LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan Oleh Revisi Tanggal
Kepala Puskesmas 01 02 Januari 2023
Kalapanunggal
A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masakah gizi pada balita di Indonesia yaitu
19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk, 11,9% gizi lebih, dan 37,2% stunting (pendek). Proporsi gemuk
menurut kelompok umur, terdapat angkatertinggi baik pada balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-
5 bulan dan6-11 bulan dibandingkan kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih
banyak masyarakat khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi yang tidak benar terhadap balita gemuk. Data
masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar
11,1% dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa tujuan perbaikan gizi
adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui
penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan.
Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat
Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik
dan sensitif, sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga
kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama. Untuk
menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
dan Upaya Kesehatanan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya.
Sedangkan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat Inap. Menurut data
dari Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan per Desember tahun 2011 jumlah Puskesmas di seluruh
Indonesia adalah 9.321 unit,diantaranya 3.025 unit Puskesmas Rawat Inap, dan selebihnya yaitu 6.296 unit
Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar gedung.
Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang
akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok
dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif, kuratif, dan rehabiliotatif. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di
luar gedung umumnya pelayanan gizi kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam
pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan pelayana yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia
acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang
(PGS).
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman dalam melaksanakan pelayanan gizi di UPTD Puskesmas Kalapanunggal dan
jejaringnya.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahsa dalam buku pedoman ini adalah Penyelenggaraan Pelayanan Gizi di dalam
maupun luar gedung di UPTD Puskesmas Kalapanunggal.
D. Batasan Operasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi terkait penyakit dan
faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko
Penyakit Tidak Menular (PTM).
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk identifikasi kebutuhan gizi
dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial,
bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara
individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai
area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyamapaian pesan-pesan gizi dan kesehatan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta
perilaku positif pasien/klien dan lin gkungan terhadap upaya perbaiakn gizi dan kesehatan. Penyuluhan
gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah
pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan seitesis atau asli
diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling
gizi kepada pasien rawat jalan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh
manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme,
disimpan dan dikeluarkan dari tubuh.
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk
kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan seperti imunisasi, PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di
Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb.Kegiatan spesifik
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu realtif pendek (Pedoman Perencanaan
Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).
8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah
masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan
terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan pertumbuhan dan
perkembangan 1000 HPK.
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh
tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien
dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang
akan dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi
sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk
kepentingan pasien/klien.
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh
pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan
dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.
12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi danSarjana Gizi yang telah lulus
uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat jalan yang
memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi.
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih,
mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
15. Pasien kondisi khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan Penyakit Tidak
Menular (PTM) seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan
dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan
baik di dalam dan di luar gedung.
17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upayapromotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.
BAB II
TEORI ASUHAN GIZI TERSTANDAR
Dalam praktek asuhan gizi, diperlukan keseragaman bahasa (terminologi) untuk berkomunikasi
dan mendokumentasikan PAGT. Terminologi dietetik dan gizi secara internasional telah dipublikasikan
oleh Academy of Nutrition and Dietetics dalam buku International Dietetics & Nutrition Terminology
(IDNT) Reference Manual: Standardized Language for the Nutrition Care Process yang berisi
terminologi mengenai 4 langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah
ini.
Gambar 3
C. Langkah-langkah PAGT
1. Langkah 1 : Asesmen Gizi
a. Tujuan Asesmen Gizi :
Mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan, verifikasi dan
interpretasi data secara sistematis.
b. Langkah Asesmen Gizi
1) Kumpulkan dan pilih data yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi dan
kesehatan.
2) Kelompokkan data berdasarkan kategori asesmen gizi :
a) Riwayat gizi dengan kode FH (Food History)
b) Antropometri dengan kode AD (Antropometry Data)
c). Laboratorium dengan kode BD (Biochemical Data)
d) Pemeriksaan Fisik Gizi dengan kode PD (Physical Data)
e). Riwayat klien dengan kode CH (Client History)
3) Data diinterpretasi dengan membandingkan terhadap kriteria atau standar yang sesuai untuk
mengetahui terjadinya penyimpangan.
Data asesmen gizi dapat diperoleh melalui interview/ wawancara; catatan medis; observasi serta
informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk.
c. Kategori Data Asesmesn Gizi
1) Riwayat Gizi (FH)
Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview, termasuk interview khusus
seperti recall makanan 24 jam, food frequency questioner (FFQ) atau dengan metoda asesmen gizi
lainnya. Berbagai aspek yang digali adalah:
a) Asupan makanan dan zat gizi, yaitu pola makanan utama dan snack, menggali komposisi dan
kecukupan asupan makan dan zat gizi, sehingga tergambar mengenai:
i. Jenis dan banyaknya asupan makanan dan minuman,
ii. Jenis dan banyaknya asupan makanan enteral dan parenteral,
iii. Total asupan energi,
iv. Asupan makronutrien,
v. Asupan mikronutrien,
vi. Asupan bioaktif
b) Cara pemberian makan dan zat gizi yaitu menggali mengenai diet saat ini dan sebelumnya,
adanya modifikasi diet, dan pemberian makanan enteral dan parenteral, sehingga tergambar
mengenai:
i. Order diet saat ini,
ii. Diet yang lalu,
iii. Lingkungan makan,
iv. Pemberian makan enteral dan parenteral.
c) Penggunaan medika mentosa dan obat komplemen- alternatif (interaksi obat dan makanan)
yaitu menggali mengenai penggunaan obat dengan resep dokter ataupun obat bebas, termasuk
penggunaan produk obat komplemen-alternatif.
d) Pengetahuan/Keyakinan/Sikap yaitu menggali tingkat pemahaman mengenai makanan dan
kesehatan, informasi dan pedoman mengenai gizi yang dibutuhkan, selain itu juga mengenai
keyakinan dan sikap yang kurang sesuai mengenai gizi dan kesiapan pasien untuk mau
berubah.
e) Perilaku yaitu menggali mengenai aktivitas dan tindakan pasien yang berpengaruh terhadap
pencapaian sasaran-sasaran yang berkaitan dengan gizi, sehingga tergambar mengenai:
i. Kepatuhan,
ii. Perilaku melawan,
iii. Perilaku makan berlebihan yang kemudian dikeluarkan lagi (bingeing and purging
behavior),
iv. Perilaku waktu makan,
v. Jaringan sosial yang dapat mendukung perubahan perilaku.
f) Faktor yang mempengaruhi akses ke makanan yaitu mengenai faktor yang mempengaruhi
ketersediaan makanan dalam jumlah yang memadai, aman dan berkualitas.
g) Aktivitas dan fungsi fisik yaitu menggali mengenai aktivitas fisik, kemampuan kognitif dan
fisik dalam melaksanakan tugas spesifik seperti menyusui atau kemampuan makan sendiri
sehingga tergambar mengenai:
i. Kemampuan menyusui
ii. Kemampuan kognitif dan fisik dalam melakukan aktivitas makan bagi orang tua atau
orang cacat
iii. Level aktivitas fisik yang dilakukan
iv. Faktor yang mempengaruhi akses ke kegiatan aktivitas fisik
2) Antropometri (AD)
Pengukuran tinggi badan, berat badan, perubahan berat badan, indeks masa tubuh, pertumbuhan
dan komposisi tubuh.
3) Laboratorium
Keseimbangan asam basa, profil elektrolit dan ginjal, profil asam lemak esensial, profil
gastrointestinal, profile glukosa/endokrin, profil inflamasi, profil laju metabolik, profil mineral,
profil anemia gizi, profil protein, profil urine, dan profil vitamin.
4) Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi (PD)
Evaluasi sistem tubuh, wasting otot dan lemak subkutan, kesehatan mulut, kemampuan
menghisap, menelan dan bernafas serta nafsu makan.
5) Riwayat Klien (CH)
Informasi saat ini dan masa lalu mengenai riwayat personal, medis, keluarga dan sosial. Data
riwayat klien tidak dapat dijadikan tanda dan gejala (signs/symptoms) problem gizi dalam
pernyataan PES, karena merupakan kondisi yang tidak berubah dengan adanya intervensi gizi.
Riwayat klien mencakup:
a) Riwayat personal yaitu menggali informasi umum seperti usia, jenis kelamin,
etnis, pekerjaan, merokok, cacat fisik.
b) Riwayat medis/kesehatan pasien yaitu menggali penyakit atau kondisi pada klien atau
keluarga dan terapi medis atau terapi pembedahan yang berdampak pada status gizi.
A. Lingkup Kegiatan
1. Pelayanan Gizi Dalam Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari uoaya promotif, preventif, dan kuratif serta
rehabilitatif yang dilakukan di dalam Puskesmas. Kegiatan pelayanan Gizi di dalam gedung UPTD
Puskesmas Kalapanunggal adalah pelayanan Gizi rawat jalan. Adapun PONED ( Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar) tidak dilakukan pelayanan gizi halnya rawat inap, karena kasus yang
diharuskan rawat inap biasanya pasien dirujuk ke FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan).
1) Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi
besi pada kelompok sasaran
2) Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUS
3) Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain:
a) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi TTD secara
mandiri.
b) Apabila disuatu daerah prevalensi anemia ibu hamil>20% maka tenaga gizi puskesmas
merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan melakukan
pemberian TTD kepada kelompok sasaran.
c) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas.
d) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.
e) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS
Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu
Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
f. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan
1) MP-ASI
MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh Kementerian
Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi terutama di daerah rawan
gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock didistribusikan secara bertingkat.
Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada masyarakat. Sasaran MP-ASI Buffer
Stok: balita 6-24 bulan yang terkena bencana.
MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat dalam rangka
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan. MP- ASI lokal dapat
dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sasaran MP-
ASI lokal: balita gizi kurang 6-24 bulan. Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah:
Merencanakan menu MP-ASI lokal
Mengadakan bahan MP-ASI lokal
Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
2) PMT Pemulihan
a) Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil
b) KEK (Kurang Energi Kronik).
c) PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat gizi dengan
kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15 gram protein.
d) PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan
kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein.
e) Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK adalah 90 hari
makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB).
g. Surveilance Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan
secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas
Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan.
BAB V
PENUTUP
Pedoman ini dibuat sebagai acuan dalam pemberian layanan Gizi di Puskesmas
Kalapanunggal dan jaringannya yang merupakan kegiatan terpadu dengan tujuan untuk
menunjang tercapainya layanan yang paripurna dan komprehensif dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kalapanunggal. Untuk keberhasilan
penanganan pasien di Puskesmas Kalapanunggal ini diperlukan komitmen dan Kerjasama
semua pemangku kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan layanan Gizi di
Puskesmas Kalapanunggal semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan
masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas Kalapanunggal dan
kepuasan pasien atau masyarakat.