Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS PADA LANSIA

OLEH:

KELOMPOK 7

KELAS A3 2020

Annisa Raudhatul Laili 2011313025

Chairunnisa Az Zahra 2011312040

Fikratul Afdila 2011311009

Meisi Rahmahiga 2011313007

Rahmadoni Saputra 2011311012

Reni Wahyuni 2011311033

DOSEN PENGAMPU: Dr. Rika Sabri, S.Kp.,M.Kes.,Sp.Kep.Kom

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
untuk memenuhi tugas Keperawatan Gerontik. Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas
dari bantuan dan sumbangan pemikiran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada semua pihak yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu penyusunan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan terbatasnya
pengetahuan yang kami miliki.
Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca selalu kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah
yang sederhana ini ada manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca
Aamiin.
Padang, 23 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
ISI...............................................................................................................................................5
A. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS PADA LANSIA........................................5
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DIABETES MELITUS PADA LANSIA..12
BAB III.....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring bertambahnya usia, toleransi tubuh terhadap glukosa akan menurun, sebagai
akibatnya banyak orang tua yang tidak sadar adanya kemungkinan berkembang penyakit
diabetes mellitus (Stolk, Pols, et al., 1997). Setelah seseorang mencapai umur 30, kadar
glukosa darah akan meningkat 1-2 mg %/tahun saat puasa dan sekitar 5,6-13 mg %/tahun
pada 2 jam setelah makan. Separuh dari populasi orang dengan diabetes mellitus, terjadi pada
usia > 60 tahun dengan prevalensi terbesar ditemukan pada usia > 80 tahun, jumlah ini
diperkirakan akan mencapai 40 juta pada tahun 2050 (Gambert & Pinkstaff, 2006). Diabetes
mellitus sendiri merupakan faktor risiko terhadap munculnya berbagai penyakit terutama
stroke dan gagal jantung, dua penyebab kematian tertinggi di Indonesia (Suara Pembaruan,
2011).

Orang tua lebih berisiko terjadi peningkatan risiko kegagalan mendapat terapi yang tepat,
diet, dan pengobatan-pengobatan yang dapat menyelamatkan hidupnya. Oleh karena itu,
diagnosa sedini mungkin, tatalaksana serta pengawasan timbulnya komplikasi harus lebih
diperhatikan. Sehingga meskipun angka harapan hidup naik, kualitas hidup juga akan naik.
Sehingga dicapai usia tua yang tetap berkualitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep diabetes melitus pada lansia?
2. Apa konsep Asuhan Keperawatan diabetes melitus pada lansia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep diabetes melitus pada lansia
2. Untuk mengetahui konsep Asuhan Keperawatan diabetes melitus pada lansia

4
BAB II

ISI

A. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS PADA LANSIA


I. Konsep Dasar Lansia
A. Definisi Lansia

Proses menua akan terjadi pada siapa saja. Banyak terjadi perubahan ketika
kita sudah masuk dalam proses penuaan seperti penglihatan, pendengaran, dan
kulit menjadi kusut. Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun
keatas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Sunaryo et al., 2016)

B. Batasan Umur Lansia

Pengertian lansia secara umum, bahwa seseorang dikatakan lansia jika usia
diatas 60 tahun. Namun, terdapat beberapa menurut beberapa ahli tentang batasan
umur pada lansia dalam efendi (2009) dalam sunaryo (2016) yaitu:

1. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1ayat 2


berbunyi “ lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun keatas”
2. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria baerikut: usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) adalah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun,usia sangat
tua (very old) adalah 90 tahun keatas
3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase: pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.
4. Menurut Prof. Dr. Koedoemanto masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun
atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendri dibagi yiga batasan
umur, yaitu yaoung old (70-75 tahun), old (75-80 tahun) dan very old (> 80
tahu) (Sunaryo, 2016)

5
C. Proses Penuaan
Semakin bertambahnya umur semakin berkurangnya fungsi-fungsi dalam
tubuh. Ada faktor yang memengaruhi penuaan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap setress, dan
pertahan terhadap antioksida.
2. Faktor lingkungan, yang meliputi pemasukan kalori, berbagai macam penyakit,
dan setress dari luar misalnya radiasi atau bahan bahan kimia (Sunaryo et al.,
2016).
Kedua faktor tersebut adalah faktor yang dimana sangat mempengaruhi
proses penuaan yang biasa terjadi.
D. Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Bertambahnya usia akan terjadi perubahan pada tubuh dan penurunan pada
fungsi pada tubuh. “Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,
sosial, dan psikologis” (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2012)

1. Perubahan Fisik
a. Jumlah sel berkurang, cairan intraseluler menurun
b. Keampuan jantung untuk memompa darah menurun, elastisitas pembuluh
darah menurun
c. Kekuatan otot-otot pernafasan menurun, kaku, dan elastisitas paru menurun
d. Menurunnya fungsi saraf pancaindra serta lamban dalam merespon
e. Menurunnya cairan tulang sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk
(kifosis), kram, tremor
f. Perubahan gastrointestinal yaitu esofagus melebar, asam lambung menurun,
lapar menurun, peristaltik menurun sehingga absorpsi juga menurun
g. Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun
h. Melemahnya otot-otot vesika urinaria, kapasitas urine menurun dan resitensi
urine
i. Selaput lendir vagina mengering dan sekresi menurun
j. Membran timpati mengalami atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran
k. Respon penglihatan terhadap sinar menurun dan adaptasi terhadap gelap
menurun
l. Produksi hormon endokrin menurun

6
m. Kulit menjadi keriput serta kulit kepala dan rambut menipis.
2. Perubahan Sosial
a. Post power syndrome, sigle women, dan single parent
b. Lansia menggalami kesendirian dan kehampaan
c. Ketika lansia lainnya meninggal, maka aka muncul perasaan kapan akan
meninggal
d. Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia
e. Lansia mudah terjatuh dan terpeleset.
f. Lansia merasa dibuang/ diasingkan
3. Perubahan Psikologis

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi short term memory, frustasi,
kesepian takut kehilangan kebebasan da biasanya lansia takut akan menghadapi
kematian, depresi dan kecemasan. (Maryam et al., 2012)

II. Konsep Dasar Diabetes Melitus

A. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu


menghasilkan atau menggunakan insulin (hormon yang membawa glukosa darah
ke sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen), dengan kondisi tersebut
mengakibatkan terjadi hiperglikemia yang disertai berbagai kelainan metabolik
akibat hormonal, melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
serta menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada organ tubuh (Stuart dan
Laraia, 2017)

Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik


hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya, seseorang didiagnosa Diabetes Melitus jika kadar gula darah sewaktu 126
mg/dl (PB. PERKENI., 2015)

B. Etiologi Diabetes Melitus

Berdasarkan etiologi Diabetes Melitus menurut (Stuart dan Laraia, 2017)


sebagai berikut:

7
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a) Faktor genetik Pada penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu
sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya Diabetes Melitus tipe 1. Kecenderungan ini dilakukan pada yang
memiliki tipe antigen Human Leucocyte antigen (HLA) merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses
imun lainnya.
b) Faktor imunologi Pada Diabetes tipe 1 terbukti adanya suatu respon
autoimun, ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
2. Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin
a) Obesitas Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolisme.
b) Usia Pertambahan usia merupakan faktor resiko yang penting untuk DM
karena penuaan berhubungan dengan resistensi insulin, seperti halnya
resistensi insulin terkait dengan DM tipe 2.
c) Riwayat keluarga
C. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Patofisiologi Diabetes Melitus dapat dihubungkan dengan efek utama


kekurangan insulin menurut (Stuart dan Laraia, 2017) yaitu sebagai berikut:

1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan


peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1.200
mg/100 ml.
a. Insulin berfungsi membawa glukosa ke sel dan menyimpannya sebagai
glikogen. Sekresi insulin normalnya terjadi dalam 2 fase yaitu :
b. Fase 1 terjadi dalam beberapa menit setalah suplai glukosa dan kemudian
melepaskan cadangan insulin yang disimpan dalam sel b. Fase 2 merupakan
pelepasan insulin yang baru disintesis dalam beberapa jam setelah makan.
Kondisi tersebut pada diabetes melitus tipe 2 sangat terganggu

8
2. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lemak pada
dinding vaskuler.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
D. Manifestasi Klinis

Diabetes Melitus (American Diabetes Association, 2018) beberapa keluhan


dan gejala yang perlu mendapat perhatian adalah:

1. Banyak kencing (poliuria) Karena sifatnya kadar glukosa yang tinggi akan
mengakbatkan sering kencing, kencing yang sering dan dalam jumlah banyak
akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
2. Banyak minum (polidipsia) Rasa haus sangat sering dialami penderita DM
karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini sering salah
diartikan sebagai rasa haus karena cuaca yang panas atau beban kerja yang
berlebih.
3. Banyak makan (polifagia) Rasa lapar yang sering dirasakan penderita DM
karena pasien mengalami ketidak keseimbangan kalori, sehingga membuat rasa
ingin makan bagi penderita DM.
4. Penurunan berat badan dan rasa lemah Penurunan berat badan yang berlangsung
relative singkat harus merasakan kecurigaan, hal ini dapat disebabkan glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke sel, sehingga sel kekurangan dalam
menghasilkan tenaga, sumber tenaga yang diambil dari cadangan sel lain yaitu
sel lemak dan otot. akibatnya penderita mengalami penurunan berat badan atau
menjadi kurus.
5. Gangguan sara tepid dan kesemutan Penderita mengeluh rasa sakit atau
kesemutan pada kaki di waktu malam hari.
6. Gangguan penglihatan Pada fase awal Diabetes sering juga dijumpai gangguan
penglihatan berupa pandangan kabur.
7. Gatal-gatal dan bisul Kelainan kulit berupa gatal biasanya terjadi pada daerah
kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan payudara.
E. Klasifikasi Diabetes Mellitus

American Diabetes Association (2010) mengklasifikasikan 4 macam


penyakit diabetes melitus berdasarkan penyebabnya, yaitu :

9
1. Diabetes Melitus tipe 1 atau insulin dependent diabetes melitus (IDDM)
DM tipe ini terjadi karena adanya detraksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin
dapat ditentukan dengan level protein-c yang jumlahnya sedikit atau tidak
terdeteksi sama sekali, manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe 2 atau insulin non-dependent (NIDDM)
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia terapi insulin tidak biasa
membawa glukosa masuk kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin
yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat glukosa oleh hati.
3. Diabetes Melitus tipe lain
Dm tipe ini terjadi karena etiologi lain misalnya pada defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit endokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, latorgenik infeksi virus, penyakit autoimun, dan
penyakit genetik lain.
4. Diabetes Melitus Gestational (DMG)
Diabetes ini disebabkan karena terjadi resistensi insulin selama kehamilan dan
biasanya kerja insulin akan kembali normal setelah melahirkan.
F. Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi yang muncul akibat penyakit DM antara lain menurut (Stuart


dan Laraia, 2017) sebagai berikut :

1. Akut
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan koma hipoglikemia, ketoasidosis, dan
koma Hiperglikemik Hiperosmolar Non ketotic (HHNK). Koma hipoglikemia
terjadi akibat terapi insulin secara terus-menerus, ketoasidosis terjadi akibat
proses pemecahan lemak secara terusmenerus yang menghasilkan produk
sampingan berupa benda keton yang bersifat toksik bagi otak, sedangkan koma
HHNK terjadi akibat hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang menyebabkan
hilangnya cairan dan elektrolit sehingga terjadi perubahan tingkat kesadaran.
2. Kronik

10
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan mikrovaskuler (mengenai pembuluh
darah besar seperti pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi dan pembulu
darah otak), makrovaskuler (mengenai pembuluh darah kecil : retinopati
diabetik, nefropati diabetik), neuropati diabetik, rentan infeksi, dan kaki
diabetik. Komplikasi tersering dan paling penting adalah neuropati perifer yang
berupa hilangnya sensasi distal dan beresiko tinggi untuk terjadinya ulkus
diabetik dan amputasi
G. Terapi Farmakologi

Pada Pasien Diabetes Mellitus Intervensi farmakologi dipertimbangkan


ketika penderita tidak bisa mencapai kadar glukosa darah normal atau hampir
normal dengan terapi diet dan olahraga sehingga memerlukan bantuan bahan kimia
menurut (M. Black & Hawks, 2014) sebagai berikut :

1. Obat-obat antidiabetes oral


Kelas utama obat antidiabetes oral diantaranya adalah sulfoniurea, biguanid,
meglitinid, tiazolidinedion, inhibitor alfa-glukosidase, inkretin mimetik dan
amylonomimetik.
2. Terapi insulin.
Penderita DM tipe 1 klien tidak bisa menghasilkan insulin dengan cukup
sehingga penderita bergantung pada pemberian insulin. Sebaliknya DM tipe 2
tidak bergantung pada insulin. Tetapi dikelola dengan obat-obatan. Obat-obat
untuk DM tipe 2 beberapa kelas kimia: penghambat alfa-glukosidase, biguanid,
meglitinid, sulfonilurea, tiazolidinedion, inkretin mimiek, dan
aminilonomiminek. Kerja utama obat-obatan tersebut adalah untuk menstimulus
sel beta pangkreas untuk memproduksi insulin lebih atau meningkatkan respon
jaringan terhadap insulin.
3. Dosis insulin.
Terapi insulin seharusnya berbeda setiap individu. Untuk klien DM baru,
program sederhana dengan dosis tetap mungkin digunakan pertama kali.
Permulaan dosis insulin 0,5 unit/kg/hari. Dua per tiga dosis umumnya diberikan
pada pagi hari, dan sepertiga diberikan malam hari.
4. Terapi pompa insulin.
Pompa kecil mudah dibawa kemana-mana untuk pemberian insulin. Pompa
kecil, dipakai diluar, menyuntikan insulin secara subkutan ke dalam perut

11
melalui sebuah tempat jarum indwelling yang diganti setiap 1-3 hari. 5. Terapi
kombinasi. Terapi kombinasi didefinisikan sebagai penggunaan ≥ 2 obat
antidiabetes oral atau dikombinasi dengan insulin. Keuntungan terapi kombinasi
dalam beberapa contoh manfaat tambahan dapat ditunjukkan dari 2 tipe obat
berbeda yang dapat melengkapi dan memantapkan satu sama lain.
H. Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl)

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DIABETES MELITUS PADA LANSIA


1. Pengkajian
1) Identitas
 Usia (diabetes tipe 1 < 30 tahun, diabetes tipe 2 umur lebih 30 tahun, akan
meningkat pada umur 65 tahun atau lebih).
 Jenis kelamin sebagian besar dijumpai pada perempuan disbanding laki-laki.
Menurut Damayanti (2015) Wanita berisiko lebih besar terkena diabetes karena
mereka secara fisik lebih mungkin mengalami peningkatan BMI. PMS, setelah
menopause, meningkatkan distribusi lemak tubuh melalui proses hormonal,
membuat wanita rentan terhadap diabetes tipe 2 (Anisa, 2017).
2) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Penglihatan kabur, lemas, takikardi, banyak kencing, susah konsentrasi,
kesemutan pada ekstermitas, luka yang sukar sembuh dan nyeri pada luka gangrene
(Putra, 2019).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada riwayat diabetes atau penyakit lain yang berhubungan dengan defisiensi
insulin, seperti penyakit pankreas. Ada riwayat penyakit jantung, obesitas,

12
aterosklerosis, prosedur medis yang didapat serta obat- obatan yang biasa
digunakan pasien (Putra, 2019).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari gambaran etnik keluarga, biasanya ada satu anggota keluarga yang juga
menderita diabetes atau penyakit genetik yang dapat menyebabkan defisiensi
insulin, seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung (Putra, 2019).
5) Riwayat Psikososial
Diabetes dapat terjadi ketika klien mengalami atau mengalami stress fisik dan
emosional (yang dapat meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol, epinefrin,
dan glukagon), gula darah dapat menyebabkan peningkatan nilai. (Susilowati,
2014).
6) Nutrisi
Pola nutrisi berisi kebiasaan klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, riwayat
peningkatan atau penurunan berat badan dan pantangan makan. Penderita diabetes
selalu mengeluh ingin makan tapi berat badannya turun karena glukosa tidak bisa
masuk ke dalam sel.
7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Tingkat Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, coma
c. Pemeriksaan vital sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah
dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi
dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi
infeksi.
d. Pemeriksaan kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit
terasa gatal.
e. Pemeriksaan kepala dan leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure)
normal 5-2 cm.
f. Pemeriksaan dada (Thorak)

13
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan
cepat dan dalam.
g. Pemeriksaan jantung (cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
h. Pemeriksaan abdomen : Dalam batas normal
i. Pemeriksaan integuinal, genetalia, anus : Sering BAK
j. Pemeriksaan musculoskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
k. Pemeriksaan ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal.
8) Pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan glukosa darah biasanya
meningkat antara 100-200 mg/dl atau lebih.

WOC

14
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d disfungsi pancreas
2) Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorsi nutrient
3) Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik
4) Risiko Gangguan Integritas Kulit d.d neuropati perifer

3. SLKI dan SIKI


Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Ketidakstabilan Kestabilan Kadar Manajemen Hiperglikemia
kadar glukosa Glukosa Darah Tindakan
darah b.d Setelah dilakukan  Observasi:
disfungsi tindakan keperawatan - Identifikasi kemungkinan
pancreas selama 3 x 24 jam penyebab hiperglikemia
maka ketidakstabilan - Identifikasi situasi yang
gula darah membaik menyebabkan kebutuhan
dengan criteria hasil: insulin meningkat.
 Kesadaran - Monitor kadar glukosa
meningkat. darah
 Mengantuk - Monitor tanda dan gejala
menurun hiperglikemia
 Pusing menurun - Monitor intake dan output
 Lelah menurun cairan.
 Keluhan lapar  Terapeutik:
menurun - Berikan asupan caira oral
 Rasa haus  Edukasi:
menurun - Anjurkan monitor kadar
 Kadar glukosa glukoa darah secara
darah membaik. mandiri
- Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga

15
 Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
insulin
- Kolaborasi pemberian
cairan IV
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen nutrisi
b.d Setelah dilakukan Tindakan
ketidakmampuan tindakan keperawatan  Observasi :
mengabsorsi selama 3 x 24 jam - Identifikasi status nutrisi
nutrient diharapkan status nutrisi - Identifikasi alergi dan
kalian membaik ditandai intoteransi makanan
dengan: - Identifikasi kebutuhan
 Porsi makanan kalori dan jenis nutrisi
yang dihabiskan - Identifikasi perlunya
meningkat. penggunaan selang
 Kekuatan otot nasogastrik
pengunyah - Moitor asupan makanan
meningkat - Monitor berat badan
 Berat badan  Terapeutik :
membaik
- Fasilitasi menentukan
 Indeks Massa
pedoman diet
Tubuh (IMT)
- Berikan makanan tinggi
membaik
kalori dan tinggi protein
 Frekuensi makan
- Berikan suplemen
membaik
makanan, jika perlu
 Membran mukosa
 Edukasi :
membaik
 Ajarkan diet yang di
programkan
Nyeri Akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Agen cedera fisik Setelah dilakukan Tindakan :
tindakan keperawatan  Observasi
selama 3 x 24 jam - Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,

16
berkurang ditandai dengan frekuensi, kualitas,
criteria hasil: intensitas nyeri
 Kemampuan - Identifikasi skala nyeri
menuntaskan - Identifikasi respon nyeri
aktivitas non verbal
meningkat - Identifikasi faktor yang
 Keluhan nyeri memperberat dan
menurun memperingan nyeri
 Frekuensi nadi - Identifikasi pengetahuan
membaik dan keyakinan tentang
 Pola napas nyeri
membaik - Identifikasi pengaruh
 Tekanan darah nyeri pada kualitas hidup
membaik - Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
 Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Risiko Integritas kulit dan Perawatan Integritas Kulit

17
Gangguan jaringan Tindakan :
integritas kulit Setelah dilakukan  Observasi
b.d neuropati tindakan keperawatan - Identifikasi penyebab
perifer. selama 3 x 24 jam gangguan integritas kulit.
diharapkan risiko  Terapeutik
.
gangguan integritas kulit - Ubah posisi setiap 2 jam
menurun ditandai dengan : jika tirah baring
 Elatisitas - Gunakan produk
meningkat berbahan ringan/alami
 Hidrasi meningkat dan hipoalergik pada kulit
 Perfusi jaringan sensitive
meningkat  Edukasi
 Kerusakan lapisan - Anjurkan menggunakan
kulit menurun. pelembab (mis. Lotin,
 Nyeri menurun serum)
 Nekrosis menurun - Anjurkan minum air yang
 Suhu kulit cukup
membaik - Anjurkan meningkatkan
 Sensasi membaik asupan nutrisi
 Tekstur membaik. - Anjurkan meningkat
asupan buah dan saur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ektrime

1. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah segala bentuk terapi yang dilakukan perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi merupan pelaksanaan dari intervensi-
intervensi yang telah direncanakan dan ditetapkan

2. Evaluasi Keperawatan

18
Evaluasi keperawatan adalah penilaian apa yang telah dicapai dan bagaimana
telah tercapai, merupakan identifikasi sejauh mana tujuan dari intervensi keperawatan
telah tercapai atau tidak.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik


progresif, dengan gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresiinsulin,
gangguan kerja insulin, atau keduanya. Diabetes Mellitus merupakanpenyakit kronik
yang tidak dapat disembuhkan, tetapi sangat potensial untuk dikendalikan melalui
pengelolaan Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus juga merupakan penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup, oleh karena itu berhasil tidaknya pengelolaan
Diabetes Mellitus sangat tergantung dari pasien itu sendiri dalam mengendalikan
kondisi penyakitnya dengan menjaga kadar glukosa darahnya dapat tetap terkendali.
Seiring bertambahnya usia, toleransi tubuh terhadap glukosa akan menurun, sebagai
akibatnya banyak orang tua yang tidak sadar adanya kemungkinan berkembang
penyakit diabetes mellitus (Stolk, Pols, et al., 1997).

B. Saran
Orang tua lebih berisiko terjadi peningkatan risiko kegagalan mendapat terapi
yang tepat, diet, dan pengobatan-pengobatan yang dapat menyelamatkan hidupnya.
Oleh karena itu, diagnosa sedini mungkin, tatalaksana serta pengawasan timbulnya
komplikasi harus lebih diperhatikan. Sehingga meskipun angka harapan hidup naik,
kualitas hidup juga akan naik. Sehingga dicapai usia tua yang tetap berkualitas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Cerella, N. L. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. E dengan Ketikstabilan Kadar


Glukosa pada Diagnosa Medis Diabetes Mellitus di Kelurahan Wonoasih Kota
Probolinggo. 1–100.

Sarifatul Istafiana. (2022). Studi Kasus Penerapan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Penderita Diabetes Melitus Dengan Pendekatan Keluarga Binaan Di Desa Bluru Kidul
Sidoarjo.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) :
Definisi dan Tindakan Keperawatan) Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

IGINATIUS, E. S. R. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK TN. B DENGAN

DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS DI UPTD GRIYA WERDHA


JAMBANGAN SURABAYA (Doctoral dissertation, STIKES HANG TUAH
SURABAYA).

20

Anda mungkin juga menyukai