PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,
diperlukan sumber daya manusia(SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM disuatu Negara, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan. Tenaga SDM yang
berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang baik.
Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan status gizi
masyarakat melalui upaya perbaikan gizi didalam keluarga dan pelayanan gizi pada
individu yang karena kondisi kesehatannya harus dirawat di suatu sarana pelayanan
kesehatan misalnya Rumah Sakit (RS).
Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai satu sistem rujukan,
Dalam rumah sakit terdapat berbagai upaya yang ditujukan guna pemulihan penderita.
Instalasi gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan lainnya, Instalasi gizi
dirumah sakit merupakan salah satu pelayanan non medis rumah sakit yang berfungsi
untuk mengolah dan mengatur makanan dan minuman pasien, pegawai setiap hari, juga
sebagai ruang konsultasi gizi.
Masalah gizi dirumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi penyembuhan. Kecendrungan peningkatan kasus
terkait gizi ( nutrition related disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu
hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi
secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat pertumbuhan
Risiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien dengan
anoreksia, kondisi mulut dan gigi-geligi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran
1
cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan kesadaran
dalam waktu lama dan yang menjalani kemoterapi. Asupan Energi yang tidak adekuat,
lama hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet khusus merupakan factor yang
mempengaruhi terjadinya malnutrisi di Rumah Sakit.
Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai acuan
untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien,
memperpendek lama hari rawat, dan menghemat biaya perawatan. Pedoman pelayanan
gizi rumah sakit hasil revisi, yang tertuang didalam buku pedoman ini, merupakan
penyempurnaan Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) yang ditertibkan
oleh Departemen kesehatan RI pada tahun 2013. Sejalan dengan dilaksanakan program
akreditasi pelayana gizi di rumah sakit, diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan
bagi rumah sakit untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi yang berkualitas
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum : Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna
sebagai bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus :
a. Menyelenggarakan Asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat jalan dan rawat
inap.
b. Menyelenggarakan makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan aman dikonsumsi.
2
c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya.
d. Menyelenggarakan penelitian aplikasi dibidang gizi dan dietetik sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Denpasar terdiri dari :
D. Batasan Operasional
c. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien. ((Nutrition and
Diet Theraphy Dictionary, 2004)
3
d. Terapi Diet adalah :
Pelayanan dietetic yang merupakan bagian dari terapi gizi
i. Food model adalah bahan makanan/contoh makanan yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai
dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat
inap maupun pengunjung rawat jalan.
j. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat zat gizi dan
bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan
dikeluarkan dari tubuh.
k. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan
4
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
m. Rujukan Gizi adalah system dalam pelayanan gizi rumah sakit yang
memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan
masalah gizi, baik secara vertical maupun horizontal.
n. Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani
masyarakat.
o. Standar Profesi Tenaga Gizi adalah batasan kemampuan minimal yang harus
dimiliki/dikuasai oleh tenaga gizi untuk dapat melaksanakan pekerjaan dan
praktik pelayanan gizi secara professional yang diatur oleh organisasi profesi.
p. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
q. Sarjana Gizi adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan minimal
pendidikan pormal sarjana gizi (S1), yang diakui oleh pemerintah RI.
r. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwewenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetic, baik dimasyarakat
maupun rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan lain.
s. Nutrisionis Registered adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana gizi
yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan.
5
t. Registered Dietesien yang disingkat RD adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi
atau sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah
lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang
undangan berhak mgurus ijin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetic
dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
u. Teknikal Registered Dietesien yang disingkat TRD adalah seorang yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga Gizi sesuai aturan yang
berlaku atau Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji kompotensi dan teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
x. Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar terhadap bahan makanan dan minuman.
E. Landasan hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah
sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung ( legal aspect ).
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam standar akreditasi.
Semangkin baik pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah sakit, maka semakin baik pula
standar akreditasi rumah sakit tersebut. Hal ini dapat terlaksana bila tersediatenaga gizi yang
professional dalam memberikan pelayanan gizi. Profesionalisme tenaga gizi dalam memberikan
pelayann gizi diatur berdasarkan Permenkes No 26 tahun 2013, tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Dan Praktek Tenaga Gizi. Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit. Selain
tenaga gizi, dibutuhkan juga tenaga pendukung meliputi tenaga jasa boga, logistic, pranata
computer, tenaga administrasi dan tenaga lainnya.
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Tenaga gizi dalam pelayanan gizi rumah sakit adalah profesi gizi yang terdiri dari Registered
Dietisien(RD) dan Teknikal Registered Dietisien(TRD). Registered dietisien bertanggung
jawab terhadap pelayanan asuhan gizi dan pelayanan makanan dan dietetic, sementara TRD
bertanggung jawab membantu RD dalam melakukan asuhan gizi dan pelayanan makanan
serta dietetic serta melaksanakan kewenangan sesuai dengan kompetensi.
Penjejangan dan penilaian RD dan TRD disesuaikan dengan jenjang dalam jabatan
fungsional gizi yang ada sebagai berikut :
1. Registered Dietisien (RD)
a. RD Kompeten adalah nutrisionis atau nutrisionis ahli pertama pada jabatan
fungsional yang telah mengikuti pendidikan profesi dan uji kompetensi serta
7
teregistrasi, memiliki pengalaman praktek dietetic umum(general) kurang atau
sama dengan 4 tahun.
b. RD Spesialis adalah RD kompeten atau RD dengan jabatan fungsional nutrisionis
ahli muda, memiliki pengalaman praktekdietetik pada satu peminatan (misalnya
ginjal/diabetes mellitus/anak/geriatric/onkologi atau manajemen makanan dan
dietetic) lebih atau sama dengan dari 5 tahun dan telah mengikuti
pendidikan/pelatihan yang intensif sesuai dengan peminatannya atau setara
magister gizi
Pada rumah sakit yang belum memiliki tenaga RD namun memiliki tenaga
nutrisionis yang teregistrasi (NR), maka tenaga ini dapat diberi kewenangan
senagai RD dan diberi kesempatan untuk memnuhi kualifikasi sebagai RD
8
Kualifikasi tenaga yang dibutuhkan untuk pelayanan gizi di Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Denpasar adalah :
Kepala Instalasi Gizi adalah penanggung jawab umum organisasi unit pelayanan gizi
disebuah Ruamah Sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah sakit dengan
berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala Instalasi Gizi
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar bertugas memimpin
penyelenggaraan pelayanan gizi di Rumah Sakit, yang bertanggung jawab kepada
Direktur Rumah Sakit Melalui Wadir Penunjang dan Pengembangan SDM. Untuk
melaksanakan tugas-tugas seorang Kepala Instalasi Gizi RSUD Wangaya Denpasar
harus memenuhi criteria sebagai berikut :
a. Kualifikasi
Pendidikan dasar D3 Gizi dengan tambahan/pendidikan :
1) S1 Kesehatan Masyarakat jurusan Gizi/D IV Gizi
2) S2 Gizi Manajemen Rumah Sakit/Administrasi RS
3) Pengalaman kerja di Rumah Sakit minimal 5 tahun
4) Sertifikasi : RD, SIK, STR
9
Kualifikasi tenaga ini adalah : SMK Tataboga atau SMU + Kursus masak
Sertifikasi : ijazah, pelatihan memasak
d. Cleaning servis
Minimal SMA, sertifikasi ijazah
B. Distribusi Ketenagaan
Berdasarkan penelitian Badan pendayagunaan sumber Daya Manusia kesehatan tahun 2012
mengenai kebutuhan tenaga gizi dengan metode perhitungan Analisis Beban Kerja atau
WISN (Work Load Indicator Staf Need), diperoleh jumlah optimal tenaga RD dan TRD
menurut kelas rumah sakit agar dapat melaksanakan pelayanan gizi yang baik dan
berkualitas untuk menjamin keamanan pasien. Pada rumah sakit yang belum memiliki
tenaga gizi sesuai klasifikasi tersebut, dapat memanfaatkan tenaga gizi yang dimiliki dengan
cara bertahap melakukan peningkatan kemampuan dan pembinaan tenaga tersebut agar
memenuhi kualifikasi termaksud.
1. Kegiatan asuhan gizi
Ruang lingkup asuhan gizi meliputi asuhan gizi rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan
asuhan gizi, baik kasus umum maupun kasus kasus khusus (seperti gangguan ginjal,
diabetes, penyakit gastrointestinal dan sebagainya serta pada sakit berat dan
memerlukan dukungan gizi), membutuhkan pengetahuan dietetic yang tinggi dan
ketrampilan khusus dalam melakukan assesmen gizi, pemberian enteral dan perhitungan
parenteral serta penanganan masalah gizi pada kondisi sakit berat.
Pelaksanaan kegiatan asuhan gizi
a. Melakukan proses asuhan gizi terstandar termasuk intervensi konseling gizi
b. Mengikuti ronde tim kesehatan dan memberikan arahan mengenai intervensi gizi
pasien rawat inap
c. Mengumpulkan, menyusun dan menggunakan materi dalam memberikan edukasi
gizi
d. Interprestasi dan menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan
asuhan gizi
10
d. Merencanakan dan mengembangkan menu
e. Menyusun spesifikasi untuk pengadaan makanan dan peralatan
f. Memantau dan mengevaluasi penerimaan pasien/klien terhadap pelayanan makanan
g. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengawasan mutu makanan
h. Merencanakan dan menentukan tata letak ruang pengolahan makanan dan
kebutuhan peralatan
i. Menerapkan hasil studi/penelitian untuk mengembangkan operasional, efisiensi dan
kualitas system pelayanan makanan
Penelitian gizi yang berkaiatan dengan medis dapat juga dilakukan bersama sama
tenaga kesehatan lain dengan peran sebagai pengumpul data, pengarah dalam intervensi
yang diberikan, dan sebagai sumber data.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja Dilingkungan Kementrian
Kesehatan, di Rumah Sakit umum RSUD Wangaya membutuhkan tenaga gizi sebagai
berikut ;
D. Pelatihan
Pembinaan Tenaga Gizi
Pembinaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti dengan memberikan
pelatihan bersertifikat (sertifikasi), pendidikan lanjutan, kursus, mengikuti
symposium/seminar yang bertujuan untuk member, memperoleh, meningkatkan serta
mengembangkan kompetensi kerja, produktifitas, disiplin, sikap,dan etos kerja pada tingkat
keterampilan dan keahlian tertentu, sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau
pekerjaan.
1. Evaluasi
12
Peningkatan jenjang pendidikan bagi petugas atau tenaga pelaksana gizi rumah sakit
perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan keilmuan yang terkait
dengan peningkatan pelayanan gizi.
Jenis pendidikan dan pelatihan benjenjang dan berlanjut (diklatjangjut) meliputi bentuk
diklat formal dan diklat non formal.
Pendidikan dan pelatihan non formal
1. Orientasi tugas
Tujuan :
Mempersiapkan calon pegawai dalam mengenal lingkungan tempat bekerja,
system yang ada di unit pelayanan gizi, serta tugas-tugas yang akan
diembannya. Dengan demikian diharapkan pegawai baru akan menghayati
hal-hal yang akan dihadapi termasuk kaitan tugas dengan tujuan unit
pelayann gizi. Setiap pegawai baru di unit pelayanan gizi mengikuti program
orientasi pekerjaan.
2. Kursus-kursus
Tujuan :
Mempersiapkan pegawai untuk menjadi tenaga professional yang handal
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan, baik
lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keilmuan, disamping itu agar dapat
mengubah prilaku positif yang dapat meningkatkan citra pelayanan gizi di
RSUD Wangaya Denpasar
13
3. Simposium, seminar, dan sejenisnya
Tujuan :
Meningkatkan kapasitas dan wawasan keilmuan pegawai agar menjadi tenaga
yang lebih professional sehingga mampu meningkatkan kinerja pelayanan
gizi, juga dapat mempengaruhi jenjang karier mereka. Kegiatan ini bisa
dilakukan di institusi sendiri atau mengirim tenaga jika kegiatan diluar
institusi.
14
a. Akuntasi
b. Ekonomi
c. Administrasi Manajemen
d. Manajemen Informatika
e. Dll
BAB III
STANDAR FASILITAS
5a 5c 4d Utara
5
5b 3a
3
4c 3b
4b 4 2
1
4a 5c 2b 2a
6
1 1 1 1a
10 d c b
7
11 16c 16 16
d e
14
9 16f 14
15c
15
13 15
8 12 15a 15b d
20 20
16
b
16a 20
21 19 20
20
18
20 20
17a
22 17 15
25a 27 28
23
25 a
26
25 25d 25b
25 24 17 b
16
Keterangan instalasi gizi :
B. Standar Fasilitas
Kegiatan pelayanan gizi dirumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila didukung dengan
sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan pelayanan gizi rawat jalan, rawat
inap dan penyelenggaraan makanan
1. Sarana dan Prasarana Pelayanan Gizi Rawat Jalan
b. Peralatan :
1) Peralatan Kantor
2) Meubelair : Meja + kursi konseling gizi, bangku ruang tunggu
3) Telepon, computer + printer (2), lemari arsip dan sebagainya, Di ruang
konsultasi gizi RSUDW belum memiliki komputer+ printer.
18
Lemari peraga, food model, formulir, leaflet/brosur diet dan daftar bahan makanan
penukar, standar diet, poster poster, software konseling, software asuhan gizi,
buku buku pedoman pelaksanaan (ASI, Gizi Buruk, Diabetes Mellitus, Penyakit
Ginjal Hipertensi, dll). SOP, Buku Panduan/Pedoman.
e. Peralatan Antropometri
Untuk mendapatkan data antropometri pasien diperlukan :
Standar antropometri, alat ukur tinggi dan berat badan dewasa, alat ukur panjang
badan bayi/anak, timbangan bayi (beam balance scale), alat ukur skinfold thickness
caliper, alat ukur Lingkar Lengan Atas (LILA), alat ukur Lingkar Kepala (LK), alat
ukur Tinggi Lutut dan formulir skrining.
19
Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan bahan
makanan segar (lemari pendingin) dan penyimpanan bahan makanan kering.
Luas tempat pendingin ataupun gudang bahan makanan tergantung pada
jumlah bahan makanan yang akan disimpan, cara pembelian bahan makanan,
frekuensi pemesanan bahan
3) Tempat persiapan bahan makanan
Tempat persiapan digunakan untuk mempersiapkan bahan makanan dan bumbu
meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas, menumbuk, menggiling,
memotong, mengiris, dan lain lain sebelum bahan makanan dimasak. Ruang
ini hendaknya dekat dengan ruang penyimpanan serta pemasakan. Ruang harus
cukup luas untuk menampung bahan,alat,pegawai, dan alat transportasi.
20
7) Ruang fasilitas pegawai
Ruang ini adalah ruangan ruangan yang dibuat untuk tempat ganti pakaian
pegawai, istirahat, ruang makan, kamar mandi dan kamar kecil. Ruangan
8) Ruang pengawas
Diperlukan ruang untuk pengawas melakukan kegiatannya. Hendaknya ruang
ini terletak cukup baik, sehingga pengawas dapat mengawasi semua kegiatan di
dapur
9) Sarana Fisik
1. Letak tempat penyelenggaraan makanan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai letak tempat
penyelenggaraan makanan suatu rumah sakit, antara lain :
a. Mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan dapat
diberikan dengan baik dan merata untuk semua pasien
b. Kebisingan dan keributan di pengolahan tidak mengganggu ruangan
lain sekitarnya
c. Mudah dicapai kendaraan dari luar, untuk memudahkan pengiriman
bahan makanan sehingga perlu mempunyai jalan langsung dari luar
d. Tidak dekat dengan tempat sampah, kamar jenazah, ruang cuci
(laundry) dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan
e. Mendapat udara dan sinar yang cukup
2. Bangunan
Belum ada standar yang tetap untuk sebuah tempat pengolahan makanan,
akan tetapi disarankan luas bangunan adalah 1-2 m per tempat tidur.
Dalam merencanakan luas bangunan pengolahan makanan harus
diperetimbangkan kebutuhan bangunan pada saat ini, serta kemungkinan
perluasan sarana pelayanan kesehatan dimasa mendatang. Setelah
menentukan besar dan luas ruangan kemudian direncanakan susunan
ruangan dan peralatan yang akan digunakan, sesuai dengan arus kerja dan
macam pelayanan yang akan diberikan
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu bangunan
instalasi/unit pelayanan gizi yaitu : tipe rumah sakit, macam pelayanan dan
macam menu, jumlah fasilitas yang diinginkan, kebutuhan biaya, arus
kerja dan susunan ruangan, serta macam dan jumlah tenaga yang
digunakan.
3. Kontruksi
Beberapa persyaratan mengenai kontruksi tempat pengolahan makanan :
21
a. Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan, tidak membahayakan/tidak
licin, tidak menyerap air, tahan terhadap asam dan tidak memberikan
suara keras. Beberapa macam bahan dapat digunakan seperti bata
keras, teraso tegel, dsb
b. Dinding : harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan cahaya
yang cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap cairan. Semua kabel dan
pipa atau instalasi pipa uap harus berada dalam keadaan terbungkus
atau tertanam dalam lantai atau dinding
c. Langit langit : harus tertutup, dilengkapi dengan bahan peredam
suara untuk bagian tertentu dan disediakan cerobong asap. Langi
langit dapat diberi warna agar serasi dengan warna dinding. Jarak
antara lantai dan langit langit harus tinggi agar udara panas dapat
bersirkulasi dengan baik
d. Penerangan dan ventilasi : harus cukup, baik penerangan langsung
maupun penerangan listrik, sebaiknya berkekuatan minimal 200 lux.
Ventilasi harus cukup sehingga dapat mengeluarkan asap, bau
makanan, bau uap lemak, bau air, dan panas, untuk itu dapat
digunakan exhause fan pada tempat tempat tertentu
i. Ventilasi harus dapat mengatur pergantian udara sehingga ruanagan
tidak terasa panas, tidak terjadi kondensasi uap air atau lemak pada
lantai, dinding, atau langit langit
4. Alur Kerja
Arus kerja yang dimaksud adalah urut urutan kegiatan kerja dalam
memproses bahan makanan menjadi hidangan, meliputi kegiatan dari
penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/distribusi
makanan.
22
a. Ruang Penerimaan : Timbangan 100 300 kg, rak bahan makanan
beroda, kereta angkut, alat alat kecil seperti pembuka botol, penusuk
beras, pisau dan sebagainya
b. Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar : Timbangan 20
200 kg, rak bahan makanan. Lemari es, freezer. Tempat bahan
makanan dari plastic atau stainless steel
c. Ruanagan persiapan bahan makanan : meja kerja, meja daging, mesin
sayuran, mesin kelapa, mesin pemotong dan penggiling daging, mixer,
blender, timbanagan meja, talenan, bangku kerja, penggiling bumbu,
bak cuci
d. Ruang pengolahan makanan : ketel uap 10 250 lt, kompor, oven,
penggorengan, mixer, blender, lemari es, meja pemanas, pemanggang
sate, toaster, meja kerja, bak cuci, kereta dorong, rak alat, bangku,
meja pembagi
e. Ruang pencuci dan penyimpanan alat : bak cuci, rak alat, tempat
sampah, lemari
f. Dapur susu : meja kerja, meja pembagi, sterelisator, tempat sampah,
mixer, blender, lemari es, tungku, meja pemanas
g. Ruang pegawai : kamar mandi, locker, meja kursi, tempat sampah,
WC, dan tempat tidur
h. Ruang perkantoran : meja kursi, filling cabinet, lemari buku, lemari
es, alat peraga, lat tulis menulis, computer, printer, lemari kaca, mesin
ketik, AC dan sebagainya
Setiap orang memerlukan ruang kerja seluas 2 m2 untuk dapat bekerja dengan baik. Dapat
digunkan untuk pekerjaan yang bersifat administrative, seperti : perencanaan anggaran,
perencanaan diet, analisisi, monitoring, dan evaluasi penyelenggaraan makanan. Ruangan diatas
sebaiknya terletak berdekatan dengan ruangan kegiatan kerja, sehingga mudah untuk
berkomunikasi dan melakukan pengawasan.
23
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian diagnosis dan
intervensi gizi kepada klien/pasien rawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya
disebut kegiatan konseling gizi dan dietetic atau edukasi/penyuluhan gizi.
1. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat jalan agar memperoleh asupan
makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
2. Sasaran
a. Pasien dan keluarga
b. Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
24
c. Individu pasien yang dating atau dirujuk
3. Mekanisme kegiatan
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi konseling individual dan penyuluhan
berkelompok.
a. Konseling Gizi
Tujuan konseling gizi adalah membuat perubahan pengetahuan, sikap dan
prilaku serta pola makan sesuai dengan kebutuhan pasien
Konseling gizi merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :
1) Pengkajian status gizi
a) Antropometri
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada setiap
pasien yang perlu diet khusus dilakukan antropometri tinggi badan
(TB)/panjang badan dan berat badan. Apabila pasien dalam keadaan
lemah/tidak memungkinkan untuk diukur maka untuk mengetahui
antropometri dari hasil wawancara pasien/keluarganya
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menetukan
hubungan sebab akibat antara status gizi dengan kesehatan serta
menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan fisik meliputi :
1. Tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus,pucat/bengkak)atau
gizi lebih (gemuk/sangat gemuk/obesitas).
2. Sistem kardiovaskular
3. Sistem pernafasan
4. Sistem gastrointestinal
5. Sistem metabolic/endokrin
6. Sistem neorologi/psikiatrik
c) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi danya kelainan
biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta
menegakkan masalah gizi pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga
25
untuk menentukan intervensi gizi dan mengevaluasi terapi gizi.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan darah (Hb, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah,
ureum, creatinin, asam urat, trigliserida dll)
2. Pemeriksan urine (glukosa, kadar gula, albumin dll)
3. Feces
d) Riwayat gizi
Ada 2 anamnesa riwayat gizi pasien yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesa gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan, pola makan sehari
berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesa secara
kuantitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran asupan zat gizi
sehari, dengan cara recall 24 jam, yang diukur dengan menggunakan
food model. Analisa asupan gizi menggunakan Daftar Penukar Bahan
Makanan. Semua data gizi (riwayat gizi, antropometri, fisik, klinis,
biokimia, lab) yang didapat dicatat dan selanjutnya disimpulkan
sebagai hasil kajian untuk digunakan dalam penentuan rencana diet.
26
6. Penilaian
7. Tindak lanjut
b. Penyuluhan Gizi
1) Persiapan penyuluhan
a) Menentukan materi sesuai kebutuhan
b) Membuat susunan materi yang akan disajikan
c) Merencanakan media yang akan digunakan
d) Menentukan jadwal dan tempat penyuluhan
e) Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan
2) Pelaksanaan penyuluhan
a) Dietisien menyampaikan materi penyuluhan
b) Tanya jawab
Gambar 2
Mekanisme Pelayanan Konseling Gizi Di Rawat Jalan
Poliklinik
Oleh Perawat
27
Pasien Malnutrisi & Kondisi
Konseling Gizi
Oleh Dietisien
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian
gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi
1. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan
makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi
2. Sasaran
a. Pasien
b. Keluarga
3. Mekanisme Kegiatan
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :
a. Skrining gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh
dokter. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang
berisiko, tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang
dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolic, hemodialisis, anak,
28
geriatric, kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas
menurun, sakit kritis dan sebagainya.
Idealnya skrining dilakukan pada paseien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk
RS. Metode skrining sebaiknya singkat, cepat, dan disesuaikan dengan kondisi
di rumah sakit.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah langkah proses
asuhan gizi terstandar oleh dietesien.
Gambar 3.
Proses Asuhan Gizi Di Rumah Sakit
Pasien
masuk
Tidak Tujuan
berisiko tercapai
Skrining Gizi Diet normal STOP Pasien
(Standar) Pulang
Tujuan
Tidak tercapai
29
Langkah PAGT terdiri dari :
a) Pengkajian Status Gizi
Antropometri
Setiap pasien diukur data antropometri TB/PB, BB dan lain-lain sesuai kebutuhan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan lemak subkutan, tropi
otot dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk
menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dengan kesehatan serta
menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan fisik meliputi :
Riwayat Gizi
Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan makan sebelum dirawat
yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan, serta
pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dengan menggunakan URT(Ukuran Rumah
Tangga ) dan selanjutnya dianalisis zat gizinya dengan menggunakan daftar analisa
bahan makanan atau daftar bahan penukar. Analisis asupan gizi memberikan
informasi perbandingan antara asupan dengan kebutuhan gizi dalam sehari. Setiap
pasien yang berdiet khusus akan dianamnesis untuk mengetahui asupan makanan
30
sebelum dirawat yang meliputi : asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi
makan, serta pantangan makan. Semua data dicatat pada formulir pencatatan gizi.
b) Diagnosa Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan kemungkinan
penyebabbya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah
gizi secara singkat dan jelas mengunakan terminologi yang ada. Diagnosa gizi
dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu :
1) Domain Asupan adalah masalah actual yang berhubungan dengan asupan energy, zat
gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun
parenteral dan enteral
2) Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau
fisik/fungsi organ
3) Domain prilaku/ lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,
perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan makanan.
c) Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi yaitu perencanaan intervensi dan implementasi.
1) Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya(Problem), rancang
strategi intervensi berdasarklan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila
penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk
mengerangi gejala/tanda (sign dan symptom) tentukan pula jadwal dan frekuensi
asuhan. Output dari intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diet dan
stategi pelaksanaan (implementasi). Perencanaan intervensi meliputi :
31
b. Preskripsi diet
Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai
kebutuhan energy dan zat gizi individual, jenis diet, jenis makanan, komposisi
zat gizi, frekuensi makan
- Perhitungan kebutuhan gizi
Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada pasien atau klien atas
dasar diagnosis gizi, kondisi pasien dan jenis penyakinya.
- Jenis diet
Pada umumnya pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat permintaan
makanan yang berdasarkan pesaanan/order diet awal dari dokter
jaga/penanggung jawab pelayanan (DPJP). Dietesien bersama tim atau
secara mandiri akan menetapkan jenis diet berdasarkan diagnosis gizi.
Bila jenis diet yang ditentukan sesuai dengan diet order maka diet tersebut
diteruskan dengan dilengkapi dengan rancangan diet. Bila diet tidak sesuai
akan dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan mendiskusikannya
terlebih dahulu bersama (DPJP).
- Modifikasi diet
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa (normal).
Pengubahan dapat berupa perubahan dalam konsistensi ;
meningkatkan/menurukan nilai energy ; menambah/mengurangi jenis
bahan makanan atau zat gizi yang dikonsumsi ; membatasi jenis atau
kandungan makana tertentu ; menyesuaikan komposisi zat gizi (protein,
lemak, KH, cairan dan zat gizi lain) ; mengubah jumlah, frekuensi makan
dan rute makan. Mkanan di rumah sakit umumnya berbentuk makanan
biasa, lunak, saring dan cair.
- Jadwal pemberian diet
Jadwal pemberian diet/makanan dituliskan sesuai dengan pola makan
sebagai contoh Makan Pagi : 500 Kalori ; Makan Siang : 600 Kalori ;
Makan Malam : 600 kalori ; Selingan Pagi 200 Kalori ; Selingan Sore ;
200 kalori
- Jalur makanan
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau
perenteral
32
2) Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga
kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas ; apa, dimana, kapan, dan bagaimana intervensi itu
dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data
tersebut dapat menunjukkan respon pasien dan perlu atau tidanya modifikasi
intervensi gizi.
Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama intervensi
dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian makanan atau zat gizi; edukasi
gizi, konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi. Setiap kelompok mempunyai
terminologinya masing masing.
33
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan diatas akan didapatkan 4 jenis hasil, yaitu :
Dampak prilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada
asupan makanan dan zat gizi
Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau
zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen dan
melalui rute enteral maupun parentral.
Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran
yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan
fisik/klinis
Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada
kualitas hidupnya
4) Pencatatan pelaporan
Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan dan
pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Terdapat berbagai cara dalam
dokumentasi antara lain Subjective Objective Assessment Planning (SOAP) dan
Assessment Diagnosis Intervensi Monitoring & Evaluasi (ADIME). Format
ADIME merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT.
Evaluasi :
1. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi
2. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan
makanan dan atau zat gizi dari berbagai sumber misalnya
makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute oral, enteral
maupun parentral.
3. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi.
Pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan
parameter pemeriksaan fisik/klinis
4. Dampak terhadap pasien/klien terkait gizi pengukuran yang
terkait dengan persepsi pasien/klien terhadap intervensi yang
diberikan dana dampak pada kualitas hidupnya
35
4. Koordinasi Pelayanan
Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang terbaik
bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietesien harus berkolaborasi
dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui peranan masing
masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan
2. Perawat
a. Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan
b. Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau kondisi
khusus ke dietesien
c. Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbanagan berat badan, tinggi
badan/panjang badan secara berkala
d. Melakukan pemantauan , mencatat asupan makanan dan respon klinis
klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaiakan informasi kepada
dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien
e. Member motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan melalui
oral/enteral dan parenteral
3. Dietisien
a. Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter.
b. Melakaukan asesmen/pengkajaian gizi lanjut pada pasien yang berisiko
malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan,analisa dan
interpretasi data riwayat gizi; riwayat personal; pengukuran antropometri; hasil
laboratorium terkait gizi dan hasil pemeriksaan fisik terkait gizi
c. Mengidentifikasi masalah/diagnose gizi berdasarkan hasil asesmen dan
menetapkan prioritas diagnosis gizi
d. Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet yang
lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan
edukasi/konseling
e. Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet definitive
36
f. Koordinator dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam pelaksanaan
intervensi gizi
g. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi
h. Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi
i. Memberikan penyuluhan, motivasi dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya
j. Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter
k. Melakukan assemen gizi ulang (ressesment) apabila tujuan belum tercapai
l. Mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan
m. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter, perawat,
anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dan keluarganya dalam rangka evaluasi
keberhasilan pelayanan gizi
4. Farmasi
a. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral, elektrolit dan
nutrisi parentral
b. Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien
c. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan parentral
oleh klien/pasien bersama perawat
d. Berkolaborasi dengan dietesien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan
e. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan
makanan
5. Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi wicara
berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien dengan
gangguan menelan yang berat
C. Penyelenggaraan Makanan.
1. Pengertian
Produksi dan Distribusi Makanan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan pada konsumen (Pasien
dan Pegawai RS) dalam rangka mencapai status kesehatan yang optimal melalui
pemberian diet yang tepat, dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan
dan evaluasi.
2. Tujuan
Produksi dan Distribusi Makanan RS dilaksanakan dengan tujuan untuk menyiapkan
dan menyajikan makanan yang berkualitas baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan
serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien/konsumen yang
membutuhkannya.
37
3. Sasaran
Sasaran Produksi dan Distribusi Makanan RSUD Wangaya adalah pasien maupun
karyawan. Dalam penyelenggaraan makanan Rumah Sakit standar masukan (input)
meliputi : Biaya, Tenaga, Sarana, Prasarana, Metode, dan Peralatan. Sedangkan
Standar proses meliputi : Penyusunan anggaran belanja bahan makanan, persiapan
bahan makanan, pengolahan bahan makanan dan pendistribusian maknan. Sedangkan
keluaran (output) adalah : Mutu makanan dan Kepuasan konsumen.
Tujuan :
Tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi konsumen/pasien
yang dilayanani sesuai dengan standar kecukupan gizi.
38
Prasyarat :
1) Adanya kebijakan Rumah Sakit
2) Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit
3) Tersedianya data standar makanan untuk pasien
4) Tersedianya data standar harga bahan makanan
5) Tersedianya data rata-rata jumlah pasien/klien yang dilayani
6) Tersedianya siklus menu
7) Tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya perawatan
Pelaksanaan
Setiap akhir tahun dibuat rekapitulasi pengeluaran Instalasi Gizi dalam satu
tahun untuk membuat laporan tahunan, dan sebagai bahan untuk membuat
perencanaan anggaran tahun berikutnya.
Tujuan :
Tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit
(misalnya siklus menu 10 hari)
Persyaratan :
1) Peraturan pemberian makanan rumah sakit
2) Standar porsi dan standar resep
3) Standar bumbu
39
Langkah Perencanaan Menu :
(SPO No. 040/03/IGZ/RSUDW/2016 )
Pelaksanaan
Penyusunan menu pasien baik itu snack maupun makanan akan direncanakan
dan diganti secara periodic
Menu snack diganti setiap setahun
Menu makanan dievaluasi setiap tahun dan diganti setiap 3 tahun sekali
Tujuan :
Tercapainya usulan anggarana dan kebutuhan bahan makanan untuk pasien
dalam satu tahun anggaran.
Prasyarat :
1) Adanya kebijakan Rumah Sakit
2) Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit
3) Tersedianya data standar makanan untuk pasien
4) Tersedianya data standar harga bahan makanan
5) Tersedianya data rata-rata jumlah pasien/klien yang dilayani
6) Tersedianya siklus menu
Pelaksanaan
Perhitungan kebutuhan bahan makanan pasien dan pegawai sesuai dengan menu
harian dan kebutuhan pada saat itu.
40
d. Pemesanan Bahan Makanan
Pengertian :
Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan makanan berdasarkan
menu atau pedoman menu dan rata-rata umlah konsumen atau pasien yang
dilayani
Tujuan :
Tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai standar atau spesipikasi yang
ditetapkan
Prasyarat :
1) Adanya kebijakan Rumah Sakit tentang pengadaan bahan makanan
2) Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan
3) Adanya spesifikasi bahan makanan
4) Adanya daftar pesanan bahan makanan
5) Tersedianya dana
Pelaksanaan
Pemesanan bahan makanan basah untuk pasien dilakukan setiap hari
berdasarkan jumlah pasien dan menu yang berlaku, sedangkan untuk bahan
makanan kering dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Pemesanan bahan makanan
untuk pegawai sesuai dengan jadwal dan kebutuhan pegawai yang dilayani
seperti: pegawai dinas malam dipesan setiap hari, petugas khusus dipesan setiap
bulan sekali.Semua BON pemesanan bahan makanan dikirim kerekanan yaitu
KPN Sehat RSUDW Kota Denpasar. Standar porsi pasien dan pegawai terlampir.
41
1) Penerimaan Bahan Makanan
Pengertian :
Suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan
pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang
diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang ditetapkan.
Tujuan ;
Tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah
Prasyarat :
a) Tersedianya rincian bahan makanan harian berupa macam dan jumlah
bahan makanan yang diterima.
b) Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan
Pelaksanaan
Bahan makanan basah maupun kering yang dating, diterima dan diperiksa
sesuai dengan BON pemesanan bahan makanan baik jumlah dam sfesifikasi
bahan makanan yang telah ditentukan.
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan yang siap pakai dengan kuantitas dan kualitas
yang tepat sesuai perencanaan.
42
Prasyarat :
1) Adanya system penyimpanan barang
2) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai
persyaratan
3) Tersedianya kartu stock/buku catatan keluar masuknya bahan makanan
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang
tepat sesuai pesanan
Tujuan :
mempersiapkan bahan-bahan serta bumbu-bumbu sebelum dilakukan kegiatan
pemasakan.
Prasyarat :
1) Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan
2) Tersedianya peralatan persiapan
3) Tersedianya protap persiapan
4) Tersedianya aturan proses-proses persiapan
43
Langkah Persiapan Makanan sesuai, SPO No.040/08/IGZ/RSUDW/2016
Tujuan :
1) Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan
2) Meningkatkan nilai cerna
3) Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan
penampilan makanan
4) Bebas dari organisme dan zat berbahaya untuk tubuh
Prasyarat :
1) Tersedianya siklus menu
2) Tersedianya bahan makanan yang akan diolah
3) Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
4) Tersedianya aturan penilaian
5) Tersedianya protap pengolahan
Pelaksanaan
Setelah bahan makanan disiapkan, kemudian dimasak sesuai dengan menu
pada hari itu.
Untuk mengurangi resiko kontaminasi makanan dan pembusukan maka
setelah matang disimpan sementara sebelum didistribusikan ditempat
tempat yang telah dipersiapkan .
44
h. Pendistribusian Makanan
Pengertian :
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makaann konsumen yang dilayani
(makanan biasa/makanan khusus)
Tujuan :
Konsumen mendapat makanan sesuai dengan diet dan ketentuan yang berlaku
Prasyarat :
1) Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut standar
penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietika
2) Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
3) Adanya perturan pengambilan makanan
4) Adanya bon permintaan makanan
5) Tersedianya makanan sesuai dengan ketentuan diet pasien/kebutuhan pasien
6) Tersedianya peralatan makan
7) Tersedianya sarana pendistribusian makanan
8) Tersedianya tenaga pramusaji
9) Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama
45
Disesuaikan dengan jadwal distribusi yang sudah ditentukan oleh RSUDW
Kota Denpasar.
1. Prinsip Wadah
Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan tertutup
dengan tujuan :
Makanan tidak terkontaminasi silang,bila satu jenis makanan tercemar
yang lainnya dapat diamankan.
Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan
makanan.
4. Prinsip Pemisahan
Makanan yang ditempatkan dalam wadah, harus dipisahkan menurut jenis
makanannya masing-masing tidak dicampur agar tidak terjadi kontaminasi
silang.
5. Prinsip Panas
46
Setiap penyajian yang disediakan panas diusahakan tetap dalam
keadaan panas seperti sup.
Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan
menggunakan Bean Merry (Penyaji Panas ).
7. Prinsip Handling
Setiap penanganan makanan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh
dengan menggunakan sarung tangan sekali pakai, bertujuan mencegah
pencemaran dari tubuh serta member penampilan yang sopan, baik dan rapi.
Langkah-langkah Distribusi Makanan sesuai dengan SPO No.
040/10/IGZ/RSUDW/2016.
1. Tujuan
Tujuan penelitian dan pengembangan gizi terapan adalah untuk mencapai kualitas
pelayanan gizi rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna dibidang pelayanan
gizi, penyelenggaraan makanan rumah sakit, penyuluhan dan konsultasi gizi. Hasil
penelitian dan pengembangan gizi terapan berguna sebagai bahan masukan bagi
perencanaan kegiatan, evaluasi, pengembangan teori, tatalaksana atau standar
pelyanan gizi rumah sakit.
2. Sasaran
47
Sasaran kegiatan adalah pelayanan gizi di ruang rawat inap dan rawat jalan,
penyelenggaraan makanan rumah sakit, penyuluhan dan konsultasi gizi.
3. Mekanisme Kegiatan
a. Menyusun proposal penelitian
Untuk melaksanakan penelitian pengembangan gizi terapan, diperlukan proposal
penelitian yang berisi judul penelitian, latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka dan
referensi, hipotesa, metode, personalia, biaya dan waktu.
b. Melaksanakan penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan sesuai dengan metode yang telah
ditetapkan
b. Pengembangan Gizi
Berbagai standar yang dapat dikembangkan diantaranya adalah ; standar terapi
diet; standar ketenagaan; standar sarana prasarana termasuk informasi dan
48
teknologi (IT) dan software perhitungan zat gizi; Standar prosedur operasional;
dan sebagainya
Standar sarana dan prasarana yang dapat dikembangkan misalnya food model,
alat antropometri dan lain lain
Program komputerisasi pelayanan gizi/perangkat lunak misalnya ; konseling gizi;
analisis bahan makanan; analisis kebutuhan zat gizi dll
c. Penyelenggaraan Makanan
1) Penelitian
Beberapa contoh topic penelitian antara lain
a) Standar porsi hidangan
b) Penerimaan terhadap hidangan tertentu
c) Daya terima pasien terhadap makanan rumah sakit
d) Spesifikasi bahan makanan
e) Pola menu standar rumah sakit
f) Standar formula makanan enteral
g) Kebisingan Peralatan dapur
h) Analisis beban kerja
2) Pengembangan
Kegiatan pengembangan pada penyelenggaraan makanan dapat dilakukan
pada aspek sumber daya manusia, standar sarana prasarana dan penggunaan
berbagai perangkat lunak serta berbagai teknik pengolahan makanan
a) Berbagai standar yang dapat dikembangkan adalah standar resep; standar
porsi; standar bumbu; stnadar formula/makanan enteral dll
b) Standar sarana dan prasarana yang dapat diekembangkan antara lain
kebisingan peralatan besar didapur; standar kereta makan; standar alat
pengolahan; standar alat distribusi makanan dll
c) Program komputerisasi/perangkat lunak penyelenggaraan makanan antara
lain pencatatan dan pelaporan dll
d) Teknologi proses pengolahan makanan ; seni kuliner
Mekanisme kegiatan disusun berdasarkan urutan dan prioritas yang dianggap penting, sesuai
dengan kebutuhan pelayanan gizi dimasing masing rumah sakit
49
BAB V
LOGISTIK
A. Pengertian
Logistik Gizi yaitu gudang pengadaan bahan makanan yang system kerjanya dari
penentuan kebutuhan, pemesanan, pengecekan, penyimpanan hingga penyaluran bahan
makanan ke masing-masing bagian.
B. Tujuan
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan mutu dan jumlah yang tepat sesuai dengan
perencanaan, menghemat waktu dan biaya pada saat pembelian.
C. Pelaksana
Pelaksana di logistic Gizi adalah Petugas Gudang
D. Penentuan Kebutuhan
50
E. Pemesanan Bahan Makanan
Formulir pemesanan bahan makanan kering dan basah dibuat rangkap dua (2) kemudian
satu diberikan pada rekanan dan satu lagi sebagai arsip.
51
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
52
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
B. Tujuan
Syarat-syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya dengan
tujuan :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian
lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
53
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis,
keracunan, infeksi dan penularan.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
11. Memperholeh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, linkungan, cara dan proses
kerjanya.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang.
15. Mencegah tekanan aliran listrik.
54
b. Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah dengan alat
pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut
c. Penggunaan tutup kotak/tutup panci yang sesuai dan hindari tumpahan bahan.
d. Tidak diperkenankan merokok .
e. Lampu harus dimatikan apabila tidak diperlukan
f. Tidak mengangkat barang yang berat bila tidak sesuai dengan kemampuan anda.
g. Membersihkan bahan yang tumpah.
55
e. Tersedianya alat pemadam kebakaran yang mudah dijangkau.
f. Tersedia alat P3K yang sederhana.
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
56
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, dan kebijakan yang
ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.Pengawasan memberikan
dampak positif berupa :
a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelengan,
pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
b. Mencegah terulang kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
c. Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk mencapai
tujuan dan melaksanakan tugas organisasi.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang terjadi
sesuai dengan tujuan arah pengendalian bertujuan semua kegiatan-kegiatan dapat
tercapai secara berdayaguna dan berhasilguna, dilaksanakan sesuai dengan rencana,
pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.Pengendalian merupakan unsure penting yang harus dilakukan
dalam proses manajemen.Fungsi manajemen :
a. Mengarahkan kegiatan yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan.
b. Identifikasi penyimpangan.
c. Dapat dicapai hasil yang efisien dan efektif.
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen.Evaluasi ini bertujuan
untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang
disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.Melalui evaluasi ini
pengelola dapat memperbaiki rencana bila perlu dan membuat rencana program yang
baru. Pada kegiatan evaluas, tekanan penilaian dilakukan terhadap masukan, proses,
luaran untuk menilai relevansi kecukupan, kesesuaian dan kegunaan dalam hal ini
diutamakan hasil yang dicapai.
Pengawasan dan pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan dalam mengawasi dan
mengendalikan mutu untuk menjamin hasil yang diharapkan sesuai dengan standar.
57
B. Tujuan Pengawasan Dan Pengendalian Mutu
Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi di rumah sakit, ditujukan untuk
menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi.fungsi dari kegiatan pengawasan dan
pengendalian mutu dalam pelayanan gizi di rumah sakit adalah :
1. Mengawasi setiap tahapan proses.
2. Menjamin pelayanan yang dihasilkan
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu
BAB IX
PENUTUP
58
for Hospital Accreditation berdampak pada pelayanan gizi dan detetik.Pelayanan gizi yang
dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar tentunya perlu disiapkan
secara professional sesuai perkembangan tersebut.
Pelayanan gizi rumah Sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya
di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan di rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar bertujuan
untuk memberikan acuan yang jelas dan professional dalam mengelola dan melaksanakan
pelayanan gizi di rumah sakit yang tepat bagi klien/pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan
masyarakat.Selain itu, pedoman ini juga akan bermanfaat bagi pengelola gizi rumah sakit dalam
mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan serta perkembangan pelayanan gizi.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar ini
dilengkapi dengan lampiran tentang Formulir-formulir, model/format pencatatan/pelaporan
kegiatan pasien rawat jalan dan pasien rawat inap serta pengelolaan penyelenggaraan makanan
di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar.
59