Anda di halaman 1dari 34

PEDOMAN UPAYA GIZI

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
pedoman
Halaman : /

UPT
Djoko Semedi, S.KM.
PUSKESMAS
NIP : 196503181987031007
KROYA II

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2003, bersaran masalah
gizi pada balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi
buruk, gizi lebih 11,9%, stunting (pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut
kelompok umur, terdapat angka tertinggi pada balita perempuan dan laki-laki
pada periode umur 0-5 bulan dan 6-11 bulan dibandingkan umur kelompok lain.
Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat
khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi tidak benar terhadap balita
gemuk. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan
hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas
2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan
kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi
di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat Inap maupun Puskesmas Non
Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan
sensitif, sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis.
Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan
masyarakat menjadi hal sangat penting.
Puskesmas merupakan penanggungjawab penyelenggara upaya
kesehatan tingkat pertama. Untuk menjangkau wilayah kerjanya, Puskesmas
diperkuat dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang disebut puskesmas dan
jejaringnya. Sedangkan untuk daerah yang jauh dari sarana rujukan, didirikan
Puskesmas Rawap Inap. Menurut data dari Pusat Data dan Informasi,
Kementrian Kesehatan per Desember tahun 2011 jumlah Puskesmas di seluruh
Indonesia adalah 9.321 unit, diantaranya 3.025 unit Puskesmas Rawat Inap, dan
selebihnya yaitu 6.296 unit Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan
jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam
gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat
individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi
yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung
umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif
dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan
pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal
dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu
dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi
yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
Pada tahun 2001, Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan buku
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas Perawatan, yang membahas kegiatan
pokoknya yaitu penyelenggaraan makan untuk pasien rawat inap dan konseling
gizi. Seirng dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi dan
kesehatan serta didorong oleh kebutuhan akan acuan pelaksanaan pelayanan
gizi yang komprehensif maka diperlukan Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas
yang membahas kegiatan pelayanan gizi secara menyeluruh baik di Puskesmas
Rawat Inap maupun Puskesmas Non Rawat Inap. Oleh karena itu, maka
disusunlah buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas. Diharapkan pedoman
ini dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi di
Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas dan
jejaringnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan
jejaringnya.
2. Tujuan Khusus:
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya.

2
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di
Puskesmas dan jejaringya.
c. Tersedianya acuan bagi tenaga kerja gizi puskesmas untuk bekerja
secara profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada
pasien/klien di Puskesmas dan jejaringnya.
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas
dan jejaringnya.

C. Sasaran
1. Tenaga Gizi Puskesmas dan Tenaga Kesehatan lainnya di Puskesmas.
2. Pengelola Program Kesehatan dan Lintas Sektor terkait.
3. Pengambilan Kebijakan di Provinsi, Kabupaten/Kota.

D. Ruang Lingkup
1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
4. Pencatatan dan Pelaporan
Monitoring dan Evaluas

E. Definisi Operasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain
konseling gizi terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) dan konseling bagi jemaah haji.
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip
keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan
diberbagai area/lingkungan/latar belakang praktik pelayanan.
3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan pesan-pesan
gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan
dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan. Penyuluhan
gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target

3
yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari
bahan sintesis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu
sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada
pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi
dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan
dikeluarkan dari tubuh.
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam
perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK). Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan seperti imunisasi, PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring
pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD),
promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek,
hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan
Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000
HPK).
8. Kegiatan Sensitif berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan.
Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK.
Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan
spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan proses
pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi
dua arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan
dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali
dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang
akan dilakukannya.
10. Mutu pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas
dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan
pasien/klien.
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggungjawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan

4
teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di
masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya,
berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.
12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan
Sarjana Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Pasien/Klien adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat
jalan maupun rawat inap yang memerlukan pelayanan baik pelayanan
kesehatan dan atau gizi.
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi buruk, gizi
kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan
berat badan, dll.
15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia,
pasien dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes melitus,
hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.
16. Pelayanan Gizi adalah upaya perbaikan gizi, makanan, dietetik pada
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit
diselenggarakan baik di dalam atau di luar ruangan.
17. Pelayanan Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang di lakukan di wilayah
kerja Puskesmas.
18. Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
19. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.

5
20. Pelayanan Gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan
gizi yang berkesinambungan yang dimulai dari pengkajian gizi, penentuan
diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada
pasien/klien rawat jalan. Intervensi gizi rawat jalan pada umumnya berupa
kegiatan konseling gizi dan dietetik dan atau penyuluhan gizi.
21. Pelayanan Gizi Rawat Inap adalah serangkaian proses kegiatan asuhan
gizi yang berkesinambungan yang dimulai dari pengkajian gizi, penentuan
diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada
pasien/klien rawat inap. Intervensi gizi rawat inap mencakup kegiatan
konseling gizi, penyediaan makanan pasien rawat inap, pemantauan asupan
makanan dan pergantian jenis diet apabila diperlukan.
22. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan gizi pasien secara individual
mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup
zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan
rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian
gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan
prosedur, serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut pasien/klien.
23. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui
serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan
gizi sampai pemberian pelayanan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi.
24. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi atau
Sarjana Gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah
lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesui ketentuan peraturan perundang-
undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan
dietetik, dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
25. Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi pasien/klien yang dihitung
berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit, dan kondisi kesehatannya.
26. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi yang memberikan
pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi
baik secara vertikal maupun horisontal.
27. Sarana Kesehatan adalah tempat yang di gunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
28. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah seorang
pasien berisiko malnutrisi, tidak berisiko malnutrisi, atau kondisi khusus.
29. Technical Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan Diploma III Gizi sesuai aturan yang berlaku atau

6
Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
30. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai dengan peraturan perundangan. Tenaga gizi meliputi Technical
Registered Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR), dan Registered
Dietisien (RD).
31. Tenaga Gizi Puskesmas adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk
melaksanakan tugas perbaikan gizi di Puskesmas. Apabila tida tersedia
tenaga gizi maka pelasanaan tugas perbaikan gizi di Puskesmas dapat di
lakukan Tenaga Pelaksana Gizi yang berasal dari tenaga kesehatan lain
seperti perawat atau bidan.
32. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang
kesehatan serta memiliki kemampuan dan / atau keterampilan melalui
pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
33. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi
gizi.
34. Tim Asuhan Gizi Puskesmas adalah sekelompok tenaga kesehtan di
Puskesmas yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter
(umum/spesialis), tenaga gizi, perawat dan atau bidan dari setiap unit
pelayanan yang bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrion care)
untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tugas perbaikan gizi di Puskesmas merupakan tanggung jawab tenaga
gizi .Apabika belum terdapat tenaga gizi maka pemenuhan tenaga gizi di
Puskesmas dilakukan secara bertahap dan untuk sementara dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain yaitu perawat/bidan dengan
pendidikan/pelatihan khusus yang diikuti.
B. Distribusi Ketenagaan
Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam upaya
perbaikan gizi masyarakat,mulai dari Kepala Puskesmas, Penanggung jawab
dan pelaksana UKP, UKM dan seluruh karyawan.
Masing –masing mempunyai peran dan fungsi dalam pelaksanaan
pelayanan gizi.Pengaturan dan penjadwalan dikoordinir oleh setiap upaya.

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan Upaya Gizi Masyarakat disepakati dan disusun
bersama.
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penguk,Pemant.Pertumb.kes Balita v
Melalui Timbangan Serentak

2 Penguk,Pemant.Pertumb.kes Bayi,Balita v v v v v v v v v v
dan anak pra sekolah oleh kader
posyandu

3 Surveilans,pelacakan,pendampingan v v v
/pemantauaan gizi buruk & gizi kurang

4 PMT.P Gizi Buruk v v v

5 PMT.P balita kurus v v v

6 PMT P Ibu hamil KEK v v v

7 Konseling Gizi v v v v v v v v v v v v

8 Pemantauan ASI Eksklusif v v v v v v v v v v v V

9 Pemantauan IMD v v v v v v v v v v v V

10 Pemberian Tablet Tambah darah pada v v v v v v v v v v v v


Rematri,WUS,ibu hamil.Ibu nifas

8
11 Pemberian Vitamin A v v

12 Pemantauan Garam Yodium v v

13 Kerjasama lintas program dan Sektor v v v v v v v v v v v v

9
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DenahRuang:
Pelayanan gizi di Puskesmas dapat dilaksanakan bergabung dengan
pelayanan lain yang ada dipuskesmas,sesuai kebutuhan klien.Namun untuk
menunjang pelayanan gizi puskesmas diperlukan sarana dan prasarana.
A. Ruang Konsultasi Gizi dan Ruang Laktasi

R.KARY

R.UKP

ADMEN
G.ARSIP

R.RAPAT NIFAS R.KO


NNSL

R.GIGI VK IMUN APOTIK R.KIA/KB BP R GIIGI


KASIR
ENTRI

MTBS
IGD R.PENDAF

R.SUI

R.TB

B. Standar Fasilitas
1. Luas minimal 3m x 2m
2. Komponen bangunan adalah sebagai berikut
 Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana(angina putting
beliung,gempa dll)
 Langit langit harus kuat,berwarna terang dan mudah
dibersihkan,ketinggian langit langit dari lantai minimal 2,8 m.
 Dinding : mareial dinding harus keras,rata ,tidak berpori/tidak
berserat,tidak menyebabkan slau,kedap air.mudah dibersihkan dan
tidak ada sambungan agar mudah dibersihkan.
 Lntai : material harus kuat,kedap air,permukaan rata,tidak
licin,warna terang,mudah dibersihkan.
 Pintu dan jendela lebar bukaan minimal 90 cm.

10
3. Ventelasi harus cukup Ruangan agar sirkulasi udara dalam
ruangantetap terjaga,Jumlah ventelasi sebaiknya 15 % terhadap
luaslantai ruangan.
4. Tersedia alat cuci tangan/handscrub dan tempat sampah.
5. Pencahayaan siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami
6. Listrik : tersedia kotak kantak yang aman untuk peralatan
/perlengkapan dengan jumlah + 2 titik
7. Persyaratan peralatan
a) Meja
b) Kursi
c) Media KIE(poster,brosur makanan )
d) Standar Makanan diet,standar Antropometri
e) Foodmodel
f) Daftar Bahan Penukar Makanan
g) Alat ukur antropometri (Timbangan berat badan,microtoise,
Pengukur panjang badan,pita LILA)

11
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya upaya
promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun
rawat inap yang dilakukan di dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di
dalam gedung terdiri dari 2 jenis yaitu pelayanan gizi rawat jalan dan
pelayanan gizi rawat inap.
1) Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi:
1) Pengkajian Gizi
2) Penentuan Diagnosis Gizi
3) Intervensi Gizi
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan
Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/
penapisan gizi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan
pasien berisiko masalah gizi. Apabila tenaga kesehatan menemukan
pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan di rujuk untuk
memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Tujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan faktor
penyebab melalui pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data
secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:
(a) Data Antropometri
Pengukuran antropometri dapat dilaukan dengan berbagai
cara meliputi pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan
(PB) dan Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas (LiLA), Lingkar
Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul RLPP),
dll.
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi.
Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi

12
atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy pants,
pemupukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang
umum digunakan yaitu secara pengkajian riwayat gizi kualitatif
dan kuantitatif:
(1) Pengkajian riwayat gizi kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari
berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
(2) Pengkajian riwayat gizi kuantitatif dilakukan untuk
mendapatkan gambaran asupan gizi sehari, dengan cara
recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan
bantuan food model.
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium dilaukan untuk
mendeteksi adanya kelainan biokimia darah terkait gizi dalam
rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan
diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini
dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan
memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Contoh hasil data
pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan
misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL, HDL, trigliselida,
ureum, kreatinin, dll.

2) Penentuan Diagnosis Gizi


Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat
sementara sesuai dengan respon pasien. Dalam melaksanakan
asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan
diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi
dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya
masalah gizi, faktor penyebab, serta tanda dan gejala yang
ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat
merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar,
Kementrian Kesehatan RI, 2014 atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi
di Puskesmas, WHO dan Kementrian Kesehatan RI, 2011.

13
3) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang
ditujukan untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau
aspek status kesehatan individu. Intervensi gizi dalam rangka
pelayanan gizi rawat jalan meliputi:
(a) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta
kemampuan pasien/klien untuk menerima makanan dengan
memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor
stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien
ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis, dan data
laboratorium.
(b) Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan terkait perbaikan gizi dan kesehatan.
(c) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien
meliputi konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI, konseling
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling aktivitas
fisik, dan konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM).
Tujuan konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah
gizi yang dihadapi.

4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan


Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemajuan, keberhasilan pelaksanaan intervensigizi pada pasien/klien
dengan cara:
1) Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap
intervensi gizi
2) Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana diet yang telah ditetapkan
3) Mengidentifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif
4) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak
tercapai
5) Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta

14
Evaluasi hasil:
(a) Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana
diet ata standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan
menentukan tindakan selanjutnya.
(b) Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap
hasil kesehatan pasien secara menyeluruh, meliputi
perkembangan penyakit, data hasil pemeriksaan laboratorium,
dan status gizi.
Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan
asuhan gizi antara lain:
1. Perkembangan data antropometri
2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3. Perkembangan data fisik/klinis
4. Perkembangan data asupan makan
5. Perkembangan diagnosis gizi
6. Perubahan perilaku dan sikap

2) Pelayanan Gizi Rawat Inap


Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup
penyelenggaraan pemberian makanan pasien, pemantauan asupan
makanan, konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila diperlukan.
Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi:
1. Pengkajian gizi
2. Penentuan diagnosis gizi
3. Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan,
perubahan diet dan konseling
4. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi

2. Alur Pelayanan Gizi di Dalam Gedung


1. Pasien/klien datang sendiri atau dirujuk dari struktural Puskesmas (Pustu,
Polindes, Poskesling) atau UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Poksila,
dll) atau sarana kesehatan lain.
2. Pasien/klien mendaftar ke loket pendaftaran di Puskesmas.
3. Pasien/klien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah
kesehatannya di Poli Umum/Balai Pengobatan Puskesmas (BP) atau Poli
KIA atau Poli Gigi oleh petugas medis atau paramedis.

15
4. Di Poli Umum/Balai Pengobatan atau Poli KIA pasien sekaligus
mendapatkan Skrining Gizi oleh tenaga kesehatan serta ditentukan
apakah pasien perlu dirawat inap atau cukup rawat jalan. Pasien/klien
akan dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang apabila
diperlukan seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, dll. Pasien/klien
mendapatkan obat sesuai masalah kesehatannya dari apotek atau bagian
farmasi di Puskesmas.
5. Pasien/klien rawat jalan yang berisiko atau tidak berisiko mengalami
masalah gizi bisa mendapatkan konseling gizi atas permintaan pasien.
6. Pasien/klien rawat inap yang berisiko atau tidak berisiko mengalami
masalah gizi mendapat pelayanan gizi sesuai kebutuhan berupa
pelayanan makanan pasien rawat inap
7. Pasien/klien yang mendapatkn pelayanan gizi oleh Tim Asuhan Gizi
Puskesmas. Jika diperlukan akan dilakukan Skrining Gizi Ulang oleh
tenaga gizi.
8. Pasien/klien rawat jalan maupun rawat inap yang berisiko atau tidak
berisiko mengalami masalah gizi mendapat pelayanan gizi sesuai Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) mulai dari pengkajian gizi, diagnosis gizi,
intervensi gizi, monitoring dan evaluasi.
9. Hasil monitoring dan evaluasi ditindaklanjuti oleh Tim Asuhan Gizi
Puskesmas. Tindak lanjut dapat berupa rujukan ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang lebih tinggi apabila masalah gizi dengan penyakit
penyerta dan atau komplikasi yang dialami pasien/klien tidak
memungkinkan ditangani di Puskesmas atau dapat berupa pengkajian
ulang baik masalah medis dan masalah gizinya.

16
Alur Pelayanan Gizi Dalam Gedung
Pasien
datang sendiri atau rujukan dari Jaringan Puskesmas termasuk UKBM

Loket

Pemeriksaan Medis dan Skrinning Gizi *

Ditemukan Pasien Bermasalah Gizi dan atau Kondisi


Khusus

Rawat Jalan Rawat Inap Rujuk Ke


Fasyankes yang
lebih tinggi

Pengkajian Gizi

Rujukan Balik
Diagnoisis Gizi

Intervensi Gizi Intervensi Gizi

Pasien Rawat Jalan: Pasien Rawat Inap:

Penyuluhan Gizi oleh Konseling Gizi oleh Tenaga


Tenaga Kesehatan/ Gizi, Perencanaan Diet,
Penyediaan makanan

Monitoring Evaluasi

Tindak Lanjut

Sumber: Modifikasi Asuhan Gizi di Puskesmas (Pedoman Pelayanan Gizi bagi Petugas Kesehatan)
Keterangan:
(*) Skrining Gizi dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan medis oleh dokter atau perawat dengan metode
skrining sederhana yaitu metode MST (Maknutrision Screening Tools).
Skrining Gizi Ulang oleh tenaga gizi puskesmas dilakukan apabila diperlukan yaitu:
a. Untuk pasien rawat jalan dirujuk Dokter untuk mendapatkan asuhan gizi rawat jalan
b. Untuk pasien rawat inap yang akan mendapatkan asuhan gizi rawat inap

3. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung


Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya
dilakukan hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di
dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah
promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja
puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka
upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:
1) Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi
a. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS)
dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.

17
b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
c. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, Institusi
Pendidikan, Kegiatan Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya
Kesehatan Kerja (UKK), dll.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan
dengan situasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh
di Puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan, antara lain:
1) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.
2) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada
masyarakat.
3) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan
pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakat luas.
4) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi
pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan
lainnya.
5) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja
Puskesmas.

2) Konseling ASI Ekslusif dan PMBA


a. Tujuan konseling ASI Ekslusif dan PMBA adalah:
(1) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga
sehingga bayi baru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan meneruskan ASI Ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan.
(2) Sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai
diperkenalkan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
(3) Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai usia
24 bulan.
b. Sasaran konseling adalah ibu hamil dan atau keluarga dan ibu yang
mempunyai anak usia 0-24 bulan.
c. Lokasi konseling antara lain Posyandu, Kelompok Pendukung Ibu
(KP-Ibu), terintegrasi dengan prigram lain dalam kegiatan kelas balita,
kelas ibu.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam konseling ini disesuaikan
dengan situasi dan kondisi antara lain:
(1) Merencanakan kegiatan konseling ASI dan PMBA di wilayah kerja
puskesmas.

18
(2) Menyiapkan materi dan media konseling yang akan digunakan.
(3) Melakukan pembinaan kepada tenaga kesehatan lain atau kader
yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas konseling ASI dan
PMBA.
(4) Memberikan konseling kepada sasaran sesuai permasalahan
individualnya.
(5) Materi konseling PMBA antara lain:
a. Makanan sehat selama hamil
b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
c. ASI Ekslusif
d. Makanan MP-ASI kepada bayi mulai usia 6 bulan dan terus
memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
e. Makanan sehat Ibu menyusui
(6) Membuat laporan bulanan pelaksanaan konseling di wilayah kerja
puskesmas.
3) Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita
menggunakan KMS (Kartu Munuju Sehat) atau buku KIA.
b. Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu.
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:
(1) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah
kerja puskesmas.
(2) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu
melakukan pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
(3) Melakukan penimbangan
(4) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
(5) Menusun laporan pelaksanaan pemantuan pertumbuhan di
wilayah kerja puskesmas
(6) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan

4) Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A


a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan
pemberian vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan
kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.
b. Sasaran kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifas.

19
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen
pemberian vitamin A antara lain:
(1) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11 bulan, ana
usia 12-59 bulan, dan ibu nifas setiap tahun.
(2) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas yang dilaukan oleh tenaga kesehatan lain.
(3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah
kerja Puskesmas.
e. Ketentuan dalam pemberian vitamin A:
(1) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
(2) Balita 12-59 bulan diberikan vitamin A 200.000 SI warna merah,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan februari dan Agustus.
(3) Bayi dan Balita Sakit
Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang
menderita campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin
A dengan dosis sesuai umur.
(4) Ibu nifas (0-42 hari)
Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1
kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam
berikutnya.

5) Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil


dan Ibu Nifas
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian
TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi
besi yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan
anemia gizi besi.
b. Sasaran kegiatan ini adalah ibu hamil dan ibu nifas.
c. Lokasi kegiatan ini di tempat praktik bidan, posyandu.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen
pemberian TTD antara lain:
(1) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama
satu tahun.

20
(2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
puskesmas.
(3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
puskesmas.
(4) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk ibu hamil dan ibu nifas:
a. Pencegahan: 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan
dilanjutkan sampai masa nifas.
b. Pengobatan: 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

6) Edukasi Dalam rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan


WUS
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kegiatan program
pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran.
b. Sasaran kegiatan ini adalah remaja putri, WUS.
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Ujian Kesehatan Sekolah).
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen
pemberian TTD antara lain:
(1) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS
mengonsumsi TTD secara mandiri.
(2) Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka
tenaga gizi puskesmas merencanakan kebutuhan TTD untuk
remaja putri dan WUS dan melakukan pemberian TTD kepada
kelompok sasaran.
(3) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
Puskesmas.
(4) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.
(5) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk remaja putri dan WUS:
a. Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu
b. Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

7) Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan


a. MP-ASI
MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan
oleh Kementrian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan gizi terutama di daerah rawan gizi/keadaan
darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock di distribusikan secara

21
bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada
masyarakat. Sasaran MP-ASI Bufferstock: balita 6-24 bulan yang
terkena bencana.
MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan
lokal setempat dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan tenaga kesehatan. MP-ASI lokal dapat di alokasikan
dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI lokal: balita gizi kurang 6-24
bulan. Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah:
1. Merencanakan menu MP-ASI lokal
2. Mengadakan bahan MP-ASI lokal
3. Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
4. Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
b. PMT Pemulihan
1. Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu
hamil KEK (Kurang Energi Kronik).
2. PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan
padat gizi dengan kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15
gram protein.
3. PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan
padat gizi dengan kandungan 500 kalori energi dan 15 gram
protein.
4. Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK
adalah 90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil
(HMB).
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen
pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil KEK antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk
sasaran selama satu tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK
di wilayah kerja Puskesmas.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT
Bumil KEK wilayah kerja Puskesmas.

22
8) Surveilens Gizi
Kegiatan surveilens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan
pengolahan data yang dilakukan secara terus menerus, penyajian serta
diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan
Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan
surveilens gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun
untuk perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka
panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan
surveilens gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi, Kementrian RI,
2014.
a. Tujuan:
1) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang
besaran masalah gizi dan perkembangan di masyarakat.
2) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab masalah gizi dan faktor-faktor terkait.
3) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu
daerah.
4) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk
dilakukan (bentuk, sasaran, dan tempat)
b. Lingkup data surveilens gizi antara lain:
1) Data status gizi
2) Data konsumsi makanan
3) Data cakupan program gizi
c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.
d. Dalam pelaksanaan surveilens gizi, tenaga gizi puskesmas
berkoordinasi dengan tenaga surveilens di Puskesmas dengan fungsi
antara lain :
1) Merencanakan surveilens mulai dari lokasi, metode/cara
melakukan, dan penggunaan data.
2) Melakukan surveilens gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah
data, menganalisa data, melaksanakan diseminasi informasi.
3) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan
kegiatan gizi di posyandu.
4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat.
5) Membuat laporan surveilens gizi

23
e. Contoh Kegiatan dalam Surveilens Gizi antara lain:
1) Pemantauan Status Gizi (PSG)
(a) Tujuan: mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan
perencanaan.
(b) Sasaran: disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi,
balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia)
2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
(a) Tujuan:
1. Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat
dan akurat sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya
untuk pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
2. Memantau situasi pangan dan gizi antar desa/kelurahan
dalam 1 kecamatan
(b) Sasaran: lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan
di wilayah kerja Puskesmas.
3) Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa/SKD - KLB Gizi
Buruk
(a) Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu
(b) Sasaran: balita dan keluarganya, posyandu
4) Pemantauan Konsumsi Garam beriodium di rumah tangga
(a) Tujuan: memperoleh gambaran berkala tentang cakupan
konsumsi garam beriodium yang memenuhi syarat di
masyarakat, dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
(b) Sasaran: rumah tangga

9) Pembinaan Gizi di Institusi


a. Pembinaan gizi di sekolah
1) Tujuan kegiatan ini adalah memperbaiki status gizi anak sekolah
2) Sasaran kegiatan ini adalah peserta didik PAUD, Taman kanak-
kanak/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA pondok pesantren, dan
sederajat.
3) Bentuk bentuk kegiatan perbaikan gizi di sekolah
a) Edukasi gizi (penyuluhan)
b) Penjaringan status gizi di sekolah

24
c) Pemberdayaan peserta didik sebagai dokter kecil/Kader
Kesehatan Remaja (KKR)
d) Pengawasan dan pembinaan pengelola kantin sehat
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas bersama dengan tim UKS
a) Mengkoordinir dan atau melakukan edukasi gizi di sekolah
b) Menapis status gizi anak sekolah
c) Mengkoordinir pemantauan dan intervensi terhadap status gizi
anak di sekolah
d) Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam pemberdayaan
peserta didik sebagai dokter kecil/Kader Kesehatan Remaja
(KKR)
e) Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam membina kantin
sekolah
f) Membuat laporan program perbaikan gizi di sekolah

10) Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program


a. Tujuan : meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat
puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas program
b. Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, penyuluh
pertanian Lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas
pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan koordinator,
tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan, perawat, sanitarian,
juru imunisasi, dan lain-lain.
c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan
lintas program adalah:
a. Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama
b. Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
c. Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
d. Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator-indikator
keberhasilan kerjasama
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
f. Membuat laporan hasil kerjasama

4. Alur Pelayanan Gizi di Luar Gedung


Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komprehensif
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif). Pelaksanaan pelayanan gizi luar
bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Alur pelayanan

25
gizi luar gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran dan keadaan
wilayah setempat.

B. Mekanisme Rujukan
Alur mekanisme rujukan di Puskesmas adalah sebagai berikut:

POSYANDU

POLINDES

PUSTU

PUSKESMAS RUMAH SAKIT


POKSILA

POSBINDU

BIDAN SWASTA

Keterangan:
1. Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling (Pusling), Polindes
merupakan unit struktural di bawah Puskesmas Induk.
2. Posyandu, poksila, posbindu adalah Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM).
3. Puskesmas dapat menerima pasien rujukan langsung yang datang dari
Posyandu, Polindes, Pustu, Poksila, Klinik Swasta.
4. Apabila Puskesmas tidak mampu merawat pasien karena keterbatasan jenis
dan fasilitas pelayanan, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi yaitu Rumah Sakit. Pada kondisi Gawat Darurat
Puskesmas berfugsi menstabilisasi pasien yang gawat sebelum dirujuk ke
Rumah Sakit.
5. Rumah Sakit akan merujuk kembali pasien yang telah selesai mendaoatkan
perawatan di Puskesmas. Mekanisme seperti ini disebut rujuk balik.
Tujuannya agar pasien dapat dipantau perkembangan kesembuhannya oleh
tenaga kesehatan di Puskesmas yang bertanggungjawab di wilayah
rumahnya

C. METODE
Merupakan cara bagaimana dalam melaksanakan upaya Gizi Masyarakat di
puskesmas. Ada tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi

26
2. Strategi kemitraan
3. Strategi pemberdayaan masyarakat

D. LANGKAH KEGIATAN
1. Perencanaan
Secara terinci uraian ruang lingkup kegiatan perencanaan Upaya gizi
masyarakat yaitu :
a. Kajian perilaku tentang masalah kesehatan yang dilakukan oleh lintas
program di puskesmas
b. Kajian kebujakan publik berwawasan kesehatan yang sudah ada maupun
yang perlu dibuat dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah
kerja puskesmas.
c. Lokakaryamini di puskesmas yang membahas upaya gizi masyarakat yang
terintegrasi secara lintas program maupun lintas sektor.
d. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan di masyarakat,
melalui kegiatan di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas dalam
upaya meningkatka pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam
mengatasi masalah gizi serta meningkatkan status gizi masyarakat.
e. Advokasi kesehatan pada pengambil keputusan di tingkat desa dan
kecamatan untuk mendapatkan dukungan kebijakan publik berwawaskan
kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatan termasuk penanganan
kejadian luar biasa, dengan mengoptimalkan potensi dan peran jejaring
kemitraan.
f. Penggerakan peran serta masyarakat melalui upaya pemberdayaan
masyarakatdalam pengembangan, pembinaan dan peningkatan kualitas
desa siaga aktif, peningkatan pencapaian kadarzi .

2. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)


Dilaksanakan dengan memperhatikan :
a. Bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah ada pada periode
sebulumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah
b. Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi
kesehatan di wilayah tersebut dan kemampuan puskesmas
3. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Merupakan penetapan rincian rencana pelaksanaan kegiatan upaya gizi
masyarakat berdasarkan RUK

27
4. Pelaksanaan
Melaksanaan kegiatan upaya gizi masyarakat dengan jadwal yang telah
disusun bersama.
Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan upaya gizi
masyarakat.
5. Pencatatan dan Pelaporan
Pencacatan dan pelaporan untuk mendokumentasikan pelayanan gizi di
dalam dan di luar gedung menggunakan instrumen antara lain:
1) Buku Register Pasien
2) Rekap jumlah pasien yang mendapat konseling
3) Rekapitulasi Hasil Sistem Informasi Puskesmas (Simpus)
4) Rekapitulasi Hasil Sistem Informasi Posyandu (SIP)
5) Dokumentasi Asuhan Gizi
6) F3/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari Puskesmas)
7) F2/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari Desa/Kelurahan)
8) F1/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari Posyandu)
9) Pelaporan ASI Ekslusif
10) Pelaporan IMD
11) Pelaporan BGM

6. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan


Kegiatan yang dimonitor adalah kegiatan pelayanan gizi baik di dalam
maupun di luar gedung. Cara melakukan monitoring dan evaluasi perlu
memperhatikan jenis dan waktu kegiatan yang dilaksanakan. Dari sisi jenis
kegiatan, dapat dibedakan antara monitoring di dalam gedung dan di luar
gedung.

1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan di Dalam Gedung


Kegiatan yang dimonitor dan dievaluasi:
a. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi
1) Frekuensi edukasi yang direncanakan diselenggarakan di Puskesmas
per bulan, triwulan, semester, tahun.
2) Frekuensi edukasi yang dilaksanakan di Puskesmas per nulan,
triwulan, semester, tahun.
3) Jenis Materi Penyuluhan yang diberikan kepada pasien per bulan,
triwulan, semester, tahun.

28
b. Konseling
1) Data jumlah rujukan permintaan konseling
2) Data jumlah pasien/klien yang mendapat konseling
3) Jenis Materi Konseling yang diberikan kepada pasien per bulan,
triwulan, semester, tahun.
2. Jenis diet yang diberikan kepada pasien per bulan, triwulan, semester,
tahun.Monitoring dan Evaluasi Kegiatan di Luar Gedung
Kegiatan yang dimonitor dan dievaluasi:
a. Penyuluhan Gizi
1) Frekuensi penyuluhan gizi yang direncanakan diselenggarakan di luar
puskesmas per bulan dan per tahun.
2) Frekuensi penyuluhan gizi yang di laksanakan di luar puskesmas per
bulan dan per tahun.
3) Materi penyuluhan yang diberikan per bulan dan per tahun.
b. Konseling
1) Data jumlah rujukan permintaan konseling per bulan dan per tahun
2) Data jumlah pasien/klien yang mendapatkan konseling gizi per bulan
dan per tahun
c. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
1) Data SKDN yang meliputi jumlah balita yang ada (S), jumlah balita
yang punya KMS (K), jumlah balita yang ditimbang (D), jumlah balita
yang naik berat badannya (N) per bulan, triwulan, semester, tahun
2) Persentase D/S dan N/D per bulan, triwulan, semester, tahun
3) Jumlah balita BGM dan 2T per bulan, triwulan, semester, tahun
4) Jumlah balita BGM dan 2T yang dirujuk per bulan, triwulan, semester,
tahun
d. Pemberian Kapsul Vitamin A
1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat vitamin A
2) Data jumlah sasaran yang telat mendapatkan vitamin A
e. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil
1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat TTD
2) Data jumlah sasaran yang telat mendapatkan TTD
f. Pengelolaan MP-ASI, PMT-Pemulihan
1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat MP-ASI, PMT-
Pemulihan
2) Data jumlah sasaran yang telat mendapatkan MP-ASI, PMT-
Pemulihan

29
g. Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program
1) Jumlah rencana rapat LP/LS per bulan dan per tahun
2) Jumlah realisasi rapat LP/LS per bulan dan per tahun

30
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan upaya Gizi Masyarakat
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor
sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.

31
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan perlu


diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan

32
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya Gizi Masyarakat


perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko harus dilakukan
untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

33
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan kegiatan Gizi dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan


indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Kinerja Gizi
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

34

Anda mungkin juga menyukai