Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN

PELAYANAN ASUHAN GIZI PUSKESMAS

UPTD PUSKESMAS KALAPANUNGGAL


DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 2023

LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan Oleh Revisi Tanggal
Kepala Puskesmas 01 02 Januari 2023
Kalapanunggal

Ikhsan Zuarsa SKM, MM


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masakah gizi pada balita di Indonesia yaitu
19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk, 11,9% gizi lebih, dan 37,2% stunting (pendek). Proporsi gemuk
menurut kelompok umur, terdapat angkatertinggi baik pada balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-
5 bulan dan6-11 bulan dibandingkan kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih
banyak masyarakat khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi yang tidak benar terhadap balita gemuk. Data
masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar
11,1% dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa tujuan perbaikan gizi
adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui
penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan.
Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat
Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik
dan sensitif, sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga
kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama. Untuk
menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
dan Upaya Kesehatanan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya.
Sedangkan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat Inap. Menurut data
dari Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan per Desember tahun 2011 jumlah Puskesmas di seluruh
Indonesia adalah 9.321 unit,diantaranya 3.025 unit Puskesmas Rawat Inap, dan selebihnya yaitu 6.296 unit
Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar gedung.
Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang
akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok
dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif, kuratif, dan rehabiliotatif. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di
luar gedung umumnya pelayanan gizi kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam
pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan pelayana yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia
acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang
(PGS).
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman dalam melaksanakan pelayanan gizi di UPTD Puskesmas Kalapanunggal dan
jejaringnya.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahsa dalam buku pedoman ini adalah Penyelenggaraan Pelayanan Gizi di dalam
maupun luar gedung di UPTD Puskesmas Kalapanunggal.

D. Batasan Operasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi terkait penyakit dan
faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko
Penyakit Tidak Menular (PTM).
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk identifikasi kebutuhan gizi
dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial,
bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara
individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai
area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyamapaian pesan-pesan gizi dan kesehatan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta
perilaku positif pasien/klien dan lin gkungan terhadap upaya perbaiakn gizi dan kesehatan. Penyuluhan
gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah
pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan seitesis atau asli
diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling
gizi kepada pasien rawat jalan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh
manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme,
disimpan dan dikeluarkan dari tubuh.
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk
kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan seperti imunisasi, PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di
Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb.Kegiatan spesifik
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu realtif pendek (Pedoman Perencanaan
Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).
8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah
masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan
terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan pertumbuhan dan
perkembangan 1000 HPK.
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh
tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien
dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang
akan dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi
sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk
kepentingan pasien/klien.
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh
pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan
dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.
12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi danSarjana Gizi yang telah lulus
uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat jalan yang
memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi.
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih,
mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
15. Pasien kondisi khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan Penyakit Tidak
Menular (PTM) seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan
dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan
baik di dalam dan di luar gedung.
17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upayapromotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.
BAB II
TEORI ASUHAN GIZI TERSTANDAR

A. Konsep Dasar Proses Asuhan Gizi Terstandar


Gizi berperan penting dalam kesehatan. Gizi mempengaruhi proses tumbuh kembang pada anak,
memelihara kesehatan umum, mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dan melindungi tubuh
terhadap penyakit. Bagi orang sakit, gizi dapat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit, timbulnya
komplikasi, lamanya hari rawat dan mortalitas. Oleh karena itu asupan makanan dalam jumlah dan jenis
zat gizi yang sesuai kebutuhan sangat penting bagi orang sehat maupun orang yang sakit. Status gizi
merupakan kondisi keseimbangan asupan zat gizi terhadap kebutuhannya dan dikatakan status gizi baik
bila berada dalam keadaan sesuai.
Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan tubuh akan zat gizi.
PAGT merupakan proses penanganan problem gizi yang sistematis dan akan memberikan tingkat
keberhasilan yang tinggi. PAGT dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di rumah
sakit (di rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi dan dietetik, Puskesmas, dan di
masyarakat.
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi terhadap kebutuhan tubuh akan zat gizi yang berbeda-beda sesuai kondisi sehat, sakit, dan
berbagai tahap pertumbuhan. Apabila asupan zat gizi kurang adekuat, berlebih atau terjadi gangguan
utilisasi zat gizi dapat menimbulkan masalah/problem gizi. Dalam upaya penanganan problem gizi ini,
perlu diidentifikasi faktor penyebab yang mendasarinya. Akar penyebab masalah yang teridentifikasi
secara tepat akanmemberikan pilihan intervensi yang lebih sesuai.
Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan pada status gizi baik dengan
mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT ditentukan efektivitas intervensi gizi
melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian dietetik yang sesuai untuk pasien di rumah
sakit dan kolaborasi dengan profesi lain sangat mempengaruhi keberhasilan PAGT. Monitoring dan
evaluasi menggunakan indikator asuhan gizi yang terukur dilakukan untuk menunjukkan keberhasilan
penanganan asuhan gizi dan perlu pendokumentasian semua tahapan proses asuhan gizi. Contoh
pendokumentasian mengenai faktor penyebab masalah gizi adalah sebagai berikut:
1. Pendapat dan tindakan yang salah mengenai gizi
2. Perilaku
3. Kultur budaya
4. Kurangnya tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan atau informasi dan petunjuk
mengenai gizi
5. Riwayat personal (usia, gender, merokok, kemampuan mobilisasi, serta riwayat sosial dan
sebagainya)
6. Kondisi medis/kesehatan yang berdampak pada gizi
7. Terapi medis bedah atau terapi lainnya yang berpengaruh pada gizi
8. Kemampuan fisik melaksanakan aktivitas tertentu,
9. Masalah psikologis (body image, kesepian dan sebagainya)
10. Ketersedian, suplai dan asupan makanan yang sehat dan air.

Dalam praktek asuhan gizi, diperlukan keseragaman bahasa (terminologi) untuk berkomunikasi
dan mendokumentasikan PAGT. Terminologi dietetik dan gizi secara internasional telah dipublikasikan
oleh Academy of Nutrition and Dietetics dalam buku International Dietetics & Nutrition Terminology
(IDNT) Reference Manual: Standardized Language for the Nutrition Care Process yang berisi
terminologi mengenai 4 langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah
ini.

Gambar 1. Gambaran PAGT dan Bahasa Terstandar (Terminologi)


B. Proses Asuhan Gizi Terstandar
Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan dimulai dari langkah
asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi (ADIME). Langkah-langkah tersebut saling
berkaitan satu dengan lainnya dan merupakan siklus yang berulang terus sesuai respon/perkembangan pasien
yang dapat dilihat pada Gambar 2. Apabila tujuan tercapai maka proses ini akan dihentikan, namun bila
tujuan tidak tercapai atau tujuan awal tercapai tetapi terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali
mulai dari assessment gizi. Contoh alur proses PAGT di rawat jalan dapat dilihat di Gambar 3.
Gambar 2

Gambar 3
C. Langkah-langkah PAGT
1. Langkah 1 : Asesmen Gizi
a. Tujuan Asesmen Gizi :
Mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan, verifikasi dan
interpretasi data secara sistematis.
b. Langkah Asesmen Gizi
1) Kumpulkan dan pilih data yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi dan
kesehatan.
2) Kelompokkan data berdasarkan kategori asesmen gizi :
a) Riwayat gizi dengan kode FH (Food History)
b) Antropometri dengan kode AD (Antropometry Data)
c). Laboratorium dengan kode BD (Biochemical Data)
d) Pemeriksaan Fisik Gizi dengan kode PD (Physical Data)
e). Riwayat klien dengan kode CH (Client History)
3) Data diinterpretasi dengan membandingkan terhadap kriteria atau standar yang sesuai untuk
mengetahui terjadinya penyimpangan.
Data asesmen gizi dapat diperoleh melalui interview/ wawancara; catatan medis; observasi serta
informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk.
c. Kategori Data Asesmesn Gizi
1) Riwayat Gizi (FH)
Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview, termasuk interview khusus
seperti recall makanan 24 jam, food frequency questioner (FFQ) atau dengan metoda asesmen gizi
lainnya. Berbagai aspek yang digali adalah:
a) Asupan makanan dan zat gizi, yaitu pola makanan utama dan snack, menggali komposisi dan
kecukupan asupan makan dan zat gizi, sehingga tergambar mengenai:
i. Jenis dan banyaknya asupan makanan dan minuman,
ii. Jenis dan banyaknya asupan makanan enteral dan parenteral,
iii. Total asupan energi,
iv. Asupan makronutrien,
v. Asupan mikronutrien,
vi. Asupan bioaktif
b) Cara pemberian makan dan zat gizi yaitu menggali mengenai diet saat ini dan sebelumnya,
adanya modifikasi diet, dan pemberian makanan enteral dan parenteral, sehingga tergambar
mengenai:
i. Order diet saat ini,
ii. Diet yang lalu,
iii. Lingkungan makan,
iv. Pemberian makan enteral dan parenteral.
c) Penggunaan medika mentosa dan obat komplemen- alternatif (interaksi obat dan makanan)
yaitu menggali mengenai penggunaan obat dengan resep dokter ataupun obat bebas, termasuk
penggunaan produk obat komplemen-alternatif.
d) Pengetahuan/Keyakinan/Sikap yaitu menggali tingkat pemahaman mengenai makanan dan
kesehatan, informasi dan pedoman mengenai gizi yang dibutuhkan, selain itu juga mengenai
keyakinan dan sikap yang kurang sesuai mengenai gizi dan kesiapan pasien untuk mau
berubah.
e) Perilaku yaitu menggali mengenai aktivitas dan tindakan pasien yang berpengaruh terhadap
pencapaian sasaran-sasaran yang berkaitan dengan gizi, sehingga tergambar mengenai:
i. Kepatuhan,
ii. Perilaku melawan,
iii. Perilaku makan berlebihan yang kemudian dikeluarkan lagi (bingeing and purging
behavior),
iv. Perilaku waktu makan,
v. Jaringan sosial yang dapat mendukung perubahan perilaku.
f) Faktor yang mempengaruhi akses ke makanan yaitu mengenai faktor yang mempengaruhi
ketersediaan makanan dalam jumlah yang memadai, aman dan berkualitas.
g) Aktivitas dan fungsi fisik yaitu menggali mengenai aktivitas fisik, kemampuan kognitif dan
fisik dalam melaksanakan tugas spesifik seperti menyusui atau kemampuan makan sendiri
sehingga tergambar mengenai:
i. Kemampuan menyusui
ii. Kemampuan kognitif dan fisik dalam melakukan aktivitas makan bagi orang tua atau
orang cacat
iii. Level aktivitas fisik yang dilakukan
iv. Faktor yang mempengaruhi akses ke kegiatan aktivitas fisik
2) Antropometri (AD)
Pengukuran tinggi badan, berat badan, perubahan berat badan, indeks masa tubuh, pertumbuhan
dan komposisi tubuh.
3) Laboratorium
Keseimbangan asam basa, profil elektrolit dan ginjal, profil asam lemak esensial, profil
gastrointestinal, profile glukosa/endokrin, profil inflamasi, profil laju metabolik, profil mineral,
profil anemia gizi, profil protein, profil urine, dan profil vitamin.
4) Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi (PD)
Evaluasi sistem tubuh, wasting otot dan lemak subkutan, kesehatan mulut, kemampuan
menghisap, menelan dan bernafas serta nafsu makan.
5) Riwayat Klien (CH)
Informasi saat ini dan masa lalu mengenai riwayat personal, medis, keluarga dan sosial. Data
riwayat klien tidak dapat dijadikan tanda dan gejala (signs/symptoms) problem gizi dalam
pernyataan PES, karena merupakan kondisi yang tidak berubah dengan adanya intervensi gizi.
Riwayat klien mencakup:
a) Riwayat personal yaitu menggali informasi umum seperti usia, jenis kelamin,
etnis, pekerjaan, merokok, cacat fisik.
b) Riwayat medis/kesehatan pasien yaitu menggali penyakit atau kondisi pada klien atau
keluarga dan terapi medis atau terapi pembedahan yang berdampak pada status gizi.

