Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN UPAYA PELAYANAN GIZI

UPT PUSKESMAS ..................


TAHUN 201

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan
kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan
gizi di puskesmas, baik rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan gizi
ditakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran program dan
sektor terkait harus sinergis.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di
dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya
bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program
pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi
di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat
dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di
puskesmas diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat
menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan
pasien.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tersedianya acuan dalam melaksankaan pelayanan gizi di puskesmas dan
jejarinya.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan,
sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya.
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di
Puskesmas dan jejaringnya
c. Tersedianya acuan bagi teanga gizi puskesmas untuk bekerja sama secara
profesional memeberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/kelien
di puskesmas dan jejaringnya.
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di puskesmas dan
jejaringnya.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas

2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung


3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
4. Pencatatan dan Pelaporan
5. Monitoring dan evaluasi

D. Batasan Operasional
1. Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip
keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi yang optimal sescara individual melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan
berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi gizi/pendidikan gizi adalah serangkaaian kegiatan penyampaian
pesan-pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
menanmkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif
pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan
kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan
masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku
aspek ksehatan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari
bahan sitentis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan sauan tertentu
sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien
rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
5. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
6. Gizi klinik adalah suatu ilmu yang mempelajaria tentang hubungan antara
makanan, kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan
bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan, dan
dikeluarkan dari tubuh.
7. Kegiatan spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti
imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di
posyandu, suplemen tablet tambah darah (TTD), promosi ASI eksklusif, MP-
ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat
dalam waktu relatif pendek.
8. Kegiatan sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 100
HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan
kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselematan proses
pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.
9. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
10. Mutu pelayanan gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari
petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien.
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarkaat
maupun puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan
dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.,

12. Pasien/klien adalah pengunjung puskesmas/tenaga kesehatan baik rawat


inap maupun rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan
kesehatan dan atau gizi.
13. Pasien beresiko malnutrisi adalah pasien dengan status gizi buruk, gizi
kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan
berat badan, dll.
14. Pasien kondisi khusus adalah pasien DM, hipertensi, TBC.
15. Pelayanan gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada
masyarkaat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi, dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakti
diselenggarakan baik di dalam maupun luar gedung.
16. Pelayanan gizi di puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaukan di wilayah unit
kerja puskesmas.
17. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
18. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, penignkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.
19. Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis
gizi, internvensi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien rawat jalan,
intervensi gizi rawat jalan apda umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan
dietetik dan atau penyuluhan gizi.
20. Rencana diet adalah kebutuhan zat gizi pasien/klien yang dihitung
berdasarkan status gizi, digenerasi penyakit, dan kondisi kesehatannya.
21. Rujukan gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi yang memberikan
pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi
baik, vertikal maupun horizontal.
22. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
23. Skrining gizi adalah tindakan penampisan untuk mengetahui apakah seorang
pasien beresiko malnutrisi, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi khusus.
24. Tenaga gizi puskesmas adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk melaksanakan
tugas perbaikan gizi di puskesmas. Apabila tidak tersedia tenaga gizi maka
pelaksanaan tugas perbaikan gizi di puskesmas dapat dilakuakn oleh tenaga
pelaksana gizi yang berasal dari tenaga kesehatan lainnya sepserti perawat
atau bidan.
25. Terapi diet adalah pelayanan dieteteik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
26. Tim asuhan gizi puskesmas adalah sekelompok tenaga kesehatan di
puskesmas yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter, tenaga gizi,
perawat dan atau bidan dari setiap unit pelayanan yang bertugas
menyelenggarakan asuhan gizi untuk mencapai pelayanan paripurna yang
bermutu.
E. Landasan Hukum

Sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan gizi di puskesmas diperlukan


peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa
ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
4. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi.
5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar
Pelayanan Puskesmas Perawatan.
7. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No. 894/Menkes/ SKB/VIII/2001
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 35 Tahun 2001 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1995/MENKES/ SK/XII/2010 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/SK/ VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
10. P:eraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
11. Peraturan Menteri Kesehatan No. 26 Tahun 2013 tentang Praktik Tenaga Gizi

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualitas Sumber Daya Manusia / SDM


Tenaga gizi puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi,
seperti Pelatihan, Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB), pelatihan Konselor
ASI, Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan, dll.
Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi yang menjadi tanggung jawab
puskesmas dilakukan oleh TPG dengan latar belakang pendidikan gizi.
B. Distribusi Ketenagaan
No Nama Kualifikasi Formal dan Waktu Jumlah
Jabatan Informal Kerja SDM
1 Petugas Gizi Minimal Lulus DIII Gizi 6 hari
Puskesmas - Pelatihan Tatalaksana kerja
Anak Gizi Buruk
- Pelatihan Konselor ASI
- Pelatihan Pemantauan dan
Pertumbuhan

C. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Petugas Sasaran Lokasi Waktu Pelaksanaan
1 Asuhan Gizi Nutrisionis Paisen/Klien Puskesmas Apabila ada pasien
beresiko masalah gizi,
dirujuk untuk
mendapatkan asuhan
gizi
2 Edukasi Gizi Dokter, Kelompok Posyandu Setiap bulan
Petugas Masyarakat Kelas Ibu 1 tahun sekali, 4 kali
Gizi, pertemuan
Promkes, Sekolah 1 tahun sekali
No Kegiatan Petugas Sasaran Lokasi Waktu Pelaksanaan
Bidan
3 Konseling ASI Petugas Ibu Hamil, Puskemas Setiap ada klien ibu
Eksklusif Gizi, Bidan atau keluarga, Posyandu hamil dan ibu
yang sudah kelompok kelas Ibu menyusui yang
mengikuti masyarakat bermasalah dalam
pelatihan ibu yang menyusui.
konselor mempunyai Terintegrasi dengan
ASI anak usia 0- program dalam kelas
24 bulan balita dan kelas ibu
4 Pengelolaan Petugas gizi, Kader Posyandu Setiap bulan
pemantauan bidan desa posyandu
pertumbuhan di
posyandu
5 Pengelolaan Petugas gizi, Bayi dan Posyandu Bulan Februari dan
Pemberian bidan desa balita Agustus
Vitamin A Ibu nifas Puskesmas Setiap bulan

6 Pengelolaan Petugas gizi, Ibu hamil dan Puskesmas Setiap bulan


Pemberian Tablet bidan, ibu nifas, ratri Posyandu
Tambah Darah pengelola Praktek
(TTD) untuk ibu obat Bidan
hamil, ibu nifas Sekolah
dan ratri
7 Edukasi dalam Petugas gizi, Remaja putri, Sekolah Setahun sekali
rangka tenaga WUS
pencegahan kesehatan
enemia pada lainnya
remaja putri dan
WUS
8 Pengelolaan Petugas gizi, Balita gizi Masyarakat/ Pemberian PMT
pemberian MP-ASI bidan, buruk, balita klien selama 90 hari makan
dan PMT- kader gizi kurang, anak dan 90 hari
Pemulihan ibu hamil makan bumil
KEK pemantauan
dilaksanakan selama
pemberian dan
No Kegiatan Petugas Sasaran Lokasi Waktu Pelaksanaan
sesudah pemberian
9 Surveilens gizi Petugas gizi, Bayi, balita, Masyarakat Setahun sekali
- Operasi timbang bidan, remaja, anak
- Pemantauan kader sekolah, WUS, 2 kali setahun
konsumsi garam ibu hamil, ibu (Februari dan
beriodium di menyusui, Agustus)
rumah tangga lansia
10 Skrening GAKY Petugas gizi Ibu hamil, Masyarakat/ Dilakukan skrening
bayi, balita, klien GAKY pada bayi,
WUS balita, ibu hamil dan
WUS yang suspeck
GAKY
11 Kerjasama lintas Petugas gizi Lintas sektor, Puskesmas 3 bulan sekali untuk
sektor dan lintas lintas lintas sektor, sebulan
program program sekali untuk lintas
program di Minlok
Puskesmas
12 Penyelenggaraan Petugas gizi, Pasien rawat Puskesmas Setiap hari
makanan rawat Tata boga, inap
inap Petugas
dapur

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan Konsultasi Gizi


B. Standar Fasilitas
1. Ruang Konsultasi Gizi
a. Letak
Letak ruang konsultasi gizi meruapkan ruang konseling bersama di ruang
promosi kesehatan, berada pada bagian depan puskesmas, area publik,
bersamaan dengan berdekatan dengan klinik-klinik lainnya yang mempunyai
akses langsung dengan lingkungan luar puskesmas.
b. Persyaratan Ruang
1) Luas : luas ruangan konsultasi gizi adalah 3 m x 3 m
2) Atap : atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana, tidak bocor, tahan
lama dan tidak menjadi tempat perindukan vektor.
3) Langit-langit: langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan, ketinggian langi-langit dari lantai minimal 2,8 m.
4) Dinding: material dinding harus keras, tidak berpori/tidak berserat, tidak
menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak ada sambungan
agar mudah dibersihkan.
5) Lantai :material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, mudah dibersihkan.
6) Pintu dan jendela: lebar bukaan pintu minimal 190 cm, bukaan jendela
diupayakan dapat dibuka secara maksimal.

c. Persyaratan prasarana
1) Sanitasi
Pada ruangankonsultasi gizi sebaiknya disediakan wastafel dengan debit air
mengalir yang cukup. Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang tertutup.
2) Ventilasi
Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap terjaga.
Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15% terhadap luas lantai ruangan. Arah
bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan
sampah, toilet dan sumber penularan penyakit lainnya.
3) Pencahayaan
Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami. Intensitas
cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
4) Listrik
Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan perlengkapan.
d. Persyaratan peralatan perlengkapan
Peraltan perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi antara
lain:
1) Meja
2) Kursi
3) Media KIE (poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur, brosur diet
penyakit, dll)
4) Standar makanan diet, standar pemantauan pertumbuhan baita dan anak,
tabel IMT, dll.
5) Food model
6) Daftar penukar bahan makanan
7) Alat ukur antropometri (timbangan berat badan, mocrotois, pita lila, dll)
2. Ruang Produksi Makanan
a. letak
1) strategi dan mudah dicapai dari ruang perawatan.
2) Mudah dicapai oleh kendaraan yang membawa bahan makanan.
3) Tidak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah (TPS), toilet, dan
sumber penularan lainnya.
b. Persyaratan Ruang
Persyaratan yang perlu diperhatikan pada ruang produksi makanan adalah
sebagai berikut:
1) Tata ruang produksi makanan puskesmas rawat inap harus memperhatikan
alur (flow) kegiatan mulai dari penerimaan, penyimpanan, persiapan dan
pengolahan bahan makanan, penyajian makanan, sapmai dengan pencucian
alat dan penyimpanan perlengkapan.
2) Luas ruang produksi makanan harus sesuai dengan kebutuhan dan
diperhitungkan kemungkinan perluasannya di masa mendatang. Ruang
produksi makanan di puskesmas rawat inap minimal mempunyai luas
ruangan 3m x 3m yang dapat memfasilitasi beberapa area, yang terdiri dari:
a) Area penerimaan bahan makanan
(1) Pada area ini dilaksanakan kegiatan pencatatan dan pengujian kualitas dan
kuantitas bahan makanan.
(2) Area ini dilengkapi dengan meja untuk pencatatan bahan makanan masuk,
alat uji kuantitas.
b) Area penyimpanan bahan makanan
Area penyimpanan bahan makanan dibedakan menjadi 2, yaitu:
(1) Tempat penyimpanan bahan makanan segar/ basah (lemari pendingin dengan
suhu antara -5 s/d 100 C)
(2) Tempat penyimpanan bahan makanan kering (lemari/rak tertutup)
c) Area persiapan dan pengolahan bahan makanan
(1) Kegiatan yang dilakukan mulai dari membersihkan dan memotong bahan
makanan, mempersiapkan bumbu, sampai dengan pengolahan/memasak
bahan makanan.
(2) Pada area ini perlu disediakan meja kerja yang dilengkapi bak cucu (snik).,
meja kerja harus cukup untuk menyiapkan bahan makanan dan meletakkan
kompor, penanak nasi, blender, oven, dll.
(3) Meja kerja memiliki ketinggian 60 s.d. 80 cm di atas permukaan lantai,
terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak mudah berkarat, tidak
mudah berjamur (contoh: meja stainless steel, meja cor yang dilapis keramik,
dll)
d) Area penyajian makanan
e) Area pencucian dan penyimpanan alat
Pada area ini harus dilengkapi bak cuci dan lemari/ rak alat
c. Persyaratan komponen bangunan adalah sebagai berikut:
1) Atap : tap harus kuat, tidak bocor, material atap tidak mudah terbakar dan
tidak menjadi tempat perindukan vektor.
2) Langit-langit: ketinggian plafon sebaiknya dapat membuat kalor panas
tersirkulasi dengan baik.
3) Dinding: bahan dinding tahan air, tidak mudah terbakar dan mudah
dibersihkan.
4) Lantai: bahan penutup lantai kuat, permukaan rata, tidak licin, tahan
terhadap air dan mudah dibersihkan.
5) Pintu dan jendela: material pintu dan jendela tidak mudah terbakar dan tidak
dapat memungkinkan vektor masuk
Layout ruang produksi makanan

d. Persyaratan Prasarana
1) Sanitasi
a) Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, harus dilengkapi dengan sistem
air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah serta kotoran
dan sampah.
b) Di dalam sistem penyaluran/pembuangan air kotor dan/atau air limbah
disediakan perangkap lemak untuk memisahkan dan/atau menyaring
kotoran/ lemak.
2) Ventilasi
a) Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruang dapur tetap terjaga
dan tidak terlalu panas. Jumlah bukan ventilasi sebaiknya 15% terhadap luas
lantai ruangan.
b) Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan
sampah (TPS), toilet, dan sumber penularan lainnya.
3) Pencahayaan
a) Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami.
b) Intensitas cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
4) Listrik
Listrik minimal tersedia untuk pencahayaan. Apabila dipasang kotak kontak
untuk peralatan, maka jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan
dipasang pada ketinggian + 120 cm dari permukaan lantai.
e. Persyaratan Peralatan/Perlengkapan
1) Peralatan besar
Yang dimaksud dengan peralatan besar adalah:
a) Kompor minyak/gas/listrik
b) Dandang/kukusan nasi/penanak nasi otomatis
c) Panci Enamel/Stainless Steel/aluminium diamter 30 cm.
d) Wajan Enamel/Stainless Steel diameter 40 cm
e) Meja kerja (apabila belum terintalasi pada ruang)
f) Lemari es/kulkas
g) Meja persiapan dan bak cuci (apabila belum terinstalasi pada ruang)
h) Trolley makana susun 3
i) Lemari/rak tertutup untuk penyimpanan bahan makanan
j) Lemar/rak tertutup untuk penyimpanan peralatan
k) Timbangan 2 kg
2) Peralatan kecil
a) Pisau dapur
b) Sendok sayur
c) Parutan
d) Sodet
e) Serokan
f) Cobek + ulekan
g) Talenan
h) Saringan kelapa
i) Pembuka botol/kaleng
3) Alat-alat makan, antara lain:
a) Sendok dan garpu
b) Plato Stainless Steel tertutup
c) Gelas minum
d) Mangkuk sayur
e) Piring kue
f) Cangkir tertutup
g) Tutup dan tatakn gelas

4) Peralatan kebersihan dan pencucian alat


a) Tempat sampah tertutup
b) Perlengkapan kebersihan (sapu, sikat, serokan dan lap pel)

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung


1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
a. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi”
1) Pengkajian gizi, meliputi data antropometri, data pemeriksaan fisik/klinis, data
riwayat gizi, dan data hasil pemeriksaan laboratorium.
2) Penentuan diagnosis gizi
3) Intervensi gizi, meliputi penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan
individual, edukasi gizi, dan konseling gizi.
4) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi rawat jalan
Yaitu dengan memonitor dan mengevaluasi data perkembangan pasien antara
lain :
a) Perkembangan data antropometri
b) Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
c) Perkembangan data fisik/klinis
d) Perkembangan data asupan makan
e) Perkembangan diagnosis gizi
f) Perkembangan perilaku dan sikap
b. Pelayanan Gizi Rawat Inap
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/ penapisan gizi
oleh tenaga kesehatan puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah
gizi atau tidak. Skrining gizi setidaknya dilakukan pada pasien baru 1x24 jam
setelah pasien masuk rawat inap. Pasien yang berisiko masalah gizi antara
lain adalah pasien dengan resiko malnutrisi dan pasien dengan kondisi
khusus seperti Diabetes Melitus, hipertensi, dan TBC. Apabila tenaga
kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan
memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan faktor
penyebab melalui pengumpulan, verifikasi, dan interpretasi datas secara
sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:
a) Data Antropometri
Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi
pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB),
Lingkar Lengan Atas (LiLA) dan Data Tinggi Lutut bila diperlukan.
b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda
klinis gizi kurang atau gizi lebih seperti rambut, otot, kulit, baggy pants,
penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.
c) Data Riwayat Gizi
Data dua macam pengkajian riwayat gizi pasien yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif
(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran kebiasaan makan/ pola makan sehari berdasarkan frekuensi
konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran
asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dibantu dengan
menggunakan food model/foto makanan.
d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta
menegakkan diagnosis gizi pasien/klien. Data hasil pemeriksaan laboratorium
ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan mengevaluasi terapi
gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi dapat digunakan
misalnya kadar gula darah, kolesterol, trigliserida, dll.,

2) Penentuan Diagnosis Gizi


Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor
penyebab, tanda dan gejala yang ditimbulkan.
3) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk
mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan
individu. Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:
a) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta
kemampuan pasien/klien untuk menerima makanan dengan memerphatikan
pedoman gizi seimbang (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral,
air, dan serat), faktor aktifitas, faktor stres serta kebiasaan makan/pola
makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi,
pemeriksaan klinis dan data hasil pemeriksaan laboratorium.
b) Konseling gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien. Materi konseling gizi
meliputi hubungan gizi terkait penyakit, prinsip gizi seimbang, pemilihan
bahan makanan, keamanan panganm interaksi obat dan makanan, bentuk
dan cara pemberian makanan sesuai keluhan dan kondisi klinis pasien,
kebutuhan gizi pasien, dan sebagainya. Tujuan konseling adalah untuk
mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai masalah gizi yang dihadapi.

c) Penyelenggara Makanan
Penyelenggaraan makanan Puskesmas Rawat Inap merupakan rangkaian
kegaitan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan
makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan
pencatatan pelaporan serta evaluasi. Penyelenggaraan makanan di Puskesmas
Rawat Inap dilaksanakan dengan tujuan menyediakan makanan yang
berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh
pasien guna mencapai status gizi yang optimal.
(1) Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap
Gambar alur penyelenggaraan makanan
alur penyelenggaraan makanan

(2) Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di Puskesmas Rawat Inap adalah pasien
rawat inap
(3) Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap
Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari unit produksi
makanan di Puskesmas Rawat Inap. Sistem penyelenggaraan makanan di
Puskesmas dilakukan secara Sistem Swakelola. Pada pasien penyelenggaraan
makanan Swakelola, unit produksi makanan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan.
(4) Mekanisme Penyelenggaran Makanan
(a) Perencanaan Anggaran Belanja Makanan
Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan
anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan biaya yang diperlukan
untuk pengadaan bahan makanan bagipasien dalam jangka waktu 1 bulan.
Besar anggaran belanja makanan dalam satu bulan dihitung berdasarkan
gambaran pelaksanaan pada bulan yang sedang berjalan dan kemungkinan
prakiraan kenaikan harga dengan melihat jumlah pasien 1 bulan terakhir.
(b) Pengadaan bahan makanan
Kegiatan pengadaan bahan makanan meliputi penetapan spesifikasi bahan
makanan, perhitungan harga, pemesanan dan pembelian bahan makanan.
(c) Penyimpanan bahan makanan dan makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar
di tempat penyimpanan bahan makanan adalah tersedinya bahan makanan
yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan
kebutuhan.
(d) Pengolahan bahan makanan
Proses pengolahan bahan makanan meliputi proses persiapan bahan
makanan, pemasakan makanan, pendistribusian dan penyajian makanan.
 Persiapan bahan makanan
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam
mempersiapkan bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong,
menyiangi, meracik, dsb) sesuai dengan menu, standar resep, standar porsi,
standar bumbu, dan jumlah klien/pasien yang akan dilayani.
 Pemasakan makanan
Pemasakan bahan makanan merupakan suatu kegiatna mengubah (memasak)
bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas
dan aman untuk dikonsumsi. Proses pemasakan ini bertujuan untuk:
 Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan
 Meningkatkan nilai cerna
 Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan penampilan
makanan.
 Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.
 Pendistribusian dan penyajian makanan
Pendistribusian makanan adalah serangkaian proses kegiatna penyampaian
makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien/konsumen
yang dilayani. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian
makanan yaitu:
 Kerjasama tim di ruang rawat inap antara dokter, perawat/bidan, tenaga gizi
dalam hal penentuan diet, pemesanan makanan, penyajian dan pengawasan
makanan.
 Alat penyaji makanan harus sesuai dengan macam masakan yang dihidangkan.
 Sebaiknya digunakan alat yang baik, kuat dan menarik.
 Ketepatan waktu penyajian makanan pasien
 Kerapian dan kebesrsihan makanan yang sampai pada pasien

4) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi rawat inap


Setelah rangkaian proses asuhan gizi yang dimulai dari pengkajian gizi,
penentuan diagnosis gizi, dan pelaksanaan intervensi gizi, kegiatan berikutnya
adalah monitoring evaluasi asuhan gizi. Kegiatan utama dari monitoring dan
evaluasi asuhan gizi adalah memantau pemberian intervensi gizi secaa
berkesinambungan untuk menilai kemajuan penyembuhan dan status gizi
pasien. Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan gizi rawat inap
antara lain:
a) Perkembangan data antropoometri
b) Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
c) Perkembangand ata pemeriksaan fisik/klinis
d) Perkembangan asupan makan termasuk daya terima makanan
e) Perkembangan diagnosis gizi
f) Perubahan perilaku dan sikap
g) Perubahan diet
Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien terhadap diet yang
diberikan, bentuk makana, toleransi terhadap makanan yang diberikan,
adanya mual, muntah, keadaan klinis, defekasi, perubahan data laboratorium,
dll. Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan
hasil evaluasi asuhan gizi antara lain pesrubahan diet yang dilakukan dengan
mengubah preskripsi diet sesuai perkembangan kondisi pasien. Untuk pasien
yang dirawat perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi Hospital
Malnutrition terutama pada pasien yang mempunyai masalah dalam asupan
makanannya seperti adanya mual, muntah, nafsu makan berkurang. Selain
itu evaluasi status gizi dan asupan makan juga dilakukan secara rutin.

B. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung


Gambar Alur Pelayanan Gizi di Dalam Gedung

Alur Pelayanan Gizi di Dalam Gedung

1. Skrining gizi ulang oleh tenaga gizi puskesmas dilakukan apabila


diperlukan yaitu:
a. untuk pasien rawat jalan dirujuk dokter untuk mendapatkan asuhan gizi
rawat jalan.
b. untuk pasien rawat inap yangp akan mendapatkan asuhan gizi rawat inap.
2. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
Pelayanan gizi di luar gedung yang menekankan ke arah promotif dan preventif
dengan sasaran masyarakat di wilayah kerja puskesmas.
Beberpaa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya
perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh puskesmas antara lain:

a. Edukasi gizi/pendidikan gizi


1) Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat mengucu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) sesuai dengan
resiko/masalah gizi.
2) Sasarannya adalah kelompok (termasuk PROLANIS) dan masyarakat di wilayah
puskesmas.
3) Lokasi edukasi gizi antara lain: puskesmas, pusling, institusi pendidikan, kelas
ibu dll.
4) Fungsi tenaga puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan
kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di puskesmas, misalnya
tenaga promosi kesehatan, antara lain :
a) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja puskesmas.
b) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
c) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melaksankaan pendidikan
gizi posyandu dan masyarakat luas.
d) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi pendidikan
dll.
e) Menyusun laporan hasil pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja
puskesmas.
b. Konseling ASI Eksklusif dan PMBA
1) Tujuan konseling ASI Eksklusif dan PMBA adalah :
a) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga sehingga bayi baru
lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan meneruskan ASI
Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.
b) Sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai diperkenalkan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI)
c) Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai usia 24 bulan
2) Sasaran konseling adalah ibu hamil dan atau keluar gan ibu yang mempunyai
anak usia 0-24 bulan.
3) Lokasi konseling antara lain Posyandu, terintegrasi dengan program lain
dalam kegiatna kelas balita, kelas ibu.
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kosneling ini disesuaikan dengan situasi
dan kondisi antara lain:
a) Merencanakan kegiatan konseling ASI dan PMBA di wilayah kerja puskesmas.
b) Menyiapkan materi dan media konseling yang akan digunakan
c) Melakukan pembinaan kepada tenaga kesehatan lain atau kader yang ditunjuk
untuk melaksanakan tugas konseling ASI dan PMBA
d) Memberikan konseling kepada sasaran sesuai permasalahan individualnya
e) Materi konseling PMBA antara lain:
(1) Makanan sehat selama hamil
(2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
(3) ASI Eksklusif
(4) Makanan MP-ASI kepada bayi mulai usia 6 bulan dan terus memberikan ASI
sampai anak berusia 24 bulan
(5) Makanan sehat ibu menyusui
f) Membuat laporan hasil pelaksanaan konseling di wilaya kerja puskesmas
c. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
1) Tujuan : kegiatna ini adalah untuk memantau status gizi balita menggunakan
KMS atau buku KIA.
2) Sasaran : sasaran kegiatan ini adalah di posyandu
3) Lokasi : lokasi pelaksanaan kegiatan ini di posyandu
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain :
a) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja
puskesmas.
b) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan
pemantauan pertumbuhan di posyandu.
c) Melakukan penimbangan
d) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
e) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja
puskesmas
f) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.
d. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A
1) Tujuan : meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin A melalui
pembinaan mulai dari perencaan, pelaksanan dan pemantauan sehingga
kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.
2) Sasaran : sasaran kegiatan ini antara lain bayi, balita dan ibu nifas.
3) Lokasi : lokasi pelaksanaan kegiatan ini di posyandu dan puskesmas.
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian
vitamin A antara lain:
a) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11 bulan, balita usia 12-59
bulan, dan ibu nifas setiap tahun
b) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja puskesmas yang
dilakujkan oleh tenaga kesehatan lain.
c) Menyusun laporan pelaksanan distribusi vitamin A di wilayah kerja
puskesmas.
5) Ketentuan dalam pemberian vitamin A
a) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, diberikan dua kali
setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
b) Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
c) Bayi dan balita sakit
Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita
campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia diberikan vitamin A dengan dosis
sesuai umur.
d) Ibu nifas (0-24 hari)
Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.00 SI sebanyak 1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.
e. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu
Nifas
1) Tujuan: tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD
untuk kelompok masyarakat yang rawat menderita anemia gizi besi yaitu ibu
hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanan, dan
pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi dapat berjalan
dengan baik.
2) Sasaran: sasran kegiatan ini adalah ibu hamil dan ibu nifas
3) Lokasi: lokasi kegiatan adalah tempat praktek bidan, posyandu, puskesmas
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD
antara lain:
a) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu bulan
b) Memantau kegitan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas
c) Menyusun laporan pelaksanaan distrisbui TTD di wilayah kerja puskesmas
d) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk ibu hamil dan ibu nifas
(1) Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan sampai
masa nifas
(2) Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb normal
f. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemi pada Remaja Putri dan WUS
1) Tujuan: tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program
pencegahan anemi gizi besi pada kelompok sasaran.
2) Sasaran : sasaran kegiatan ini adalah remaja putri dan WUS
3) Lokasi : lokasi pelaksanaan kegiatan ini adalah UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah)
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD
antara lain:
a) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengkonsumsi TTD
secara mandiri
b) Apabila di suatu daserah prevalensi anemi ibu hamil > 20% maka tenaga gizi
puskesmas merencanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan
melakukan pemberian TTD pada kelompok sasaran.
c) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas
d) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja puskesmas
e) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk remaja putri dan WUS
(1) Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu
(2) Pengobatan : 1 tablet/hari sampai kadar Hb normal
g. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT Pemulihan
1) MP-ASI
MP-ASI adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh kementrian Kesehatan RI
dalam rangka pencegahan dan penangulangan gizi. MP-ASI didistribusikan
secara bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada
masyarakat. Sasaran MP-ASI adalah balita 6-24 bulan.
2) PMT Pemulihan
a) Sasaran : balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil
(KEK) Kurang Energi Kronis
b) PMT pemulihan untuk balita gizi kurang adalah bahan modisco yaitu susu,
gula dan minyak dengan pemberian maksimal perhari adalah 100cc/kg BB
c) PMT bumil KEK diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan
kandaungan energi 500 kalori dan protein 15 gr yaitu susu dan biskuit
d) Lama pemberian PMT pemulihan untuk balita dan ibu hamil KEK adalah 90
hari makan anak (HMA) dan 90 hari akan bumil (HMB)
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT
bumil KEK antara lain:
a) Merencanakan kebutuahn MP-ASI dan PMT bumil KEK untuk sasaran selama
satu tahun.
b) Memantau kegiatan pemberian PM-ASI dan PMT bumil KEK di wilayah kerja
puskesmas.
c) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT bumil KEK wilayah
kerja puskesmas.
h. Surveilens Gizi
Kegiatan survelens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
yang dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi
bagi kepala puskesmas seta lintas program dan lintas sektor terkait di tingkat
kecamatan. Informasi dari kegiatan surveines gizi dimanfaatkan untuk
melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang.
1) Tujuan
a) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besara, masalah gizi
dan perkembangan di masyarakat.
b) Tersedianya informasi yang dapat diguankan untuk mengetahui penyebab
masalah gizi dan faktor-faktor terkait.
c) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu darah.
d) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan (bentuk,
sasaran, tempat)
2) Lingkup data surveelens gizi antara lain:
a) Data status gizi
b) Data konsumsi makanan
c) Data cakupan program gizi
3) Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu
menyusui
4) Dalam pelaksanaan surveliens gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi
dengan tenaga surveilens di puskesmas dengan fungsi antara lain :
a) Merencanakan survelens mulai dari lokasi, metode/cara melakukan, dan
penggunaan data
b) Melakukan survelens gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah data,
menganalisa data, melaksanakan diseminasi informasi
c) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi di
posyandu
d) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
e) Membuat laporan surveilens gizi
Kegitan surveliens gizi antara lain:
a) Pemantauan status gizi (PSG)
(1) Tujuan: mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan
(2) Sasaran: disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita, anak usia
sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui
b) Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium di Rumah Tangga dan Warung Desa
(1) Tujuan: memperoleh gambaran brekala tentang cakupan konsumsi garam
beryodium yang memenuhi syarat di masyarakat.
Dilaksanakan dua kali setahun
(2) Sasaran: rumah tangga dan warung desa
i. Pembinaan Gizi di Sekolah
1) Tujuan kegiatan ini adalah memperbaiki status gizi anak sekolah
2) Sasaran kegiatan ini adalah peserta didik PAUD, Taman Kanak-kanak, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA.
3) Bentuk-bentuk kegiatan perbaikan gizi di sekolah
a) Edukasi gizi (penyuluhan)
b) Penjaringan status gizi di sekolah
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas bersama dengan tim UKS
a) Mengkoordinir dan atau melakukan edukasi gizi di sekolah.
b) Menapis status gizi anak sekolah.
c) Mengkoordinir pemantauan dan intervensi terhadap status gizi anak di
sekolah.
d) Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam membina kantin sekolah
e) Membuat laporan program perbaikan gizi di sekolah.
j. Kerjasama lintas sektor dan lintas program
1) Tujuan : meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat
puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas program
2) Sasaran seksi pemberdayaan masyarakat, kantor camat, penyuluh pertanian
lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, dinas pendidikan, kepala
desa/kelurahan, program KIA, bidan koordinator, tenaga sanitarian, tenaga
promosi kesehatan, perawat, juru imunisasi dll.
3) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas
program adalah:
a) Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama.
b) Mengindentifikas sektor dan program yang perlu kerjasama.
c) Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama.
d) Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator-indikator keberhasilan
kerjasama
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
f) Membuat laporan hasil kerjasama.

BAB V
LOGISTIK

Perlengkapan-perlengkapan yang tersedia dalam pelayanan gizi adalah:


Bahan :
1. Kapsul Vitamin A biru (100.000 SI)
2. Kapsul Vitamin A merah (200.000 SI)
3. Tablet tambah darah (TTD)
4. Tablet asam folat
5. Mineral mix
6. Bubuk taburia
7. Sampel garam rumah tangga
8. Bahan modisco (gula, minyak goreng, susu)
9. MP-ASI pabrikan
10. Biskuit ibu hamil pabrikan

Peralatan :
1. Timbangan berat badan balita/dewasa
2. Timbangan bayi
3. Alat ukur tinggi badan (microtoise)
4. Alat ukur panjang badan
5. Pita LILA
6. Food model
7. Iodina test
8. Kit Konseling ASI
9. Tabel WHO-NCHS Depkes RI
10. Tabel IMT
11. Standar pemantauan pertumbuhan bayi/balita (Buku GPA)
12. Buku KIA
13. KMS balita laki-laki dan perempuan
14. KMS anak sekolah
15. Daftar penukar bahan makanan
16. Daftar Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG)
17. Media KIE (poster, brosur makanan sehat/diet, leaflet gizi)
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan gizi baik dalam gedung


maupun luar gedung perlu memperhatikan hal-hal yang harus dilakukan
untuk menjaga keselamatan sasaran pelayanan yaitu:
A. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
1. Identifikasi pasien sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian diit dan
konseling.
2. Melaksanakan proses penyelenggaraan makanan yang mencerminkan upaya
mengurangi resiko kontaminasi dan pembusukan.
3. Memberikan label yang berisi identitas pasien pada alat penyajian makanan.
4. Meningkatkan komunikasi yang efektif sehingga tidak terjadi perbedaan
persepsi pada saat konseling gizi.
5. Memastikan obat program (TTD dan Kapsul Vitamin A) tidak kadaluarsa.
6. Petugas menggunakan APD sehingga tidak ada benda asing yang masuk ke
dalam makanan.
B. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
1. Identifikasi sasaran pelayanan
2. Memastikan obat program (TTD dan Kapsul Vitamin A) tidak kadaluarsa
3. Memastikan PTM-Pemuliahn tidak kadaluarsa
4. Memastikan alat penimbangan (dacin) sudah terpasang dengan kuat untuk
menghindari balita jauh atau kejatuhan timbangan.
5. Pemasangan alat pengukur tinggi badan yang tepat sehingga tidak terjadi
kesalahan pengukuran.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan yaitu:
A. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
1. Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsinya.
2. Menggunakan alat pelindung kerja selama di ruangan dapur seperti celemak,
sarung tangan, penutup kepala, alas kaki yang tidak licin dll.
3. Berhati-hati dan teliti bila membuka dan menutup atau menyalakan dan
mematikan kompor, lampu, gas, listrik.
4. Sebelum mulai bekerja dan bila akan meninggalkan ruangan harus mencuci
tangan dengan sabun.
5. Membersihkan bahan makanan/makanan yang tumpah atau keadaan licin.
6. Bila membawa air panas, menutup dengan rapat dan tidak mengisi terlalu
penuh.
7. Tidak mengisi troli makan melebihi kapasitas
8. Membersihkan/mencuci peralatan makan/dapur/troli makan sesuai prosedur.
9. Membuang/membersihkan sisa makanan/sampah segera setelah alat
makan/alat dapur selesai digunakan.
10. Tidak meninggalkan dapur sebelum yakin bahwa kompor, lampu, gas, listrik
sudah dimatikan, kemudian pintu dapur harus ditinggalkan dalam keadaan
tertutup/terkunci.

B. Pelayanan Gizi di Luar Gedung


1. Menggunakan peralatan yang standar dan aman saat mengendarai kendaran.
2. Tidak membawa muatan yang terlalu berat pada saat mengendarai kendaraan
3. Memakai pakaian dan sepatu yang tidak membatasi gerak misalnya tidak
memakai rok dan sepatu berhak tinggi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pelayanan gizi di puskesmas dikatakan berkualitas bila hasil pelayanan


mendekati hasil yang diharapkan dan dilakukan sesuai dengan standar dan
prosedur yang berlaku. Indikator mutu pelayanan gizi mencerminkan mutu
kinerja pelayanan gizi.
Beberapa indikator yang digunakan untuk menilai atau mengukur mutu
pelayanan gizi adalah:
NO INDIKATOR MUTU TARGET
1 Kepatuhan petugas terhadap SOP 80 %
2 Sisa makanan pasien < 20 %
3 Ketepatan pemberian diit 100 %
4 Kepuasan pelanggan > 80 %
5 Capaian indikator kinerja pelayanan gizi UKM Tercapainya
indikator kerja

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas .................. diharapkan dapat


digunakan sebagai acuan bagi tenaga gizi di Puskesmas .................. dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan gizi di Puskesmas. Untuk
selanjutnya dari pedoman pelayanan gizi ini akan dijabarkan dalam prosedur
tetap yang berisi langkah-langkah dari setiap kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai