Anda di halaman 1dari 17

No.

Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit

PEDOMAN
PELAYANAN GIZI

Disahkan oleh :

Kepala UPT. Puskesmas Sungai Karias

dr. Hj. MIDA SARI


Nip. 19740301 200501 2 012

DINAS KESEHATAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA


UPT. PUSKESMAS SUNGAI KARIAS
Jl. Bihman Villa No. 33 RT. 03 Sungai Karias Kecamatan Amuntai Tengah
Telp. (0857)63420 KP. 71411 E-mail: upt.pkmsungaikarias@gmail.com
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awal tahun 2020 dunia dikejutkan dengan wabah penyakit
corona virus (Covid-19) yang hamper menginfeksi negara diseluruh
dunia, sehingga World Health Organization (WHO) resmi menyatakan
bahwa covid-19 sebagai pandemi secara global, dan virus ini menjadi
masalah kesehatan yang serius di masyarakat (Pradipta dan Nazaruddin,
2020). Dampak pandemi Covid-19 akan berdampak negatif terhadap
ketahanan pangan dan gizi, keluarga dengan balita, kesehatan dan
kesejahteraan ibu hamil, menyusui di tahun mendatang (Escamilla et al.,
2020).
Pada saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang
berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Indonesia tidak hanya dihadapkan dengan beban ganda masalah gizi,
namun juga negara dengan triple burden permasalahan gizi di dunia
yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi dan defisiensi zat gizi mikro (Smeru,
2020).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, besaran
masalah gizi di Indonesia yaitu balita gizi kurang 13,8%, balita gizi buruk
3,9%, balita stunting 19,3%, balita gemuk 8%, balita kurus yang
mendapat PMT 41%, ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) 17,3%,
wanita usia subur kekurangan energi kronis (KEK) 14,5%, ibu hamil KEK
yang mendapat PMT 25,2%, ibu hamil yang mendapat tablet tambah
darah (TTD) 7,2% dan yang mendapat ≥ 90 butir 24%, dan ibu hamil
anemia 48,9%.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu
gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain
melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional
di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan
yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas
Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan
pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga
peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan
tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan
masyarakat menjadi hal sangat penting.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di
dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung
umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di
luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya
pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif
dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas,
diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan
status gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan
untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar
dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman dalam melaksanakan pelayanan gizi di
Puskesmas Sungai Karias dan jejaringnya.
C. Sasaran
1. Tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait.
3. Pengambil kebijkan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
D. Definisi Operasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di antara lain
konseling gizi terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI,
konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), Konseling faktor
risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling bagi Jemaah haji.
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang
terorganisir/terstruktur untuk identifikasi kebutuhan gizi dan
penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-
prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal
secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan
pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai
area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan
penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan
kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan
masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman
perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang
terbuat dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran
dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk
konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat
jalan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehata
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan
antara makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk
mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan,
dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam
perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK).Kegiatan ini pada umumnya dilakukan
oleh sektor kesehatan seperti imunisasi,PMT Ibu Hamil dan balita,
monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet
Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb.Kegiatan
spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu
relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).
8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar
sektor kesehatan. Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak
khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara
khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif
terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan
perkembangan 1000 HPK
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas
untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan
perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan
memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta
prasarana untuk kepentingan pasien/klien
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan
kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana
kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III
Gizi
12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi
dan Sarjana Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik
rawat inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan
kesehatan dan atau gizi.
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi
buruk, gizi kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan
makan, penurunan berat badan, dll.
15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui,
lansia, pasien dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes
mellitus, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik
pada masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan,
analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan
dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam
kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar
gedung
17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai
dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.
18. Pelayanan gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan
asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi,
penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi
kepada pasien/klien rawat jalan. Intervensi gizi rawat jalan pada
umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan dietetik serta
penyuluhan gizi.
19. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara
indvidual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat
gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk
makanan, frekuensi makan, dan rute pemberian makanan.
20. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui
serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi
kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanan gizi untuk kebutuhan
gizi.
21. Rencana Diet adalah kebutuhan gizi pasien/klien yang dihitung
berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit, dan kondisi
kesehatannya.
22. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah
pasien berisiko, tidak berisiko malnutrisi, atau kondisi khusus.
23. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang
gizi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
24. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari
terapi gizi.
25. Tim Asuhan Gizi Puskesmas adalah sekelompok tenaga kesehatan di
Puskesmas yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter
umum, tenaga gizi, perawat, bidan dari setiap unit pelayanan
bertugas menyelenggarakan asuhan gizi.
BAB II
PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS

Pelayanan Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari


upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas. Pelayanan gizi di Puskesmas di lakukan di dalam gedung dan di
luar gedung, sebagaimana dijlaskan berikut ini;
A. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif,
preventif, dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap
yang dilakukan di dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di dalam
gedung yaitu pelayanan gizi rawat jalan.
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
1) Pengkajian gizi
2) Penentuan diagnosis gizi
3) Intervensi gizi
4) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan
gizi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien
berisiko masalah gizi. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien
berisiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk untuk memperoleh
asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
1. Data Antropometri
2. Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
3. Data Riwayat Gizi
- Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif
- Pengkajian gizi secara kuantitatif
4. Data Hasil Pemeriksaan Laboraturium
2) Penentuan Diagnosis Gizi
3) Pelaksanaan Intervensi Gizi
- Penentuan jenis diet
- Edukasi Gizi
- Konseling Gizi
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan

B. Pelayanan Gizi di Luar Gedung


Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya
dilakukan hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan
di dalam gedung. Kegiatan pelayanan gedung di tekankan ke arah promotif
dan preventif serta sasarannya, adalah masyarakat di wilayah kerja
puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka
upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain;
1. Edukasi Gizi / Pendidikan Gizi
a. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap,
dan perilaku masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) dan sesuai dengan risiko/ masalah gizi.
b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
c. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, Institusi
Pendidikan, Kegiatan Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya
Kesehatan Kerja(UKK), dll
d. Fungsi tenaga Gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan
dengan situasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh
di Puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan, antara lain:
 Merencanakan kegiaan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.
 Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada
masyarakat.
 memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan
pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakat luas.
 memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi
pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan
lainnya.
 menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja
puskesmas.
2. Konseling ASI Eksklusif
a. Tujuan konseling ASI Ekslusif dan PMBA adalah
1) meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga
sehingga bayi baru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu
Dini(IMD) dan meneruskan ASI Ekslusif sampai bayi berusia 6
bulan.
2) sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai
diperkenalkan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
3) meneruskan Asi dan MP-Asi sesuai kelompok umur sampai usia
24 bulan.
b. Sasaran konseling adalah ibu hamil dan atau keluarga dan ibu yang
mempunyai anak usia 0-24bulan.
c. Lokasi konseling antara lain Posyandu, Kelompok Pendukung Ibu
(KP-Ibu), terintegrasi dengan program lain dalam kegiatan kelas
balita, kelas ibu.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam konseling ASI dan PMBA di
wilayah kerja situasi dan kondisi antara lain:
1) merencanakan kegiatan konseling ASI dan PMBA di wilayah kerja
Puskesmas
2) menyiapkan materi dan media konseling yang akan digunakan
3) melakukan pembinaan kepada tenaga kesehatan lain atau kader
yang dirujuk untuk melaksanakan tugas konseling Asi dan
PMBA.
4) memberikan konseling kepada sasaran sesuai permasalahan
individualnya.
5) materi konseling PMBA antara lain:
 makanan sehat selama hamil
 inisiasi menyusu dini (IMD)
 Asi Ekslusif
 makanan MP-Asi kepada bayi mulai usia 6 bulan dan terus
memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
 makanan sehat ibu menyusui
6) membuat laporan bulanan pelaksanaan konseling di wilayah
kerja Puskesmas.
3. Konseling Gizi
4. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
a. tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA
b. sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu
c. lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
d. fungsi tenaga gizi di Puskesmas antara lain:
1) merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah
kerja Puskesmas
2) memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu
melakukan pemantauan pertumbuhan di posyandu
3) melakukan pemnimbangan
4) membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
5) menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di
wilayah kerja puskesmas
6) memberikan kofirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan
5. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A
a. tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan
kegiatan pemberian vitamin A melalui pembinaan mullai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan seingga kegiatan
pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik
b. sasaran : kegiatan ini antaraa lain bayi, balita, dan ibu nifas
c. lokasi pelaksanaan kegiatan ini di posyandu
d. fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen
pemberian vitamin A antara lain:
1) merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11 bulan, anak
usia 12-59 bulan, dan ibu nifas setiap tahun.
2) memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas yang dilakukan ileh tenaga kesehatan lain.
3) menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah
kerja Puskesmas
e. ketentuan dalam pemberian vitamin A:
1) bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan
Agustus
2) Balita 12-59 bulan di berikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna
merah, diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan februari dan
Agustus
3) Bayi dan Balita Sakit
Bayi usia 6-11 bulan dan balita usi 12-59 bulan yang sedang
menderita campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan
vitamin A dengan dosis sesuai umur
4) Ibu nifas (0-42 hari)
Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1
kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam
berikutnya.
6. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu Hamil
dan Ibu Nifas
a. tujuan kegiatan ini adaalah meningkatkan keberhasilan pemberian
TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi
besi yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan
anemia gizi besi.
b. sasaran kegiatan ini adalah ibu hamil dan ibu nifas.
c. lokasi: di tempat praktek bidan, pposyandu.
d. fungsi tenaga gizi puskesas dalam pengelolaan menajemen
pemberian TTD antara lain:
1) merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama
satu tahun
2) memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
puskesmas
3) menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD ddi wilayah kerja
Puskesmas
4) ketentun dalam pemberian TTD untuk ibu hamil dan ibu nifas:
a) pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan
dilajutkan sampai masa nifas
b) pengobatan : 2 tablet/hai sampai kadar Hb Normal
7. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan
WUS
8. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan
a. MP-ASI
MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh
Kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan gizi terutama di daerah rawan gizi/keadaan
darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock didistribusikan secara
bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada
masyarakat. Sasaan MP-ASI Buffer stock: Balita 6-24 bulan yang
terkena bencana
MP-ASI lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal
setempat dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan tenaga kesehatan. MP-ASI lokal dapat dialokasikan
dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah(APBD) atau dana lain sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI lokal: balita gizi kurang 6-
24 bulan. Tugas tenga gizi puskesmas dalam hal ini adalah:
1) merencanakan menu MP-ASI lokal
2) mengadakan bahanMP-ASI lokal
3) mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
4) mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
b. PMT Pemulihan
1) sasaran: balita gizi kurang balita pasca perawatan gizi buruk, ibu
hamil Kek (kurang energi kronik)
2) PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan
padat gizi dengan kandungan 350-400 kalori energi dan 10-15
gram protein.
3) PMT pemulihan kek bufferstock diberikan dalam bentuk
makanan padat gizi dengan kandungan 500 kalori energi dan 15
gram protein
4) lama pemberian PMT pemulihan untuk balita dan Ibu hamil KEK
adalah 90 hari makan anak(HMA) dan 90 hari makan bumil
(HMB).
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI
dan PMT Bumil KEK antara lain:
1) merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk
sasaran selama satu tahun
2) memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di
wilayah kerja Puskesmas
3) menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT
Bumil KEK wilayah kerja Puskesmas
9. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
Pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang dilakukan
masyarakat untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi dengan
dibantu oleh tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.
Pendirian PGBM tergantung kepada besaran masalah gizi di daerah.
Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk saku Pencegahan dan Tata
Laksana Gizi Buruk pada Balita di Layanan Rawat Jalan tahun 2020.
a. tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan status gizi balita
b. sasaran kegiatan ini adalah balita gizi buruk tanpa komplikasi
c. lokasi pelaksanaan kegiatan ini di panti/pos pemulihan gizi
d. fungsi tenaga gizi di PGBM adalah:
1) melakukan terapi gizi (konseling, pemberian makanan pemulihan
gizi, pemantauan status gizi, dll) untuk pemulihan gizi buruk
2) memberikan bimbingan teknis kepada kader dalam
melaksanakan perbaikan gizi di pos pemulihan gizi berbabis
masyarakat
3) menyusun laporan pelaksanaan program perbaikan gizi di pos
pemulihan gizi berbasis masyarakat
10. Surveilans Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan
pengolahan data yang dilakukan secara terus menerus, penyajian serta
diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan
Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan
surveilans gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan dari kegiatan
surveilans gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera
maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas
dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan Pedoman
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi tahun 2021.
a. Tujuan:
1) Tersedianya informasi berkala dan terus menerustentang
besaran masalah gizi dan perkembangan di masyarakat.
2) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab masalah gizi dan faktor-faktor terkait
3) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu
daerah
4) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat
untukdilakukan (bentuk, sasaran, dan tempat)
b. Lingkup data surveilans gizi antara lain:
1) Data status gizi
2) Data konsumsi makanan
3) Data cakupan program gizi
c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibuhamil,
ibu menyusui, pekerja serta lansia.
d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi
puskesmasberkoordinasi dengan tenaga surveilans di Puskesmas
dengan fungsi antara lain:
1) Merencanakan surveilans mulai dari lokasi,
metode/caramelakukan, dan penggunanaan data
2) Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan
data,mengolah data, menganalisa data, melaksanakan
diseminasi informasi
3) Membina kader posyandu dalam pencatatan danpelaporan
kegiatan gizi di posyandu
4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat membuat laporan
surveilans gizi
e. Contoh Kegiatan dalam Survilans Gizi antara lain:
1) Pemantauan Status Gizi (PSG)
a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan
perencanaan
b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi,
balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibuhamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.)
2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
a) Tujuan:
 Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat
dan akurat sebagai dasar penentuan tindakan dalam
upaya untuk pencegahan dan penanggulangan masalah
gizi
 Memantau situasi pangan dan gizi antar
desa/kelurahandalam 1 kecamatan
b) Sasaran: Lintas program dan lintas sektor di
tingkatkecamatan di wilayah kerja Puskesmas.
3) Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa/SKD-KLB Gizi
Buruk dan stunting
a) Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk dan
stunting disuatu wilayah pada kurun waktu tertentu
b) Sasaran: balita dan keluarganya, posyandu
4) Pemantauan Konsumsi Garam beriodium di rumah tangga
a) Tujuan :
memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi
garam beriodium yang memenuhi syarat dimasyarakat.
Dilaksananakan setiap satu tahun sekali.
b) Sasaran : rumah tangga
11. Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas program
a. Tujuan: meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi ditingkat
puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintasprogram.
b. Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh
Pertanian Lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas
Pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan
koordinator, tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan, perawat,
sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain.
c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintassektor dan
lintas program adalah:
1) Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama
2) Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
3) Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
4) Melakukan koordinasi dalam menentukan indicator indikator
keberhasila kerjasama
5) Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
6) Membuat laporan hasil kerjasama.
BAB III
SARANA DAN PRASARANA

Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi


Puskesmas Sungai Karias memiliki penunjang yang harus dipenuhi
Kegiatan Pelayanan Gizi Sarana Prasarana
Dalam Gedung  Meja, kursi
 Alat tulis
 APD (masker, sarung tangan
medis, gaun medis, pelindung
wajah)
 Disinfektan
 Buku rigester, buku pencatatan
 Timbangan dewasa dan bayi
 microtoice/ alat pengukur tinggi
badan
 leaflet
 alat peraga / food model
 buku panduan
Luar Gedung  Leaflet, Lembar balik, Materi
Penyuluhan : Ininsiasi
Menyusui Dini, Strategi
peningkatan Penimbangan
Balita Di posyandu, Angka
Kecukupan Gizi
 APD (masker, sarung tangan
medis, gaun medis, pelindung
wajah)
 Disinfektan
 Tabel Antropometri
 Timbangan : Dacin, Timbanan
Injak, Timbangan bayi
 Microtoice/ Pengukur Tinggi
badan
 meja, Kursi, ATK, F 2 Gizi, F3
Gizi, dan Blanko-blanko laporan
lain
 Vit. A, Fe
BAB IV
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan terkait pelayanan gizi
dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan pelayanan gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari semua
pihak terkait dalam upaya peningkatan pelayanan gizi di Pusesmas Sungai
Karias.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI. 2018. Riset


Kesehatan Dasar Tahun 2018.

Depkes RI. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


Indonesia.

Direktorat Gizi Masyarakat, Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pelayanan Gizi pada
Masa Tanggap Darurat Covid 19.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Buku Saku Pencegahan dan


Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita di Layanan Rawat Jalan Bagi
Tenaga Kesehatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Pedoman Pelaksanaan


Teknis Surveilans Gizi.

Parez-Escamilla, et all. 2020. Covid 19, Food and Nutrition Insecurity and The
Wellbeing of-Children, Pregnant and Lactating Women : A Complex
Syndemic. Material Child Nutrition.

Smeru. 2020. Dampak Pandemi Covid 19 pada Layanan Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA). Studi Kasus di Lima Wilayah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai