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu,
perencanaan kebutuhan bahan makanan,perencanaan anggaran
belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan
penyimpanan, pemasakan bahan
makanan, distribusi dan pencatatan pelaporan serta evaluasi.Penyelenggaraan
makanan di Puskesmas Rawat Inapdilaksanakan
dengan tujuan menyediakan makanan yang berkualitas sesuai
kebutuhan gizi, biaya, aman,dan dapat diterima oleh pasien guna mencapai
status gizi yang optimal.
(1) Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap.
Alur penyelenggaraan makanan di Puskesmas samadengan yang dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan lain
termasuk rumah sakit, tetapi lebih sederhana.Alur
penyelenggraan makanan dijabarkan seperti gambar di bawah ini:

Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap

(2) Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di PuskesmasRawat Inap adalah pasien rawat inap.
(3) Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat
Inap Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan
bagian dari unit produksi makanan di Puskesmas Rawat
Inap. Sistem penyelenggaraanmakanan di Puskesmas
dilakukan secara Sistem Swakelola. Pada sistem
penyelenggaraan makananSwakelola, unit produksi
makanan bertanggung jawabterhadap pelaksanaan
seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam
sistem swakelola ini, seluruh sumber daya
yangdiperlukan (tenaga, dana, metode, sarana, dan
prasarana) disediakan oleh pihak PuskesmasRawat Inap.
Pada pelaksanaannya, unit produksi
makanan mengelola kegiatan gizi sesuai denganmanajemen dan menerapkan
Standar Operasinal Prosedur yang ditetapkan.
(4) Mekanisme Penyelenggaraan
Makanan ((a)) Perencanaan Anggaran
Belanja Makanan
Perencanaan anggaran belanja makanan adalah
suatu kegiatan penyusunan anggaranbiaya yang
diperlukan untuk
pengadaan bahanmakanan bagi pasien/klien yang dilayani, selama jangka waktu
tertentu, biasanya 1 (satu) bulan. Tujuannya adalah tersedianya taksiran anggaran
belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
macam danjumlah bahan makanan bagi
pasien/klien yang dilayani sesuai dengan standar
kecukupan gizi. Besar anggaran belanja makanan
dalamsatu bulan yang akan datang
dihitungberdasarkan gambaran pelaksanaan pada
bulan yang sedang berjalan dan
kemungkinanprakiraan kenaikan harga dengan
melihat data jenis dan jumlah
pasien dalam 1 (satu)bulan terakhir. Perencanaan anggaran belanja makanan
meliputi beberapa kegiatan antara lain: ((1)) Memperhitungkan anggaran
belanja
makPerhitungan biaya tidak termasuk untukbahan bakar,tenaga, peralatan dan
sebagainya di luar bahan makanan.
((2)) Perencanaan menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan selera pasien/klien dengan memenuhi prinsip
giziseimbang. Tujuan perencanaan menu adalah
tersedia siklus menu sesuai
klasifikasipelayanan yang ada di Puskemas
perawatan(misalnya siklus menu
10 hari). Langkah-langkah dalam penyusunan menu dapat dilihat pada lampiran.
• Perencanaan kebutuhan bahan makanan
Perencanaan kebutuhan bahan makananmerupakan suatu proses untuk menentukan
jumlah, macam dan kualitas bahan makanan yang diperlukan dalam kurun waktu
tertentu.
((b)) Pengadaan bahan makanan
Kegiatan pengadaan bahan makanan
meliputipenetapan spesifikasi bahan makanan, perhitunganharga, pemesanan
dan pembelian bahan makanandan melakukan survei pasar. Dari survei
tersebutakan diperoleh perkiraan harga bahan
makananyang meliputi harga terendah, harga tertinggi, dan harga perkiraan
maksimal. ((c)) Penyimpanan bahan makanan dan makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tatacara menata, menyimpan, memelihara
jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di tempat
penyimpanan yang aman danmemiliki lingkungan yang sehat. Tujuan penyimpanan
bahan makanan adalah tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam
jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

((d)) Pengolahan bahan makanan


Proses Pengolahan bahan makanan meliputi proses persiapan bahan makanan,
pemasakan makanan, pendistribusian dan penyajian makanan.
((1)) Persiapan bahan makanan
Persiapan bahan makanan adalahserangkaian
kegiatan dalam mempersiapkanbahan makanan
yang siap diolah (mencuci, memotong,
menyiangi, meracik, dsb) sesuai dengan menu,
standar resep, standar porsi, standar bumbu,
dan jumlah klien/pasienyang akan dilayani.
((2)) Pemasakan makanan
Pemasakan bahan makanan merupakansuatu kegiatan
mengubah (memasak) bahan makanan mentah
menjadi makanan yangsiap dimakan, berkualitas dan
aman untuk dikonsumsi. Proses pemasakan ini
bertujuanuntuk:
• Mengurangi risiko kehilangan zat-zatgizi bahan
makanan
• Meningkatkan nilai cerna
• Meningkatkan dan mempertahankanwarna, rasa, keempukan, dan penampilan makanan.
• Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya
untuk tubuh.

((3)) Pendistribusian dan penyajian makanan Pendistribusian makanan adalah serangkaian


proses kegiatan penyampaian makanan sesuai dengan jenis
makanan dan jumlah porsi pasien/konsumen yang dilayani.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam
pendistribusianmakanan yaitu:
o Kerjasama tim di ruang rawat inap antaradokter,
perawat/bidan, tenaga gizi dalamhal penentuan diet,
pemesanan makanan, penyajian dan pengawasan makanan.
o Alat penyaji makanan harus sesuaidengan macam masakan yang dihidangkan.
o Sebaiknya digunakan alat yang baik, kuat dan menarik
o Ketepatan waktu penyajian makanan pasien
o Kerapian dan kebersihan makanan yangsampai pada pasien.

4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Inap


Setelah rangkaian proses asuhan gizi yang dimulai daripengkajian gizi, penentuan
diagnosis gizi,dan pelaksanaan intervensi gizi,
kegiatan berikutnya adalah monitoring evaluasiasuhan gizi. Kegiatan
utama dari monitoring dan evaluasi asuhan gizi adalah memantau pemberian
intervensi gizi secara berkesinambungan untuk menilai kemajuan penyembuhan dan
status gizi pasien. Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan gizi rawat
inap antara lain:
1) Perkembangan data antropometri
2) Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3) Perkembangan data pemeriksaan fisik/klinis
4) Perkembangan asupan makan termasuk daya terima makanan
5) Perkembangan diagnosis gizi
6) Perubahan perilaku dan sikap
7) Perubahan diet
Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien
terhadapdiet yang diberikan, bentuk makanan, toleransi terhadap
makanan yang diberikan, adanya mual, mutah, keadaan klinis,
defekasi,perubahan data laboratorium, dll. Tindak lanjut yang
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi
asuhan giziantara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan
mengubahpreskripsi diet sesuai perkembangan kondisi pasien.
.
3
BA
BV
LO
GIS
TIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program gizi


direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metoda pelayanan gizi yang akan dilaksanakan.
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator program gizi
berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan
dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator
program gizi berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan
mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA –
Plan Of Action ).

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN/
SASARAN
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan Pelayanan gizi perlu
diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMATAN
KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan gizi perlu diperhatikan


keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan resiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.

BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU

Kinerja pelaksanaan Pelayanan gizi dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan


indikator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Pelayanan Gizi
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lintas program setiap bulan sekali
dan lintas sector 4 bulan sekali.

BAB
IX
PENU
TUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan terait pelayanan gizi dengan
tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.Keberhasilan
pelayanan gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam
upaya peningkatan pelayanan gizi di Pusesmas

Anda mungkin juga menyukai