PENURUNAN STUNTING
PUSKESMAS KEMRANJEN I
DINAS KESEHATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas karunia-Nya sehingga
Pedoman Penurunan Stunting dapat disusun. Pedoman ini merupakan salah satu wujud Pelayanan Gizi untuk pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
Dalam proses penyusunan dokumen akreditasi diperlukan acuan tata naskah sehingga format yang dihasilkan seragam, sehingga perlu dibuat
buku Pedoman stunting di Puskesmas Kemranjen I yang akan dijadikan sebagai acuan dan panduan dalam pembuatan dokumen-dokumen dalam
kegiatan puskesmas.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan pedoman ini. Diharapkan Pedoman Penurunan
Stunting dapat menjadi acuan bagi pengelola program Upaya Perbaikan Gizi dan petugas kesehatan di Puskesmas.
Kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari semua pihak yang terkait, agar dapat disempurnakan. Semoga Alloh memudahkan upaya
PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) . Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan
kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK . Anak tergolong stunting apabila panjang
atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya. Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang
yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak
tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit. Anak
stunting berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan berbagai bentuk masalah gizi diperkirakan
berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07 Menkes 413 tahun 2020 tetang Pedoman Pencegahan dan pengendalian covid-
19 disampaikan bahwa Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan oleh WHO sebagai global pandemic dan di Indonesia dinyatakan
sebagai jenis penyakit yang menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat serta bencana nonalam, yang tidak hanya menyebabkan kematian
tapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar, sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan termasuk pencegahan dan
pengendaliannya, sehingga saat melaksanakan kegiatan diperlukan APD sesuai standar kebutuhan, seperti diantaranya masker, gaun, sarung
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, besaran masalah gizi di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, 5,7 % gizi buruk,
12,2 % gemuk, dan 37,2 % mengalami stunting, sangat kurus dan kurus 12,1%. sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018
yaitu Gizi kurang 13,8 %, gizi buruk 3,9%, gemuk 8%, pendek 19,3% dan sangat pendek 11,3% dengan stunting pada baduta sendiri sebesar
Di Puskesmas Kemranjen I jumlah angka stunting di Tahun 2022 adalah sebanyak 285 anak usia 0-59 bulan dengan persentase 13%
dan sebanyak 78 anak usia 0-23 bulan, ada pun penyebab dari stunting seperti Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh
berbagai faktor, meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem
kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan. Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah
rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang
berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik
pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta
kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi
dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan
maupun kelebihan gizi. Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup: (a) Komitmen politik dan kebijakan
untuk pelaksanaan; (b) Keterlibatan pemerintah dan lintas sektor; dan (c) Kapasitas untuk melaksanakan. Gambar 1 menunjukkan bahwa
penurunan stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang harus dimulai dari pemenuhan prasyarat pendukung
4. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi,
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019,
6. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018,
7. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi,
8. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019,
9. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, 10. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Pangan dan Gizi yang menetapkan
RAN-PG, Pedoman Penyusunan RAD-PG, dan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi RAN/RAD-PG,
11. Surat Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor 11 Tahun 2014 tentang Tim Teknis Gerakan Nasional Percepatan
Pembangunan Nasional Nomor 37/D.1/06/2014 tentang Kelompok Kerja Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
13. Peraturan Bupati Banyumas Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Rencana Aksi Daerah (RAD) Pencegahan dan Penanganan Stunting Kabupaten
14. Keputusan Bupati Banyumas Nomor 400/638 Tahun 2018 tentang “Tim Khusus Pencegahan dan Penanganan Stunting”
15. Surat Edaran Bupati Banyumas Nomor 440/6833 Tahun 2018 tentang “Gerakan Hidup Bersih dan Sehat Untuk Cegah Stunting”
16. Keputusan Camat Kemranjen Nomor 24/IV/2022 Tahun 2022 tentang “Pembentukan Tim Pengarahan dan Tim Pelaksana Percepatan
1.3 TUJUAN
Pedoman ini bertujuan untuk menjadi panduan bagi kabupaten/kota dalam melaksanakan intervensi penurunan stunting terintegrasi mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Pedoman ini dapat digunakan oleh provinsi dalam mengawal dan membina
kabupaten/kota untuk melaksanakan intervensi penurunan stunting terintegrasi. Berdasarkan hasil evaluasi tahunan, pedoman ini dapat
TATALAKSANA KEGIATAN
1. Lintas program
Kepala Puskesmas Memastikan pelaksanakan kegiatan terkait penurunan stunting di Puskesmas berjalan dengan baik
Seksi Medis
Melakukan Pemeriksaan kesehatan berlanjut terkait penyakit penyerta pada balita
Seksi Pelayanan Gizi a. Memberikan Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri
f. Ibu hamil dengan kondisi resiko tinggi dan/atau Kekurangan Energi Kronis (KEK), balita dengan kondisi gizi
buruk, gizi kurang, dan stunting mendapat kunjungan ke rumah secara terpadu oleh petugas kesehatan minimal 1 bulan
sekali
g. Memberikan PMT atau Suplementasi gizi bagi balita atau bumil yang memiliki masalah gizi sesuai kebutuhan
Seksi Kesga a. Memantau Ibu hamil diperiksa oleh bidan, minimal 6 kali pemeriksaan selama masa kehamilan sesuai trimester
kehamilan
b. Memberikan Ibu hamil minimal 90 butir pil Fe (tablet penambah darah) sejak pertama kali diketahui hamil
c. Memantau Ibu yang melahirkan termasuk bayinya mendapatkan perawatan nifas dari bidan atau dokter (mulai
dari IMD, ASI Eksklusif, Vitamin A pada Ibu Nifas), minimal 3 kali perawatan dalam waktu 42 hari setelah proses persalinan
e. Ibu hamil dengan kondisi resiko tinggi dan/atau Kekurangan Energi Kronis (KEK), anak usia 0-23 bulan dengan
kondisi gizi buruk, gizi kurang, dan stunting mendapat kunjungan ke rumah secara terpadu oleh petugas kesehatan
Seksi Promkes Mensosialisasikan permasalahan stunting kepada lintas sektor, lintas program dan masyarakat.
Seksi Kesling
a. Mengidentifikasi Rumah Tangga yang ada ibu hamil dan balita yang berakses sanitasi layak.
Pemberdayaan
Masyarakat Desa Pemanfaatan Dana Desa
Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan
Kelompok Sasaran Intervensi Prioritas Intervensi Pendukung Intervensi Prioritas Sesuai Kondisi Ter-
tentu
c) Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak;
d) Peningkatan akses pangan bergizi. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan. Sasaran intervensi
gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat dan dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan. Program/kegiatan intervensi di dalam tabel
Dan Balita Dalam Rangka berat badan pada seluruh balita yang dating keposyandu dan
Penurunan Stunting menentukan status gizi dengan melihat standar PB/U atau TB/U.
2 Kelas Stunting Melakukan pemeriksaan kesehatan, penyuluhan kesehatan Maret & September
berkaitan dengan stunting pada balita dengan PB/U atau TB/U <-2
Penyelenggaraan intervensi penurunan stunting terintegrasi merupakan tanggung jawab bersama lintas sektor dan bukan tanggung
jawab salah satu institusi saja. Untuk itu, diperlukan sebuah tim lintas sektor sebagai pelaksana Aksi Integrasi. Keanggotaan tim lintas sektor
tersebut sekurang-kurangnya mencakup instansi yang menangani: kesehatan, pertanian, ketahanan pangan, kelautan dan perikanan, pendidikan,
perindustrian, sosial, agama, komunikasi dan informasi, pekerjaan umum/cipta karya/perumahan dan pemukiman, pemberdayaan masyarakat
desa, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, kependudukan catatatan sipil dan keluarga berencana, dan pengawasan obat dan
makanan.
NO KEGIATAN POKOK
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2. Kelas Stunting ✔ ✔
BAB III
PENUTUP
Pedoman ini segala acuan bagi karyawan Puskesmas dan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan upaya perbaikan gizi dengan tetap
memperhatikan prinsip, proses pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan upaya perbaikan gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari
semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandian masyarakat dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.