BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu amanat Undang-
Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009. Upaya perbaikan gizi ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat yang dilakukan pada
seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai lanjut usia, dengan
prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan balita, remaja perempuan, ibu hamil
dan ibu menyusui. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 bidang kesehatan telah ditetapkan sasaran pokok
pembangunan bidang kesehatan dan gizi masyarakat yang bertujuan
meningkatkan status kesehatan bayi dan ibu serta status gizi masyarakat dengan
target indikator pada tahun 2019 sebagai berikut:
1. Menurunkan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup menjadi 306
2. Menurunkan angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup menjadi 24
3. Menurunkan prevalensi anemia pada ibu hamil menjadi 28%
4. Menurunkan prevalensi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) menjadi
8%
5. Meningkatkan prevalensi bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI
Eksklusif menjadi 50%
6. Menurunkan prevalensi balita kekurangan gizi (underweight)
menjadi 17%
7. Menurunkan balita kurus (wasting) menjadi 9,5
8. Menurunkan prevalensi baduta pendek dan sangat pendek (stunting)
menjadi 28%.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan asuhan gizi di puskesmas.
Tujuan Khusus
C. Pedoman
Ruang Lingkup
ini dapat digunakan sebagai acuan dalam:
1. Ruang lingkup meliputi kegiatan
Melakukan asuhan
kajian data gizi dalam Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) oleh tenaga
2. Menentukan diagnosis gizi secara tepat
kesehatan yang memberikan pelayanan gizi di puskesmas.
3. Melakukan intervensi gizi secara dini dan tepat
1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas
4. Melakukan monitoring dan evaluasi
2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
5. Memberikan pelayanan gizi kepada masyarakat
3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
4. Pencatatan dan Pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi
D. Batasan Oparasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain
konseling gizi terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit
Tidak Menular (PTM)
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip
keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual
melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan
makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian
pesan- pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif
pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal
dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari
bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu
sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien
rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari
petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien.
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan
teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di
masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya,
berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.
12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan
Sarjana Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat
inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan
atau gizi.
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi
kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan
berat badan, dll.
15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien
dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi,
hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran,
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik
di dalam dan di luar gedung.
17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas.
18. Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
19. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan
28. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah seorang
pasien berisiko malnutrisi, tidak berisiko malnutrisi, atau kondisi khusus.
29. Technikal Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti
dan penyelesaikan pendidikan Diploma III Gizi sesuai aturan yang berlaku
atau Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregristrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
30. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai dengan peraturan perundangan. Tenaga gizi meliputi Technical
Registered Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR), dan Registered
Dietisien (RD).
31. Tenaga Gizi Puskesmas adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk melaksanakan
tugas perbaikan gizi di Puskesmas. Apabila tidak tersedia tenaga gizi maka
pelaksanaan tugas perbaikan gizi di Puskesmas dapat dilakukan oleh Tenaga
Pelaksa Gizi yang berasal dari tenaga kesehatan lain seperti perawat
atau bidan.
32. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang
kesehatan serta memiliki kemampuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
33. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
a. Sanitasi
b. Ventilasi
c. Pencahayaaan
d. Listrik
a. Meja
b. Kursi
c. Media KIE (poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur,
brosur diet penyakit, dll)
d. Standar Makanan Diet, Standar Pemantauan Pertumbuhan
Balita dan Anak,Tabel IMT dll
e. Food Model
f. Daftar Bahan Penukar Makanan
g. Alat ukur antropometri (timbangan berat badan (beambalance),
mircrotoise, skin fold calliper, Pita LiLA, dll
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
1. Kegiatan pelayanan gizi di dalam Gedung Pelayanan gizi rawat jalan meliputi :
a). Pengkajian gizi
b). Penentuan diagnosis gizi
c). Intervensi gizi
A. Metode
Pelayanan gizi di Puskesmas Sei Menggaris mulai dari upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sei
Menggaris. Pelayanan gizi di Puskesmas Sei Menggaris dilakukan di dalam
gedung dan di luar gedung.
Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya
dilakukan hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di
dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah
promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
B. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Diseminasi informasi upaya gizi pada pembina desa dan pihak lain
yang terkait.
b. Membentuk dan mengaktifkan peran tenaga kesehatan dalam pelayanan gizi
2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis kegiatan upaya gizi dengan lintas sektoran terkait
b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan upaya gizi
3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading
sektor
dari Puskesmas
b. Membentuk dan mengaktifkan peran tenaga kesehatan untuk
pelaksanaan
disepakati bersama..
5. Monitoring evaluasi
a.Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan upaya gizi
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan upaya gizi
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini sesuai dengan tahapan kegiatan
dan metoda program gizi yang akan dilaksanakan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kinerja pelaksanaan upaya gizi di monitor dan di evaluasi dengan
menggunakan indikator sebagai berikut:
1.Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2.Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3.Ketepatan metoda yang digunakan
4.Tercapainya indikator Standar Pelayanan Minimal Permasalahan dibahas pada
tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor
terkait dalam pelaksanaan pelayanan upaya gizi dengan tetap memperhatikan
prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan pelayanan upaya gizi tergantung pada komitmen yang
kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.