Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

UPTD PUSKESMAS KALIWATES


Alamat : Jl. Basuki Rahmat No.199
Kabupaten Jember

1
LEMBAR PENGESAHAN

Pedoman Pelayanan Gizi

UPTD Puskesmas Kaliwates

Telah disetujui dan disahkan,

Mengetahui,
UPTD Puskesmas Gladak Pakem

dr. Sendy Dwi Pertiwi


NIP. 19860406 201412 2 001

2
PEDOMAN PELAYANAN GIZI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah
gizi pada balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang. Proporsi gemuk menurut
kelompok umur, terdapat angka tertinggi baik pada balita perempuan dan laki-laki
pada periode umur 0-5 bulan dan 6-11 bulan dibandingkan kelompok umur lain. Hal
ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat khususnya ibu
balita yang mempunyai persepsi tidak benar terhadap balita gemuk.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pelayanan kesehatan di
masyarakat perlu terus ditingkatkan baik yang bersifat kuratif maupun promotif dan
preventif. Serta rehabilitatif. Hal ini sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan
yaitu membuat rakyat sehat dengan strategi utamanya antara lain 1). Menggerakan
dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan 2). Meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Puskesmas sebagai penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan
terdepan, kehadirannya di tengah masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai pusat
pelayan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai pusat komunikasi
masyarakat. Di samping itu, keberadaan Puskesmas di suatu wilayah dimanfaatkan
sebagai upaya-upaya pembaharuan (inovasi) baik di bidang kesehatan masyarakat
maupun upaya pembangunan lainnya bagi kehidupan masyarakat sekitarnya sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu keberadaan
Puskesmas dapat diumpamakan sebagai “agen perubahan” di masyarakat
sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul gerakan – gerakan upaya kesehatan
yang bersumber pada masyarakat.
Hal tersebut sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat yang
menjelaskan Puskesmas memiliki tiga fungsi yaitu 1). Sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan; 2). Pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat; 3). Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Namun, dalam pelakasanaanya Puskesmas masih menghadapi berbagai
masalah antara lain : 1). Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas kurang

3
berorientasi pada masalah dan kebutuhan masyarakat setempat tetapi lebih
berorientasi pada pelayanan kuratif bagi pasien yang datang ke Puskesmas; 2).
Keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tingkat pertama belum dikembangkan secara optimal. Sampai saat ini
Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif masyarakat dalam pemecahan
masalah dan rasa memiliki Puskesmas serta belum mampu mendorong kontribusi
sumberdaya dari masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
Disadari bahwa untuk mengatasi masalah tersebut sesuai dengan salah
satu azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat, artinya
Puskesmas wajib menggerakan dan memberdayakan masyarakat agar berperan
aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan, terutama dalam berperilaku
hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu, promosi kesehatan puskesmas membantu
masyarakat agar mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Berkenaan dengan pentingnya peran promosi kesehatan dalam pelayanan
kesehatan, telah ditetapkan kebijakan Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan
jejaringnya.
b. Tujuan Khususnya
- Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran, dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya
- Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di
Puskesmas dan jejaringnya
- Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara
profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/klien
di Puskesmas dan jejaringnya
- Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas
dan jejaringnya

C. Sasaran Pedoman
Pelaksana gizi

4
D. Ruang Lingkup Pedoman
Adapun ruang lingkup pelayanan gizi di Puskesmas Kaliwates meliputi :
1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
4. Pencatatan dan Pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi

E. Batasan Operasional.
i. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
ii. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip
keilmuan makanan, gizi, sosila, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui
pengembangan, penyediaan, dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan
di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
iii. Konsultasi Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
iv. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian
pesan-pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif
pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan
kesehatan.
v. Food Model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari
bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu
sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien
rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
vi. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
vii. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi
dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan, dan
dikeluarkan dari tubuh.

5
viii. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam
perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 hari pertama
kehidupan (HPK). Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan seperti imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring
pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD),
promosi ASI Eksklusif, MP-ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek,
hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan
Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000
HPK).
ix. Konseling ASI Ekslusif dan PMBA adalah kegiatan penyuluhan tentang ASI
Eksklusif dan Pemberian Makanan Bayi dan Anak yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga sehingga bayi baru
lahir segera diberikan IMD dan meneruskan ASI Eksklusif sampai bayi
berusia 6 bulan, Sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai
diperkenalkan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), dan meneruskan ASI
dan MP-ASI sampai usia 24 bulan.
x. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan pelayanan gizi sesuai dengan standart dan memuaskan, baik kualitas
dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien.
xi. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan
teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di
masyarakat maupun di Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya,
berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.
xii. Pasien/Klien adalah pengunjung puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat
inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan
maupun pelayanan gizi.
xiii. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi buruk, gizi
kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan
berat badan, dll.
xiv. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia,
pasien dengan penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes mellitus,
hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.
xv. Pelayanan Gizi adalah upaya perbaikan gizi, makanan, dietetik, pada
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka

6
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit
diselenggarakan baik di dalam maupun di luar gedung.
xvi. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah
kerja puskesmas.
xvii. Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk pasien puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
xviii. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
xix. Pelayanan Gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan
gizi yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, penentuan
diagnosa gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien
rawat jalan. Intervensi gizi rawat jalan pada umumnya berupa kegiatan
konseling gizi dan dietetik dan atau penyuluhan gizi.
xx. Pelayanan Gizi Rawat Inap adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosa
gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien rawat inap.
Intervensi gizi rawat inap mencangkup kegiatan konseling gizi, penyediaan
makanan pasien rawat inap, pemantauan asupan makanan dan pergantian
jenis diet apabila diperlukan.
xxi. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara
individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang
mencangkup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi
makan dan rute pemberian makan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan
pengkajian gizi, komponen diagnosa gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan
dan prosedur, serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut pasien/klien.
xxii. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memeberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui

7
serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan
gizi sampai pemberian pelayanan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi.
xxiii. Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi pasien/klien yang dihitung
berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit, dan kondisi kesehatannya.
xxiv. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
xxv. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah seorang
pasien berisiko malnutrisi, tidak berisiko, atau kondisi khusus.
xxvi. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
xxvii. Taman Pemulihan Gizi adalah tempat pemulihan balita gizi kurang / buruk
menjadi gizi baik oleh ibu balita didampingi ibu kader atau tempat
mempraktekkan perilaku positif yang bertujuan untuk memperbaiki balita gizi
kurang / buruk menjadi gizi baik, mempertahankan balita gizi baik tetap baik,
dan untuk mencegah agar tidak terjadi gizi kurang atau gizi buruk.
xxviii. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu adalah kegiatan
menimbang untuk mengetahui berat badan balita untuk mengetahui kondisi
balita.
xxix. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A adalah kegiatan pendistribusian
kapsul vitamin A di wilayah kerja Puskesmas yang bertujuan untuk
meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian kapsul vitamin A mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan
kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.
xxx. Pengelolaan Pemberian tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet yang mengandung 200 mg
Sulfat Ferosus (yang setara dengan 60 mg besi elemental) dan 0.25 mg
Asam Folat.
Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar Haemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari normal.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan program pemberian
TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi
yaitu ibu hamil.
xxxi. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan
WUS
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berusia 15 s/d 49 tahun,
catin, remaja putri (dalam dan luar sekolah), pekerja wanita.
Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar Haemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari normal.

8
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan program
pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran.
xxxii. Survailens Gizi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk pengumpulan
dan pengolahan data yang dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui
kondisi suatu masalah gizi di wilayah tersebut.
xxxiii. Pembinaan Gizi di Institusi adalah suatu kegiatan yang dilakukan di
Sekolah tertentu untuk memberikan informasi tentang gizi dan memperbaiki
status gizi anak sekolah.
xxxiv. Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program adalah kegiatan yang
dilakukan secara berkala untuk penyampaian program guna meningkatkan
pencapaian indikator perbaikan gizi.

F. Landasan Hukum.
Adapun landasan hukum dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
Puskesmas Bareng mengacu kepada :
1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Pemerintahan Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Pemerintahan Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Ekslusif
5. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
6. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standart
Pelayanan Puskesmas Perawatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebiijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Kebiijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/MENKES?SK/VII/2008 tentang
Standart Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
12. Peraturan Menteri Kesehatan No 26 Tahun 2013 tentang Praktik tenaga Gizi.

9
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM

Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit adalah sebagai

berikut :

Kualifikasi Jumlah Kompetensi Umum


 D4 gizi yang memiliki 1 orang  Melakukan Proses Asuhan

keahlian di bidang gizi Gizi Terstandar (PAGT)

 Melakukan bina suasana

dan advokasi dengan

lintas program dan lintas

sektor

 D3 gizi yang memiliki 1 orang  Melakukan Proses Asuhan

keahlian di bidang gizi Gizi Terstandar (PAGT)

 Melakukan bina suasana

dan advokasi dengan

lintas program dan lintas

sektor

10
Nama Kualifikasi
Nama Keterangan
Jabatan Formal
NCP, Asuhan Gizi

Pelaksana Rawat Inap,


Brillia Firsti W, S.ST D4 Gizi
Gizi
Konselor

NCP, Asuhan Gizi

Pelaksana Rawat Inap,


Anita Wulan Ramdhani, A.Md.Gz D3 Gizi
Gizi
Konselor

Di buku pedoman standart puskesmas, pada puskesmas rawat inap tenaga gizi

seharusnya 2 orang, yang di Puskesmas Kaliwates masih 1 orang.

B. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab program gizi di Puskesmas Kaliwates bekerja secara
purna waktu sesuai dengan jam dinas dan bilamana diperlukan dapat bekerja diluar
jam dinas dalam rangka koordinasi dan komunikasi dengan lintas program dan lintas
sektor terkait.

11
C. Jadwal Kegiatan

N BULAN
KEGIATAN
O Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nop Des

1 Konsultasi Gizi
Penimbangan balita di
2
Posyandu
Pengolahan TTD untuk
3
Bumil & Bufas

4 Survailens gizi

5 Konseling ASI & PMBA


Pencegahan Anemi Pada
6
Remaja

7 Pemberian Kapsul Vit.A


Pencegahan Anemi Pada
8
Remaja
Kerjasama lintas sektor
9
dan lintas program

12
Proses Asuhan Gizi
10
Terstandar (PAGT)
Pemberian makan pasien
11
rawat inap
Waste makanan pasien
12
rawat inap

13
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

B. Standar fasilitas
Standar fasilitas yang ada di ruang gizi UPT Kaliwates untuk
menyelengarakan pelayanan gizi meliputi :
1. Komputer dan printer set
2. Lemari es
3. Meja-Kursi
4. Leaflet, Lembar balik, Buku panduan
5. Antropometri
6. ASI Kit

14
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas. Pelayanan gizi di Puskesmas dilakukan di dalam gedung dan di luar
gedung, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
A. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif,
dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di
dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 jenis yaitu
pelayanan gizi rawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap. Berikut adalah uraian
mengenai pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 jenis yaitu pelayanan
gizi rawat jalan dan rawat inap.
a. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :
1) Pengkajian gizi
2) Penentuan diagnosis gizi
3) Intervensi gizi
4) Monitoring dan evaluasi gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan


gizi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkaan pasien
beresiko masalah gizi. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien
beresiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk untuk memperoleh
asuhan gizi, dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1) Pengkajian gizi
Tujuan : Mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui
pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara
sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi :
(a) Data Antropometri
Pengukuran antropometri dapat dilaukan dengan berbagai cara
meliputi pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan
Berat Badan (BB). Lingka Lengan Atas (LILA)

15
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik
meliputi tanda – tanda klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi
seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak bagian
tubuh tertentu dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian dan riwayat gizi pasien yang umum
digunakan yaitu secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan
kuantitatif :
(1) Pengkajian riwayat gzi secara Kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari
berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara Kuantitatif dilakukan untuk
mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara
recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan bantuan
food model.
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung
diagnosa penyakit serta menegakkan diagnosis gizi pasien/klien.
Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk
menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi.
Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat
digunakan misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL, HDL,
trigliserida ureum, keratinin, dll.
2) Penentu Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat
sementara sesuai dengan respon pasien. Dalam melakukan asuhan
gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis
gizi dengan format PES secara mandiri tanpa meninggalkan
komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan
layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah
gizi, faktor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk
mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementrian Kesehatan RI,

16
2014 atau Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan
Kementrian Kesehatan RI, 2011.

3) Pelaksanaan Intervensi Gizi


Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan
untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status
kesehatan individu.
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi :
(a) Penentuan jenis diet sesuai kebutuhan gizi individual
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan
pasien/klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan
pedoman gizi seimbang, faktor aktifitas, faktor stress serta
kebiasaan makan/pola makan.
(b) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien melipuri
konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI, konseling Pemberian
Makanan Bayi dan Anak (PMBA), konseling aktifitas fisik, dan
konseling faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Tujuan
konseling yaitu untuk mengubah perilaku dengan cara
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai massalah
gizi yang dihadapi.
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan
Monitoring dilakukan pada saat konsultasi berlangsung dengan cara
menanyakan ulang apa yang sudah dijelaskan. Evaluasi dilakukan
apabila pasien melakukan kunjungan ulang.
b. Pelayanan Gizi Rawat Inap
Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup
penyelenggaraan pemberian makan pasien, pemantauan asupan makanan,
konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila diperlukan. Pelayanan gizi
rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :

1) Pengkajian gizi
2) Penentuan diagnosa gizi
3) Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan,
perubahan diet dan konseling
4) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan


gizi oleh tenaga kesehatan Puskesmas untuk menetapkan pasien beresiko

17
masalah gizi atau tidak. Skrining gizi setidaknya dilakukan pada pasien baru
1x24 jam setelah pasien masuk rawat inap. Pasien yang beresiko masalah
gizi anatara lain adalah pasien gizi kurang/buruk dengan komplikasi medis,
pasien dengan kondisi khusus seperti Diabetes Millitus, Hipertensi, dll.

Apabila tenaga kesehatan menentukan pasien berisiko masalah gizi


maka pasien akan memperoleh asuhan gizi dengan langkah – langkah
sebagai berikut :

1) Pengkajian gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan
faktor penyebab melalui pengumpulan, verifikasi, dan interpretasi
data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi :
(a) Data Antropometri
Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara
meliputi pengukuran TB/PB, dan BB, Lingkar Lengan Atas
(LILA),
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan
fisik meliputi tanda – tanda klinis gizi kurang atau gizi lebih
seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak
dibagian tubuh tertentu, dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam cara pengkajian riwayat gizi pasien yaitu
secara kualitatif dan kuantitatif :
(1) Pengkajian riwayat gzi secara Kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari
berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara Kuantitatif dilakukan untuk
mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara
recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan
bantuan food model.
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung
diagnosa penyakit serta menegakkan diagnosis gizi
pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga
untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi

18
terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait
gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah,
kolesterol, LDL, HDL, trigliserida ureum, keratinin, dll.
2) Penentu Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara
sesuai dengan respon pasien. Dalam melakukan asuhan gizi,
tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi
dengan format PES secara mandiri tanpa meninggalkan
komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan
layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi,
faktor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk
mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementrian Kesehatan
RI, 2014 atau Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO
dan Kementrian Kesehatan RI, 2011.
3) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan
untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek
status kesehatan individu.
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat inap meliputi :
1) Penentuan jenis diet sesuai kebutuhan gizi individual
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta
kemampuan pasien/klien untuk menerima makanan dengan
memperhatikan pedoman gizi seimbang, faktor aktifitas, faktor
stress serta kebiasaan makan/pola makan.
2) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien meliputi
konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI, konseling
Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA), konseling aktifitas
fisik, dan konseling faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM).
Tujuan konseling yaitu untuk mengubah perilaku dengan cara
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
massalah gizi yang dihadapi.
3) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Inap
Kegiatan utama dari monitoring dan evaluasi asuhan gizi adalah
memantau pemberian intervensi gizi secara berkesinambungan
untuk menilai kemajuan penyembuhan dan status gizi pasien. Hal –

19
hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan gizi rawat inap
antara lain :
a. Perkembangan asupan makanan termasuk daya terima
makanan.
b. Dalam melakukan evaluasi pemberian makan pasien rawat
inap dilakukan setiap hari sebanyak satu kali bersamaan saat
dilakukan visite. Hal ini dilakukan karena keterbatasan tenaga
karena tidak ada petugas yang bekerja sift.

Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien


terhadap diet yang diberikan, bentuk makanan, toleransi terhadap
makanan yang diberikan, adanya mual, muntah, keadaan klinis.

c. Bentuk Penyelenggaraan Makanan


Di Puskesmas Bareng bentuk penyelenggaraan makanan

menggunakan sistem outsourching. Dalam penyelenggaraan

makanan dengan sistem diborongkan penuh, fungsi dietisien

adalah sebagai perencana menu, pemesanan makanan, penilaian

kualitas dan kuantitas makanan yang diterima sesuai dengan

spesefikasi hidangan yang ditetapkan dalam kontrak.

4) Distribusi Makanan

Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan

penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah

pasien yang dilayani.

A. Alur Pelayanan Gizi di Dalam Gedung


1. Pasien/klien datang sendiri atau dirujuk dari struktural Puskesmas (Poli
Umum, Poli KIA, Poli Gigi, Poli TB, Poli Sanitasi.
2. Pasien/klien mendaftar di loket pendaftaran di Puskesmas.
3. Pasien/klien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
masalah kesehatan di Poli Umum, Poli KIA, Poli Gigi, Poli TB, Poli
Sanitasi.
4. Di Poli Umum, Poli KIA, Poli Gigi, Poli TB, Poli Sanitasi pasien
sekaligus mendapatkan Skrining Gizi oleh tenaga kesehatan serta
ditentukan apakah pasien perlu di rawat inap atau cukup rawat jalan.

20
5. Pasien/klien rawat jalan yang beresiko atau tidak beresiko mengalami
masalah gizi bisa mendapatkan konseling gizi atas permintaan pasien.
6. Pasien/klien rawat inap yang beresiko atau tidak beresiko mengalami
masalah gizi mendapatkan pelayanan gizi sesuai kebutuhan berupa
pelayanan pasien rawat inap.
7. Pasin/klien yang mendapatkan pelayanan gizi oleh Tim Asuhan Gizi
Puskesmas. Jika diperlukan akan dilakukan Skrining Gizi Ulang oleh
tenaga gizi.
8. Pasien rawat jalan maupun rawat inap yang beresiko atau tidak
beresiko mengalami masalah gizi pelayanan gizi yang sesuai Proses
Asuhan Gizi Terstandart (PAGT) mulai dari pengkajian gizi, diagnosa
gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi.
9. Hasil monitoring dan evaluasi ditindak lanjuti oleh Tim Asuhan Gizi
Puskesmas. Tindak lanjut dapat berupa rujukan ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang lebih tinggi apabila masalah gizi dengan penyakit
penyerta dan atau komplikasi yang dialami pasien/klien tidak
memungkinkan ditangani di Puskesmas atau dapat berupa pengkajian
ulang baik masalah medis dan masalah gizinya.

B. Metode
Pelayanan Gizi di Luar Gedung
1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung
Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya
perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh puskesmas antara lain:
a. Penyuluhan gizi
b. Konseling ASI Ekslusif dan PMBA
c. Pemantauan pertumbuhan status gizi di posyandu
d. Pengelolaan kapsul vitamin A
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan
pemberian viitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pematauan sehingga kegiatan pencegahan
kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.
b. Sasaran : kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifas.
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan di posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolahan manajemen
pemberian vitamin A antara lain :

21
1. Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11 bulan, anak
usia 12-59, dan ibu nifas setiap bulan.
2. Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja
puskesmas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.
e. Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja puteri dan
WUS
1. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program
pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran
2. Sasaran kegiatan ini adalah remaja putri dan WUS
3. Lokasi pelaksanaan kegiatan di UKS
f. Surveilans gizi
g. Pembinaan gizi di Instutisi
h. Kerjasama lintas sektor dan lintas program
i. CaFe Rematri

C. Langkah Kegiatan
Alur Pelayanan Gizi di Luar Gedung
Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komperehensif.
Pelaksanaan pelayanan gizi luar gedung bekerjasama dengan lintas program
dan lintas sector terkait. Alur pelayanan gizi luar gedung disesuaikan dengan
jenis kegiatan, sasaran, dan keadaan wilayah setempat. Pelayanan Gizi di
Luar Gedung meliputi :
1. Edukasi gizi
2. Konseling ASI Ekslusif dan PMBA
3. Pemantauan pertumbuhan status gizi di posyandu
4. Pengelolaan kapsul vitamin A
5. Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja puteri dan WUS
6. Surveilans gizi
7. Pembinaan gizi di Instutisi
8. Kerjasama lintas sektor dan lintas program

22
BAB V
LOGISTIK

Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pememliharaan serta penghapusan material/alat-alat. Logistik diartikan pula sebagai
bagian dari instansi yang tugasnya menyediakan barang yang dibutuhkan untuk
kegiatan operasionalnya instansi tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu
yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Adapun kegiatan
logistik meliputi mengadakan pembelian , inventory dan stock control, penyimpanan
dan pengembangan, produksi dan operasional, keuangan, akuntansi manajeman,
penjualan dan distribusi serta informasi
Kegiatan logistik mempunyai tiga tujuan yaitu tujuan operasional, keuangan
dan pengamanan. Tujuan operasional adalah bahwa logistik bagaimana agar
tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.
Tujuan keuangan adalah bagaimana upaya tujuan operasional dapat terlaksana
dengan biaya yang serendah-rendahnya. Sedangkan tujuan pengamanan adalah
bagaimana agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan,
penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar.
Fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari fungsi
perencanaan dan penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan
dan penyaluran, pemeliharaan, serta penghapusan.
a. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan
Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang mencakup aktivitas dalam
menetapkan sasaran, pedoman, dan pengukuran penyelenggaraan dalam bidang
logistik. Sedangkan penentuan kebutuhan adalah rincian dari fungsi perencanaan
dengan memepertimbangkan faktor-faktor yang yang mempengaruhinya.
Perencanaan pengadaan barang logistik harus dilaksanakan secara hati-hati,
sehingga logistik selalu tersedia setiap dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dan
mutu yang baik.
b. Fungsi penganggaran
Fungsi ini merupakan kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian
penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yaitu mata uang dan jumlah
biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku
terhadapnya.

23
c. Fungsi pengadaan
Fungsi pengadaan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan
kebutuhan maupun penganggaran.
d. Fungsi penyimpanan dan penyaluran
Merupakan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi terdahulu untuk kemudian
disalurkan ke instansi pelaksana.
e. Fungsi pemeliharaan
adalah usaha untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil
barang inventaris.
f. Fungsi penghapusan
Berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggung jawaban yang
berlaku. Disebut juga sebagai usaha untuk menghapus kekayan karena
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis
maupun teknis, kelebihan, hilang, susut atau hal lain sesuai dengan perundangan
yang berlaku.
g. Fungsi pengendalian
Merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk
memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik. Unsur kegiatan
utama dalam fungsi ini adalah pengendalian inventarisasi dan ekpedisi.
Adapun kegiatan program gizi di Puskesmas Bareng dalam tahun 2019 meliputi:
1) Edukasi gizi
2) Konseling ASI Ekslusif dan PMBA
3) Taman Pemulihan Gizi
4) Pengelolaan pemantauan pertumbuhan di posyandu
5) Pengelolaan kapsul vitamin A
6) Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja puteri dan WUS
7) Surveilents gizi
8) Pembinaan gizi di Instutisi
9) Kerjasama lintas sektor dan lintas program
10) Pelacakan kasus gizi buruk dan stunting
Logistik untuk mendukung pelaksanaan promosi kesehatan meliputi leaflet,
lembar balik, media penyuluhan lainnya serta ATK dan formulir pencatatan dan
pelaporan yang jenis dan jumlah logistik ditentukan berdasarkan kebutuhan selama
setahun, disusun dalam suatu perencanaan. Kebutuhan ini disusun dalam Loka
Karya Mini Puskesmas (LKMP). Sumber kebutuhan logistic disediakan oleh dinas
kesehatan, BOK dan sumber lain yang tidak mengikat.

24
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

A. Keselamatan Sasaran Kegiatan


Dalam pelaksanan kegiatangizi kepada sasaran diharapkan tidak
terjadi kecelakaan kerja (Terbentur dan terjatuh saat dilakukan pengukuran).
Untuk itu diharapkan peran aktif ibu balita.

B. Tujuan

Sasaran yang diukur merasa nyaman dan aman dengan prinsip tetap menjaga
hygiene sanitasi individu dan lingkungan.

25
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Keselamatan kerja petugas


a) Petugas gizi yang mengikuti visite
Petugas gizi yang mengikuti visite dokter diwajibkan menggunakan masker
pada saat memberikan konseling terhadap pasien dengan penyakit tertentu.

B. Tujuan
a) Petugas yang mengikuti visite
 Petugas yang mengikuti visite di dalam menjalankan tugas dan kewajiban
dapat melindungi diri sendiri, pasien, dan masyarakat penyebar infeksi.
 Petugas yang mengikuti visite di dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di
lingkungan tempat kerjanya, untuk itu menghindari paparan tertentu,
petugas menetapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat saat proses memasak
c. Kebersihan ruang yang kurang memadai

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene
sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan maka.
Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarungan tangan saat
pencucian alat makan pasien guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja
seperti: adanya piring atau gelas yang pecah sehingga dapat melukai tangan

26
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dalam kegiatan program gizi dapat di lihat dari indikator
mutu pelaksanaan pelayanan gizi dalam rangka terciptanya masyarakat yang sadar
akan pentingnya gizi. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai setelah program
gizi Puskesmas berjalan beberapa lama, melalui upaya evaluasi.
Program gizi yang dilakukan di masyarakat cukup banyak tetapi karena
keterbatasan sumber daya untuk mengevaluasi, maka perlu ditetapkan beberapa
perilaku yang sangat sensitive sebagai indikator. Atas dasar pertimbangan tersebut,
maka program yang perlu di evaluasi sebagai berikut :
1. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
2. Cakupan balita mendapat kapsul Vitamin A 2 kali pertahun
3. Cakupan pemberian MP ASI pada anak usia 6-12 bulan dari keluarga miskin
4. Balita gizi buruk mendapat perawatan
5. Balita yang naik berat badannya
6. Balita di bawah garis merah
7. Cakupan Kadarzi
8. Kecamatan bebas rawan gizi (< 15% gizi kurang & gizi buruk)

27
BAB VIII

PENUTUP

Demikian pedoman pelayanan gizi di UPTD Puskesmas Kaliwates dibuat


sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan gizi baik di dalam gedung
maupun diluar gedung.

28

Anda mungkin juga menyukai