KEPERAWATAN GERONTIK
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh :
Kelompok 3 A3 2020
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT memberikan rahmat kepada
penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Gerontik yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem Endokrin (Diabetes
Melitus)”. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam
memenuhi kriteria mata kuliah. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada
junjungan kita tercinta Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat serta seluruh kaum
muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian. Semoga segala bantuan,
dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dapat
bernilai ibadah disisi Allah SWT. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, khususnya bagi kami sendiri.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................6
A. Definisi Diabetes Melitus....................................................................................6
B. Karakteristis........................................................................................................6
C. Patofisiologi........................................................................................................7
D. Pencegahan..........................................................................................................7
E. Penatalaksanaan..................................................................................................8
BAB III.........................................................................................................................14
Askep Teori pada pasien Diabetes Melitus..................................................................14
A. Pengkajian.........................................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................19
C. Intervensi Keperawatan.....................................................................................19
D. Implementasi Keperawatan...............................................................................24
E. Evaluasi Keperawatan.........................................................................................25
BAB IV........................................................................................................................26
PENUTUP....................................................................................................................26
A. Kesimpulan.......................................................................................................26
B. Saran..................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang tua lebih berisiko terjadi peningkatan risiko kegagalan mendapat terapi
yang tepat, diet, dan pengobatan-pengobatan yang dapat menyelamatkan hidupnya.
Oleh karena itu, diagnosa sedini mungkin, tatalaksana serta pengawasan timbulnya
komplikasi harus lebih diperhatikan. Sehingga meskipun angka harapan hidup naik,
kualitas hidup juga akan naik. Sehingga dicapai usia tua yang tetap berkualitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep diabetes pada lansia?
2. Apa konsep Asuhan Keperawatan diabetes pada lanisa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep diabetes pada lansia
2. Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan diabetes pada lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur
tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal
bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan
tubuh yang menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah
gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah,
paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain
seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang
besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa, 2014).
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman
serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang
dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan
perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami
penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik,
suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia,
peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia
(Stanley, Mickey, 2006).
DM pada lansia adalah penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia yang
disebabkan karena lansia tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif (Nugroho, 2012).
Pada organ tubuh lansia akan terjadi kelebihan glukosa di dalam darah serta
akan dirasakan setelah terjadi komplikasi lanjut, setelah itu akan terjadi pada semua
organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan maupun gejala yang sangat
bervariasi (Gibney, 2009 dalam (Musthakimah, 2019).
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1
disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun
sedangkan DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus
diabetes) yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan
resistensi insulin (American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008). DM
tipe 2 berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang
dialami pasien sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi
dan luka yang lama sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).
D. Pencegahan
1. Pencegahan primer
2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat
dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada
umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat
diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk
menentukan diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat
mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien tentang
prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang
membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih sumber-
sumber makanan rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat
dalam diet mereka (Stanley, Mickey, 2006).
c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan
fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan
stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun
berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat
baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama
bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak.
Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap
3 hari (Stanley, Mickey, 2006).
d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk
menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
E. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan keperawatan
1) Diet
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti pedoman 3 J yaitu:
Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah, Jadwal
diet harus sesuai dengan intervalnya, Jenis makanan yang manis harus dihindari
dengan rumus :
BPR = BB (KG) X 100
TB (CM) -100
Keterangan :
2) Olahraga
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik
3) Edukasi / penyuluhan
4) Pemberian obat-obatan
8) Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
B. Penatalaksanaan medis
Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan
menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan
dalam terapi insulin. Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga
diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien (Varena, 2019). Oleh karena itu,
jenis insulin dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual.
a) Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua
yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non ionic-
binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang demikian juga
resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis
rendah. Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18
metabolit gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja
metabolit yang lebih pendek atau metabolit tidak aktif yang lebihsesuai digunakan
pada pasien diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini selain merangsang
pelepasan insulin dari fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek
ekstrapankreatik (Varena, 2019).
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu enzim
pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat
kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan penurunan
peningkatan glukosa postprandial.Walaupun kurang efektif dibandingkan golongan
obat yang lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang
mengalami diabetes 19 ringan.
d) Thiazolidinediones thiazolidinediones
Memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan efek
insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone telah terbukti
aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak menyebabkan hipoglekimia.
Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal jantung. Thiazolidinediones
adalah obat yang relative, (Varena, 2019).
BAB III
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi: nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir,
alamat, agama, tanggal pengkajian.
Umur: Pertambahan usia merupakan faktor resiko yang penting untuk
DM karena
penuaan berhubungan dengan resistensi insulin (Stuart dan Laraia,
2017).
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien merasa banyak kencing (poliuria), banyak minum
(polidipsia), cepat merasakan lapar (polifagia) dan penurunan berat
badan yang signifikan (American Diabetes Association, 2010).
c. Riwayat Kesehatan
(a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mngeluh nyeri, kesemutan pada esktremitas,
luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung. Pasien datang dengan keadaan dengan lemas dan
adapun yang mengalami ulkus diabetik dan hasil GDA tidak
normal
(b) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti Infark miokard
(c) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
d. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : kelemahan fisik, tidak berdaya, dan keletihan.
(a) Aktifitas fisik
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram
otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat
atau dengan aktivitas.
(b) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark
miokard akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi
menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan
kemerahan, bola mata cekung
(c) Integritas Ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda: ansietas
(d) Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia,
rasa nyeri, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan
abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus
lemah, hiperaktif pada diare.
(e) Nutrisi
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau
karbohidrat, penurunan berat badan, haus.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan,
distensi abdomen, muntah.
(f) Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia.
(g) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau
tanpa sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi
meningkat.
(h) Seksualitas
Gejala: impoten pada pria dan wanita sulit untuk orgasme.
(i) Gastrointenstinal
Gejala: Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus
lemah/menurun.
(j) Muskuloskeletal
Gejala: Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus
pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada
tungkai.
(k) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita Diabetes mellitus menurut
SDKI (2016) meliputi:
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Disfungsi
pancreas (D.0027)
b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik (D.0077)
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
d. Resiko Infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis (diabetes mellitus)
(D.0142)
e. Resiko jatuh dibuktikan dengan perubahan kadar glukosa darah
(D.0143)
2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia
kadar glukosa tindakan keperawatan Observasi
darah b.d selama 2 x 24 jam - Identifikasi
disfungsi maka ketidakstabilan kemungkinan
pankreas gula darah membaik penyebab
Kriteria Hasil : hiperglikemia
- Kestabilan - Monitor kadar gulah
kadar glukosa darah
darah - Monitor tanda dan
membaik gejala hiperglikemia
- Status nutrisi Terapeutik
membaik - Berikan asupan
- Tingkat cairan oral
pengetahuan Edukasi
meningkat - Ajurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
- Anjurkan monitor
kadar gulah darah
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin,
jika perlu
2 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Agen cedera tindakan Keperawatan Observasi
fisik 2 x24 jam diharapkan - Identifikasi
tingkat nyeri menurun identifikasi lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
- Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
- Meringis - Identifikasi skala
menurun nyeri
- Gelisah Terapeutik
menurun - Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab
dan periode dan
pemicu nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien
yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011).
4. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia merupakan proses yang terjadi secara alami pada setiap individu dimana
dalam setiap proses ini terjadi perubahan fisik maupun mental yang akan berpengaruh
pada berbagai fungsi dan kemampuan tubuh yang pernah dimilikinya. DM merupakan
penyebab hiperglikemia. Hiperglikemia disebabkan oleh berbagai hal, namun
hiperglikemia paling sering disebabkan oleh DM. Pada DM gula menumpuk dalam
darah sehingga gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon
insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang
membantu masuknya gula darah.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes
Kota Semarang.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.