Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN PELAYANAN UPAYA GIZI

Nomor : PED/UKM-Gz/01/2022
Revisi Ke : 2
Berlaku Tgl. : 03 JANUARI 2022

Ditetapkan Oleh :
Kepala Puskesmas Buluspesantren I

DEWI SULISTYAWATI, S. ST, MM


NIP. 19701105 199311 2 002

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN


DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS BULUSPESANTREN I
Alamat Jl. Raya Daendales, Desa Setrojenar, Kec. Buluspesantren Telp (0287) 382178
Email : puskesmasbuluspesantren1@gmail.com
Website:http://puskesmasbuluspesantrensatu.kebumenkab.go.id Kode Pos 54391
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan
memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Data Tahun 2015, menunjukkan bahwa di Kecamatan Pejagoan terdapat kasus gizi kurang sebanyak 8
kasus (0,23%), gizi buruk sebanyak 1 kasus (0,028 %) dan tidak dijumpai adanya kasus Ibu Hamil KEK serta Ibu
Hamil Anemia. Masih terdapatnya kasus gizi kurang dan gizi buruk tidak dapat ditangani sendiri oleh sektor
kesehatan, melainkan perlu ditangani bersama dengan sektor terkait lainnya di luar kesehatan dan masyarakat.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan perbaikan gizi adalah
untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapaiantara lain melalui
penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah
satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat Inap
maupun Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitive, sehingga
peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis.
Pedoman pelaksanaan Pelayanan Upaya Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan mulai dari upaya
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Buluspesantren I. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penanggungjawab Pelayanan Gizi di
Puskesmas dalam melakukan tugasnya di dalam gedung maupun di luar gedung.
B. Tujuan
Menyediakan acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di Puskesmas dan jejaringnya
kepada pasien/klien/masyarakat sehingga pasien/klien/masyarakat mampu mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi secara mandiri dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah petugas gizi, pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait
serta semua pemangku kepentingan terkait untuk bekerjasama dalam pelaksanaan pelayanan gizi Puskesmas
Buluspesantren I.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi kebijakan pelayanan gizi, kegiatan pelayanan gizi di luar gedung,
pencatatan pelaporan, monitoring dan evaluasi di Puskesmas Buluspesantren I, Kecamatan Buluspesantren,
Kabupaten Kebumen.
E. Batasan Operasional
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk identifikasi kebutuhan gizi
dan penyakit tersebut.
2. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta
perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan
adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Food Model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan sintetis atau asli yang
diawetkan, dengan ukuran dan satuan tersedia sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk
konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
4. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh
tenaga gizi Puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien
dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
5. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai
dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk
kepentingan pasien/klien.
6. Nutrisionis adalah seorang yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana
kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma Gizi.
7. Pelayanan Gizi Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.
8. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan
utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara
lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program
kesehatan lainnya.
9. Pasien beresiko malnutrisi adalah pasien dengan status gizi buruk, gizi kurang atau gizi lebih mengalami
penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
10. Pasien kondisi khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan Penyakit Tidak
Menular (PTM) seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, Hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.
11. Surveilans Gizi adalah proses pengumpulan dan desiminasi informasi hasil pengolahan data secara terus
menerus dan teratur tentang indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat.

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Departemen Kesehatan, RI, Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Garam Beryodium di Tingkat
Masyarakat, Jakarta, 2001
3. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi,
Jakarta, 2000
4. Direktur Gizi Masyarakat, Depkes, Program Penanggulan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS),
Jakarta, 2005
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Pedoman Konseling Pelayanan Kesehatan Balita Bagi Petugas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2003
6. Depkes, RI, Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita), 2005
7. Sunita Almatsier, Penuntun Diet, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006
8. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Panduan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Dalam
Pembinaan Kader Posyandu Pelayanan Gizi di Puskesmas, Jakarta, 2012
9. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas, Jakarta, 2014
10. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Strategi Peningkatan Penimbangan Balita di Posyandu,
2014
11. Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Prose Asuhan Gizi Terstandar, Jakarta, 2014
12. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Pedoman
Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil, Jakarta, 2015
13. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Rencana Strategis Program Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan KIA, Tahun 2015-2019
14. Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
15. Permenkes RI Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA


Tenaga Gizi Puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi seperti Pelatihan Tata
Laksana Anak Gizi Buruk (TAGB), Pelatihan Konselor ASI, Pelatihan Pemberian Makan pada Bayi dan (PMBA).
Pelatihan Pemantau Pertumbuhan, dll. Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi yang menjadi tanggungjawab
Puskesmas dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dengan latar belakang pendidikan gizi. Semua karyawan
Puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan upaya gizi (UKM) di mulai dari Kepala Puskesmas, Penanggung
jawab UKM, dan seluruh karyawan. Dalam menyelenggarakan upaya gizi perlu melibatkan sektor terkait yaitu:
TP. PKK, kader Posyandu, institusi pendidikan dan masyarakat serta sektor terkait lainnya dengan kesepakatan
peran masing-masing di bidang kesehatan.
Kualifikasi SDM dan realisasi Tenaga Gizi yang ada di Puskesmas Pejagoan dapat dilihat pada table 2.1
Tabel 2.1 Kualifikasi SDM Pelayanan Gizi
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Pelayanan Gizi - Pendidikan minimal DIII - Pendidikan DIV
- Dalam Gedung Gizi - D III
- Luar Gedung - Memiliki Surat Tanda - Petugas Gizi memiliki STR
Registrasi (STR) - Petugas memiliki SIK
- Memiliki Surat Ijin Kerja
(SIK)

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 75 tahun 2014, jumlah Tenaga
Pelaksana Gizi (TPG) yang ada di Puskesmas Buluspesantren I adalah 2 (dua) orang. Bertanggungjawab dalam
tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan gizi di dalam gedung dan di luar gedung di wilayah kerja Puskesmas
Buluspesantren I dan melaksanakan fungsi membantu Kepala Puskesmas melaksanakan kegiatan-kegiatan
Puskesmas. Distribusi ketenagaan pelayanan Gizi pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Distribusi ketenagaan pelayanan Gizi
Jenis Ketenagaan Jumlah Ruang Lingkup

- Dokter - 3 (orang) orang - Dalam Gedung (rawat


inap dan rawat jalan)
- Perawat - 4 (empat) orang - Rawat Jalan
- 8 (delapan) orang - Rawat Inap
- Nutrisionis - 2 (dua) orang - Dalam Gedung (rawat
inap dan rawat jalan)
- Luar Gedung

C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan upaya gizi (UKM) disepakati dan disusun bersama dengan pemegang
program di Puskesmas, bidan desa, kader dan institusi terkait.
Jadwal kegiatan upaya gizi dalam gedung dan luar gedung dapat dilihat pada tabel 2.3 .
Tabel 2.3 Jadwal Kegiatan Luar Gedung Upaya Gizi
No Jenis Kegiatan Lokasi Waktu Pelaksana
1. MP-ASI Balita Gizi 11 Desa Situasional Upaya Gizi
Kurus

2. MP-ASI Ibu Hamil KEK 11 Desa Situasional Upaya Gizi

3. PMT Pemulihan Balita 11 Desa Maret-Okt’2022 Upaya Gizi


Gizi Kurang
4. PMT Pemulihan Ibu 11 Desa Jan-Des’2022 Upaya Gizi
Hamil KEK

5. Edukasi Gizi di 11 Desa Jan-Des’2022 Upaya Gizi


Posyandu
6. Edukasi Gizi di Paud, TK, SD, Jan-Des’2022 Upaya Gizi
sekolah (Paud, TK, SD, SMP, SMA
SMP, SMA)
7. Konsultasi Gizi di 11 Desa Jan-Des’2022 Upaya Gizi
Posbindu
8. Pemantauan Status 5 Sekolah Jan-April’2022 Upaya Gizi
Gizi Anak Sekolah
9. Pembinaan Kader 13 Desa Jan-Des’2022 Upaya Gizi
Posyandu di
Posyandu

10. Pembinaan Kader 5 Desa Peb-Des’2022 Upaya Gizi


Tingkat Desa

11. Pembinaan Kader 11 Desa Nopember 2022 Upaya Gizi


Tingkat Puskesmas

12. Pemberian Vitamin A 11 Desa Peb-Agust’2022 Upaya Gizi


Dosis Tinggi
13. Pemberian TTD 11 Desa Jan-Des’2022 Upaya Gizi
14. Surveilans Gizi 5 Desa Juli-Agust’2022 Upaya Gizi
(Pemantauan Garam
Beryodium)

15. Kunjungan Rumah 12 Kasus April-Des’2022 Upaya Gizi


Balita Gibur/Girang

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Peta Desa Wilayah Puskesmas Buluspesantren I

Koordinasi pelaksanaan kegiatan upaya gizi di luar gedung dilakukan oleh koordinator upaya gizi
dengan bidan desa dan instansi terkait sesuai jadwal masing-masing dan mendatangi lokasi sasaran.
Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif). Pelaksanaan pelayanan gizi luar gedung bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor
terkait.
B. Standar Fasilitas
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi di luar gedung Puskesmas
Buluspesantren I memiliki penunjang seperti pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Sarana Prasara Upaya Gizi di Luar Gedung
No Jenis Sasaran Prasarana Jumlah
1. Pita Lila 42 bh
2. Lembar Balik 1 bh
3. Standar Pertumbuhan Anak WHO 2005 1 bh
4. Alat Peraga Menyusui 1 paket
5. Leaflet -

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN PELAYANAN GIZI DI LUAR GEDUNG


1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan kearah promotif dan preventif serta sasaranya
adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka
upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain :
a. Edukasi/Pendidikan Gizi
1) Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan resiko/masalah gizi.
2) Sasaranya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
3) Lokasi edukasi antara lain : Posyandu, Institusi Pendidikan, Kelas Ibu, Kelas Balita, dll.
4) Fungsi tenaga gizi di Puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan kondisi
antara lain :
 Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada kelompok/masyarakat.
 Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.
 Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu memberikan pendidikan gizi di
Posyandu dan masyarakat luas.
 Memberikan pendidikan gizi secara langsung di Posyandu (UKBM), Posbindu, institusi
pendidikan, dan pertemuan-pertemuan lainnya.
 Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.
5) Peran Pihak Terkait
Peran pihak terkait dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Peran Pihak Terkait
No. Jenis Kegiatan Peran Lintas Program Peran Lintas Sektor
1. Edukasi/Pendidikan - Gizi sebagai pelaksana kegiatan - Kepala Desa sebagai Pembina
Gizi di Posyandu - Bidan Desa sebagai penanggung- Posyandu
jawab wilayah - TP. PKK sebagai anggota pokja
Posyandu
- Toma dan toga sebagai
motivator/penggerak kegiatan
Posyandu di masyarakat
- Kader sebagai penggerak
Posyandu
2. Edukasi/Pendidikan - Gizi sebagai pelaksana - Kepala Sekolah sebagai
Gizi di Institusi - UKS sebagai penanggungjawab penanggungjawab institusi
Pendidikan kegiatan di institusi pendidikan pendidikan
3. Edukasi/Pendidikan - Dokter sebagai medis - Kepala Desa sebagai
Gizi di Posbindu - Perawat sebagai paramedis pemangku kebijakan
- Gizi sebagai pelaksana konsultasi - Toma dan toga sebagai
Gizi motivator kegiatan Posbindu
- Bidan Desa sebagai penanggung- - Kader sebagai pelaksana
jawab kegiatan administrasi

b. Pemantauan Status Gizi di Posyandu


1) Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat) atau Buku KIA.
2) Sasaran Kegiatan adalah Kader Posyandu
3) Lokasi kegiatan dilaksanakan di Posyandu
4) Fungsi tenaga gizi Puskesmas antara lain :

 Merencanakan kegiatan pemantauan status gizi anak balita di Posyandu.


 Memberikan pembinaan kepada kader Posyandu agar mampu melakukan pemantauan
pertumbuhan di Posyandu.
 Membina Kader dalam menyiapkan SKDN dan Pelaporan
 Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan status gizi di Posyandu.
 Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan status gizi.
5) Peran Pihak Terkait
Peran pihak terkait dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Peran Pihak Terkait
No. Jenis Kegiatan Peran Lintas Program Peran Lintas Sektor
1. Pemantauan Status - Gizi sebagai pelaksana kegiatan - Kepala Desa sebagai Pembina
Gizi - Bidan Desa sebagai penanggung- Posyandu
jawab wilayah dan penggerak - TP. PKK sebagai anggota Pokja
kegiatan di Posyandu Posyandu
- Promosi Kesehatan sebagai - Toma dan toga sebagai
penanggungjawab kegiatan motivator/penggerak kegiatan
Revitalisasi Posyandu dan Desa Posyandu di masyarakat
Siaga - Kader sebagai penggerak
Posyandu dan pelaksana
administrasi Posyandu

c. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A


1) Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin A melalui
pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan sehingga kegiatan
pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.
2) Sasaran : kegiatan ini antara lain bayi, balita dan ibu nifas.
3) Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
4) Fungsi tenaga gizi Puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian vitamin A antara lain :
 Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk 6-11 bulan, anak usia 12-59 bulan dan ibu nifas
setiap tahun.
 Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja Puskesmas dilakukan oleh Bidan
Desa.
 Menyusun laporan pelaksanaan distrisbusivitamin A di wilayah kerja Puskesmas.
 Ketentuan dalam pemberian vitamin A Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna
biru, diberikan dua kali setahun yaitu bulan Februari dan Agustus.
 Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah, diberikan dua kali
setahun yaitu bulan Februari dan Agustus.
 Bayi dan Balita Sakit
Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita campak, diare, gizi
buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur.
 Ibu Nifas (0-42 hari)
Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul segera setelah melahirkan
dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.
5) Peran Pihak Terkait
Peran pihak terkait dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Peran Pihak Terkait
No. Jenis Kegiatan Peran Lintas Program Peran Lintas Sektor
1. Pengelolaan - Gizi sebagai penanggungjawab - Kepala Desa sebagai pemangku
Pemberian Vitamin A kegiatan kebijakan
- Bidan Desa sebagai - TP. PKK sebagai anggota Pokja
penanggungjawab wilayah Posyandu
- Toma dan toga sebagai
motivator/penggerak kegiatan
Posyandu
- Kader sebagai penggerak
Posyandu
d. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu Nifas
1) Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD untuk kelompok
masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi.
2) Sasaran kegiatan ini adalah Ibu Hamil dan Ibu Nifas.
3) Lokasi : di tempat praktek bidan, Posyandu
4) Fungsi tenaga gizi Puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain:
 Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun.
 Memantau kegiatan TTD oleh Bidan wilayah kerja Puskesmas.
 Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.
 Ketentuan dalam pemberian TTD untuk ibu hamil dan ibu nifas :
- Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan sampai masa nifas.
- Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb normal.
5) Peran Pihak Terkait
Peran pihak terkait dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Peran Pihak Terkait
No. Jenis Kegiatan Peran Lintas Program Peran Lintas Sektor
1. Pengelolaan - Gizi sebagai penanggungjawab - Kepala Desa sebagai pemangku
Pemberian TTD kegiatan kebijakan
- Bidan Koordinator sebagai - TP. PKK sebagai anggota Pokja
koordinator bidan Posyandu
- Bidan Desa sebagai penanggung- - Toma dan toga sebagai
jawab wilayah motivator/penggerak kegiatan
Posyandu
- Kader sebagai penggerak
Posyandu
e. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan
1) MP-ASI adalah PMT pabrikan yang disiapkan oleh Kementrian Kesehatan RI dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan gizi. Tenaga Gizi Puskesmas akan mendistribusikan kepada
masyarakat.
 Sasaran MP-ASI : balita kurus, ibu hamil KEK.
2) PMT Pemulihan
 Sasaran : balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil KEK (Kekurangan
Energi Kronik).
3) Fungsi tenaga gizi Puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil KEK antara
lain:
 Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran selama satu tahun.
 Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah kerja Puskesmas.
 Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil KEK wilayah kerja
Puskesmas.

4) Peran Pihak Terkait


Peran pihak terkait dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Peran Pihak Terkait
No. Jenis Kegiatan Peran Lintas Program Peran Lintas Sektor
1. Pengelolaan - Gizi sebagai penanggungjawab - Kepala Desa sebagai pemangku
Pemberian MP-ASI kegiatan kebijakan
- Bidan Desa sebagai penanggung- - TP. PKK sebagai anggota Pokja
jawab wilayah Posyandu
- Toma dan toga sebagai
motivator/penggerak kegiatan
Posyandu
- Kader sebagai penggerak
Posyandu
2. Pengelolaan PMT - Gizi sebagai penanggungjawab - Kepala Desa sebagai pemangku
Pemulihan kegiatan kebijakan
- Bidan Desa sebagai penanggung- - TP. PKK sebagai anggota Pokja
jawab wilayah Posyandu
- Toma dan toga sebagai
motivator/penggerak kegiatan
Posyandu
- Kader sebagai penggerak
Posyandu
j. Surveilens Gizi
Kegiatan surveilens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan secara
terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta lintas program
dan lintas sektor terkait di tingkat Kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan
untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang.
1). Tujuan
 Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran masalah gizi dan
perkembangan di masyarakat.
 Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab masalah gizi dan
faktor-faktor terkait.
 Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah.
 Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan (bentuk, sasaran dan
tempat).
2). Lingkup data surveilens gizi antara lain :
 Data status gizi
 Data Cakupan program Gizi
3) Sasaran : bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan lansia.
4) Dalam melaksanakan surveilans gizi, tenaga gizi Puskesmas berkoordinasi dengan tenaga
surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain :
 Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/cara melakukan dan penggunaan data.
 Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah data, menganalisa data,
melaksanakan diseminasi informasi.
 Membina kader Posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi di Posyandu.
 Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
 Membuat laporan surveilans gizi
5) Kegiatan dalam Surveilans Gizi antara lain :
a). Pemantauan Status Gizi (PSG) di Posyandu
 Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan
 Sasaran : bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui.
b). Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa /SKD-KLB Gizi Buruk
 Tujuan : mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu.
 Sasaran : balita dan keluarganya, Posyandu
c). Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium di Rumah Tangga.
 Tujuan : memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam beryodium yang
memenuhi syarat di masyarakat. Dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
 Sasaran Rumah Tangga.
6) Peran Pihak Terkait
Tabel 4.5 Peran Pihak Terkait
No. Jenis Kegiatan Peran Lintas Program Peran Lintas Sektor
1. Pemantauan Status - Gizi sebagai penanggungjawab - Kepala Desa sebagai pemangku
Gizi di Posyandu kegiatan kebijakan
- Bidan Desa sebagai penanggung- - TP. PKK sebagai anggota Pokja
jawab wilayah Posyandu
- Toma dan toga sebagai
motivator/penggerak kegiatan
Posyandu
- Kader sebagai penggerak
Posyandu
2. Sistem - Gizi sebagai penanggungjawab - Kepala Desa sebagai pemangku
Kewaspadaan Dini kegiatan kebijakan
(SKD) - Bidan Desa sebagai - TP. PKK sebagai anggota Pokja
penanggungjawab wilayah Posyandu
- Promosi Kesehatan sebagai - Toma dan toga sebagai
penanggungjawab program motivator/penggerak kegiatan
Revitalisasi Posyandu dan Desa Posyandu
Siaga - Kader sebagai penggerak
Posyandu
3. Pemantauan - Gizi sebagai penanggungjawab - Kepala Sekolah sebagai
Garam Beryodium kegiatan penanggungjawab institusi
di Tingkat Rumah - UKS sebagai penanggungjawab pendidikan
Tangga kegiatan di institusi pendidikan

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Upaya Gizi direncanakan dalam pertemuan
lokakarya mini lintas program sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda upaya gizi yang akan dilaksanakan,
untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas dan selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan
Of Action). Adapun logistik yang ada di upaya gizi meliput[ :
1. Form Laporan Gizi
2. Leaflet
3. Microtois
4. Timbangan Berat Badan
5. Pita LILA

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya gizi perlu diperhatikan keselamatan
sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik resiko yang terjadi
pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana
kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu
kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan-tahapan dalam
mengelola keselamatan sasaran antara lain :

1. Indentifikasi Resiko
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengindentifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan dari pelaksanakan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan
untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisa Resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari pelaksanaan
kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan
diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Mengurangi Resiko
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan rencana yang akan
dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi resiko atau
dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah
yang tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evalusasi
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, sehingga dengan
segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan evaluasi kegiatan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan gizi perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan. Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan seperti
pada tabel 6.1

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya gizi perlu diperhatikan keselamatan
kerja karyawan Puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman, kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari
pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja lebih terkait pada
perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran dapat dilihat
pada tabel 7.1.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan upaya gizi dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Persentase Ibu Hamil KEK yang mendapat PMT
2. Persentase Ibu Hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
4. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Dini (IMD)
5. Persentase balita kurus yang mendapat PMT
6. Persentase Remaja Putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas terkait
dalam pelaksanaan dan pembinaan upaya gizi dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan
manfaat.
Keberhasilan kegiatan upaya gizi tergantung pada komitmen dan kerjasama yang kuat dari semua pihak
terkait dalam upaya meningkatkan pelayanan gizi dan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

Disetujui Oleh, Disiapkan Oleh,


Penanggungjawab UKM Pengelola Upaya Gizi

SRI JUMIYATI, S. ST PUJI HARTONO, AMd. Gz


NIP. 197208031993032004 NIP. 197001222007011011

Diketahui Oleh,
Kepala Puskesmas Buluspesantren I

DEWI SULISTYAWATI, S. ST, MM


NIP.19701105 199311 2 002

Anda mungkin juga menyukai