Anda di halaman 1dari 6

A.

Program Pembinaan Gizi Masyarakat


1. Edukasi Gizi
a. Tujuan: mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan
risiko/masalah gizi.
b. Sasaran: kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
c. Lokasi: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan
Keagamaan, Kelas
Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan
siatuasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluhan
di puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan.
Pelaksanaan edukasi gizi dilakukan dengan:
1) Merencanakan kegiatan edukasi diwilayah kerja Puskesmas
2) Membuat jadwal kegiatan
3) Merencanakan dan membuat materi edukasi yang akan disampaikan
oleh masyarakat termasuk pre test dan post test
4) Menyajikan materi edukasi kepada masyarakat
5) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampumelakukan
pendididkangizi di Posyandu dan msyarakat luas
6) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM,Institusi
pendidikan,peretemuan keagaaman dan pertemuan- pertemuan
lainnya.
7) Melakukan diskusi/tanya jawab dengan peserta
8) Melakukan evaluasi hasil pre test dan post test
9) Menyusun laporan hasil kegiatan pelaksanaan dan pendidikangizi
diwilayahkerja puskesmas.
2. Konseling Asi Ekslusif
a. Tujuan: meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga
sehingga bayi baru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
dan meneruskan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Sejak usia 6
bulan disamping meneruskan ASI mulai diperkenalkan Makanan
PendampingASI (MP-ASI), selanjutnya tetap meneruskan ASI dan MP-
ASI sesuai kelompok usia sampai usia 24 bulan.
b. Sasaran: ibu hamil dan keluarga/ibu yang mempunyai anakusia 0-24
bulan.
3. Konseling Gizi melalui Pos pembinaan Terpadu Penyakit tidak menular
a. Tujuan: mencegah dan mengendalikan factor risiko PTM berbasis
masyarakat sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan masyrakat
agarmasyarakat dapat mawas diri (awareness) terhadap factor risiko
PTM. 
b. Sasaran: masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia >15
tahun.
c. Konseling gizi dilakukan dengan tahapan :
1) Menyiapkan materi konseling gizi yang akan disampaikan kepada
masyarakat seputar Penyakit Tidak Menular (seperti diet untuk
penyakit yang tergolong PTM)
2) Menyediakan media yang akan digunakan saat konseling gizi
3) Menyediakan form atau catatan asuhan gizi pasien
4) Mengisi form atau catatan asuhan gizi pasien
5) Melakukan konseling gizi sesuai dengan materi atau topik
permasalahan pasien dengan menggunakan alat bantu media
penyuluhan
6) Membuka sesi diskusi/tanya jawab untuk pasien
7) Pasien diminta untuk mengulangi inti materi yang disampaikanoleh
Ahli gizi sebagai bahan untuk mengevaluasi pengetahuan
dan pemahaman pasien seputar diet yang akan dijalankan
8) Membuat evaluasi hasil kegiatan
9) Membuat laporan hasil kegiatan
d. Target dari kegiatan konseling gizi : dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM
dengan menerapkan Diet terkait penyakit PTM yang diderita sehingga
dapat merubah sikap dan perilaku (pola makan) agar sesuai dengan diet
yang harus dijalani sehingga dapat mempertahankan atau meningkatkan
kondisi kesehatan menjadi lebih baik dan mencegah adanya
komplikasi penyakit lainnya.
4. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
Pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang dilakukan
masyarakat untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi dengan dibantu oleh
tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya. Pendirian PGBM
tergantung kepada besaran masalah gizi di daerah. Dalam pelaksanaan
PGBM dapat merujuk kepada besaran masalah gizi di daerah. Dalam
pelaksanaan PGBM dapat merujuk buku pedoman pelayanan gizi buruk
Kementerian Kesehatan 2011.
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan status gizi balita 
b. Sasaran kegiatan ini adalah balita BGM dan balita gizi buruk
tanpakomplikasi
c. Target dalam kegiatan Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat adalah
Semua Balita Gizi Buruk mendapatkan penanganan dan perawatan
melalui program Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kondisi kesehatan dan status gizi balita.
5. Surveilans Gizi
Kegiatan surveilens gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan
data yang dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi
informasi bagi Kepala Puskesmas serta lintas program dan lintas sector
terkait ditingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilens gizi
dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan
program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan
bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan surveilens gizi bisa
menggunakan buku surveilens gizi, Kemeterian Kesehatan RI, 2014.
a. Tujuan
1) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus untuk mengetahui
masalah gizi dan perkembangan di masyarakat
2) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk
mengetahui penyebab masalah gizi dan factor terkait
3) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatudaerah
4) Menyedikan informasi intervensi yang paling tepat untukdilakukan
(bentuk, sasaran, dan tempat) 
b. Lingkup data surveilens gizi antara lain :
1) Data status gizi
2) Data konsumsi makanan
3) Data cakupan program gizi
c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.
d. Dalam pelaksanaan surveilens gizi, tenaga gizi puskesmas
berkoordinasi dengan tenaga surveilens di Puskesmas melakukan
kegiatan antara lain :
1) Merencanakan surveilens mulai dari lokasi, metode, cara
melakukan, dan penggunaan data
2) Melakukan surveilens gizi meliputi mengumpulkan data,mengolah
data, menghasilkan data, menganalisa data,melaksanakan diseminasi
informasi
3) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan
gizi di posyandu
4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
5) Membuat laporan surveilens gizi
e. Contoh kegiatan dalam surveilens gizi antara lain :
1) Pemantauan Status Gizi (PSG)
a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai
bahan perencanaan 
b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat
(bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibume
nyusui, pekerja serta lansia)
2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
a) Tujuan : tersedianya informasi secara terus menerus, cepat,
tepat dan akurat sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya
untuk pencegahan dan penanggulangan masalah gizi, selain itu
bertujuan untuk memantau situasi pangan dan gizi antar desa
atau kelurahan dalam 1 kecamatan 
b) Sasaran : lintas program dan lintas sectoral di tingkatkecamatan
di wilayah kerja Puskesmas.
3) System kewaspadaan Dini –  Kejadian Luar Biasa/SKD KLBGizi
Buruk
a) Tujuan : mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk disuatu
wilayah pada kurun waktu tertentu 
b) Sasaran : balita dan keluarga, posyandu
4) Pemantauan Konsumsi garam beryodium di rumah tangga
a) Memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi
garam beryodium yang memenuhi syarat di masyarakat.
Dilaksanakan setiap satu tahun sekali 
b) Sasarannya adalah ibu rumah tanggaHasil kegiatan surveilans
gizi akan digunakan untuk merencanakan kegiatanProgram
UKM pada periode selanjutnya.
B. Program Pengembangan Kota Sehat
Program Penyelenggaraan Kota Sehat merupakan suatu program dalam
mewujudkan suatu kondisi kota yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk
dihuni penduduk, yang dapat dicapai melalui terselenggaranya penerapan
beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat
dan pemerintah daerah. Dalam proses penyelenggaraannya dilakukan berbabagi
kegiatan untuk mewujudkan kota sehat dengan pemberdayaan masyarakat,
ataupun melalui forum yang difasilitasi oleh pemerintah Kota. Program dalam
Pengembangan Kota Sehat :
1. Program greenschool atau sekolah hijau merupakan pengembangan
dari program kota sehat dengan melibatkan dinas pendidikan
yang berupa pengembangan kurikulum dan pembuatan kebijakan yang
berkaitan dengan pendidikan lingkungan sekolah. Selain itu Dinkes kota
salati juga bekerjasama dengan Dinas Pengelola Lingkungan Hidup (DPLH)
melakukan pembagian tanaman keras dan program pelestarian tanaman
langka, deprogram ini juga ditambahkan larangan merokok.
2. Program pengendalian merokok ditempat kerja yang telah dilakukan
sosialisasi program dengan lintas sector, perusahaan swasta, kelurahan
dankecamatan, di pindok pesantren dan surat edaran SKPD tentang
pengendalian merokok.
3. Program keluarga mandiri kelola sampah merupakan program unggulan yang
sudah disosialisasikan sampai tingkat RT/RW, program ini juga membuat
tempat percontohan pengelolaan sampah rumah tangga, dan bekerjasama
dengan kantor lingkungan hidup meberikan stimulant berupa tempat sampah
dan grobak sampah.
4. Program konservasi air dan penghijauan. Melalui program inimelakukan
kegiatan penanaman pohon di, seminar air dan urbanisasi, sepedasehat
kampanye Go Green, uji kemurnian air minum dalam kemasan yang
dikonsumsi masyarakat serta penandatanganan perjanjian kesepahaman
kerjasama dalam pemeliharaan lingkungan hidup, penanaman pohon.
5. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan sosialisasi
di masyarakat sampai ketingkat RT/RW, kegiatan PSN bersama,
dan penandatanganan perjanjian kesepahaman kerjasama untuk mewujudkan 
kotasalatiga bebas jentik

Firdaus Muhammad, dkk. 2019. Program pembinaan kesehatan komunitas (Diakses


pada tanggal 7 Mei 2022). https://www.scribd.com/document/434134585/Makalah-
Program-Pembinaan-Kesehatan-Komunitas
Sri Rosalina Intan, dkk. 2018. Program pembinaan kesehatan komunitas. (Diakses
pada tanggal 7 Mei 2022). https://pdfcoffee.com/program-pembinaan-kesehatan-
komunitas1docx2018-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai