Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
PEDOMAN
PELAYANAN GIZI
Disahkan oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal tahun 2020 dunia dikejutkan dengan wabah penyakit
corona virus (Covid-19) yang hamper menginfeksi negara diseluruh
dunia, sehingga World Health Organization (WHO) resmi menyatakan
bahwa covid-19 sebagai pandemi secara global, dan virus ini menjadi
masalah kesehatan yang serius di masyarakat (Pradipta dan Nazaruddin,
2020). Dampak pandemi Covid-19 akan berdampak negatif terhadap
ketahanan pangan dan gizi, keluarga dengan balita, kesehatan dan
kesejahteraan ibu hamil, menyusui di tahun mendatang (Escamilla et al.,
2020).
Pada saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang
berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Indonesia tidak hanya dihadapkan dengan beban ganda masalah gizi,
namun juga negara dengan triple burden permasalahan gizi di dunia
yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi dan defisiensi zat gizi mikro (Smeru,
2020).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, besaran
masalah gizi di Indonesia yaitu balita gizi kurang 13,8%, balita gizi buruk
3,9%, balita stunting 19,3%, balita gemuk 8%, balita kurus yang
mendapat PMT 41%, ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) 17,3%,
wanita usia subur kekurangan energi kronis (KEK) 14,5%, ibu hamil KEK
yang mendapat PMT 25,2%, ibu hamil yang mendapat tablet tambah
darah (TTD) 7,2% dan yang mendapat ≥ 90 butir 24%, dan ibu hamil
anemia 48,9%.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu
gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain
melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional
di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan
yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas
Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan
pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga
peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan
tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan
masyarakat menjadi hal sangat penting.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di
dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung
umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di
luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya
pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif
dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas,
diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan
status gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan
untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar
dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman dalam melaksanakan pelayanan gizi di
Puskesmas Sungai Karias dan jejaringnya.
C. Sasaran
1. Tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait.
3. Pengambil kebijkan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
D. Definisi Operasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di antara lain
konseling gizi terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI,
konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), Konseling faktor
risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling bagi Jemaah haji.
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang
terorganisir/terstruktur untuk identifikasi kebutuhan gizi dan
penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-
prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal
secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan
pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai
area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan
penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan
kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan
masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman
perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang
terbuat dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran
dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk
konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat
jalan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehata
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan
antara makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk
mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan,
dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam
perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK).Kegiatan ini pada umumnya dilakukan
oleh sektor kesehatan seperti imunisasi,PMT Ibu Hamil dan balita,
monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet
Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb.Kegiatan
spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu
relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).
8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar
sektor kesehatan. Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak
khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara
khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif
terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan
perkembangan 1000 HPK
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas
untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan
perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan
memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta
prasarana untuk kepentingan pasien/klien
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan
kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana
kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III
Gizi
12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi
dan Sarjana Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik
rawat inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan
kesehatan dan atau gizi.
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi
buruk, gizi kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan
makan, penurunan berat badan, dll.
15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui,
lansia, pasien dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes
mellitus, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik
pada masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan,
analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan
dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam
kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar
gedung
17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai
dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.
18. Pelayanan gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan
asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi,
penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi
kepada pasien/klien rawat jalan. Intervensi gizi rawat jalan pada
umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan dietetik serta
penyuluhan gizi.
19. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara
indvidual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat
gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk
makanan, frekuensi makan, dan rute pemberian makanan.
20. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui
serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi
kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanan gizi untuk kebutuhan
gizi.
21. Rencana Diet adalah kebutuhan gizi pasien/klien yang dihitung
berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit, dan kondisi
kesehatannya.
22. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah
pasien berisiko, tidak berisiko malnutrisi, atau kondisi khusus.
23. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang
gizi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
24. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari
terapi gizi.
25. Tim Asuhan Gizi Puskesmas adalah sekelompok tenaga kesehatan di
Puskesmas yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter
umum, tenaga gizi, perawat, bidan dari setiap unit pelayanan
bertugas menyelenggarakan asuhan gizi.
BAB II
PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan terkait pelayanan gizi
dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan pelayanan gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari semua
pihak terkait dalam upaya peningkatan pelayanan gizi di Pusesmas Sungai
Karias.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Gizi Masyarakat, Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pelayanan Gizi pada
Masa Tanggap Darurat Covid 19.
Parez-Escamilla, et all. 2020. Covid 19, Food and Nutrition Insecurity and The
Wellbeing of-Children, Pregnant and Lactating Women : A Complex
Syndemic. Material Child Nutrition.
Smeru. 2020. Dampak Pandemi Covid 19 pada Layanan Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA). Studi Kasus di Lima Wilayah di Indonesia.