Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN INTERNAL GIZI

UPT PUSKESMAS SUBOH

No Dokumen :

Tanggal Terbit :

Revisi :

DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN 2023

PANDUAN INTERNAL PROGRAM GIZI PUSKESMAS SUBOH 1


BAB I
DEFINISI

A. Pengertian Pelayanan Gizi

Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan,


makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengelolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit.

Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai


upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas. Pelayanan gizi di Puskesmas dilakukan di dalam
gedung dan di luar gedung.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2013
2. Peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 Tentang ASI Eksklusif
3. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 Tentang
Standar Pelayanan Puskesmas Perawatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/SK/VII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten /Kota
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013 Tentang
Angka Kecukupan Gizi yang diajurkan Bagi Bangsa Indonesia
7. Peraturan Menteri Kesehatan No.26 Tahun 2013 tentang 2013
Tentang Praktik Tenaga Gizi.

PANDUAN INTERNAL PROGRAM GIZI PUSKESMAS SUBOH 2


BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung


Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu
pelayanan gizi rawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap
1. Pengkajian Gizi
Tujuan : mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui
pengumpulan,verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. Kategori
data pengkajian gizi meliputi :
a. Data antropometri
Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara
meliputi pengukuran tinggi badan (TB)/panjang badan (PB) dan
berat badan (BB), lingkar lengan atas (LILA), Lingkar kepala, lingkar
perut, rasio lingkar pinggang pinggul RLPP,dll
b. Data pemeriksaan fiisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik
meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi
seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak
dibagian tubuh tertentu, dll.
c. Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum
digunakan yaitu secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan
kuantitatif:
1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari
berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untuk
mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara
recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan bantuan
food model.
d. Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka
mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan diagnosis gizi
pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga
untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi
terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL,
HDL, trigliserida, ureum, kreatinin, dll.

PANDUAN INTERNAL PROGRAM GIZI PUSKESMAS SUBOH 3


2. Penentuan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara
sesuai dengan respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga
gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara
mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di
puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi,
faktor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk
mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementerian Kesehatan RI,
2014 atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan
Kementerian Kesehatan RI, 2011.
3. Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan
untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status
kesehatan individu.
3.1. Intervensi Gizi Rawat Jalan
a. Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual.
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta
kemampuan pasien/ klien untuk menerima makanan dengan
memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas,
faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan.
Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi,
pemeriksaan klinis, dan data laboratorium.
b. Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan terkait perbaikan gizi dan kesehatan.
c. Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien meliputi
konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI, konseling
Pemberian
Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling aktivitas fisik, dan
konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Tujuan
konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
masalah gizi yang dihadapi.

3.2. Intervensi Gizi Rawat inap


a. Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita
serta kemampuan pasien/klien untuk menerima makanan
PANDUAN INTERNAL PROGRAM GIZI PUSKESMAS SUBOH 4
dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor
aktifitas, faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan.
Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi,
pemeriksaan klinis dan data hasil pemeriksaan laboratorium.
b. Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klienASI
eksklusif Makanan MP-ASI kepada bayi mulai usia 6 bulan dan
terus memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan atau
lebih.
a. Makanan sehat ibu menyusui
1. Membuat laporan bulanan pelaksanaan konseling di wilayah
kerja puskesmas.
2. Konseling Gizi Melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu PTM)
a. Tujuan : mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM berbasis
masyarakat sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan
masyarakat agar masyarakat dapat mawas diri (awareness)
terhadap faktor risiko PTM.
b. Sasaran : masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia
>15 tahun.
c. Lokasi : posbindu PTM di integrasikan ke kegiatan masyarakat
yang sudah aktif berjalan baik antara lain institusi pendidikan, di
tempat kerja maupun di lingkungan tempat tinggal dalam wadah
desa, yang dilakukan minimum 1 (satu) kali dalam sebulan.
d. Peran tenaga gizi puskesmas pada posbindu PTM adalah sebagai
konselor gizi terkait faktor resiko PTM yang ditemukan saat
pemeriksaan kesehatan oleh tenaga medis.

3. Pengeloaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu


a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi balita
menggunakan KMS (Kartu menuju sehat) atau Buku KIA
b. Sasaran kegiatan ini adalah
a. kerjasama lintas sektor dan lintas program
b. Sasaran : seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat,
penyuluh pertanian lapangan, juru penerang kecamatan,TP
PKK,Dinas pendidikan,kepala desa/Kelurahan, program KIA, bidan
koordinator, tenaga sanitarian,tenaga promosi
kesehatan,perawat,juru imunisasi, dan lain-lain
c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan
lintas program adalah:
1. Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama
PANDUAN INTERNAL PROGRAM GIZI PUSKESMAS SUBOH 5
2. Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
3. Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
4. Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator-indikator
keberhasilan kerjasama
5. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
6. Membuat laporan hasil kerjasama

BAB III
TATA LAKSANA

A. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung


1. Pengkajian
1.1. Data antropometri
a. Pengukuran Tinggi Badan
- Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang
lurus, datar setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai
yang datar rata.
- > 2 tahun, bisa berdiri
- Menggunakan mikrotoa
- Anak tidak memakai sandal atau sepatu
- Berdiri tegak, menghadap kedepan,pandangan lurus kedepan
- Kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian
belakang harus menempel pada dinding/tiang pengukur
- Turunkan mikrotoise sampai rapat pada kepala bagian
atas,siku-siku harus lurus menempel pada dinding
- Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam
gulungan mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm.
b. Pengukuran Panjang Badan
- Letakkan pengukur panjang badan pada meja atau tempat
yang rata
- Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di sebelah kiri
dan panel penggeser di sebelah kanan pengukur.panel kepala
adalah bagian yang tidak bisa di geser.
- Tarik geser bagian panel yang dapat di geser sampai
diperkirakan cukup panjang untuk menaruh bayi/anak
- Baringkan bayi/anak dengan posisi terlentang,diantara kedua
siku, dan kepala bayi/anak menempel pada bagian panel yang
tidak dapat di geser.
- Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/anak sampai lurus
dan menempel pada meja/tempat menaruh alat ukur. Tekan
telapak kaki bayi/anak sampai tegak lurus,kemudian geser
panel yang dapat di geser sampai menempel pada telapak kaki
bayi/anak.

PANDUAN INTERNAL PROGRAM GIZI PUSKESMAS SUBOH 6


- Bacalah panjang badan bayi/anak pada skala ke arah angka
yang lebih besar.
- Setelah pengukuran selesai,kemudian bayi/anak diangkat
- Catat hasil pengukuran panjang badan
c. Pengukuran Berat Badan
1. Menggunakan dacin
- Gantungkan dacin pada tempat yang kokoh seperti
pelana rumah atau kusen pintu atau dahan pohon atau
penyangga kaki tiga yang kuat
- Atur posisi angka pada batang dacin sejajar dengan mata
penimbang
- Letakkan bandul geser pada angka nol,jika ujung kedua
paku timbang tidak dalam posisi lurus,maka timbangan
perlu ditera atau diganti dengan yang baru
- Batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman
- Pasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang
yang kososng pada dacin.
- Seimbangkan dacin yang telah dibebani dengan sarung
timbang/celana timbang/ kotak timbang dengan
memberi kantung plastik berisikan pasir/batu di ujung
batang dacin,sampai kedua jarum di atas tegak lurus.
- Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan
pakaian seminimal mungkin dan geser bandul sampai
jarum tegak lurus.
- Baca berat badan balita dengan melihat angka pada
ujung bandul geser
- Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku
bantu dalam kg dan ons
- Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita
dari sarung/celana/kotak timbang.
2. Menggunakan timbangan injak
- Letakkan timbangan dilantai yang datar dan tidak
mudah bergerak
- Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka
0 (nol)
- Pakaian anak sebaikknya seminimal mungkin (tidak
memakai alas kaki,jaket,topi,jam tangan, kalung dan
tidak memegang sesuatu)
- Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
- Lihat jarum timbangan sampai berhenti
- Baca angka yang di tunjukkan oleh jarum timbang atau
angka timbangan.
PANDUAN INTERNAL PROGRAM GIZI PUSKESMAS SUBOH 7
- Catat hasil penimbangan pada kertas/buku bantu
3. Menggunakan timbangan bayi
- Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak
mudah bergoyang
- Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka 0
(Nol)
a. terpilih
b. MP-ASI dan PMT-Pemulihan diberikan kepada balita setiap 10 hari
sekali sambil di timbang berat badan dan diukur tinggi/panjang
badannya, dicatat daya terima dan permasalahan yang ada
c. Petugas pembina desa (PPD) mengisi kartu monitoring PMT
pemulihan sesuai dengan kondisi balita.
d. Petugas pembina desa (PPD) melaporkan hasil perkembangan status
gizi balita penerima MP-ASI dan PMT Pemulihan ke puskesmas setiap
satu bulan sekali.
e. Puskesmas merekap hasil perkembangan status gizi balita penerima
MP-ASI dan PMT-Pemulihan dan melaporkan dalam bentuk laporan
ke dinas kesehatan satu bulan sekali
1. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
a. Melakukan terapi gizi (konseling, pemberian makanan pemulihan
gizi, pemantauan status gizi, dll) untuk pemulihan gizi buruk
b. Memberikan bimbingan teknis kepada kader dalam melaksanakan
perbaikan gizi di pos pemulihan gizi berbasis masyarakat
c. Menyusun laporan pelaksanaan program perbaikan gizi di pos
pemulihan gizi berbasis masyarakat.
2. Surveilens Gizi
1. Pemantauan Status Gizi (PSG)-KADARZI
Langkah –langkah persiapan pengumpulan data
a. Sosialisasi
TPG puskesmas atau bidan di desa berkoordinasi dengan
kepala desa/kelurahan dan ketua RW atau kepala dusun pada
klaster terpilih.
b. Penyusunan jadwal kegiatan
c. Sosialisasi di tingkat masyarakat
d. Persiapan logistik
Menyiapkan bahan dan alat untuk pelaksanaan pengumpulan
data anak balita (alat ukur berat badan dan tinggi badan, MP-
ASI depkes, Kapsul Vitamin A,iodina test,dll)
e. Pengumpulan data
f. Rekapitulasi dan pengolahan data
g. Pengiriman hasil pengolahan ke Kabupaten
2. Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium di rumah tangga
PANDUAN INTERNAL PROGRAM GIZI PUSKESMAS SUBOH 8
Langkah-langkah pengujian garam:
a. Menentukan lokasi dan sampel/sasaran
b. Koordinasi lintas program dan lintas sektor
c. Menentukan jadwal pelaksanaan
d. Pelaksanaan:
- Sampel/sasaran membawa garam konsumsi sebanyak 1-
2 sendok makan dari rumah masing-masing.
- Garam di bungkus dalam plastik atau kertas, sebelum
diambil sebaiknya garam diaduk terlebih dahulu
- Mencatat merek dagang/cap/label garam,betuk garam,
tempat membeli garam.
- Ambil ½ sendok teh garam yang akan diuji, letakkan
ditempat yang datar dengan alas berwarna putih
kemudian ratakan permukaannya. Bila garam berbentuk
briket,haluskanterlebih dahulu.
- Teteskan larutan yodium test 2-3 tetes pada garam
tersebut :
 Bila tidak berubah warna berarti garam tidak
mengandung yodium
 Bila berwarna biru-ungu berarti garam mengandung
yodium
- Test kit garam beryodium dikocok terlebih dahulu
sebelum digunakan, kemudian teteskan ke permukaan
garam. Tes kit yang sudah dibuka, hanya dapat
digunakan dalam kurun waktu 6 bulan
3. Pembinaan Gizi di Institusi
a. Mengkoordinir dan atau melakukan edukasi gizi di sekolah
b. Menapis status gizi anak sekolah
c. Mengkoordinir pemantauan dan intervensi terhadap status gizi anak
di sekolah
d. Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam pemberdayaan peserta
didik sebagai dokter keci/kader kesehatan remaja(KKR).
e. Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam membina kantin sekolah
f. Membuat laporan program perbaikan gizi di sekolah
4. Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program
a. Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama
b. Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
c. Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
d. Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator-indikator
keberhasilan kerjasama
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
f. Membuat laporan hasil kerjasama
PANDUAN INTERNAL PROGRAM GIZI PUSKESMAS SUBOH 9
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Buku Register Pasien


Dalam bentuk buku folio
Formulir Asuhan Gizi (dewasa dan anak)

F3/Gizi

A. F2/Gizi
B. F1/Gizi
C. Pelaporan ASI Eksklusif
D. Pelaporan BGM
E. Balok SKDN
F. Pelaporan Kapsul Vitamin A
G. Pelaporan Tablet tambah darah pada bumil
H. Form penerimaan MP-ASI,PMT-pemulihan
I. Form monitoring garam
J. Form rekap PSG
K. Form recall
L. Form food Frequency

http://www.slideshare.net/edysmartnow/formula-kep
http://www.slideshare.net/edysmartnow/formula-kep
http://www.slideshare.net/alunand350/materi-v-pembuatan-formula-
pada-gizi-buruk
http://www.slideshare.net/hushahatimah/perencanaan-gizi-seimbang-
melalui-edukasi-gizi-berdasarkan-pugs
https://duniasehat.net/2014/02/27/bulan-vitamin-a/
http://idbiodiversitas.blogspot.co.id/2016/04/penilaian-status-gizi-
secara-tidak.html

PANDUAN INTERNAL PROGRAM GIZI PUSKESMAS SUBOH 10

Anda mungkin juga menyukai