OLEH:
KELOMPOK 7
KELAS A3 2020
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
untuk memenuhi tugas Keperawatan Gerontik. Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas
dari bantuan dan sumbangan pemikiran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada semua pihak yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu penyusunan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan terbatasnya
pengetahuan yang kami miliki.
Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca selalu kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah
yang sederhana ini ada manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca
Aamiin.
Padang, 23 Maret 2023
Penulis
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
ISI...............................................................................................................................................5
A. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS PADA LANSIA........................................5
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DIABETES MELITUS PADA LANSIA..12
BAB III.....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring bertambahnya usia, toleransi tubuh terhadap glukosa akan menurun, sebagai
akibatnya banyak orang tua yang tidak sadar adanya kemungkinan berkembang penyakit
diabetes mellitus (Stolk, Pols, et al., 1997). Setelah seseorang mencapai umur 30, kadar
glukosa darah akan meningkat 1-2 mg %/tahun saat puasa dan sekitar 5,6-13 mg %/tahun
pada 2 jam setelah makan. Separuh dari populasi orang dengan diabetes mellitus, terjadi pada
usia > 60 tahun dengan prevalensi terbesar ditemukan pada usia > 80 tahun, jumlah ini
diperkirakan akan mencapai 40 juta pada tahun 2050 (Gambert & Pinkstaff, 2006). Diabetes
mellitus sendiri merupakan faktor risiko terhadap munculnya berbagai penyakit terutama
stroke dan gagal jantung, dua penyebab kematian tertinggi di Indonesia (Suara Pembaruan,
2011).
Orang tua lebih berisiko terjadi peningkatan risiko kegagalan mendapat terapi yang tepat,
diet, dan pengobatan-pengobatan yang dapat menyelamatkan hidupnya. Oleh karena itu,
diagnosa sedini mungkin, tatalaksana serta pengawasan timbulnya komplikasi harus lebih
diperhatikan. Sehingga meskipun angka harapan hidup naik, kualitas hidup juga akan naik.
Sehingga dicapai usia tua yang tetap berkualitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep diabetes melitus pada lansia?
2. Apa konsep Asuhan Keperawatan diabetes melitus pada lansia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep diabetes melitus pada lansia
2. Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan diabetes melitus pada lansia
4
BAB II
ISI
Proses menua akan terjadi pada siapa saja. Banyak terjadi perubahan ketika
kita sudah masuk dalam proses penuaan seperti penglihatan, pendengaran, dan
kulit menjadi kusut. Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun
keatas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Sunaryo et al., 2016)
Pengertian lansia secara umum, bahwa seseorang dikatakan lansia jika usia
diatas 60 tahun. Namun, terdapat beberapa menurut beberapa ahli tentang batasan
umur pada lansia dalam efendi (2009) dalam sunaryo (2016) yaitu:
5
C. Proses Penuaan
Semakin bertambahnya umur semakin berkurangnya fungsi-fungsi dalam
tubuh. Ada faktor yang memengaruhi penuaan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap setress, dan
pertahan terhadap antioksida.
2. Faktor lingkungan, yang meliputi pemasukan kalori, berbagai macam penyakit,
dan setress dari luar misalnya radiasi atau bahan bahan kimia (Sunaryo et al.,
2016).
Kedua faktor tersebut adalah faktor yang dimana sangat mempengaruhi
proses penuaan yang biasa terjadi.
D. Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Bertambahnya usia akan terjadi perubahan pada tubuh dan penurunan pada
fungsi pada tubuh. “Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,
sosial, dan psikologis” (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2012)
1. Perubahan Fisik
a. Jumlah sel berkurang, cairan intraseluler menurun
b. Keampuan jantung untuk memompa darah menurun, elastisitas pembuluh
darah menurun
c. Kekuatan otot-otot pernafasan menurun, kaku, dan elastisitas paru menurun
d. Menurunnya fungsi saraf pancaindra serta lamban dalam merespon
e. Menurunnya cairan tulang sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk
(kifosis), kram, tremor
f. Perubahan gastrointestinal yaitu esofagus melebar, asam lambung menurun,
lapar menurun, peristaltik menurun sehingga absorpsi juga menurun
g. Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun
h. Melemahnya otot-otot vesika urinaria, kapasitas urine menurun dan resitensi
urine
i. Selaput lendir vagina mengering dan sekresi menurun
j. Membran timpati mengalami atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran
k. Respon penglihatan terhadap sinar menurun dan adaptasi terhadap gelap
menurun
l. Produksi hormon endokrin menurun
6
m. Kulit menjadi keriput serta kulit kepala dan rambut menipis.
2. Perubahan Sosial
a. Post power syndrome, sigle women, dan single parent
b. Lansia menggalami kesendirian dan kehampaan
c. Ketika lansia lainnya meninggal, maka aka muncul perasaan kapan akan
meninggal
d. Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia
e. Lansia mudah terjatuh dan terpeleset.
f. Lansia merasa dibuang/ diasingkan
3. Perubahan Psikologis
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian takut kehilangan kebebasan da biasanya lansia takut akan menghadapi
kematian, depresi dan kecemasan. (Maryam et al., 2012)
7
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a) Faktor genetik Pada penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu
sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya Diabetes Melitus tipe 1. Kecenderungan ini dilakukan pada yang
memiliki tipe antigen Human Leucocyte antigen (HLA) merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses
imun lainnya.
b) Faktor imunologi Pada Diabetes tipe 1 terbukti adanya suatu respon
autoimun, ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
2. Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin
a) Obesitas Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolisme.
b) Usia Pertambahan usia merupakan faktor resiko yang penting untuk DM
karena penuaan berhubungan dengan resistensi insulin, seperti halnya
resistensi insulin terkait dengan DM tipe 2.
c) Riwayat keluarga
C. Patofisiologi Diabetes Mellitus
8
2. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lemak pada
dinding vaskuler.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
D. Manifestasi Klinis
1. Banyak kencing (poliuria) Karena sifatnya kadar glukosa yang tinggi akan
mengakbatkan sering kencing, kencing yang sering dan dalam jumlah banyak
akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
2. Banyak minum (polidipsia) Rasa haus sangat sering dialami penderita DM
karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini sering salah
diartikan sebagai rasa haus karena cuaca yang panas atau beban kerja yang
berlebih.
3. Banyak makan (polifagia) Rasa lapar yang sering dirasakan penderita DM
karena pasien mengalami ketidak keseimbangan kalori, sehingga membuat rasa
ingin makan bagi penderita DM.
4. Penurunan berat badan dan rasa lemah Penurunan berat badan yang berlangsung
relative singkat harus merasakan kecurigaan, hal ini dapat disebabkan glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke sel, sehingga sel kekurangan dalam
menghasilkan tenaga, sumber tenaga yang diambil dari cadangan sel lain yaitu
sel lemak dan otot. akibatnya penderita mengalami penurunan berat badan atau
menjadi kurus.
5. Gangguan sara tepid dan kesemutan Penderita mengeluh rasa sakit atau
kesemutan pada kaki di waktu malam hari.
6. Gangguan penglihatan Pada fase awal Diabetes sering juga dijumpai gangguan
penglihatan berupa pandangan kabur.
7. Gatal-gatal dan bisul Kelainan kulit berupa gatal biasanya terjadi pada daerah
kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan payudara.
E. Klasifikasi Diabetes Mellitus
9
1. Diabetes Melitus tipe 1 atau insulin dependent diabetes melitus (IDDM)
DM tipe ini terjadi karena adanya detraksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin
dapat ditentukan dengan level protein-c yang jumlahnya sedikit atau tidak
terdeteksi sama sekali, manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe 2 atau insulin non-dependent (NIDDM)
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia terapi insulin tidak biasa
membawa glukosa masuk kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin
yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat glukosa oleh hati.
3. Diabetes Melitus tipe lain
Dm tipe ini terjadi karena etiologi lain misalnya pada defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit endokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, latorgenik infeksi virus, penyakit autoimun, dan
penyakit genetik lain.
4. Diabetes Melitus Gestational (DMG)
Diabetes ini disebabkan karena terjadi resistensi insulin selama kehamilan dan
biasanya kerja insulin akan kembali normal setelah melahirkan.
F. Komplikasi Diabetes Mellitus
1. Akut
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan koma hipoglikemia, ketoasidosis, dan
koma Hiperglikemik Hiperosmolar Non ketotic (HHNK). Koma hipoglikemia
terjadi akibat terapi insulin secara terus-menerus, ketoasidosis terjadi akibat
proses pemecahan lemak secara terusmenerus yang menghasilkan produk
sampingan berupa benda keton yang bersifat toksik bagi otak, sedangkan koma
HHNK terjadi akibat hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang menyebabkan
hilangnya cairan dan elektrolit sehingga terjadi perubahan tingkat kesadaran.
2. Kronik
10
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan mikrovaskuler (mengenai pembuluh
darah besar seperti pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi dan pembulu
darah otak), makrovaskuler (mengenai pembuluh darah kecil : retinopati
diabetik, nefropati diabetik), neuropati diabetik, rentan infeksi, dan kaki
diabetik. Komplikasi tersering dan paling penting adalah neuropati perifer yang
berupa hilangnya sensasi distal dan beresiko tinggi untuk terjadinya ulkus
diabetik dan amputasi
G. Terapi Farmakologi
11
melalui sebuah tempat jarum indwelling yang diganti setiap 1-3 hari. 5. Terapi
kombinasi. Terapi kombinasi didefinisikan sebagai penggunaan ≥ 2 obat
antidiabetes oral atau dikombinasi dengan insulin. Keuntungan terapi kombinasi
dalam beberapa contoh manfaat tambahan dapat ditunjukkan dari 2 tipe obat
berbeda yang dapat melengkapi dan memantapkan satu sama lain.
H. Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl)
12
aterosklerosis, prosedur medis yang didapat serta obat- obatan yang biasa
digunakan pasien (Putra, 2019).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari gambaran etnik keluarga, biasanya ada satu anggota keluarga yang juga
menderita diabetes atau penyakit genetik yang dapat menyebabkan defisiensi
insulin, seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung (Putra, 2019).
5) Riwayat Psikososial
Diabetes dapat terjadi ketika klien mengalami atau mengalami stress fisik dan
emosional (yang dapat meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol, epinefrin,
dan glukagon), gula darah dapat menyebabkan peningkatan nilai. (Susilowati,
2014).
6) Nutrisi
Pola nutrisi berisi kebiasaan klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, riwayat
peningkatan atau penurunan berat badan dan pantangan makan. Penderita diabetes
selalu mengeluh ingin makan tapi berat badannya turun karena glukosa tidak bisa
masuk ke dalam sel.
7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Tingkat Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, coma
c. Pemeriksaan vital sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi
dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi
infeksi.
d. Pemeriksaan kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit
terasa gatal.
e. Pemeriksaan kepala dan leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure)
normal 5-2 cm.
f. Pemeriksaan dada (Thorak)
13
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan
cepat dan dalam.
g. Pemeriksaan jantung (cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
h. Pemeriksaan abdomen : Dalam batas normal
i. Pemeriksaan integuinal, genetalia, anus : Sering BAK
j. Pemeriksaan musculoskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
k. Pemeriksaan ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal.
8) Pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan glukosa darah biasanya
meningkat antara 100-200 mg/dl atau lebih.
WOC
14
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d disfungsi pancreas
2) Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorsi nutrient
3) Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik
4) Risiko Gangguan Integritas Kulit d.d neuropati perifer
15
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
insulin
- Kolaborasi pemberian
cairan IV
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen nutrisi
b.d Setelah dilakukan Tindakan
ketidakmampuan tindakan keperawatan Observasi :
mengabsorsi selama 3 x 24 jam - Identifikasi status nutrisi
nutrient diharapkan status nutrisi - Identifikasi alergi dan
kalian membaik ditandai intoteransi makanan
dengan: - Identifikasi kebutuhan
Porsi makanan kalori dan jenis nutrisi
yang dihabiskan - Identifikasi perlunya
meningkat. penggunaan selang
Kekuatan otot nasogastrik
pengunyah - Moitor asupan makanan
meningkat - Monitor berat badan
Berat badan Terapeutik :
membaik
- Fasilitasi menentukan
Indeks Massa
pedoman diet
Tubuh (IMT)
- Berikan makanan tinggi
membaik
kalori dan tinggi protein
Frekuensi makan
- Berikan suplemen
membaik
makanan, jika perlu
Membran mukosa
Edukasi :
membaik
Ajarkan diet yang di
programkan
Nyeri Akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Agen cedera fisik Setelah dilakukan Tindakan :
tindakan keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam - Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
16
berkurang ditandai dengan frekuensi, kualitas,
criteria hasil: intensitas nyeri
Kemampuan - Identifikasi skala nyeri
menuntaskan - Identifikasi respon nyeri
aktivitas non verbal
meningkat - Identifikasi faktor yang
Keluhan nyeri memperberat dan
menurun memperingan nyeri
Frekuensi nadi - Identifikasi pengetahuan
membaik dan keyakinan tentang
Pola napas nyeri
membaik - Identifikasi pengaruh
Tekanan darah nyeri pada kualitas hidup
membaik - Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Risiko Integritas kulit dan Perawatan Integritas Kulit
17
Gangguan jaringan Tindakan :
integritas kulit Setelah dilakukan Observasi
b.d neuropati tindakan keperawatan - Identifikasi penyebab
perifer. selama 3 x 24 jam gangguan integritas kulit.
diharapkan risiko Terapeutik
.
gangguan integritas kulit - Ubah posisi setiap 2 jam
menurun ditandai dengan : jika tirah baring
Elatisitas - Gunakan produk
meningkat berbahan ringan/alami
Hidrasi meningkat dan hipoalergik pada kulit
Perfusi jaringan sensitive
meningkat Edukasi
Kerusakan lapisan - Anjurkan menggunakan
kulit menurun. pelembab (mis. Lotin,
Nyeri menurun serum)
Nekrosis menurun - Anjurkan minum air yang
Suhu kulit cukup
membaik - Anjurkan meningkatkan
Sensasi membaik asupan nutrisi
Tekstur membaik. - Anjurkan meningkat
asupan buah dan saur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ektrime
1. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah segala bentuk terapi yang dilakukan perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi merupan pelaksanaan dari intervensi-
intervensi yang telah direncanakan dan ditetapkan
2. Evaluasi Keperawatan
18
Evaluasi keperawatan adalah penilaian apa yang telah dicapai dan bagaimana
telah tercapai, merupakan identifikasi sejauh mana tujuan dari intervensi keperawatan
telah tercapai atau tidak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Orang tua lebih berisiko terjadi peningkatan risiko kegagalan mendapat terapi
yang tepat, diet, dan pengobatan-pengobatan yang dapat menyelamatkan hidupnya.
Oleh karena itu, diagnosa sedini mungkin, tatalaksana serta pengawasan timbulnya
komplikasi harus lebih diperhatikan. Sehingga meskipun angka harapan hidup naik,
kualitas hidup juga akan naik. Sehingga dicapai usia tua yang tetap berkualitas.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sarifatul Istafiana. (2022). Studi Kasus Penerapan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Penderita Diabetes Melitus Dengan Pendekatan Keluarga Binaan Di Desa Bluru Kidul
Sidoarjo.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) :
Definisi dan Tindakan Keperawatan) Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
20