Anda di halaman 1dari 10

PEDOMAN

PENURUNAN STUNTING

PUSKESMAS KEMRANJEN I

NO. DOKUMEN : ……………………………………..

TANGGAL TERBIT : ……………………………………..

NO. REVISI : ……………………………………..

DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS

TAHUN 2022

KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas karunia-Nya sehingga

Pedoman Penurunan Stunting dapat disusun. Pedoman ini merupakan salah satu wujud Pelayanan Gizi untuk pelayanan kesehatan yang

berkualitas.

Dalam proses penyusunan dokumen akreditasi diperlukan acuan tata naskah sehingga format yang dihasilkan seragam, sehingga perlu dibuat

buku Pedoman stunting di Puskesmas Kemranjen I yang akan dijadikan sebagai acuan dan panduan dalam pembuatan dokumen-dokumen dalam

kegiatan puskesmas.

Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan pedoman ini. Diharapkan Pedoman Penurunan

Stunting dapat menjadi acuan bagi pengelola program Upaya Perbaikan Gizi dan petugas kesehatan di Puskesmas.

Kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari semua pihak yang terkait, agar dapat disempurnakan. Semoga Alloh memudahkan upaya

kita bersama dalam mewujudkan Pembangunan Kesehatan Nasional.


Kepala Puskesmas Kemranjen I

dr. Dri Kusrini

NIP. 1970112 200212 2 004


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan

(HPK) . Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan

kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK . Anak tergolong stunting apabila panjang

atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya. Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang

yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak

tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit. Anak

stunting berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan berbagai bentuk masalah gizi diperkirakan

berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.

Dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07 Menkes 413 tahun 2020 tetang Pedoman Pencegahan dan pengendalian covid-

19 disampaikan bahwa Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan oleh WHO sebagai global pandemic dan di Indonesia dinyatakan

sebagai jenis penyakit yang menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat serta bencana nonalam, yang tidak hanya menyebabkan kematian

tapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar, sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan termasuk pencegahan dan

pengendaliannya, sehingga saat melaksanakan kegiatan diperlukan APD sesuai standar kebutuhan, seperti diantaranya masker, gaun, sarung

tangan, handsanitizer dan antiseptik/desinfekta.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, besaran masalah gizi di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, 5,7 % gizi buruk,

12,2 % gemuk, dan 37,2 % mengalami stunting, sangat kurus dan kurus  12,1%. sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018

yaitu Gizi kurang 13,8 %, gizi buruk 3,9%, gemuk 8%, pendek 19,3% dan sangat pendek   11,3% dengan stunting pada baduta sendiri sebesar

29,9%, sangat kurus dan kurus  10,2%.

Di Puskesmas Kemranjen I jumlah angka stunting di Tahun 2022 adalah sebanyak 285 anak usia 0-59 bulan dengan persentase 13%

dan sebanyak 78 anak usia 0-23 bulan, ada pun penyebab dari stunting seperti Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh

berbagai faktor, meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem

kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan. Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah

rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang

berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik

pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta

kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi

dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan

maupun kelebihan gizi. Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup: (a) Komitmen politik dan kebijakan

untuk pelaksanaan; (b) Keterlibatan pemerintah dan lintas sektor; dan (c) Kapasitas untuk melaksanakan. Gambar 1 menunjukkan bahwa

penurunan stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang harus dimulai dari pemenuhan prasyarat pendukung

Gambar 1 Kerangka Penyebab Masalah Stunting


Kehidupan anak sejak dalam kandungan ibu hingga berusia dua tahun
(1.000 HPK) merupakan masa-masa kritis dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak yang optimal. Faktor lingkungan yang baik, terutama di awal-
awal kehidupan anak, dapat memaksimalkan potensi genetik (keturunan) yang
dimiliki anak sehingga anak dapat mencapai tinggi badan optimalnya. Faktor
lingkungan yang mendukung ditentukan oleh berbagai aspek atau sektor.
Pelayanan Gizi di dalam Permenkes No 75 tahun 2014 adalah salah satu
upaya kesehatan masyarakat esensial dengan sasaran keluarga, kelompok dan
masyarakat. Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana  disebutkan di dalam
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa
tujuan  perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan gizi perorangan dan gizi
masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional di institusi kesehatan termasuk
Puskesmas Kemranjen I.

1.2 DASAR HUKUM

Landasan hukum terkait dengan intervensi penurunan stunting terintegrasi adalah:

1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan,

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

4. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi,

5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019,

6. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018,

7. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi,

8. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019,

9. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, 10. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Pangan dan Gizi yang menetapkan

RAN-PG, Pedoman Penyusunan RAD-PG, dan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi RAN/RAD-PG,

11. Surat Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor 11 Tahun 2014 tentang Tim Teknis Gerakan Nasional Percepatan

Perbaikan Gizi, dan


12. Surat Keputusan Deputi bidang Sumber Daya Manusia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional Nomor 37/D.1/06/2014 tentang Kelompok Kerja Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

13. Peraturan Bupati Banyumas Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Rencana Aksi Daerah (RAD) Pencegahan dan Penanganan Stunting Kabupaten

Banyumas Tahun 2020-2023.

14. Keputusan Bupati Banyumas Nomor 400/638 Tahun 2018 tentang “Tim Khusus Pencegahan dan Penanganan Stunting”

15. Surat Edaran Bupati Banyumas Nomor 440/6833 Tahun 2018 tentang “Gerakan Hidup Bersih dan Sehat Untuk Cegah Stunting”

16. Keputusan Camat Kemranjen Nomor 24/IV/2022 Tahun 2022 tentang “Pembentukan Tim Pengarahan dan Tim Pelaksana Percepatan

Penurunan Stunting (TPPS) Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas”

1.3 TUJUAN

Pedoman ini bertujuan untuk menjadi panduan bagi kabupaten/kota dalam melaksanakan intervensi penurunan stunting terintegrasi mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Pedoman ini dapat digunakan oleh provinsi dalam mengawal dan membina

kabupaten/kota untuk melaksanakan intervensi penurunan stunting terintegrasi. Berdasarkan hasil evaluasi tahunan, pedoman ini dapat

disesuaikan dengan perkembangan kebijakan di tingkat pemerintah pusat.


BAB II

TATALAKSANA KEGIATAN

2.1 Peran Lintas Program dan Lintas Sektor

1. Lintas program

Berikut peran lintas program dalam rangka Penurunan Stunting

Jenis Pelayanan KEGIATAN TERKAIT PENURUNAN STUNTING

Kepala Puskesmas Memastikan pelaksanakan kegiatan terkait penurunan stunting di Puskesmas berjalan dengan baik

Seksi Medis
Melakukan Pemeriksaan kesehatan berlanjut terkait penyakit penyerta pada balita

Seksi Pelayanan Gizi a. Memberikan Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri

b. Melakukan Pemeriksaan Garam RT Beryodium

c. Memantau pertumbuhan dan perkembangan anak di posyandu

d. Distribusi Vitamin A pada bayi, balita dan Ibu Nifas

e. Memberikan penyuluhan atau konseling gizi di posyandu

f. Ibu hamil dengan kondisi resiko tinggi dan/atau Kekurangan Energi Kronis (KEK), balita dengan kondisi gizi

buruk, gizi kurang, dan stunting mendapat kunjungan ke rumah secara terpadu oleh petugas kesehatan minimal 1 bulan

sekali

g. Memberikan PMT atau Suplementasi gizi bagi balita atau bumil yang memiliki masalah gizi sesuai kebutuhan

Seksi Kesga a. Memantau Ibu hamil diperiksa oleh bidan, minimal 6 kali pemeriksaan selama masa kehamilan sesuai trimester

kehamilan

b. Memberikan Ibu hamil minimal 90 butir pil Fe (tablet penambah darah) sejak pertama kali diketahui hamil

c. Memantau Ibu yang melahirkan termasuk bayinya mendapatkan perawatan nifas dari bidan atau dokter (mulai

dari IMD, ASI Eksklusif, Vitamin A pada Ibu Nifas), minimal 3 kali perawatan dalam waktu 42 hari setelah proses persalinan

d. Anak usia 0-12 bulan mendapatkan pemberian imunisasi dasar lengkap.

e. Ibu hamil dengan kondisi resiko tinggi dan/atau Kekurangan Energi Kronis (KEK), anak usia 0-23 bulan dengan

kondisi gizi buruk, gizi kurang, dan stunting mendapat kunjungan ke rumah secara terpadu oleh petugas kesehatan

minimal 1 bulan sekali

Seksi Promkes Mensosialisasikan permasalahan stunting kepada lintas sektor, lintas program dan masyarakat.

Seksi Kesling
a. Mengidentifikasi Rumah Tangga yang ada ibu hamil dan balita yang berakses sanitasi layak.

b. Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum Baduta/balita stunting

c. Memberikan penyuluhan atau konseling kesling di posyandu

d. Kunjungan rumah dan edukasi tentang sanitasi pada balita stunting

Seksi Surveilans a. Memberikan obat cacing pada balita di Posyandu

b. Kunjungan rumah dan edukasi kesehatan pada balita stunting

Pebina Desa Melaksanakan kegiatan upaya penurunan stunting di desa


2. Lintas Sektor

Kader Memantau Status Gizi Balita di Setiap Posyandunya

INSTANSI KEGIATAN TERKAIT PENURUNAN STUNTING

Kader Melakukan Pengukuran Antrhopometri di Posyandu setiap bulan

Entry data Antrhopometri Balita di Aplikasi e-PPGBM

Memantau Status Gizi Balita di setiap Posyandu

Keluarga Berencana Peningkatan Sosialisasi 1000 HPK

Pemberdayaan
Masyarakat Desa Pemanfaatan Dana Desa

2.2 Intervensi Gizi

Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan

intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.


1. Intervensi Gizi Spesifik Mencakup ;

Kelompok Sasaran Intervensi Prioritas Intervensi Pendukung Intervensi Prioritas Sesuai Kondisi Ter-
tentu

Kelompok Sasaran 1000 HPK

2. Intervensi Gizi Sensitif Mencakup ;

a) Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi;

b) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan;

c) Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak;

d) Peningkatan akses pangan bergizi. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan. Sasaran intervensi

gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat dan dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan. Program/kegiatan intervensi di dalam tabel

tersebut dapat ditambah dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.

2.3 Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan

NO. KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN WAKTU


1. Pemantauan Pertumbuh An Bayi Melakukan pengukuran tinggi badan dan melakukan penimbangan Jadwal Posyandu

Dan Balita Dalam Rangka berat badan pada seluruh balita yang dating keposyandu dan

Penurunan Stunting menentukan status gizi dengan melihat standar PB/U atau TB/U.

Kegiatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, disesuaikan

dengan jadwal kegiatan dan ketersedian SDM di Puskesmas

2 Kelas Stunting Melakukan pemeriksaan kesehatan, penyuluhan kesehatan Maret & September

berkaitan dengan stunting pada balita dengan PB/U atau TB/U <-2

SD. Kegiatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, disesuaikan

dengan jadwal kegiatan dan ketersedian SDM di Puskesmas

2.4 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Penyelenggaraan intervensi penurunan stunting terintegrasi merupakan tanggung jawab bersama lintas sektor dan bukan tanggung

jawab salah satu institusi saja. Untuk itu, diperlukan sebuah tim lintas sektor sebagai pelaksana Aksi Integrasi. Keanggotaan tim lintas sektor

tersebut sekurang-kurangnya mencakup instansi yang menangani: kesehatan, pertanian, ketahanan pangan, kelautan dan perikanan, pendidikan,

perindustrian, sosial, agama, komunikasi dan informasi, pekerjaan umum/cipta karya/perumahan dan pemukiman, pemberdayaan masyarakat

desa, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, kependudukan catatatan sipil dan keluarga berencana, dan pengawasan obat dan

makanan.

NO KEGIATAN POKOK
BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pemantauan Pertumbuh An Bayi Dan Balita ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

Dalam Rangka Penurunan Stunting

2. Kelas Stunting ✔ ✔
BAB III

PENUTUP

Pedoman ini segala acuan bagi karyawan Puskesmas dan lintas sektor terkait dalam pelaksanaan upaya perbaikan gizi dengan tetap

memperhatikan prinsip, proses pembelajaran dan manfaat. Keberhasilan kegiatan upaya perbaikan gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari

semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandian masyarakat dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai