Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN INTERNAL

GIZI
BLUD UPTD PUSKESMAS PURWAHARJA 2

PEMERINTAH KOTA BANJAR


DINAS KESEHATAN
BLUD UPTD PUSKESMAS PURWAHARJA 2
Jl. Siliwangi No. 149 Telp. 0265-2731713
Kota Banjar 46333
email : puskesmaspurwaharja2@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak
dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok
rawan bayi dan balita, remeja perempuan, ibu hamil dan menyusui. Mutu gizi akan
tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan
kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada
Puskesmas Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan
pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran
program dan sector terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga
kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal
sangat penting.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
tingkat pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat
dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan
Berbasis Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya.
Sedangkan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan
Puskesmas Rawat Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam
gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat
individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang
akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya
pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan
preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan pelayanan
yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan
mempercepat proses penyembuhan pasien.
B. Tujuan Pedoman

1. Terlaksananya pelayanan gizi didalam dan diluar gedung yang berkualitas di


Puskesmas dan jejaringnya.
2. Meningkatkan derajat pengetahuan dan kesadaran tentang gizi di kehidupan
masyarakat.
3. Menurunnya angka permasalahan gizi di wilayah puskesmas purwaharja 2.
4. Terlaksananya pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi yang baik di
Puskesmas.

C. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup yang dibahas dalam buku pedoman ini adalah
Penyelenggaraan Pelayanan gizi di dalam maupun luar gedung di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kec. Wolowa.
.
D. Batasan Operasional
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
2. Edukasi Gizi/ Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian
pesan-pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/
klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan.
Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan
target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari
bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu
sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien
rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
6. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat
maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar
Akademi Gizi/Diploma III Gizi
7. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat
inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan
atau gizi.
8. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi
kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat
badan, dll.
9. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien
dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi,
hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.
10. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran,
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di
dalam dan di luar gedung
11. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas

E. Landasan Hukum

Yang Menjadi dasar Pedoman pelaksanaan program Gizi di Puskesmas


Purwaharja 2 adalah :
1. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Permenkes No 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi
3. Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Puskesmas tahun 2020
4. Buku Pedoman Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2010.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sesuai dengan pasal 30 Permenkes Nomor 23 Tahun 2014 tentang Tenaga Gizi
disebutkan bahwa tenaga gizi yang diijinkan memiliki kompetensi dan kewenangan
dalam memberikan pelayanan gizi setelah memiliki izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Berikut ini Kualifikasi Sumber Daya Manusia dan
realisasi tenaga upaya gizi yang ada di Puskesmas Purwaharja 2 adalah :
1. Mempunyai pendidikan kesehatan
2. Riwayat Pendidikan D3 Gizi

B. Distribusi Ketenagaan
UPTD Puskesmas Wil.Kec. Wolowa memiliki dua orang tenaga gizi yang
mempunyai tugas dan fungsi dalam pelayanan gizi sebagai berikut:
a. Tugas
Membuat perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian pada proses program pelayanan gizi.
b. Fungsi
c. Uraian Tugas
1. Mengumpulkan data/bahan/informasi terkait pelayanan gizi;
2. Melakukan pemeriksaan status gizi terhadap klien;
3. Menyediakan makanan tambahan dan suplemen gizi;
4. Melakukan pemantauan kegiatan pelayanan gizi;
5. Menyusun laporan kegiatan pelayanan gizi;
6. Melakukan Asuhan Gizi dan pemberian makan pada pasien PONED;
7. Mengentri data balita dan ibu hamil pada e-PPGBM
8. Dalam Gedung :

a. Pengelolaan program gizi;

b.Pelayanan gizi di Puskesmas;

c.Koordinasi lintas program;

9. Luar gedung :

a. Pelayanan gizi di Posyandu;


b. Pelayanan gizi di Posbindu;

c. Surveilans gizi;

d. Melaksanakan pembinaan keluarga sadar gizi berdasarkan hasil


pemetaan;

e. Koordinasi lintas sektor;

10. Melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan pimpinan;

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatann upaya kesehatan masyarakat dilakukan bersama oleh
para pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri
bulanan/lintas sektor, dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan masyarakat program gizi dibuat untuk jangka
waktu satu tahun, dan di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan
dikoordinasikan setiap awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keselurauhan jadwal dan perencanaan kegiatan upaya kesehatan
masyarakat program Gizi dikoordinasikan dengan Kepala Puskesmas Wil. Kec.
Wolowa
BAB III
STANDAR FASILITAR
1. Fasilitas
a. Ruang Konseling Terpadu
b. Kondisi ruang yang di lengkapi dengan sarana penerangan dan ventilasi yang
cukup.

2. Sarana
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas Wil. Kec.
Wolowa memiliki penunjang yang harus dipenuhi :
Kegiatan Pelayanan Sarana Prasana
Gizi
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku Pencatatan Kegiatan
- Timbangan Dewasa dan Bayi
Dalam Gedung - Microtoice/ Pengukur tinggi badan
- Leaflet
- Buku panduan : penuntun diet, pedoman
pelayanan gizi Puskesmas
- Laptop/Komputer
- Printer
- Leaflet, Lembar balik, Materi Materi
Penyuluhan : Gizi untuk ibu hamil, gizi
untuk ibu menyusui
Luar Gedung - Timbangan : Dacin, Timbanan Injak,
Timbangan bayi
- Microtoice/ Pengukur Tinggi badan
- Vitamin A, tablet Fe
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

A. Lingkup Kegiatan

1. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung

Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif,
dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan
di dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi dalam Gedung di Puskesmas
Wolowa terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu pelayanan gizi rawat jalan
penyuluhan/konseling dan pelayanan gizi di Ruang Persalinan.

2. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung

Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan
hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam
gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif
dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

B. Metode Kegiatan
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan Pelayanan Gizi.
Ada tiga strategi yaitu :
1. Perencanaan (P1)
2. Pelaksanaan (P2)
3. Pengawasan, Pengendalian, Penilaian (P3)

C. Langkah Kegiatan
a. Pelayanan Gizi Dalam Gedung
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian gizi
b. Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi.
Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan
dirujuk untuk memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pengkajian Gizi
Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan,
verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:
(a) Data Antropometri
Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi
pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB),
Lingkar Lengan Atas (LiLA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar
Pinggang Pinggul (RLPP), dll
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda
klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy pants,
penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.

(c) Data Riwayat Gizi


Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan
yaitu secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif:
(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi
makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran
asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dapat diukur dengan
menggunakan bantuan food model
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit
serta menegakkan diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini
dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi
terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat
digunakan misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, ureum,
kreatinin, dll.
2) Penentuan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai
dengan respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas
seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan
komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, factor
penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup
diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar,
Kementerian Kesehatan RI, 2014 atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas,
WHO dan Kementerian Kesehatan RI, 2011.

3) Pelaksanaan Intervensi Gizi


Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk
mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:
(a) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual.
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien/ klien
untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi,
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor stres
serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan
status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium.
(b) Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait
perbaikan gizi dan kesehatan.
(c) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien meliputi konseling
gizi terkait penyakit, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA), konseling aktivitas fisik, dan konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular
(PTM). Tujuan konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan,
keberhasilan pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien dengan cara:
1) Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi
2) Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
diet yang telah ditetapkan
3) Mengindektifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negative
4) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai
5) Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta
6) Evaluasi hasil:
a) Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana diet
atau standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan
tindakan selanjutnya.
b) Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil
kesehatan pasien secara menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit,
data hasil pemeriksaan laboratorium, dan status gizi.

Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain:
1. Perkembangan data antropometri
2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3. Perkembangan data fisik/klinis
4. Perkembangan data asupan makan
5. Perkembangan diagnosis gizi
6. Perubahan perilaku dan sikap

b) Pelayanan Gizi Pasien Ruang Persalinan


Intervensi gizi pada pelayanan gizi pasien ruang persalinan mencakup edukasi
pemberian makan pasien oleh keluarga pasien, pamantauan asupan makanan,
konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila diperlukan. Pelayanan gizi di raung
persalinan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
1) Pengkajian gizi
2) Penentuan diagnosis gizi
3) Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan,
perubahan diet dan konseling
4) Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi di ruang persalinan diawali dengan skrining/penapisan


gizi oleh tenaga kesehatan Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi
atau tidak. Skrining gizi setidaknya dilakukan pada pasien baru.
Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien
akan memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan faktor
penyebab melalui pengumpulan, verifikasi, dan interpretasi data secara sistematis.
Kategori data pengkajian gizi meliputi:
1) Data Antropometri
2) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
3) Data Riwayat Gizi
4) Data Laboratorim

2) Penentuan Diagnosis Gizi


Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan
respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya
bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi
dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor
penyebab, tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup
diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar,
Kementerian Kesehatan RI 2014, atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas,
WHO dan Kementerian Kesehatan.

3) Pelaksanaan Intervensi Gizi


Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk
mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:
1) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta
kemampuan pasien/klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman
gizi seimbang (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat),
faktor aktifitas, faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien
ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis dan data hasil pemeriksaan
laboratorium.

2) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien. Materi konseling gizi meliputi
hubungan gizi terkait penyakit, prinsip gizi seimbang, pemilihan bahan makanan,
keamanan pangan, interaksi obat dan makanan, bentuk dan cara pemberian makanan
sesuai keluhan dan kondisi klinis pasien, kebutuhan gizi pasien, dan sebagainya. Tujuan
konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.

3) Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan di Puskesmas wil. Kec. Wolowa merupakan rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu, edukasi keluarga pasien, pemesanan
makan pada keluarga pasien sesuai perencanaan menu,penyiapan makanan oleh
tenaga gizi, distribusi dan pencatatan pelaporan serta evaluasi. Penyelenggaraan
makanan di Puskesmas wil. Kec. Wolowa tidak dilaksanakan secara reguler.
1. Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas
Alur penyelenggaraan makanan di Puskesmas sama dengan yang dilakukan di
ruang persalinan. Alur penyelenggraan makanan dijabarkan seperti gambar di
bawah ini:

Edukasi Pada Pemesanan Penyiapan dan


Keluarga Makanan pada pemorsian makanan
Pasien keluarga yang dibawa pasien
pasien sesuai
standar menu

Distribusi Makanan
pada pasien

Gambar 1. Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap

2. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan adalah pasien pasca melahirkan
3. Mekanisme Penyelenggaraan Makanan
a. Pemesanan
Petugas gizi melakukan perencanaan menu, lalu melakukan edukasi pada
keluarga pasien dan memesan makanan pada keluarga pasien sesuai dengan
master menu, sehingga pasien membawa makanan yang dipesan sesuai dengan
menu. Petugas gizi melakukan pengecekan kesesuaian makanan yang dibawa.
b. Penyiapan
Petugas gizi menyiapkan dan melakukan pemorsian makanan yang sudah
dipesan
c. Distribusi
Petugas gizi memonitor menu makanan sesuai dengan yang dipesan dan
petugas gizi mendistribusikan makanan pada pasien.

4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi di Ruang Persalinan


Setelah rangkaian proses asuhan gizi yang dimulai dari pengkajian gizi,
penentuan diagnosis gizi, dan pelaksanaan intervensi gizi, kegiatan berikutnya adalah
monitoring evaluasi asuhan gizi. Kegiatan utama dari monitoring dan evaluasi
asuhan gizi adalah memantau pemberian intervensi gizi secara berkesinambungan
untuk menilai kemajuan penyembuhan dan status gizi pasien. Hal-hal yang
dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan gizi rawat inap antara lain:
1) Perkembangan data antropometri
2) Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3) Perkembangan data pemeriksaan fisik/klinis
4) Perkembangan asupan makan termasuk daya terima makanan
5) Perkembangan diagnosis gizi
6) Perubahan perilaku dan sikap
7) Perubahan diet
Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien terhadap diet yang
diberikan, bentuk makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, adanya mual,
mutah, keadaan klinis, defekasi, perubahan data laboratorium, dll. Tindak lanjut yang
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi asuhan gizi antara lain
perubahan diet, yang dilakukan dengan mengubah preskripsi diet sesuai perkembangan
kondisi pasien.

c. Pelayanan Gizi Luar Gedung

Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya perbaikan
gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:

1) Edukasi Gizi/ Pendidikan Gizi


a. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS)
dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.
b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
c. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Institusi Pendidikan, Kelas
Ibu, Kelas Balita dll.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan
situasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di
Puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan, antara lain
1) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.
2) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan
kepada masyarakat.
3) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu
melakukan pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakat luas.
4) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM,
institusi pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-
pertemuan lainnya.
5) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah
kerja Puskesmas.
2. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.
b. Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:
1) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah
kerja Puskesmas
2) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar
mampu melakukan pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
3) Melakukan penimbangan
4) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
5) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di
wilayah kerja Puskesmas
6) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.

3. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A


a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan
pemberian vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan
kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik
b. Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifas
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen
pemberian vitamin A antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11bulan, anak
usia 12-59 bulan, dan ibu nifas setiap tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas.
d. Ketentuan dalam pemberian vitamin A:
1) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan
Agustus
2) Balita 12-59bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI
warna merah, diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan
Februari dan Agustus
3) Bayi dan Balita Sakit
Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang
sedang menderita campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan
vitamin A dengan dosis sesuai umur
e. Ibu nifas (0-42 hari)
Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1
kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam
berikutnya.

4. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu


Hamil dan Ibu Nifas
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian
TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi
yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia
gizi besi.
b. Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas
c. Lokasi: di tempat praktek bidan, Posyandu.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen
pemberian TTD antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama
satu tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah
kerja puskesmas.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.
4) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas:
a) Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan
dilanjutkan sampai masa nifas
b) Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

5. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan


WUS
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program
pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran
b. Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUS
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen
pemberian TTD antara lain:
1) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS
mengonsumsi TTD secara mandiri.
2) Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka
tenaga gizi puskesmas merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja
putri dan WUS dan melakukan pemberian TTD kepada kelompok
sasaran.
3) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
Puskesmas.
4) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.
5) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS a)
Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu b)
Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

6. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan


a. MP-ASI
MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh
Kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi
terutama di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock
didistribusikan secara bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan
kepada masyarakat. Sasaran MP-ASI Buffer Stok: balita 6-24 bulan yang terkena
bencana
MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat
dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan.
MP- ASI lokal dapat dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK),
dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI lokal: balita gizi kurang 6-24 bulan. Tugas
tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah:
1. Merencanakan menu MP-ASI lokal
2. Mengadakan bahan MP-ASI lokal
3. Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
4. Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
b. PMT Pemulihan
a. Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil
KEK (Kurang Energi Kronik).
b. PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat
gizi dengan kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15 gram protein.
c. PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi
dengan kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein.
d. Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK
adalah 90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB).
e. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI
dan PMT-Bumil KEK antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk
sasaran selama satu tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di
wilayah kerja Puskesmas.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil
KEK wilayah kerja Puskesmas.

7. Surveilence Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan
data yang dilakukan secara terus menenus, penyajian serta diseminasi
informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor
terkait di tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi
dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan
program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan
bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan surveilans gizi bisa
menggunakan buku Surveilans Gizi, Kementerian Kesehatan
a. Tujuan:
1. Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran
masalah gizi dan perkembangan di masyarakat.
2. Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab masalah gizi dan faktor-faktor terkait
3. Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah
4. Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan
(bentuk, sasaran, dan tempat)
b. Lingkup data surveilans gizi antara lain:
1. Data status gizi
2. Data konsumsi makanan
3. Data cakupan program gizi
c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.
d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi
dengan tenaga surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain:
1. Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/cara melakukan,
dan penggunanaan
2. Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah
data, menganalisa data, melaksanakan diseminasi informasi
3. Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan
gizi di posyandu
4. Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
5. Membuat laporan surveilans gizi
e. Contoh Kegiatan dalam Survilans Gizi antara lain:
1) Pemantauan Status Gizi (PSG)
a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan
perencanaan
b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita,
anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui, pekerja
serta lansia.)
2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
a) Tujuan:
(1)Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan akurat
sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk pencegahan
dan penanggulangan masalah gizi
(2) Memantau situasi pangan dan gizi antar desa/kelurahan dalam 1
kecamatan
b) Sasaran: Lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan di
wilayah kerja Puskesmas.
3) Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa/SKD-KLB Gizi
Buruk
a) Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu
b) Sasaran: balita dan keluarganya, posyandu
4) Pemantauan Konsumsi Garam beriodium di rumah tangga
a) Tujuan : Memperoleh gambaran berkala tentang cakupan
konsumsi garam beriodium yang memenuhi syarat di masyarakat.
Dilaksananakan setiap satu tahun sekali.
b) Sasaran : rumah tangga

8. Kerjasama lintas sektor dan lintas program


a. Tujuan: meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat
puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas program
b. Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh
Pertanian Lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas
Pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan koordinator,
tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan, perawat, sanitarian, juru
imunisasi, dan lain-lain.
c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas
program adalah:
1) Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama
2) Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
3) Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
4) Melakukan koordinasi dalam menentukan indicator indikator
keberhasilan kerjasama
5) Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
6) Membuat laporan hasil kerjasama
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN/ SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan Pelayanan gizi perlu


diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.Upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan diantaranya :
a. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien dalam pelayanan;
b. Komunikasi efektif dalam pelayanan;
c. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan gizi perlu


diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan Pelayanan gizi dimonitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indikator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan sesuai SOP
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Pelayanan Gizi
5. Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lintas program setiap bulan sekali
dan lintas sector 3 bulan sekali.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan terait pelayanan gizi dengan
tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.Keberhasilan
pelayanan gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam
upaya peningkatan pelayanan gizi di Pusesmas Wolowa.
Diharapkan pada semua pihak yang terkait dapat melaksanakan program Gizi
dengan baik dan profesional sehingga mendapat hasil yang lebih baik sehingga dapat
memberikan apresiasi baik yang bersifat positif atau sebaliknya.

Sekian atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai