Anda di halaman 1dari 30

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

DINAS KESEHATAN
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT TAMAN
Jl. Ngelom No 50 TAMAN61254
Telp. (031) 7881201
Email : puskesmastaman@yahoo.com

PEDOMAN PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan
di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan
pelayanan gizi luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam
bentuk promotif dan preventif. Dalam pelayanan gizi di Puskesmas di perlukan pelayanan
yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses
penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan
untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi
Seimbang (PGS).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Pelayanan gizi di Puskesmas perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien Poli Gizi Puskesmas Taman.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gizi di
Pukesmas Taman harus berdasarkan standar pelayanan gizi Puskesmas Taman.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tersedianya Acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan
jejaringnya

2. Tujuan Khusus :
a. Tersedianya acuan tentang pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan sarana dan
prasarana di Puskesmas dan jejaringnya,
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di
Puskesmas dan jejaringnya.
c. Tersedianya acuan bagian tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara professional
memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/klien di Puskesmas dan
jejaringnya
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas dan
jejaringnya

C. Sasaran :
1. Tenaga Gizi Puskesmas dan Tenaga Kesehatan lainnya di Puskesmas
2. Pengelola Program Kesehatan Lintas Sektor terkait

D. Landasan Hukum
1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
2. PMK No. 41 tahun 2014, tentang Pedoman Gizi Seimbang
3. PMK No. 23 tahun 2014 , Upaya Perbaikan Gizi

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan Gizi di Puskesmas meliputi :


1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
4. Pencatatan dan Pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi

F. Batasan Operasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi
terkait pentyakit dan factor resikonya, konseling laktasi, konseling Pemberian Makanan Bayi
dan Anak (PMBA), konseling factor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM), dan konseling
bagi Jemaah haji.

2
1. Asuhan Gizi
Adalah serangkaian kegiatan teroganisir/ terstruktur untuk mengidentifikasi
kebutuhan gizi dan penyediaaan asuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Dietetik
Adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dan prinsip-prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahanakan status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan,
penyediaan dan pengeloaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai
area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi
Adalahserangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap serta perilku positif pasien/klien dan lingkungan terhadap upaya perbaikan gizi
dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat
masal dan target yan.g diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari

4. Food model
Adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan sintetis
atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan
yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun rawat jalan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
6. Gizi Klinik
Adalah suatu ilmu mempelajari tentang hubungan antara makanan dan
kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana cara
dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan oleh tubuh.
7. Kegiatan Spesifik
Adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus
untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini pada umumnya

3
dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi, PMT Ibu Hamil dan balita,
monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD),
promosi ASI Eksklusif, MP-ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek,
hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK)
8. Kegiatan Sensitif
Adalah berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan. Sasarannya
adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan
secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap
proses keselamatan, proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.
9. Konseling Gizi
Adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap, dan perilakupasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.

10. Mutu Pelayanan Gizi


Adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai
dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta
prasarana untuk kepentingan pasien/klien.
11. Nutrisionis
Adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di
bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas
dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III
Gizi.
12. Nutrisionist Registered (NR)
Adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang telah lulus uji
kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

4
13. Pasien / Klien
Adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat jalan
yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi.
14. Pasien Beresiko Malnutrisi
Adalah pasien dengan status gizi buruk, gizi kurang, gizi lebih, mengalami
penurunan asupan makan, penurunan beratbadan, dll.
15. Pasien Kondisi Khusus
Adalah pasien Ibu Hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan Penyakit tidak
Menular (PTM) seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll
16. Pelayanan Gizi
Adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik, pada mayarakat, kelompok,
individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisis, simpilan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi
sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan luar gedung.
17. Pelayanan Gizi di Puskesmas
Adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya Promotif, Preventif, kuratif
dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
18. Pelayanan Kesehatan Perorangan
Adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah rawat inap.
19. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain, promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat, serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
20. Pelayanan Gizi Rawat Jalan

5
Adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan
dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring
dan evaluasi kepada pasien/klien rawat inap/rawat jalan. Intervensi gizi rawat jalan
pada umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan dietetik dan atau penyuluhan gizi.
21. Pelayanan Gizi Rawat Inap
Adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan
dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring
dan evaluasi kepada pasien/klien di rawat inap. Intervensi gizi di rawat inap
mencangkup kegiatan konseling gizi, penyediaan makanan pasien rawat inap,
pemantauan asupan makanan dan pergantian jenis diet apabila diperlukan.
22. Preskripsi Diet
Adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai dari
menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencangkup zat gizi makro dan
mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makanan dan rute pemberian makanan.
Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi,
rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur, serta kesukaan dan nilai-nilai yang
dianut pasien/klien

23. Proses Asuhan Gizi Terstandart (PAGT)


Adalah pendekatan sistematik dalam pemberian pelayanan asuhan gizi yang
berkualitas, melalui serangkaian aktifitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi
kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi.
24. Registered Dietisien (RD)
Adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi yang telah
mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi serta
teregistrasi sesuai ketentuan perundang – undangan berhak mengurus izin memberikan
pelayanan gizi, makanan dan dietetik, dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
25. Rencana Diet
Adalah kebutuhan zat gizi pasien/klien yang dihitung berdasarkan status gizi,
degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya.
26. Rujukan Gizi

6
Adalah sistem dalam pelayanan gizi yang memberikan pelimpahan wewenang
yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi baik secara vertikal maupun
horizontal.
27. Sarna Kesehatan
Adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
28. Skrining Gizi
Adalah kegiatan penapisan untuk mengetahui apakah seseorang pasien beresiko
malnutrisi, tidak beresiko malnutrisi, atau kondisi khusus.
29. Technikal Registered Dietisien (TRD)
Adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Diploma III Gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji
kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
30. Tenaga Gizi
Adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai dengan
peraturan perundangan. Tenaga gizi meliputi Technical Registered Dietisien (TRD),
Nutrisionis Registered (NR), dan Registered Dietisien (RD).

31. Tenaga Gizi Puskesmas


Adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas perbaikan gizi di
Puskesmas. Apabila tidak tersedia tenaga gizi maka pelaksanaan perbaikan gizi di
Puskesmas dapat dilakukan oleh tenaga Pelaksana Gizi yang berasal dari tenaga
kesehatan lain seperti perawat atau bidan.
32. Tenaga Kesehatan
Adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan serta memiliki
kemampuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
33. Terapi Diet
Adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi
34. Tim Asuhan Gizi Puskesmas

7
Adalah sekelompok tenaga kesehatan di Puskesmas yang terkait dengan
pelayanan gizi terdiri dari dokter (umum/spesialis), tenaga gizi, perawat dan atau bidan
dari setiap unit pelayanan yang bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care)
untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.

G. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tetang Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota
7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
8. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
9. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tetang Sistem Kesehatan Nasional
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tetang Standar
Pelayanan Puskesmas Perawatan
11. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No. 894/Menkes/SKB/VIII/2001
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 35 Tahun 2001 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 tahun 2004 tentang Pedoman
Penyusunan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota Serta RS
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 rentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang
kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 741/MENKES/SK/VII/2008 tentang
standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten / kota

8
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.75 tahun 2013 tentang angka kecukupan
gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia
17. Peraturan Menteri Kesehatan No.26 tahun 2013 tentang praktik tenaga gizi.

9
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Pola ketenagaan dan kualifikasi Pelayanan Gizi Puskesmas adalah :


No Nama Jabatan Standar Kompetensi Keadaan Riil

1 Ary Wardani, Amd Nutrisionis a. Pendidikan minimal D3 a. Pendidikan D3


Gz Ahli
b. Pelatihan-pelatihan: b. Pelatihan-pelatihan:
1. Pelatihan Terampil 1. Pelatihan Tata
NCP(Nutritional Care laksana Gizi Buruk
Prosess)/ PAGT (TAGB)
(Proses Asuhan Gizi 2. Pelatihan Konselor
Terstandart) ASI
2. Pelatihan Tata 3. Pelatihan
laksana Gizi Buruk Pemantauan
(TAGB) Pertumbuhan
3. Pelatihan Gizi Klinik
4. Pelatihan Konselor
ASI
5. Pelatihan PMBA
6. Pelatihan
Pemantauan
Pertumbuhan
7. Pelatihan / kursus
Hygine Sanitasi
Makanan

c. Pengalaman Kerja: c.Pengalaman Kerja :


Minimal 1 Th >1 Th

d. Keterampilan: d.Keterampilan:
1).Terampil dalam 1. Belum Terampilnya
melakukan NCP/ PAGT menggunakan NCP/ PAGT
2).Terampil dalam 2.Kurangnya mengikuti
memodivikasi Menu seminar Gizi
Makanan pasien

10
2. Siti Choliyah Pengelola a. Pendidikan minimal a. Pendidikan D1
Program Gizi D3
b. Pelatihan-pelatihan: b.Pelatihan-pelatihan:
1).Pelatihan Terampil 1.Pelatihan Tata laksana
NCP(Nutritional Care Gizi Buruk (TAGB)
Prosess)/ PAGT (Proses 2.Pelatihan PMBA
Asuhan Gizi Terstandart)
2).Pelatihan Tata laksana
Gizi Buruk (TAGB)
3).Pelatihan Gizi Klinik
4).Pelatihan Konselor ASI
5).Pelatihan PMBA
6).Pelatihan Pemantahuan
Pertumbuhan

c. Pengalaman Kerja: c.Pengalaman Kerja :


Minimal 1 Th >1 Th
d.Keterampilan: d.Keterampilan:
1).Terampil dalam 1. Belum Terampilnya
melakukan NCP/ PAGT menggunakan NCP/ PAGT

2).Terampil dalam 2.Kurangnya mengikuti


memodivikasi Menu seminar Gizi
Makanan pasien

3 Musrifatin Pemasak a.Pendidikan minimal Pendidikan SMA


SMA/ Sederajat

b.Pelatihan-pelatihan: b.Pelatihan-pelatihan:
1).Pelatihan Terampil 1.Belum pernah ikut
NCP(Nutritional Care pelatihan NCP(Nutritional
Prosess)/ PAGT (Proses Care Prosess)/ PAGT
Asuhan Gizi Terstandart) (Proses Asuhan Gizi
Terstandart)
2).Pelatihan Tata laksana 2.Belum pernah Pelatihan
Gizi Buruk (TAGB) Tata laksana Gizi Buruk
3).Pelatihan Gizi Klinik (TAGB)
4).Pelatihan Konselor ASI 3.Belum Pernah Pelatihan
Gizi Klinik
4.Belum pernah Pelatihan
Konselor ASI

5).Pelatihan PMBA 5.Belum pernah mengikuti


pelatihan PMBA
6).Pelatihan Pemantahuan 6.Belum pernah mengikuti

11
Pertumbuhan pelatihan Pemantauan
Pertumbuhan

c.Pengalaman Kerja: c.Pengalaman Kerja :


Minimal 1 Th >1 Th

d.Keterampilan: d.Keterampilan:
1).Terampil dalam 1. Belum Terampilnya
melakukan NCP/ PAGT menggunakan NCP/ PAGT

2).Terampil dalam 2.Kurangnya mengikuti


memodivikasi Menu seminar Gizi
Makanan pasien
ndart

4. Achmad Jundafid Pramusaji a.Pendidikan minimal a.Pendidikan SMA


Anggriawan SMA/ Sederajat

b.Pelatihan- pelatihan: b.Pelatihan – pelatihan :


1). Pelatihan Penjamah 1). Belum pernah Pelatihan
Makanan Penjamah Makanan
2). Workshop tentang 2).Belum pernah mengikuti
cipta menu makanan Pasien workshop ttg cipta menu
makanan Pasien

B. Peran dan Fungsi Ketenagaan di Puskesmas dalam pelaksanaan pelayanan gizi

a. Dokter
Dokter berperan sebagai penanggung jawab pelayanan kesehatan pasien sekaligus
sebagai Koordinator Tim Asuhan Gizi Puskesmas yang mempunyai tugas pokok dan
fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik seta menegakkan diagnosis medis.
2. Menentukan pilihan tindakan, pemeriksaan laboratorium, dan perawatan.

12
3. Menentukan terapi obat dan preskripsi diet awal bekerjasama dengan tenaga
gizi Puskesmas.
4. Melakukan pemantauan dan evaluasi tindakan.
5. Melakukan konseling terkait penyakit.
6. Melakukan rujukan.
b. Perawat / bidan
Perawat/ bidan berperan sebagai penanggung jawab asuhan keperawatan /
kebidanan dan sekaligus sebagai pelaksana asuhan keperawatan yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan screening awal dalam rangka membantu menentukan apakah pasien
/ klien beresiko maslah gizi atau tidak.
2. Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan/ kebidanan pada pasien.
3. Melaksanakan tindakan dan perawatan sesuai instruksi dokter.
4. Memotivasi pasien dan keluarga agar pasien menghabiskan makanannya.
5. Melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian makanan kepada pasien.

c. Tenaga gizi Puskesmas


Tenaga gizi Puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi seperti:
Pelatihan Tata Laksana Anak Gizi Buruk (TAGB), Pelatihan Konselor ASI, Pelatihan
Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA), Pelatihan Pemantauan
Pertumbuhan, dll.
Tenaga gizi puskesmas sebagai penanggung jawab asuhan gizi sekaligus
sebagai pelaksana asuhan gizi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai
berikut:
1. Mengkaji status gizi pasien / klien beradasarkan data rujukan.
2. Melakukan anamnesis riwayat diet pasien / klien.
3. Menterjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makananyang disesuiakan
dengan kebiasaan makan serta keperluan terapi.
4. Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien / klien
keluarganya.

13
5. Melakukan kunjungan keliling (visite) baik sendiri maupun bersama dengan tim
asuhan gizi kepada pasien / klien.
6. Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada pasien / klien,
bersama dengan perawat.
7. Mengevaluasi status gizi pasien / klien secara berkala, asupan makanan, dan
bila perlu melakukan perubahan diet pasien berdasarkan hasil diskusi dengan
tim asuhan gizi Puskesmas.
8. Mengkomunikasikan hasil terapi gizi dan memberikan saran kepada anggota
tim asuhan gizi Puskesmas.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
1. Denah Ruangan Konsultasi Gizi

Meja R. laktasi Wastafel


Kursi ukur PB/TB

Bed R. Laktasi

14
Alat BB/TB
Pojok Laktasi
Meja
3
al
ma
ri
Meja Kosultasi 2 Meja Konsultasi 1
alm
ari

2. Denah Dapur dan Gudang


kompor Tpt cuci Kompor Almari 2 Almari 3
piring
Rak
piring
DAPUR Rak
Almari
GUDANG
1
piring
Me
ja 1
Meja Meja
Almari 1 Almari 2 2
Trolly Kulkas
makan

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana di Ruang Konsultasi Gizi
a. Letak
Ruang konsultasi gizi berada di gedung 2 Puskesmas, menjadi satu dengan Poli
Layanan Rawat jalan sehingga mempunyai akses langsung terhadap pasien.
b. Sarana/Peralatan
Guna menunjang pelayanan gizi di Puskesmas pada masyarakat, ruang konsultasi
gizi dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut :

15
 Meja konsultasi 4 buah
 Kursi 7 buah
 Alat ukur anthropometri (meja ukur, timbangan bayi, timbangan balita/dewasa,
microtoise, pita LILA)
 Media KIE (poster, brosur diet sesuai dengan penyakit, brosur makanan sehat
anak, brosur tata laksana pemberian ASI, dll)
 Daftar bahan makanan Penukar
 Food Model
 Bed Laktasi
 Laktasi Kit (boneka, botol ASI kaca, model payudara, gelas kaca, spluit 10 ml,
dll)
 Breast pump elektrik
 Sterilizer
 Wastafel

2. Fasiltas dan sarana di Ruang Produksi Makanan
a. Letak
Ruang produksi makanan untuk pasien rawat inap berada di sebelah utara
puskesmas, menjadi satu dengan gedung ruang perawatan pasien. Untuk akses tenaga,
terdapat pintu samping gedung yang mempuyai akses mudah untuk kendaraan
pengangkut bahan makanan.

b. Sarana/ Peralatan
Untuk mempermudah produksi makanan pasien di rawat inap maka sarana/
peralatan yang ada di ruang produksi makanan adalah sebagai berikut :
1. Peralatan besar
 Kompor gas
 Rice cooker
 Panci stainless steel

16
 Wajan
 Meja penyajian
 Kulkas 2 pintu
 Meja persiapan
 Blender
 Trolley makanan
 Lemari penyimpanan bahan makanan
 Lemari penyimpanan peralatan masak

2. Peralatan kecil
 Pisau dapur
 Sendok sayur
 Parutan
 Sodet
 Serokan
 Cobek + ulekan
 Talenen
 Saringan the
 Saringan kelapa
 Pembuka botol/ kaleng

3. Alat-alat makan
 Sendok dan garpu
 Tempat makan
 Gelas minum
 Tutup gelas/ tatakan
 Piring
 Gelas
 Mangkok sayur
4. Peralatan kebersihan

17
 Tempat sampah tertutup
 Perlengkapan keberihan (sapu, sikat, serokan, lap pel, kemoceng, lap)
 Serbet makan

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN GIZI DI DALAM GEDUNG

II. Kegiatan Pelayanan Gizi di Dalam Gedung

1) Pelayanan Gizi rawat Jalan

18
Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi :
a. Pengkajian Gizi
Dilakukan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan factor penyebab melalui
pengumpulan, verifikasi, intepretasi data secara sistematis. Kategori data
pengkajian meliputi :
 Data Antropometri
 Data Pemeriksaan Fisik Klinis
 Data Riwayat gizi
 Data hasil pemeriksaan laboratorium

b. Penentuan diagnosis gizi


Tujuan diagnosis gizi adalah untuk mengidentifikasi masalah gizi, factor penyebab
serta tanda dan gejala yang ditimbulkan.
c. Intervensi gizi
Adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah perilaku
gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
Intervensi gizi di pelayanaqn rawat jalan meliputi :
 Penentuan diet yang sesuai dengan kebutuhan gizi individual
 Edukasi gizi
 Konseling gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan, keberhasilan pelaksanaan
intervensi gizi pada pasien/klien

2) Pelayanan Gizi Rawat Inap


Pelayanan Gizi Rawat Inap adalah mencakup penyelenggaraan pemberian makan
pasien, pemantaunan asupan makanan, konseling gizi, dan pergantian jenis diet
apabila diperlukan . Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi :
a. Pengkajian Gizi

19
Dilakukan untuk mengindentifikasikan masalah gizi dan factor penyebab melalui
pengumpulan , verifikasi dan interprensi data secara sistematis.Katagori data
pengkajian meliputi :
 Data Antropometri
 Data Pemeriksaan Fisik/ Klinis
 Data Riwayat gizi
 Data hasil pemeriksaan laboratorium

b. Penentuan Diagnosa Gizi


Tujuan diagnosis gizi adalah untuk mengidentifikasi masalah gizi, factor penyebab
serta tanda dan gejala yang ditimbulkan.
c. Intervensi gizi
Adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah perilaku
gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
Intervensi gizi di pelayanaqn rawat inapmeliputi :
 Penentuan diet yang sesuai dengan kebutuhan gizi individual
 Konseling Gizi
 Penyelenggaraan Makanan

d. Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Inap


Bertujuan memantau pemberian intervensi gizi secara berkesinambungan untuk
menilai kemajuan penyembuhan dan status gizi pasien dengan melihat :
 Perkembangan data antropometri
 Perkembangan data hasil pemeriksaan labolatorium terkait Gizi
 Perkembangan data pemeriksaan fisik/klinik
 Perkembangan asupan makan termasuk daya terima Makanan
 Perkembanagan diagnose gizi
 Perubahan perilaku dan sikap
 Perubahan diet

20
Alur pelayanan gizi dalam gedung

Pasien datang sendiri atau rujukan dari Jaringan Puskesmas termasuk UKBM
(Posyandu, Poslansia, Posbindu , dll)

LOKET
(PENDAFTARAN)

Pemeriksaan medis dan skrining gizi

Ditemukan pasien bermasalah gizi dan atau kondisi khusus

Rawat Jalan Rawat Inap Rujuk ke Fasyankes


yang lebih tinggi

Pengkajian gizi

Diagnosis gizi

Intervensi Gizi Intervensi Gizi


Pasien Rawat Jalan : Pasien Rawat Inap :
Penyuluhan kesehatan Konseling Gizi oleh Tenaga Gizi,
oleh tenaga kesehatan Perencanaan Diet, Penyediaan
makanan

Monitoring Evaluasi

Tindak lanjut

21
II. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
1. Kegiatan Pelayanan Gizi Di Luar Gedung
Kegiatan tersebut tidak sepenuhnya dilakukan diluar gedung karena perencanaannya
masih dilakukan di dalam gedung. Kegiatannya kearah promotif dan preventif
sasarannya adalah masyarakat dalam wilayah kerja puskesmas . Kegiatannya antara lain
yaitu :
a. Edukasi Gizi/ Pendidikan Gizi
b. Konseling ASI Ekslusif dan PMBA
c. Konseling Gizi melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak menular ( Posbindu
PTM)
d. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan Di Posyandu
e. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A untuk Balita dan Ibu Nifas
f. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu
Nifas
g. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri dan WUS
h. Pengelolaan Pemberian MP- ASI dan PMT Pemulihan
i. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
j. Surveilens Gizi
k. Pembinaan Gizi di Institusi
l. Kerjasama Lintas Sektor Dan Lintas Program

MEKANISME SISTIM RUJUKAN

POSYANDU

POLINDES 22
PUSKESMAS RUMAH SAKIT
POSY. LANSIA

POSBINDU

BIDAN SWASTA

KETERANGAN :

18. Puskesmas Pembantu (PUSTU), Polindes merupakan unit structural di bawah

Puskesmas Induk

19. Posyandu, Posy. Lansia, Posbindu, adalah Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM)

20. Puskesmas dapat menerima pasien rujukan lansung yang datang dari posyandu,

Polindes, Pustu, Posy. Lansia, Klinik Swasta.

21. Apabila puskesmas tidak mampu merawat pasien karena keterbatasan jenis dan

fasilitas pelayanan, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan

yang lebih tinggi yaitu Rumah Sakit. Pada kondisi gawat darurat Puskesmas

berfungsi menstabilisasi pasien gawat sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.

22. Rumah Sakit akan merujuk kembali pasien yang telah selesai mendapatkan

perawatan ke Puskesmas Mekanisme ini disebut rujuk balik. Tujuannya agar

pasien dapat dipantau perkembangan kesembuhannya oleh tenaga kesehatan di

Puskesmas yang bertanggung jawab di wilayah rumahnya.

23
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien ( Patient Safety )

24
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

25
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:

26
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

27
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal.Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi
HIV.Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang
belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data
PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

28
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

29
Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Taman dalam memberikan pelayanan
adalah Ketepatan pengukuran antropometri dan konsultasi gizi.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri
dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan

30

Anda mungkin juga menyukai