Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

“Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Endokrin


(Diabetes Melitus)”
Dosen Pengampu : Dr. Rika Sabri, S.Kp., M.Kes., Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Kelompok 3 A3 2020

1. Amelia Fransisca Yalani 2011313004


2. Adinda Tri Kurnia Putri 2011313001
3. Assyfa Rahmi Fajarita Sgr 2011311042
4. Febrianelly Amanda 2011312058
5. Figo Renzio Rizal 2011311003
6. Laila Nadhira 2011312043
7. Robiatul Adawiyah 2011311006

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT memberikan rahmat kepada
penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Gerontik yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem Endokrin (Diabetes
Melitus)”. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam
memenuhi kriteria mata kuliah. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada
junjungan kita tercinta Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat serta seluruh kaum
muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian. Semoga segala bantuan,
dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dapat
bernilai ibadah disisi Allah SWT. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, khususnya bagi kami sendiri.

Padang, 8 Maret 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................6
A. Definisi Diabetes Melitus....................................................................................6
B. Karakteristis........................................................................................................6
C. Patofisiologi........................................................................................................7
D. Pencegahan..........................................................................................................7
E. Penatalaksanaan..................................................................................................8
BAB III.........................................................................................................................14
Askep Teori pada pasien Diabetes Melitus..................................................................14
A. Pengkajian.........................................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................19
C. Intervensi Keperawatan.....................................................................................19
D. Implementasi Keperawatan...............................................................................24
E. Evaluasi Keperawatan.........................................................................................25
BAB IV........................................................................................................................26
PENUTUP....................................................................................................................26
A. Kesimpulan.......................................................................................................26
B. Saran..................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring bertambahnya usia, toleransi tubuh terhadap glukosa akan menurun,


sebagai akibatnya banyak orang tua yang tidak sadar adanya kemungkinan
berkembang penyakit diabetes mellitus (Stolk, Pols, et al., 1997). Setelah seseorang
mencapai umur 30, kadar glukosa darah akan meningkat 1-2 mg %/tahun saat puasa
dan sekitar 5,6-13 mg %/tahun pada 2 jam setelah makan. Separuh dari populasi
orang dengan diabetes mellitus, terjadi pada usia > 60 tahun dengan prevalensi
terbesar ditemukan pada usia > 80 tahun, jumlah ini diperkirakan akan mencapai 40
juta pada tahun 2050 (Gambert & Pinkstaff, 2006). Diabetes mellitus sendiri
merupakan faktor risiko terhadap munculnya berbagai penyakit terutama stroke dan
gagal jantung, dua penyebab kematian tertinggi di Indonesia (Suara Pembaruan,
2011).

Orang tua lebih berisiko terjadi peningkatan risiko kegagalan mendapat terapi
yang tepat, diet, dan pengobatan-pengobatan yang dapat menyelamatkan hidupnya.
Oleh karena itu, diagnosa sedini mungkin, tatalaksana serta pengawasan timbulnya
komplikasi harus lebih diperhatikan. Sehingga meskipun angka harapan hidup naik,
kualitas hidup juga akan naik. Sehingga dicapai usia tua yang tetap berkualitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep diabetes pada lansia?
2. Apa konsep Asuhan Keperawatan diabetes pada lanisa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep diabetes pada lansia
2. Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan diabetes pada lansia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi lansia

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur
tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).

1. Penyebab terjadinya penuaan pada lansia

Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal
bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan
tubuh yang menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah
gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah,
paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain
seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang
besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa, 2014).

2. Perubahan lansia pada sistem endokrin

Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula


puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah
faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid
pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai
gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem


endokrin akibat proses menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah glukosa
darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap
normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun,
dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
serum T3 dan T4 tetap stabil.
B. Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan

Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan berbagai


sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi
vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes
dapat terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini
terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley,
Mickey, 2006).

Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami


diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung
insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi
bila seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih
muda. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling sering pada
penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe NIDDM, yang
lebih dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk
memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).

NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman
serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang
dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan
perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami
penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik,
suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia,
peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia
(Stanley, Mickey, 2006).

C. Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik


peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin
merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya
(American Diabetes Assosiation, 2004 dalam Smeltzer&Bare, 2008).

DM pada lansia adalah penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia yang
disebabkan karena lansia tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif (Nugroho, 2012).

Pada organ tubuh lansia akan terjadi kelebihan glukosa di dalam darah serta
akan dirasakan setelah terjadi komplikasi lanjut, setelah itu akan terjadi pada semua
organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan maupun gejala yang sangat
bervariasi (Gibney, 2009 dalam (Musthakimah, 2019).

Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1
disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun
sedangkan DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus
diabetes) yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan
resistensi insulin (American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008). DM
tipe 2 berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang
dialami pasien sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi
dan luka yang lama sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).

D. Pencegahan
1. Pencegahan primer

Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan


makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks
direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini
tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor
insulin (Stanley, Mickey, 2006).

Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau


berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga
baik untuk para pemula.

2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat
dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada
umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat
diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk
menentukan diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat
mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien tentang
prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang
membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih sumber-
sumber makanan rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat
dalam diet mereka (Stanley, Mickey, 2006).
c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan
fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan
stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun
berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat
baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama
bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak.
Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap
3 hari (Stanley, Mickey, 2006).
d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk
menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).

E. Penatalaksanaan

Menurut PERKENI 2015 dalam (Varena, 2019), komponen dalam penatalaksan DM


yaitu:

A. Penatalaksanaan keperawatan

1) Diet

Syarat diet hendaknya dapat :

a) Memperbaiki kesehatan umum penderita

b) Mengarahkan pada berat badan normal

c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

d) Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita

Prinsip diet DM , adalah

a) Jumlah sesuai kebutuhan

b) Jadwal diet ketat

c) Jenis : boleh dimakan / tidak

Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti pedoman 3 J yaitu:
Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah, Jadwal
diet harus sesuai dengan intervalnya, Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi


penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung percentage of relative body
weight( BPR=berat badan normal)

dengan rumus :
BPR = BB (KG) X 100

TB (CM) -100

Keterangan :

I. Kurus (underweight) : BPR <90%

II. Normal (ideal) : BPR 90% -110%

III. Gemuk (overweight) : BPR >110%

IV. Obesitas apabila : BPR> 120%

i. Obesitas ringan : BPR 120% -130%

ii. Obesitas sedang :BPR 130% - 140%

iii. Obesitas berat :BPR 140 – 200%

iv. Morbid :BPR > 200%

2) Olahraga

Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah :

a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah


makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas
insulin dengan reseptornya

b. Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore

c. Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen

d. Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein

e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik

3) Edukasi / penyuluhan

Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya.


Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel
mengenai diabetes

4) Pemberian obat-obatan

Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara


(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus diberikan
obat obatan

5) Pementauan gula darah

Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin, bertujuan untuk


mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima pilar
diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.

6) Melakukan perawatan luka

Melakukan tindakan perawatan menganti balutan, membersihkan luka pada


luka kotor. Dengan tujuna untuk mencegah infeksi dan membantu penyembuhan
luka.

7) Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tandatanda vital

8) Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi

9) Mengelola pemberian obat sesuai program

B. Penatalaksanaan medis

1) Terapi dengan Insulin

Terapi farmakologi untuk pasien diabetes mellitus geriatri tidak berbeda


dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk
terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik.
Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan
diganti menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada
pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari
faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah
bagi penderita diabetes pasien lanjut usia.

Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan
menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan
dalam terapi insulin. Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga
diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien (Varena, 2019). Oleh karena itu,
jenis insulin dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual.

Umumnya pasien diabetes melitus memerlukan insulin kerja sedang pada


awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja singkat untuk mengatasi
hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah bagi pasien untuk
mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis insulin
regular (R) dan insulin kerja sedang, Idealnya insulin digunakan sesuai dengan
keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan
tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun demikian,
terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan
penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis(Varena, 2019)

2) Obat antidiabetik oral

a) Sulfonilurea

Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua
yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non ionic-
binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang demikian juga
resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis
rendah. Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18
metabolit gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja
metabolit yang lebih pendek atau metabolit tidak aktif yang lebihsesuai digunakan
pada pasien diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini selain merangsang
pelepasan insulin dari fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek
ekstrapankreatik (Varena, 2019).

b) Golongan biguanid metformin


Pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan tanpa
obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia karena
dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan. Pasien lanjut usia harus
memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan
karena massa otot yang rendah pada orangtua (Varena, 2019).

c) Penghambatan alfa glukosidase/acarbose

Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu enzim
pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat
kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan penurunan
peningkatan glukosa postprandial.Walaupun kurang efektif dibandingkan golongan
obat yang lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang
mengalami diabetes 19 ringan.

Efek samping gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapi juga bermanfaat


bagi mereka yang menderita sembelit. Fungsi hati akan terganggu pada dosis
tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah klinis, (Varena, 2019)

d) Thiazolidinediones thiazolidinediones

Memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan efek
insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone telah terbukti
aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak menyebabkan hipoglekimia.
Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal jantung. Thiazolidinediones
adalah obat yang relative, (Varena, 2019).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

a. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi: nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir,
alamat, agama, tanggal pengkajian.
Umur: Pertambahan usia merupakan faktor resiko yang penting untuk
DM karena
penuaan berhubungan dengan resistensi insulin (Stuart dan Laraia,
2017).
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien merasa banyak kencing (poliuria), banyak minum
(polidipsia), cepat merasakan lapar (polifagia) dan penurunan berat
badan yang signifikan (American Diabetes Association, 2010).
c. Riwayat Kesehatan
(a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mngeluh nyeri, kesemutan pada esktremitas,
luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung. Pasien datang dengan keadaan dengan lemas dan
adapun yang mengalami ulkus diabetik dan hasil GDA tidak
normal
(b) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti Infark miokard
(c) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
d. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : kelemahan fisik, tidak berdaya, dan keletihan.
(a) Aktifitas fisik
 Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram
otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.
 Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat
atau dengan aktivitas.
(b) Sirkulasi
 Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark
miokard akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
 Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi
menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan
kemerahan, bola mata cekung
(c) Integritas Ego
 Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi.
 Tanda: ansietas
(d) Eliminasi
 Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia,
rasa nyeri, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan
abdomen, diare.
 Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus
lemah, hiperaktif pada diare.
(e) Nutrisi
 Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau
karbohidrat, penurunan berat badan, haus.
 Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan,
distensi abdomen, muntah.

(f) Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia.
(g) Pernapasan
 Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau
tanpa sputum.
 Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi
meningkat.
(h) Seksualitas
Gejala: impoten pada pria dan wanita sulit untuk orgasme.
(i) Gastrointenstinal
Gejala: Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus
lemah/menurun.
(j) Muskuloskeletal
Gejala: Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus
pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada
tungkai.
(k) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.

e. Pengkajian Instrument Geriatric


(a) Fungsional Bartel

No Jenis ADL Kategori Skor


1 Makan 0 = tidak ada
(Feeding) 1 = perlu bantuan untuk
memotong dll
2 = mandiri
2 Mandi 0 = tergantung orang lain
(Bathting) 1 = mandiri
3 Perawatan diri 0 = perlu bantuan
(Grooming) 1 = mandiri
4 Berpakaian 0 = tergantung
(Dressing) 1 = sebagian dibantu
2 = mandiri
5 Buang air kecil 0 = tidak bisa mengontrol (perlu
(Bowel) dikateter dan tidak dapat
mengatur)
1 = BAK kadangkadang
(sekali/24 jam)
2 = terkontrol penuh (lebih dari
7 hari)
6 Buang air besar 0 = inkontinensia (perlu enema)
(Bladder) 1 = kadang inkontinensia
(sekali seminggu)
2 = terkontrol penuh
7 Penggunaan 0 = tergantung bantuan orang
toilet lain
1 = perlu bantuan tetapi dapat
melakukan sesuatu sendiri
2 = mandiri
8 Berpindah 0 = tidak dapat
(Tidur atau 1 = butuh bantuan (2 orang)
duduk) 2 = dapat dudukdengan sedikit
3 = mandiri
9 Mobilitas 0 = tidak bergerak/tidak mampu
1 = mandiri dengan kursi
2 = berjalan dengan bantuan
3 = mandiri
10 Naik turun 0 = tidak mampu
tangga 1 = perlu bantuan
2 = mandiri
Interpretasi Hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan

(b) Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

Benar Salah No Pertanyaan


1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa alamat anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden Indonesia?
8 Siapa presiden Indonesia
sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun
Interpretasi Hasil :
0-2 : Fungsi Intelektual Utuh
3-4 : Fungsi Intelektual Kerusakan Ringan
5-6 : Fungsi Intelektual Kerusakan Sedang
7-8 : Fungsi Intelektual Kerusakan Berat

(c) Mini mental state exam (MMSE)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maks. Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan
benar
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita
Registrasi 3 berada? (Negara
Provinsi Kabupaten)
Sebutkan 3 nama
objek (kursi, meja,
kertas) kemudian
ditanyakan kepada
klien, benda tersebut
dengan menjawab
a. Kursi
b. Meja
c. Kertas
3 Perhatian dan 5 Meminta klien
Kalkulasi berhitung mulai dari
100, kemudian
dikurangi 7 sampai 5
tingkat a. 100,
93, .., ..., ...
4 Mengingat 3 Meminta klien untuk
menyebutkan objek
pada poin 2:
a. Kursi
b. Meja
c. Kertas
5 Bahasa 9  Menanyakan
kepada klien
tentang benda
(sambil
menunjuk
benda
tersebut)
a. Jendela
b. Jam dinding
 Meminta klien
untuk
mengulangi
kata berikut
“tak ada jika,
dan, atau,
tetapi” Klien
menjawab -,
dan, atau,
tetapi
 Minta klien
untuk
mengikuti
perintah
berikut yang
terdiri dari 3
langkah;
Ambil
ballpoint di
tangan anda,
ambil kertas,
menulis saya
mau tidur
a. Ambil
bolpen b.
Ambil kertas
 Perintahkan
klien untuk
hal berikut
(bila aktivitas
sesuai perintah
nilai 1 point)
“tutup mata
anda” a. Klien
menutup mata
 Perintahkan
pada klien
untuk menulis
atau kalimat
dan menyalin
gambar
Total 30
Skor :
24-30 : Normal
17-23 : Probable gangguan kognitif
0-16 : Defisit gangguan kognitif

(d) Pengkajian Resiko Jatuh

No Resiko Skala Hasil


1 Gangguan gaya berjalan (diseret, 4
menghentak, berayun)
2 Pusing atau pingsan pada posisi tegak 3
3 Kebingungan setiap saat (contoh:pasien 3
yang mengalami demensia)
4 Nokturia/Inkontinen 3
5 Kebingungan intermiten (contoh pasien 2
yang mengalamidelirium/Acute
confusional state)
6 Obat-obat berisiko tinggi (diuretic, 2 63 2
narkotik, sedative, antipsikotik,laksatif,
vasodilator, antiaritmia, antihipertensi,
obat hipoglikemik,antidepresan,
neuroleptic, NSAID)
7 Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir 2
8 Osteoporosis 1
9 Gangguan pendengaran dan/atau 1
penglihatan
10 Usia 70 tahun ke atas 1
Jumlah
Tingkat Resiko :
Resiko rendah (1-3) : Lakukan intervensi resiko rendah
Resiko tinggi (≥ 4) : Lakukan intervensi resiko tinggi

(e) Pengkajian depresi (GDS)

No Pertanyaan Ya Tidak Skor


1 Apakah anda pada dasarnya puas Ya Tida
dengan kehidupan anda? k
2 Apakah anda sudah meninggalkan Ya Tidak
banyak kegiatan dan minat
/kesenangan anda
3 Apakah anda merasa kehidupan Ya Tidak
anda hampa?
4 Apakah anda sering merasa Ya Tidak
bosan?
5 Apakah anda mempunyai Ya Tida
semangat baik setiap saat? k
6 Apakah anda takut sesuatu yang Ya Tidak
buruk akan terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia pada Ya Tida
sebagian besar hidup anda? k
8 Apakah anda sering merasa tidak Ya Tidak
berdaya?
9 Apakah anda lebih senang tinggal Ya Tidak
di rumah daripada pergi ke luar
dan mengerjakan sesuatu hal yang
baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai Ya Tida
banyak masalah dengan daya ingat k
anda dibandingkan kebanyakan
orang?
11 Apakah anda pikir hidup anda Ya Tidak
sekarang ini menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak Ya Tida
berharga seperti perasaan anda k
saat kini?
13 Apakah anda merasa penuh Ya Tidak
semangat?
14 Apakah anda merasa bahwa Ya Tidak
keadaan anda tidak ada harapan?
15 Apakah anda pikir bahwa orang Ya Tidak
lain lebih baik keadaannya dari
anda?

Panduan pengisian instrument GDS :


a) Jelaskan pada pasien bahwa pemeriksa akan
menanyakan keadaan perasaannya dalam dua minggu
terakhir, tidak ada jawaban benar salah, jawablah ya
atau tidak sesuai dengan perasaan yang paling tepat
akhir-akhir ini.
b) Bacakan pertanyaan nomor 1 – 15 sesuai dengan
kalimat yang tertulis, tunggu jawaban pasien. Jika
jawaban kurang jelas, tegaskan lagi apakah pasien ingin
menjawab ya atau tidak. Beri tanda (lingkari) jawaban
pasientersebut.
c) Setelah semua pertanyaan dijawab, hitunglah jumlah
jawaban yangbercetak tebal. Setiap jawaban (ya/tidak)
yang bercetak tebal diberi nilai satu (1).
d) Jumlah skor diantara 5-9 menunjukkan kemungkinan
besar ada gangguan depresi.
e) Jumlah skor 10 atau lebih menunjukkan ada gangguan
depresi

1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada penderita Diabetes mellitus menurut
SDKI (2016) meliputi:
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Disfungsi
pancreas (D.0027)
b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik (D.0077)
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
d. Resiko Infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis (diabetes mellitus)
(D.0142)
e. Resiko jatuh dibuktikan dengan perubahan kadar glukosa darah
(D.0143)

2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia
kadar glukosa tindakan keperawatan Observasi
darah b.d selama 2 x 24 jam - Identifikasi
disfungsi maka ketidakstabilan kemungkinan
pankreas gula darah membaik penyebab
Kriteria Hasil : hiperglikemia
- Kestabilan - Monitor kadar gulah
kadar glukosa darah
darah - Monitor tanda dan
membaik gejala hiperglikemia
- Status nutrisi Terapeutik
membaik - Berikan asupan
- Tingkat cairan oral
pengetahuan Edukasi
meningkat - Ajurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
- Anjurkan monitor
kadar gulah darah
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin,
jika perlu
2 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Agen cedera tindakan Keperawatan Observasi
fisik 2 x24 jam diharapkan - Identifikasi
tingkat nyeri menurun identifikasi lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
- Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
- Meringis - Identifikasi skala
menurun nyeri
- Gelisah Terapeutik
menurun - Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab
dan periode dan
pemicu nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik

3 Intoleransi Setelah dilakukan Terapi Aktivitas


Aktivitas b.d tintdakan keperawatan Observasi
kelemahan selama 1x 24 jam - Identifikasi defisit
intoleransi aktivitas tingkat aktivitasi
membaik - Identifikasi
Kriteria Hasil : kemapuan
- Toleransi berpartisipasi dalam
aktivitas aktivitas tertentu
membaik Terapeutik
- Tingkat - Fasilitasi pasien dan
keletihan keluarga dalam
menurun menyesuiakan
lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang di
pilih
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas
Edukasi
- Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
4 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pengcegahan Infeksi
dibuktikan tintdakan keperawatan Observasi
dengan penyakit selama 2 x 24 jam - Monitor tanda dan
kronis (diabetes maka tingkat infeksi gejala infeksi lokal
mellitus) menurun dan sistematik
Kriteria Hasil : Terapeutik
- Tingkat nyeri - Berikan perawatan
menurun kulit pada area
- Integritas kulit edema
dan jaringan - Cuci tangan
membaik sebelum dan
- Kontrol resiko sesudah kontak
meningkat dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
5 Resiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh
dibuktikan tindakan keperawatan Observasi
dengan 3x24 jam diharapkan - Identifikasi
perubahan kadar klien mmpu untuk: kekurangan kognitif
glukosa darah - Gerakan atau fisik klien yang
terkoordinasi berpotensi
- Kejadian jatuh: menyebabkan jatuh
tidak ada Terapeutik
kejadian jatuh. - Sarankan perubahan
- Pengetahuan: gaya berjalan,
pemahaman keseimbangan, dan
penjegahan kecepatan berjalan
jatuh. - Modifikasi
- Pengetahuan: lingkungan
kemampuan pencahayaan, lantai
pribadi. rumah, dan
perabotan rumah
- Pastiken klien
menggunakan alas
kaki yang aman dan
nyaman
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
keluarga untuk
menata dan
menyimpan
makanan, atau
kebutuhan klien
ditempat yang
mudah dijangkau

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien
yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

4. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lansia merupakan proses yang terjadi secara alami pada setiap individu dimana
dalam setiap proses ini terjadi perubahan fisik maupun mental yang akan berpengaruh
pada berbagai fungsi dan kemampuan tubuh yang pernah dimilikinya. DM merupakan
penyebab hiperglikemia. Hiperglikemia disebabkan oleh berbagai hal, namun
hiperglikemia paling sering disebabkan oleh DM. Pada DM gula menumpuk dalam
darah sehingga gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon
insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang
membantu masuknya gula darah.

B. Saran

Diharapkan mahasiswa atau pembaca mampu mengerti dan memahami konsep


dan askep penyakit diabetes pada lansia sehinga mampu memperikan asuhan
keperawatan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes
Kota Semarang.

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.

Varena, M. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Z DENGAN


DIABETES MELITUS DI RUANG RAWAT INAP AMBUN SURI LANTAI 3 RS
DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI. 1-121.

Anda mungkin juga menyukai