2. Langkah 2 : Diagnosis Gizi


Diagnosis gizi sangat spesifik dan berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis gizi bersifat sementara
sesuai dengan respon pasien. Diagnosis gizi adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab
dietisien untuk menanganinya.
a. Tujuan Diagnosis Gizi
Mengidentifikasi adanya problem gizi, faktor penyebab yang mendasarinya, dan menjelaskan tanda
dan gejala yang melandasi adanya problem gizi.
b. Cara Penentuan Diagnosis Gizi
1) Lakukan integrasi dan analisa data asesmen dan tentukan indikator asuhan gizi. Asupan
makanan dan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan terjadinya
perubahan dalam tubuh. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan laboratorium, antropometri dan
kondisi klinis tubuh. Karena itu, dalam menganalisis data asesmen gizi penting
mengkombinasikan seluruh informasi dari riwayat gizi, laboratorium, antropometri, status klinis
dan riwayat pasien secara bersama-sama.
2) Tentukan domain dan problem/masalah gizi berdasarkan indikator asuhan gizi (tanda dan
gejala). Problem gizi dinyatakan dengan terminologi diagnosis gizi yang telah dibakukan.
3) Tentukan etiologi (penyebab problem)
4) Tulis pernyataan diagnosis gizi dengan format PES (Problem-Etiologi-Signs and Symptoms).
c. Domain Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi dikelompokkan dalam 3 (tiga) domain yaitu:
1) Domain Asupan
2) Domain Klinis
3) Domain Perilaku-Lingkungan
Setiap domain menggambarkan karakteristik tersendiri dalam memberi kontribusi terhadap
gangguan kondisi gizi.
d. Etiologi Diagnosis Gizi
Etiologi mengarahkan intervensi gizi yang akan dilakukan. Apabila intervensi gizi tidak dapat
mengatasi faktor etiologi, maka target intervensi gizi ditujukan untuk mengurangi tanda dan gejala
problem gizi.
3. Langkah 3 : Internvensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk merubah perilaku gizi,
kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
a. Tujuan Intervensi Gizi
Mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perencanaan dan penerapannya terkait perilaku,
kondisi lingkungan atau status kesehatan individu, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan gizi klien.
b. Komponen Intervensi Gizi
Intervensi gizi terdiri dari 2 (dua) komponen yang saling berkaitan yaitu perencanaan dan
Implementasi.
c. Kategori Intervensi Gizi
Intervensi gizi dikelompokan dalam 4 (empat) kategori sebagai berikut :
1) Pemberian makanan/ diet (Kode internasional – ND- Nutrition Delivery)
Penyediaan makanan atau zat gizi sesuai kebutuhan melalui pendekatan individu meliputi
pemberian Makanan dan snack (ND.1); enteral dan parenteral ( ND.2); suplemen (ND.3);
substansi bioaktif (ND.4); bantuan saat makan (ND.5); suasana makan (ND.4) dan pengobatan
terkait gizi (ND.5)
2) Edukasi (Kode Internasional – E – Educatioan)
Merupakan proses formal dalam melatih ketrampilan atau membagi pengetahuan yang membantu
pasien/ klien mengelola atau memodifikasi diet dan perubahan perilaku secara sukarela untuk
menjaga atau meningkatkan kesehatan. Edukasi gizi meliputi:
a) Edukasi gizi tentang konten/materi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan (E.1)
b) Edukasi gizi penerapan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan (E.2)
Pedoman dasar pada edukasi gizi, mencakup:
a) Sampaikan secara jelas tujuan dari edukasi
b) Tetapkan prioritas masalah gizi sehingga edukasi yang disampaikan tidak komplek.
c) Rancang materi edukasi gizi menyesuaikan dengan kebutuhan individu pasien, melalui
pemahaman tingkat pengetahuannya, keterampilannya, dan gaya/cara belajarnya.
3) Konseling ( C )
Konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada pasien/klien yang ditandai dengan
hubungan kerjasama antara konselor dengan pasien/klien dalam menentukan prioritas,
tujuan/target, merancang rencana kegiatan yang dipahami, dan membimbing kemandirian dalam
merawat diri sesuai kondisi dan menjaga kesehatan. Tujuan dari konseling gizi adalah untuk
meningkatkan motivasi pelaksanaan dan penerimaan diet yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi
pasien.
4) Koordinasi asuhan gizi
Strategi ini merupakan kegiatan dietisien melakukan konsultasi, rujukan atau kolaborasi,
koordinasi pemberian asuhan gizi dengan tenaga kesehatan/institusi/ dietisien lain yang dapat
membantu dalam merawat atau mengelola masalah yang berkaitan dengan gizi.
Pada langkah intervensi gizi ini dietisien harus berpikir kritis dalam hal:
1. Menetapkan prioritas dan target/goals
2. Menentukan preskripsi gizi atau perencanaan dasar
3. Menggalang hubungan interdisipliner
4. Intervensi perilaku awal dan hal terkait gizi lainnnya
5. Memadukan strategi intervensi gizi dengan kebutuhan pasien, diagnosis gizi, dan nilai nilai
pasien
6. Menentukan waktu dan frekuensi asuhan
4. Langkah 4 : Monitoring dan Evaluasi Gizi
a. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Gizi
Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui tingkat kemajuan pasien dan apakah tujuan atau hasil yang
diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan gizi seyogyanya menunjukkan adanya perubahan perilaku
dan atau status gizi yang lebih baik.
b. Cara Monitoring dan Evaluasi
1) Monitor Perekembangan :
2) Mengukur hasil
5. Dokumentasi Asuhan Gizi
Dokumentasi pada rekam medik merupakan proses yang berkesinambungan yang dilakukan selama
PAGT berlangsung. Pencatatan yang baik harus relevan, akurat dan terjadwal.
a. Tujuan
Untuk komunikasi dan informasi yang berkelanjutan dalam tim kesehatan serta menjamin
keamanan dan kualitas pemberian asuhan gizi yang dilakukan.
b. Format dokumen
Format khusus untuk proses asuhan gizi adalah ADIME (Asesmen, Diagnosis, Intervensi,
Monitoring-Evaluasi), namun dapat juga dilakukan dengan metoda SOAP (subjective, objective,
assessment dan plan), sepanjang kesinambung langkah langkah PAGT dapat tercatat dengan baik.
c. Tata cara
1) Tuliskan tanggal dan waktu
2) Tuliskan data data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT
3) Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali menulis pada catatan medik
Hal yang dicatat dalam rekam medis pada setiap langkah PAGT dapat dilihat pada tabel berikut ini:

6. Indikator Asuhan Gizi dan Kriteria Asuhan Gizi


Indikator asuhan gizi adalah data asesmen gizi yang mempunyai batasan yang jelas dan dapat diobservasi
atau diukur. Indikator asuhan gizi merupakan tanda dan gejala yang menggambarkan keberadaan dan
tingkat keparahan problem gizi yang spesifik, dan dapat juga digunakan untuk menunjukkan keberhasilan
intervensi gizi. Untuk melakukan interpretasi dari indikator asuhan gizi ini perlu dilakukan perbandingan
terhadap kriteria asuhan gizi yang sesuai. Kriteria asuhan gizi yang akan dijadikan pembanding terhadap
indikator asuhan gizi ada beberapa jenis yaitu:
a) Preskripsi Diet
Preskripsi diet merupakan rekomendasi asupan energi, makanan atau zat gizi secara individual yang
sesuai dengan pedoman yang dijadikan acuan. Misalnya asupan energi hasil recall 24 jam
dibandingkan dengan kebutuhan energi dari preskripsi diet untuk individu berdasarkan pedoman
acuannya, Pedoman perhitungan kebutuhan energi, protein dan air.
b) Target
Sebagai contoh : target perubahan perilaku (kebiasaan gemar mengkonsumsi makanan camilan
menjadi tidak melakukan kebiasaan tersebut). Untuk perilaku tidak ada preskripsi gizi.
c) Rujukan standar
Standar yang digunakan dapat berupa rujukan internasional maupun nasional. Misalnya untuk
pembanding data antropometrik (WHO) atau laboratorium (standar kadar gula darah mengikuti
Konsensus Diabates Mellitus).

Contoh Formulir Skrining Gizi


Contoh Formulir Asuhan Gizi
Contoh Formulir Asuhan Gizi
Contoh SOP Pengisian Skrining Gizi Pasien Dewasa
BAB III
STANDAR FASILITAS

Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi di UPTD Puskesmas


Kalapanunggal, dengan tipe puskesmas non rawat inap. Harus memenuhi kriteria penunjang,
diantaranya :
Kegiatan Pelayanan Gizi Sarana Prasarana
Dalam Gedung  Meja, kuris
 Alat tulis
 Buku register, Buku pencatatan kegiatan
 Timbangan dewasa dan bayi
 Microtoice/Pengukur tinggi badan
 Leaflet
 Alat peraga/Food Model
 Buku panduan : penuntun diet, pedoman
pelayanan anak gizi buruk, tata laksana balita gizi
buruk
Luar Gedung  Leaflet, Lembar balik, Materi-materi
 Penyuluhan : Inisiasi Menyusui Dini, Strategi
peningkatan penimbangan balita di Posyandu,
Angka Kecukupan Gizi
 Tabel Antropometri
 Timbangan : Dacin, Timbangan injak, Timbangan
bayi
 Microtoice?Pengukur tinggi badan
 Meja, kursi, ATK, F2 Gizi, F3 Gizi, dan blanko-
blanko laporan lain.
 Vit A, Fe dan Vitamin lain bila diperlukan
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN GIZI

A. Lingkup Kegiatan
1. Pelayanan Gizi Dalam Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari uoaya promotif, preventif, dan kuratif serta
rehabilitatif yang dilakukan di dalam Puskesmas. Kegiatan pelayanan Gizi di dalam gedung UPTD
Puskesmas Kalapanunggal adalah pelayanan Gizi rawat jalan. Adapun PONED ( Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar) tidak dilakukan pelayanan gizi halnya rawat inap, karena kasus yang
diharuskan rawat inap biasanya pasien dirujuk ke FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan).

Alur Pelayanan Gizi Dalam Gedung


2. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung
Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya di luar gedung,
melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung
ditekankan ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayan kerja
Puskesmas Kalapanunggal. . Beberapa kegiatan pelayanan gizi diluar gedung dalam rangka upaya
perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:
a. Edukasi Gizi / Pendidikan Gizi
1) Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat
mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.
2) Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
3) Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan
Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan kondisi
serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan,
antara lain:
1) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.
2) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
3) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan pendidikan gizi di
Posyandu dan masyarakat luas.
4) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi pendidikan, pertemuan
keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya.
5) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.
b. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
1) Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat) atau Buku KIA.
2) Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu
3) Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:
 Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas
 Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan pemantauan
pertumbuhan di Posyandu.
 Melakukan penimbangan
 Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
 Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas
 Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.
c. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A
1) Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin A
melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan
pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik
2) Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifas
3) Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian vitamin A antara
lain:
 Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11bulan, anak usia 12-59 bulan, dan
ibu nifas setiap tahun.
 Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja Puskesmas yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan lain.
 Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah kerja Puskesmas.
5) Ketentuan dalam pemberian vitamin A:
 Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, diberikan dua kali
setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus
 Balita12-59bulan diberikan kapsul vitaminA 200.000SI warna merah,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus
 Bayi dan Balita Sakit
Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita campak,
diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur
 Ibu nifas (0-42 hari)
Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul segera
setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.
d. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Nifas
1) Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian
TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil
melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga
kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
2) Sasaran kegiatan ini adalah ibu hamil dan nifas.
3) Lokasi : di tempat praktek bidan, Posyandu.
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manjemen pemberian TTD antara lain :
 Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun
 Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja puskesmas
5) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas
6) Ketentuan pemberian TTD untuk ibu hamil dan nifas :
 Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan sampai masa nifas.
 Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
e. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS

1) Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program pencegahan anemia gizi
besi pada kelompok sasaran
2) Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUS
3) Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian TTD antara lain:
a) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi TTD secara
mandiri.
b) Apabila disuatu daerah prevalensi anemia ibu hamil>20% maka tenaga gizi puskesmas
merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan melakukan
pemberian TTD kepada kelompok sasaran.
c) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas.
d) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.
e) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS
 Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu
 Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
f. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan
1) MP-ASI
MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh Kementerian
Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi terutama di daerah rawan
gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock didistribusikan secara bertingkat.
Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada masyarakat. Sasaran MP-ASI Buffer
Stok: balita 6-24 bulan yang terkena bencana.
MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat dalam rangka
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan. MP- ASI lokal dapat
dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sasaran MP-
ASI lokal: balita gizi kurang 6-24 bulan. Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah:
Merencanakan menu MP-ASI lokal
 Mengadakan bahan MP-ASI lokal
 Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
 Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
2) PMT Pemulihan
a) Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil
b) KEK (Kurang Energi Kronik).
c) PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat gizi dengan
kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15 gram protein.
d) PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi dengan
kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein.
e) Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK adalah 90 hari
makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB).
g. Surveilance Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan
secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas
Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan.
BAB V
PENUTUP

Pedoman ini dibuat sebagai acuan dalam pemberian layanan Gizi di Puskesmas
Kalapanunggal dan jaringannya yang merupakan kegiatan terpadu dengan tujuan untuk
menunjang tercapainya layanan yang paripurna dan komprehensif dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kalapanunggal. Untuk keberhasilan
penanganan pasien di Puskesmas Kalapanunggal ini diperlukan komitmen dan Kerjasama
semua pemangku kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan layanan Gizi di
Puskesmas Kalapanunggal semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan
masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas Kalapanunggal dan
kepuasan pasien atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai