Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN

PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS RANDUBLATUNG

A. Latar Belakang

Pelayanan gizi di Puskesmas merupakan salah satu Upaya


Kesehatan Wajib yang harus dilaksanakan oleh setiap Puskesmas
sesuai Permenkes yang mengatur tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas yaitu Permenkes Nomor 128 Tahun 2004. Hal ini
merupakan salah satu upaya dalam menjalankan amanat Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang
mengamanatkan upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas dilakukan dengan pendekatan
pelayanan di dalam gedung dan pelayanan diluar gedung, Bentuk
pelayanan gizi di dalam gedung antara lain penyelenggaraan
makan untuk pasien rawat inap dan konseling gizi. Sedangkan
bentuk pelayanan gizi di luar gedung misalnya pemberian vitamin A
pada bayi dan balita, pemantauan pertumbuhan di posyandu,
surveilans gizi dll.
Dalam pembuatan pedoman ini diharapkan dapat menjadi
pedoman untuk tenaga gizi atau tenaga pelaksana gizi di
Puskesmas Rawat Inap maupun Non Rawat Inap dalam
memberikan pelayanan gizi pasien rawat jalan maupun rawat inap.

B. Tujuan

Pelayanan gizi di Puskesmas mempunyai tujuan sebagai berikut :


a. Tujuan umum :
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang komprehensif di
Puskesmas yang menjadi dasar bagi pelaksanaan pelayanan
gizi yang bermutu dalam rangka mengatasi masalah gizi
perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Randublatung.
b. Tujuan khusus :
1) Terlaksananya pelayanan gizi di dalam gedung yang
berkualitas di Puskesmas dan jejaringnya
2) Terlaksananya pelayanan gizi di luar gedung yang
berkualitas di Puskesmas dan jejaringnya.
3) Terlaksananya pencatatan, pelaporan, monitoring dan
evaluasi yang baik di Puskesmas dan jejaringnya
C. Sasaran
1. Tenaga Gizi Puskesmas dan Tenaga Kesehatan lainnya di
Puskesmas
2. Pengelola Program Kesehatan dan Lintas Sektor terkait
3. Pengambil Kebijakan di Propinsi, Kabupaten/Kota

D. Landasan Hukum
Sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan gizi di Puksesmas
diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legatahun
2004 tentang Pral aspect). Beberapa ketentuan perndang-
undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak
2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
3. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah
Daerah
4. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahubn 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI
Eksklusif
8. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
9. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999
tentang Standar Pelayanan Puskesmas Perawatan
11. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No.
894/Menkes/SKB/VIII/2001 dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 35 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 tahun 2004 tentang
Pedoman Penyusunan SDM Kesehatan Di Tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota Serta RS
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Pusat Kesehatan
Masyarakat
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/SK/VII/2008 tentang standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013 tentang
angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
17. Peraturan Menteri Kesehatan No 26 Tahun 2013 tentang
Praktik Tenaga Gizi

E. Definisi Operasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara
lain konseling gizi terkait penyakit dan factor risikonya, konseling
ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA),
konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling
bagi Jemaah haji.

F. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan gizi yang ada di Puskesmas
Randublatung meliputi ;

A. Pelayanan Gizi di dalam gedung


1. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya
promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitative baik rawat jalan
maupun rawatinap yang dilakukan di dalam puskesmas.Kegiatan
pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu
pelayanan gizi rawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap.
Pelayanan Gizi Rawat Jalan :
a) Pengkajian Gizi (mengidentifikasi masalah gizi)
 Data Antropometri
 Data pemeriksaan fisik/klinis
 Data riwayat gizi
 Data hasil pemeriksaan laboratorium
b) Penentuan diagnosis gizi
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya
masalah gizi, faktor penyebab, serta tanda dan gejala yang
ditimbulkan.
c) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan
meliputi :
 Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi
individual.
 Edukasi gizi, bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan terkait perbaikan gizi
dan kesehatan.
 Konseling gizi, diberikan sesuai kondisi pasien/klien
meliputi konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI,
konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA),
konseling aktifitas fisik, dan konseling factor risiko
Penyakit Tidak Menular (PTM). Tujuan konseling
adalah untuk mengubah perilaku dengan cara
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai masalah gizi yangdihadapi.
d) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi rawat jalan
Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanan
asuhan gizi antara lain :
 Perkembangan data antropometri
 Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium
terkait gizi
 Perkembangan data fisik/klinis
 Perkembangan data asupan makan
 Perkembangan diagnosis gizi
 Perubahan perilaku dan sikap
Pelayanan Gizi Rawat Inap
Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup
penyelenggaraan pemberian makna pasien, pemanta asupan
makanan,konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila
diperlukan.
Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi :
1. Pengkajian Gizi
a. Data Antropometri
b. Data Pemeriksaan Fisik/Klinis (otot, gizi kurang dll)
c. Data Riwayat gizi (pola makan, hasil recall)
d. Data hasil Pemeriksaan Lab.
2. Penentuan diagnosis gizi
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya
masalah gizi, factor penyebab, tanda dan gejala yang
ditimbulkan.
3. Pelaksanaan intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi
rawat jalan meliputi :
a. Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi
individual.
b. Konseling gizi diberikan sesuai kondisi pasien/klien
c. Penyelenggaraan Makanan, dilaksanakan dengan
tujuan menyediakan makanan yang berkualitas
sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat
diterima oleh pasien gunamencapai status gizi yang
optimal.
1) Alur penyelenggaraan makanan di Puskesmas
Rawat Inap
2) Sasaran, adalah pasien rawat inap
3) Bentuk penyelenggaraan makanan , dilakukan
secara sistem Swakelola (tenaga, dana,
metode, sarana, dan prasarana) disediakan
oleh pihak Puskesmas Rawat Inap.
4) Makanisme Penyelenggaraan Makanan
 Perencanaan Anggaran Belanja
Makanan, tersedianya taksiran anggaran
belanja makanan.
 Perencanaan menu (siklus menu 10
hari)
 Pengadaan bahan makanan (penetapan
spesifikasi bahan makanan)
 Penyimpanan bahan makanan dan
makanan(tersedianya bahan makanan
yang siap digunakan dalam jumlah dan
kualitas yang tepat sesuai dengan
kebutuhan)
 Pengolahan bahan makanan, meliputi
proses persiapan bahan makanan,
pemasakanmakanan, pendistribusian
dan penyajian makanan:
1). Persiapan bahan makanan, serangkaian
kegiatandalam mempersiapkan bahan
makanan yang siap diolah (mencuci,
memotong, menyiangi, meracik)
2). Pemasakan makanan, merupakan suatu
kegiatanmengubah (memasak) bahan
makanan mentah menjadi makanan yang
siap dimakan.
3). Pendistribusian dan penyajian makanan,
serangkain proses kegiatan penyampaian
makanan sesuai dengan jenis makanan dan
jumlah porsi pasien/konsumen yang
dilayani.

4. Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi


Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan gizi
rawat inap antara lain :
1). Perkembangan data antropometri
2). Perkembangan data hasil pemeriksaan lab. terkaitgizi
3). Perkembangan data pemeriksaan fisik/ klinis
4). Perkembangan asupan makan termasuk daya terima
makanan
5). Perkembangan diagnosis gizi
6). Perubahan perilaku dan sikap
7). Perubahan diet
Alur Penyelenggaraan Makanan Puskesmas Rawat Inap

1. Perencanaan Menu

2. Pengadaan Bahan Makanan

6. Pelayanan
makanan pasien 3. Penerimaan &
Penyimpanan
Bahan Makanan

4. Distribusi Makanan
5. Penyajian Makanan di
Ruang Rawat Inap
Alur Pelayanan Gizi Dalam Gedung

Pasien dating sendiri atau


rujukan dari Jaringan
Puskesmas

Loket

Pemeriksaan Medis dan


Skrining Gizi (MST)

Ditemukan Pasien
bermasalah gizi dan atau
Kondisi khusus

Rujuk ke
Rawat jalan Rawat inap
fasyankes yg
lbh tinggi

Pengkajian gizi

Diagnosis gizi

Rujukan
Balik

Intervensi gizi pasien Rawat Intervensi Gizi Pasien Rawat


jalan : Penyuluhan Gizi oleh Inap :
Tenaga kesehatan
Konseling gizi oleh Tenaga
Gizi, perencanaan Diet,
Penyediaan makanan
Monitoring
Evaluasi

Tindak Lanjut
Contoh Ruang Konsultasi Gizi di Puskesmas

Alat Antropometri

Pin
tu

Je Meja konsultasi
nd
el
a kursi
Contoh Ruang Produksi Makanan di Puskesmas

Jendela

Pe
rsi Kulkas
Bak cuci & Tiris
ap
an
&p
en Lemari
gol bahan
ah makana
n kering

Penya
jian
Maka
nan
Lemari
peralat
an

Meja penerimaan
Pintu
B. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan kearah promotif dan
preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
1). Edukasi gizi/pendidikan gizi
Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan
sesuai dengan risiko / masalah gizi.
2). Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas
3). Lokasi edukasi gizi anatara lain : Posyandu, Pusling, Institusi
pendidikan, kelas ibu, kelas balitaUpaya Kesehatan Kerja
(UKK), dll
2. Konseling ASI Eksklusif dan PMBA
a. Tujuan konseling ASI Eksklusif dan PMBA adalah
1). Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga, sehingga
bayi baru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
meneruskan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
2). Sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai diperkenalkan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
3). Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai usia 24
bulan
b. Sasaran konseling adalah ibu hamil dan atau keluarga dan ibu yang
mempunyai anak usia 0-24 bulan.
c. Lokasi konseling anatara lain Posyandu, Kelonpok Pendukung Ibu (KP-
Ibu),terintegrasi dengan program lain dalam kegiatan kelas balita, kelas
ibu.
3. Konseling Gizi melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular(Posbindu PTM)
a. Tujuan : mencegah dan mengendalikan factor risiko PTM
berbasis masyarakat sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan
masyarakat agar masyarakat dapat mawas diri (awareness)
terhadap factor riisko PTM.
b. Sasaran : masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM
berusia > 15tahun
c. Lokasi : Posbindu PTM di integrasikan ke kegiatan masyarakat
yang sudah aktif berjalan baik antara lain institusi pendidikan, di
tempat kerja maupun di lingkungan tempat kerja maupun di
lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa, yang dilakukan
minimum 1 (satu) kali dalam sebulan.
d. Peran tenaga gizi Puskesmas pada Posbindu PTM adalah
sebagai konselor gizi terkait factor risiko PTM yang ditemukan
saat pemeriksaan kesehatan oleh tenaga medis.
4. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita
menggunaka KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.
b. Sasaran kegiatan ini adaalh kader posyandu
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain :
1). Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah
kerja Puskesmas
2). Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu
melakukan pemantauan pertumbuhan di posyandu
3). Melakukan penimbang
4). Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
5). Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan
pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas
6). Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.
5. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan
pemberian vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan
kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik.
b. Sasaran : bayi, balita, dan ibu nifas
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di posyandu
d. Ketentuan dalam pemberian vitaminA :
1). Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, Diberikan
dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
2). Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus
3). Bayi dan Balita Sakit
Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita
campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis
sesuai umur
4). Ibu nifas (0-42)
Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1
Kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.
6. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu
Hamil dan Ibu Nifas
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan
pemberian TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan
menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
b. Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas
c. Lokasi : ditempat praktek bidan, posyandu.
7. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri
dan WUS
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program
pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran.
b. Sasaran : Remaja putri, WUS
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah)
d. Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putrid an WUS
1). Pencegahan : 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu
2). Pengobatan : 1 tablet/hari sampai kadar Hb normal

8. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan


a. MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan
oleh Kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan gizi terutama di daerah rawan gizi.
Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah :
1). Merencanakan menu MP-ASI lokal
2). Mengadakan bahan MP-ASI lokal
3). Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
4). Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
b. PMT Pemulihan
1). Sasaran : balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu
hamil KEK (Kurang Energi Kronik)
2). PMT-Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat
gizi dengan kandungan 350-400 kalori energy dan 10-15 gram protein.
3). PMT-bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat
gizi dengan kandungan 500 kalori energy dan 15 gram protein.
4). Lama pemberian PMT-Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK
adalah 90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB)
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP- ASI
dan PMT-Bumil KEK antara lain :
1). Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk
sasaran selama satu tahun
2). Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK,
diwilayah kerja Puskesmas
3). Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil
KEK wilayah kerja Puskesmas

9. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)


Pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang dilakukan
masyarakat untuk mengatasi masalah giziyang dihadapi dengan dibantu
oleh tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam
pelaksanaan PGBM dapat merujuk buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi
Buruk, Kementerian Kesehatan 2011.
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan status gizi
balita
b. Sasaran kegiatan ini adalah balita gizi buruk tanpa
komplikasi
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di pos pemulihan gizi
d. Fungsi tenaga gizi di PGBM adalah
1). Melakukan terapi gizi (konseling, pemberian makanan
pemulihan gizi, pemantauan sttaus gizi, dll) untuk pemulihan gizi
buruk
2). Memberikan bimbingan teknis kepada kader dalam
melaksanakanperbaikan gizi di Pos Pemulihan Gizi berbasis
masyarakat
3). Menyusun laporan pelaksanaan program perbaikan gizi di Pos
Pemulihan Gizi berbasis masyarakat.
10. Surveilans gizi
Kegiatan ini meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
yang dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi
informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas
Sektor terkait ditingkat kecamatan.
Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan
surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans gizi,
Kementerian Kesehatan RI, 2014.
a. Tujuan :
1). Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang
besaranmasalah gizi dan perkembangan di masyarakat.
2). Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk
mengetahuipenyebab masalah gizi dan factor-faktor terkait
3). Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu
daerah
4). Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk
dilakukan (bentuk, sasaran, dan tempat)
b. Lingkup data surveilans gizi antara lain :
1). Data status gizi
2). Data konsumsi makanan
3). Data cakupan program gizi
c. Sasaran : Bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu
hamil, ibu menyusui, pekerja serta lansia
d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmas
berkoordinasi dengan tenaga surveilans di Puskesmas dengan fungsi
antara lain :
1). Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/cara
melakukan, dan penggunaan data
2). Melakukan surveilans gizi melip[uti mengumpulkan data,
mengolah data, menganalisa data, melaksanakan diseminasi
informasi
3). Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan
kegiatangizi di posyandu
4). Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
5). Membuat laporan surveilans gizi
e. Contoh Kegiatan dalam surveilans Gizi antara lain :
1). Pemantauan Status Gizi (PSG)
2). Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
3). Sistem Kewaspadaan Dini-Kejadian Luar Biasa/SKD-KLB
Gizi Buruk
4). Pemantauan Konsumsi Garam beriodium di rumah tangga
11. Pembinaan Gizi di Institusi
a. Pembinaan Gizi di Sekolah
1). Tujuan : memperbaiki status gizi anak sekolah
2). Sasaran : peserta didik PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA Pondok pesatren, dan sederajat.
3). Bentuk-bentuk kegiatan perbaikan gizi di seolah
a). Edukasi gizi (penyuluhan)
b). Penjaringan status gizi di sekolah
c). Pemberdayaan peserta didik sebagai dokter kecil/kader
kesehatan remaja(KKR)
d). Pengawasan dan pembinaan pengelola kantin sehat
4). Fungsi tenaga gizi puskesmas bersama dengan tim UKS
a). Mengkoordinir dan atau melakukan edukasi gizi di
sekolah
b). Menapis status gizi anak sekolah

c). Mengkoordinir pemantauan dan intervensi terhadap


status gizi anak di sekolah
d). Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam pemberdayaab
pesertta didik sebagai dokter kecil/kader Kesehatan
Remaja (KKR)
e). Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam membina
kantinsekolah
f). Membuat laporan program perbaikan gizi di sekolah
b. Perbaikan gizi di panti, gizi kantin, restoran, penyelenggaraan makan
banyak lainnya.
1). Tujuan kegiatan ini adalah memperbaiki status gizi tenaga
kerja, warga panti, pengelola kantin, restoran, pemberian
makan banyak
2). Sasaran adal ah tenaga kerja, pengelola pemberian
makanan
3). Bentuk-bentuk kegiatan perbaikan gizi
a). Edukasi gizi (penyuluhan, pendidikan gizi, dan
pendampingan)
b). Pemantauan status gizi
c). Membina pengelola penyelenggaraan makanan banyak
4). Peran tenaga gizi : Mengkoordinir dan atau melakukan
edukasigizi
c. Perbaikan gizi di tempat kerja
1). Tujuan : memperbaiki status gizi tenaga kerja terutama
kelompok rawan misalnya WUS, ibu hamil, ibu menyusui,
dll
2). Sasaran adalah tenaga kerja, pengelola penyelenggaraan
makanpekerja
3). Bentuk-bentuk kegiatan perbaikan gizi di tempat kerja
meliputi :
a). Pemantauna status gizi terutama ibu hamil
b). Edukasi gizi
c). Membina pengelola penyelenggaraan makan pekerja
4). Fungsi tenaga gizi di tempat kerja adalah
a). Melaksanakan pemantauan status gizi terutama pada
kelompokrawan di tempat kerja
b). Mengkoordinasikan pelaksanaan pendidikan gizi di
tempatkerja
c). Bekerjasama dengan tempat kerja membina pengelola
penyelenggaraan makan banyak
d). Membuat laporan perbaikan gizi di tempat kerja
12. Kerjasama lintas sector dan lintas program
a. Tujuan : meningkatkan pencapaian indicator perbaikan gizi di
tingkat puskesmas melalui kerjasama lintas sector dan lintas
program
b. Sasaran : seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat,
PenyuluhPertanian Lapangan, TP.PKK, dinas Pendidikan,
Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan coordinator,
tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan, perawat, juru
imunisasi, dll.
c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sector
dan lintas program adalah :
a. Merencanakan kegiatan sensitive yang memerlukan
kerjasama
b. Mengidentifikasi sector dan program yang perlu
kerjasama
c. Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen
kerjasama
d. Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator-
indikator keberhasilan kerjasama
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
f. Membuat laporan hasil kerjasama

Alur Pelayanan Gizi Di Luar Gedung


Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang
komprehensif (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatife).
Pelaksanaan pelayanan gizi luar gedung bekerjasama dengan
lintas program dan lintas sector terkait. Alur pelayanan gizi luar
gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran dan keadaan
wilayah setempat.

Anda mungkin juga menyukai