Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN PELAYANAN GIZI PUSKESMAS SEI MENGGARIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu amanat Undang-
Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009. Upaya perbaikan gizi ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat yang dilakukan pada
seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai lanjut usia, dengan
prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan balita, remaja perempuan, ibu hamil
dan ibu menyusui. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 bidang kesehatan telah ditetapkan sasaran pokok
pembangunan bidang kesehatan dan gizi masyarakat yang bertujuan
meningkatkan status kesehatan bayi dan ibu serta status gizi masyarakat dengan
target indikator pada tahun 2019 sebagai berikut:
1. Menurunkan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup menjadi 306
2. Menurunkan angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup menjadi 24
3. Menurunkan prevalensi anemia pada ibu hamil menjadi 28%
4. Menurunkan prevalensi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) menjadi
8%
5. Meningkatkan prevalensi bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI
Eksklusif menjadi 50%
6. Menurunkan prevalensi balita kekurangan gizi (underweight)
menjadi 17%
7. Menurunkan balita kurus (wasting) menjadi 9,5
8. Menurunkan prevalensi baduta pendek dan sangat pendek (stunting)
menjadi 28%.

Untuk mencapai sasaran RPJMN bidang kesehatan tahun 2015-2019,


Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 menyebutkan bahwa
sasaran kegiatan pembinaan gizi masyarakat adalah meningkatnya pelayanan gizi
masyarakat. Indikator pencapaian sasaran tersebut pada tahun 2019 adalah:
1. Persentase ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan sebesar
95%
2. Persentase ibu hamil yang mendapatkan 90 Tablet Tambah Darah (TTD)
selama masa kehamilan sebesar 98%
3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif
sebesar 50%
4. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar
50%
5. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan sebesar 90%
6. Persentase remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
sebesar 30%
Dalam rangka mewujudkan peningkatan gizi perseorangan dan
masyarakat, serta mendukung pencapaian target RPJMN 2015-2019 dan Renstra
Kementerian Kesehatan 2015-2019, Kementerian Kesehatan telah menetapkan
upaya pelayanan gizi sebagai salah satu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) esensial yang dilakukan di setiap
puskesmas untuk mendukung standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang
kesehatan. Pelayanan gizi dimaksud dapat berupa pendidikan, suplementasi,
tatalaksana, dan surveilans gizi.
Upaya pelayanan gizi perseorangan lebih bersifat layanan individu
mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan upaya
pelayanan gizi masyarakat mencakup upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan keluarga.
Pelayanan gizi perseorangan dan masyarakat dapat dilakukan di dalam dan di
luar gedung.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidan gizi dan
Kesehatan serta didorong oleh kebutuhan akan acuan pelaksanaan pelayanan
gizi yang komprehensif maka diperlukan pedoman Pelayan Gizi di Puskesmas Sei
Menggaris yang membahas kegiatan pelayanan gizi secara menyeluruh. Oleh
karena itu, Maka disusunlah Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas Sei
Menggaris. Diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan bagi tenaga Kesehatan
khususnya tenaga gizi di Puskesmas Sei Menggaris untuk melaksanakankegiatan
pelayanan gizi di Puskesmas Sei Menggaris.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan asuhan gizi di puskesmas.

Tujuan Khusus
C. Pedoman
Ruang Lingkup
ini dapat digunakan sebagai acuan dalam:
1. Ruang lingkup meliputi kegiatan
Melakukan asuhan
kajian data gizi dalam Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) oleh tenaga
2. Menentukan diagnosis gizi secara tepat
kesehatan yang memberikan pelayanan gizi di puskesmas.
3. Melakukan intervensi gizi secara dini dan tepat
1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas
4. Melakukan monitoring dan evaluasi
2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
5. Memberikan pelayanan gizi kepada masyarakat
3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
4. Pencatatan dan Pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi

D. Batasan Oparasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain
konseling gizi terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit
Tidak Menular (PTM)
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip
keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual
melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan
makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian
pesan- pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif
pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal
dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari
bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu
sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien
rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.

5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk


menyelenggarakan upaya kesehatan.
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi
dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan
dikeluarkan dari tubuh.
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti
imunisasi, PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di
Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-
ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat
dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).
8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan. Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000
HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan
kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan proses
pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan

mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari
petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien.
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan
teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di
masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya,
berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.

12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan
Sarjana Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat
inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan
atau gizi.
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi
kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan
berat badan, dll.
15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien
dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi,
hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran,
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik
di dalam dan di luar gedung.
17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas.
18. Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
19. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan

serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan


pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.
20. Pelayanan Gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi
yang berkesinambungan dimuai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi,
intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien rawat jalan.
Intervensi gizi rawat jalan pada umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan
dietetik dan atau penyuluhan gizi.
21. Pelayanan Gizi Rawat Inap adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis
gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien di rawat
inap. Intervensi gizi rawat inap mencakup kegiatan konseling gizi, penyediaan
makanan pasien rawat inap, pemantauan asupan makanan dan pergantian
jenis diet apabila diperlukan.
22. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara
individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang
mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi
makan dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan
pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan
dan prosedur, serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut pasien/klien.
23. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian
aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai
pemberian pelayanan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi.
24. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi atau
Sarjana Gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah
lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan
dietetik, dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
25. Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi pasien/klien yang dihitung
berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit, dan kondisi kesehatannya.
26. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi yang memberikan
pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi baik
secara vertikal maupun horisontal.
27. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.

28. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah seorang
pasien berisiko malnutrisi, tidak berisiko malnutrisi, atau kondisi khusus.
29. Technikal Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti
dan penyelesaikan pendidikan Diploma III Gizi sesuai aturan yang berlaku
atau Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregristrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
30. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai dengan peraturan perundangan. Tenaga gizi meliputi Technical
Registered Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR), dan Registered
Dietisien (RD).
31. Tenaga Gizi Puskesmas adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk melaksanakan
tugas perbaikan gizi di Puskesmas. Apabila tidak tersedia tenaga gizi maka
pelaksanaan tugas perbaikan gizi di Puskesmas dapat dilakukan oleh Tenaga
Pelaksa Gizi yang berasal dari tenaga kesehatan lain seperti perawat
atau bidan.
32. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang
kesehatan serta memiliki kemampuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
33. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.

34. Tim Asuhan Gizi Puskesmas adalah sekelompok tenaga kesehatan di


Puskesmas yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter (umum/
spesialis), tenaga gizi, perawat dan atau bidan dari setiap unit pelayanan yang
bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care) untuk mencapai
pelayanan paripurna yang bermutu.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang Susu
Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka
Kecukupan Gizi
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya
Perbaikan Gizi Masyarakat
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Anak
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman
Gizi Seimbang.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 2014 tentang Standar
Tablet Tambah Darah bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Kehamilan
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Standar Kapsul
Vitamin A bagi Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/kota
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
manajemen puskesmas
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk
Suplementasi Gizi
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan, Pengendalian dan evaluasi Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Tahun 2017.
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah Tahun Anggaran
2017 beserta lampiran
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 279 Tahun 2006 tentang Perawatan
Kesehatan Masyarakat
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan 2015- 2019
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015 tentang Panduan
Praktek Klinis (PPK) Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Tingkat Pertama
(FKTP)
17. Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL) Nomor: HK.02.03/D1/I.1/2088/2015 tentang
Rencana Aksi Program P2PL Tahun 2015-2019
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga gizi Puskesmas Sei Menggaris ditunjuk untuk melaksanakan
tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat
berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan
gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas,
Berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma II Gizi.
Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di puskesmas melibatkan dokter,
perawat, bidan petugas farmasi, dan analisis laboratorium. Dalam upaya
pelaksanaan pelayanan program gizi juga melibatkan sector terkait yaitu :
Camat, PKK, penanggung jawab KB, Agama, Pendidikan dan sector terkait
lainnya dengan kesepakatan peran masing-masing.
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan upaya gizi dikoordinir oleh tenaga
gizi Puskesmas sesuai dengan kesepakatan.
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan upaya gizi di sepakati dan di susun
Bersama dengan lintas program dan sector terkait.
B. Standar Fasilitas
1. Persyaratan prasarana :

a. Sanitasi

1) Pada ruangan konsultasi gizi sebaiknya disediakan ’wastafel’


dengan debit air mengalir yang cukup.
2) Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang tertutup.

b. Ventilasi

1) Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap


terjaga. Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15% terhadap luas
lantai ruangan
2) Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat
pembuangan sampah (TPS), toilet, dan sumber penularan
lainnya.

c. Pencahayaaan

1) Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami.


2) Intensitas cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan
baik (200 lux).

d. Listrik

1) Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan/perlengkapan


dengan jumlah + 2 titik.
2. Persyaratan Peralatan/Perlengkapan

Peralatan/perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi


antara lain :

a. Meja
b. Kursi
c. Media KIE (poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur,
brosur diet penyakit, dll)
d. Standar Makanan Diet, Standar Pemantauan Pertumbuhan
Balita dan Anak,Tabel IMT dll
e. Food Model
f. Daftar Bahan Penukar Makanan
g. Alat ukur antropometri (timbangan berat badan (beambalance),
mircrotoise, skin fold calliper, Pita LiLA, dll

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Kegiatan pelayanan gizi di dalam Gedung Pelayanan gizi rawat jalan meliputi :
a). Pengkajian gizi
b). Penentuan diagnosis gizi
c). Intervensi gizi

d). Monitoring dan evaluasi asuhan gizi

2. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung

Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya


perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:
a. Edukasi gizi/ Pendidikan gizi

b. Konseling ASI Eksklusif dan PMBA

c. Pengelolaan pemantauan pertumbuhan di Posyandu d). Pengelolaan


pemberian kapsul vitamin A
d. Pengelolaan pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan
ibu nifas
e. Edukasi dalam rangka pencegahan anemia pada remaja putrid dan
WUS g). Pengelolaan pemberian MP-ASI dan PMT Pemulihan
f. Pemulihan gizi berbasis masyarakat
(PGBM)
g. Surveilens gizi
h. Pembinaan gizi di institusi

i. Kerjasama lintas sektor dan lintas program

A. Metode
Pelayanan gizi di Puskesmas Sei Menggaris mulai dari upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sei
Menggaris. Pelayanan gizi di Puskesmas Sei Menggaris dilakukan di dalam
gedung dan di luar gedung.
Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya
dilakukan hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di
dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah
promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
B. Langkah Kegiatan

1. Persiapan
a. Diseminasi informasi upaya gizi pada pembina desa dan pihak lain
yang terkait.
b. Membentuk dan mengaktifkan peran tenaga kesehatan dalam pelayanan gizi
2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis kegiatan upaya gizi dengan lintas sektoran terkait
b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan upaya gizi
3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading
sektor

dari Puskesmas
b. Membentuk dan mengaktifkan peran tenaga kesehatan untuk
pelaksanaan

kegiatan upaya gizi


4. Melaksanaan kegiatan upaya gizi sesuai dengan jadual yang telah disusun
dan

disepakati bersama..
5. Monitoring evaluasi
a.Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan upaya gizi

6. Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan gizi

a. Mencatat dan melaporkan pelaksanaan kegiatan gizi

BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan upaya gizi
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini sesuai dengan tahapan kegiatan
dan metoda program gizi yang akan dilaksanakan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya gizi perlu


diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya gizi perlu


diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU
Kinerja pelaksanaan upaya gizi di monitor dan di evaluasi dengan
menggunakan indikator sebagai berikut:
1.Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2.Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3.Ketepatan metoda yang digunakan
4.Tercapainya indikator Standar Pelayanan Minimal Permasalahan dibahas pada
tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor
terkait dalam pelaksanaan pelayanan upaya gizi dengan tetap memperhatikan
prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan pelayanan upaya gizi tergantung pada komitmen yang
kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai