Nomor : PED/UKM-Gz/01/2022
Revisi Ke : 2
Berlaku Tgl. : 03 JANUARI 2022
Ditetapkan Oleh :
Kepala Puskesmas Buluspesantren I
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan
memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
Data Tahun 2015, menunjukkan bahwa di Kecamatan Pejagoan terdapat kasus gizi kurang sebanyak 8
kasus (0,23%), gizi buruk sebanyak 1 kasus (0,028 %) dan tidak dijumpai adanya kasus Ibu Hamil KEK serta Ibu
Hamil Anemia. Masih terdapatnya kasus gizi kurang dan gizi buruk tidak dapat ditangani sendiri oleh sektor
kesehatan, melainkan perlu ditangani bersama dengan sektor terkait lainnya di luar kesehatan dan masyarakat.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan perbaikan gizi adalah
untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapaiantara lain melalui
penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah
satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat Inap
maupun Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitive, sehingga
peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis.
Pedoman pelaksanaan Pelayanan Upaya Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan mulai dari upaya
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Buluspesantren I. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penanggungjawab Pelayanan Gizi di
Puskesmas dalam melakukan tugasnya di dalam gedung maupun di luar gedung.
B. Tujuan
Menyediakan acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di Puskesmas dan jejaringnya
kepada pasien/klien/masyarakat sehingga pasien/klien/masyarakat mampu mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi secara mandiri dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah petugas gizi, pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait
serta semua pemangku kepentingan terkait untuk bekerjasama dalam pelaksanaan pelayanan gizi Puskesmas
Buluspesantren I.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi kebijakan pelayanan gizi, kegiatan pelayanan gizi di luar gedung,
pencatatan pelaporan, monitoring dan evaluasi di Puskesmas Buluspesantren I, Kecamatan Buluspesantren,
Kabupaten Kebumen.
E. Batasan Operasional
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk identifikasi kebutuhan gizi
dan penyakit tersebut.
2. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta
perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan
adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Food Model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan sintetis atau asli yang
diawetkan, dengan ukuran dan satuan tersedia sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk
konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
4. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh
tenaga gizi Puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien
dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
5. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai
dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk
kepentingan pasien/klien.
6. Nutrisionis adalah seorang yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana
kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma Gizi.
7. Pelayanan Gizi Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.
8. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan
utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara
lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program
kesehatan lainnya.
9. Pasien beresiko malnutrisi adalah pasien dengan status gizi buruk, gizi kurang atau gizi lebih mengalami
penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
10. Pasien kondisi khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan Penyakit Tidak
Menular (PTM) seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, Hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.
11. Surveilans Gizi adalah proses pengumpulan dan desiminasi informasi hasil pengolahan data secara terus
menerus dan teratur tentang indikator yang terkait dengan kinerja pembinaan gizi masyarakat.
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Departemen Kesehatan, RI, Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Garam Beryodium di Tingkat
Masyarakat, Jakarta, 2001
3. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi,
Jakarta, 2000
4. Direktur Gizi Masyarakat, Depkes, Program Penanggulan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS),
Jakarta, 2005
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Pedoman Konseling Pelayanan Kesehatan Balita Bagi Petugas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2003
6. Depkes, RI, Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita), 2005
7. Sunita Almatsier, Penuntun Diet, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006
8. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Panduan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Dalam
Pembinaan Kader Posyandu Pelayanan Gizi di Puskesmas, Jakarta, 2012
9. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas, Jakarta, 2014
10. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Strategi Peningkatan Penimbangan Balita di Posyandu,
2014
11. Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Prose Asuhan Gizi Terstandar, Jakarta, 2014
12. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Pedoman
Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil, Jakarta, 2015
13. Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, Rencana Strategis Program Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan KIA, Tahun 2015-2019
14. Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
15. Permenkes RI Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 75 tahun 2014, jumlah Tenaga
Pelaksana Gizi (TPG) yang ada di Puskesmas Buluspesantren I adalah 2 (dua) orang. Bertanggungjawab dalam
tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan gizi di dalam gedung dan di luar gedung di wilayah kerja Puskesmas
Buluspesantren I dan melaksanakan fungsi membantu Kepala Puskesmas melaksanakan kegiatan-kegiatan
Puskesmas. Distribusi ketenagaan pelayanan Gizi pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Distribusi ketenagaan pelayanan Gizi
Jenis Ketenagaan Jumlah Ruang Lingkup
C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan upaya gizi (UKM) disepakati dan disusun bersama dengan pemegang
program di Puskesmas, bidan desa, kader dan institusi terkait.
Jadwal kegiatan upaya gizi dalam gedung dan luar gedung dapat dilihat pada tabel 2.3 .
Tabel 2.3 Jadwal Kegiatan Luar Gedung Upaya Gizi
No Jenis Kegiatan Lokasi Waktu Pelaksana
1. MP-ASI Balita Gizi 11 Desa Situasional Upaya Gizi
Kurus
BAB III
STANDAR FASILITAS
Koordinasi pelaksanaan kegiatan upaya gizi di luar gedung dilakukan oleh koordinator upaya gizi
dengan bidan desa dan instansi terkait sesuai jadwal masing-masing dan mendatangi lokasi sasaran.
Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif). Pelaksanaan pelayanan gizi luar gedung bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor
terkait.
B. Standar Fasilitas
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi di luar gedung Puskesmas
Buluspesantren I memiliki penunjang seperti pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Sarana Prasara Upaya Gizi di Luar Gedung
No Jenis Sasaran Prasarana Jumlah
1. Pita Lila 42 bh
2. Lembar Balik 1 bh
3. Standar Pertumbuhan Anak WHO 2005 1 bh
4. Alat Peraga Menyusui 1 paket
5. Leaflet -
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Upaya Gizi direncanakan dalam pertemuan
lokakarya mini lintas program sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda upaya gizi yang akan dilaksanakan,
untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas dan selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan
Of Action). Adapun logistik yang ada di upaya gizi meliput[ :
1. Form Laporan Gizi
2. Leaflet
3. Microtois
4. Timbangan Berat Badan
5. Pita LILA
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya gizi perlu diperhatikan keselamatan
sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik resiko yang terjadi
pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana
kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu
kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan-tahapan dalam
mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Indentifikasi Resiko
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengindentifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak
yang ditimbulkan dari pelaksanakan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan
untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisa Resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari pelaksanaan
kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan
diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Mengurangi Resiko
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan rencana yang akan
dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi resiko atau
dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah
yang tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evalusasi
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, sehingga dengan
segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan evaluasi kegiatan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan gizi perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan. Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan seperti
pada tabel 6.1
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya gizi perlu diperhatikan keselamatan
kerja karyawan Puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman, kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari
pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja lebih terkait pada
perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran dapat dilihat
pada tabel 7.1.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kinerja pelaksanaan upaya gizi dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Persentase Ibu Hamil KEK yang mendapat PMT
2. Persentase Ibu Hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
4. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Dini (IMD)
5. Persentase balita kurus yang mendapat PMT
6. Persentase Remaja Putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tribulan.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas terkait
dalam pelaksanaan dan pembinaan upaya gizi dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan
manfaat.
Keberhasilan kegiatan upaya gizi tergantung pada komitmen dan kerjasama yang kuat dari semua pihak
terkait dalam upaya meningkatkan pelayanan gizi dan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
Diketahui Oleh,
Kepala Puskesmas Buluspesantren I