OLEH
I NYOMAN JULIANA
S.0020.P2.024
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan
Gerontik pada Ny.W dengan Gout Arthritis.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mien, S.Kep.,Ns.,M.Kep
selaku dosen pembimbing serta semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Tujuan................................................................................................................
2. Batasan Lansia
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO (dalam Khushariyadi, 2012), ada empat
tahapan yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age): 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly): 60-75 tahun
3) Lanjut usia tua (old): 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old): >90 tahun
b. Menurut Alm. Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (dalam Khushariyadi,
2012), guru besar Universitas Gajah Mada Fakultas
Kedokteran, periodisasi biologis perkembangan manusia di bagi menjadi:
1) Masa bayi (0-1 tahun)
2) Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)
3) Masa sekolah (usia 6-10 tahun)
4) Masa pubertas (usia 10-20 tahun)
5) Masa setengah umur, presenium (usia 40-65 tahun)
6) Masa lanjut usia, senium (usia >65 tahun)
c. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (dalam khushariyadi, 2012), psikologi dari
Universitas Indonesia Kedewasaan 1) Fase iuventus (usia 25-40 tahun)
2) Fase vertalitas (usia 40-50 tahun)
3) Fase presenium (usia 55-65 tahun)
4) Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia)
3. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Soejono (2000) dalam Ratnawati (2017), mengatakan bahwa pada tahap
lansia, individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya.
Perubahan fisik yang dimaksud antara lain rambut yang mulai memutih, muncul
kerutan diwajah, ketajaman panca indra menurun, serta terjadi kemunduran daya tahan
tubuh. Dimasa ini lansia juga harus berhadapan dengan kehilangan peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang yang dicintai. Maka dari itu,
dibutuhkan kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi
perubahan di usuia lanjut secara bijak.
4. Karakteristik Lansia
Menurut Kholifah tahun 2016, usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir
siklus kehidupan manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir
kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dan proses penuaan. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup
yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental,
sosial sedikit demi sedikit sehinggan tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap
penuaan).
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regenaratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma
dan kesakitan dengan orang lain.
5. Tipe-Tipe Lansia
a. Tipe Arif Bijaksana
Tipe ini di dasarkan pada orang lanjut usia yang memiliki banyak pengalaman, kaya
dengan hikmah, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan zaman mempunyai
kesibukan, memiliki kerendahan hati, sederhana, dermawan dan dapat menjadi
panutan.
b. Tipe Mandiri
Tipe mandiri yaitu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
c. Tipe Tidak Puas
Tipe tidak puas terjadi karena konflik lahir batin menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.
d. Tipe Pasrah
Tipe pasrah ialah menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama
dan melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe Bingung
Kaget kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, acuh tak
acuh
2. Etiologi
Gangguan metabolik dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini ditimbulkan
dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium (MSU) dan kalsium pirofosfat
dihidrat (CCPD), dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenarasi tulang rawan
sendi (Nurarif dan Kusuma, 2016). Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi
inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat.
Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yang hiperurisemia
(Sya’diyah 2018). Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:
a. Pembentukan asam urat yang berlebih
1) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang berlebih
2) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karena
penyakit lain, seperti leukimia, terutama bila diobati dengan sitotistika psoarisis,
polisetemia vera dan mielofibrosis
3. Manifestasi Klinis
Menurut Price & Wilson tahun 2006, dalam Nurarif dan Kusuma (2016) terdapat
empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak di obati:
a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat
serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam urat serum.
b. Stadium kedua arthritis gout terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri
yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalengeal.
c. Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak terdapat
gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai
tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang
dari 1 tahun jika tidak di diobati
d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik dengan timbunan asam urat yang terus
meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai peradangan kronik
akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku juga
pembesaran dan pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak.
4. Patofisiologi
Menurut Sya’diyah tahun 2018 banyak faktor yang berperan dalamn mekanisme
serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui perannya adalah konsentrasi asam
urat didalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlansung beberapa fase secara
berurut.
a. Presipitasi kristal monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila konsentrasi dalam
plasma darah 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan
paraartikuler misalnya bursa, tendon dan selaputnya.
b. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coat) oleh berbagai
macam protein. Pembungkusan dangan igG akan merangsang netrofi untuk
berespon untuk pembentukan kristal.
c. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotoksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
d. Fagositosis
Kristal difagositosis oleh leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membran
vakuala disekeliling kristal bersatu dan membran leukositik lisosom.
e. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukaan kristal membran lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan
membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidae radikal kedalam sitosplasma.
f. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
5. Penatalaksanaan
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan penanganan
hiperurisemia pada pasien arthritis kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini
(Nurarif dan Kusuma, 2016) :
a. Mengatasi serangan akut
b. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal asam urat pada
jaringan, terutama persendian.
c. Terapi pencegahan menggunakan terapi hiperurisemia
6. Pathway
7. Komplikasi
Meskipun penyakit asam urat jarang menimbulkan komplikasi, namun tetap patut
di waspadai. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi diantaranya sebagai berikut:
a. Munculnya benjolan keras (tofi) di sekitar area yang meradang
b. Kerusakan sendi permanen akibat radang yang terus berlangsung serta tofi di dalam
sendi yang merusak tulang rawan dan tulang sendi itu sendiri. Kerusakan permanen
ini biasanya terjadi pada kasus penyakit asam urat yang diabaikan selama bertahu-
tahun.
4) MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif dari fungsi mental,
orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
Tabel 2.4 Mini Mental State Exam
Nilai Pertanyaan Pasien
maksimum
Orientasi Tahun, musim, tanggal, lahir, bulan, negara,
(5) wilayah, daerah
Registrasi Nama 3 obyek (1 detik untuk mengatakan masing-
(3) masing) tanyakan pada lansia ke 3 obyek setelah
Anda katakan. Beri point untuk jawaban benar,
ulangi sampai lansia mempelajari ke 3nya dan
jumlahkan skor yang
telah dicapai
Perhatian dan Pilihlah kata dengan 7 huruf, misal kata
kalkulasi “panduan”, berhenti setelah 5 huruf, beri 1 point
(5) tiap jawaban benar, kemudian dilanjutkan, apakah
lansia masih ingat huruf lanjutannya
Mengingat Minta untuk mengulangi ke 3 obyek di atas, beri 1
(3) point untuk tiap jawaban benar
Bahasa Nama pensil dan melihat (2 point)
(9)
Skor 25
Analisis hasil:
Skor salah 0-2: fungsi intelektual utuh.
Skor salah 3-4: kerusakan intelektual ringan.
Skor salah 5-7: kerusakan intelektual sedang.
Skor salah 8-10: kerusakan intelektual berat. (Kholifah, S.N., 2016)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi.
c. Gangguan konsep diri, citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh
pada tulang dan sendi.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peradangan kronik adanya
kristal asam urat.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
berhubungan keperawatan selama 1 x nyeri secara
dengan cidera 24 jam, pasien btidak mengalami komprehensif
biologis nyeri, demgan kriteria hasil: termasuk lokasi,
1. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
(tahu penyebab nyeri, mampu kualitas dan faktor
menggunakan teknik presipitasi nyeri
nonfarmakologik untuk 2. Observasi reaksi non
mengurangi nyeri). verbal dari
2. Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
berkurang dengan 3. Bantu pasien dan
manajemen keluarga untuk
nyeri mencari dan
3. Mampu mengenali skala menemukan dukungan
nyeri (intensitas frekuensi 4. Kontrol lingkungan
dan gejala nyeri) yang dapat
4. Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri
setelah nyeri berkurang 5. Ajarkan teknik non
5. Tanda vital dalam farmakologik: napas
rentang normal dalam, relaksasi dan
6. Tidak mengalami kompres hangat
gangguan tidur dingin
6. Tingkatkan
istirahat/tidur
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Monitoring vital sign
mobilitas fisik keperawatan selama 1 x 24 sebelum/sesudah latihan dan
berhubungan jam gangguan mobilitas fisik lihat respon pasien saat
dengan dengan kriteria hasil: latihan
kekakuan pada 1. Klien meningkat dalam 1. Konsultasikan dengan
sendi aktivitas fisik terapi fisik tentang
2. Mengerti tujuan dari rencana teknik
peningkatan mobilitas fisik ambulasi
3. Memverbalisasikan 2. Bantu klien unutuk
perasaan dalam menggunakan tongkat
meningkatakan saat berjalan dan
kekuatan dan terhadap cedera
kemampuan 3. Ajarkan pasien atau
berpindah tenaga kesahatan lain
4. Memperagakan tentang teknik
penggunaan alat bantu ambulasi
untuk mobilisasi 4. Kaji kemampuan pasien
dala mobilisasi
5. Latih Pasien dalam
memenuhi kebutuhan
ADLS pasien.
6. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling
konsep diri, tindakan keperawatan percaya
citra tubuh selama 1 x 24 jam pasien 2. Berikan kesempatan
berhubungan menunjukkan: mengungkapkan perasaan
dengan Gamggun citra tubuh 3. Dukung upaya klien
perubahan menurun dengan kriteria untuk memperbaiki
bentuk tubuh hasil: citra tubuh
pada tulang 1. Gambaran diri meningkat 4. Dorong klien untuk
dan sendi 2. Gambaran diri sesuai bersosialisassi engan
3. Bisa menyesuaikan diri orang lain
dengan status
kesehatannya
4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk
perfusi jaringan keperawatan selama 1 x 24 meggunakan
berhubungan jam kerusakan integritas pakaian yang longgar
dengan jaringan pasien teratasi 2. Jaga kulit agar tetap
peradangan dengan kriteria hasil: bersih dan kering
kronik adanya 1. Perfusi jaringan normal 3. Mobilasasi pasien (ubah
kristal asam 2. Tidak ada tanda-tanda posisi pasien) setiap dua
urat infeksi jam sekali
3. Ketebalan dan tekstur 4. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
5. Monitor aktivitas dan
jaringan mobilisasi pasien
4. Menunjukkan pemahaman 6. Monitor status nutrisi
dalam proses perbaikan pasien
kulit dan mencegah 7. Berikan posisi yang
terjadinya proses nyamanan untuk
penyembuhan luka mengurangi tekanan pada
luka.
(Nurarif dan Kusuma, 2016)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan kedalam tindakan selama fase
implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan. Rangkaian
rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang bertugas merawat klien tersebut atau
perawat lain dengan cara didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka perawat
harus menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka
validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya. (Amin Huda
Nurarif dan Hardhi Kusuma 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015). Evaluasi merupakan
tahap akhir dari proses keperawatan untuk mngukur keberhasilan dari rencana
perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien, bila masalah tidak dapat dipecahkan atau
timbul masalah baru amak perawat harus bersama untuk mengurangi atau mengatasi
beban masalah yang ada.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. W DENGAN DIAGNOSA
GOUT ARTHIRITIS
B. Keluhan Utama
Sering nyeri di area pergelangan kaki dan sering merasa keram ekstremitas bawah
pada malam hari kurang tidur jika keluhan muncul.
G. Riwayat Rekreasi
Kalau ada waktu libur biaasanya keluarga Ny. W liburan ke air terjun Moramo.
3) Skor Norton
Aspek yang Dikaji Score
Kondisi fisik umum :
a. Baik 4
b. Lumayan 3
c. Buruk 2
d. Sangat Buruk 1
Kesadaran
a. Komposmentis 4
b. Apatis 3
c. Sopor 2
d. Koma 1
Akivitas
a. Ambulan 4
b. Ambulan dengan bantuan 3
c. Hanya bisa duduk 2
d. Tiduran 1
Aspek yang Dikaji Score
Mobilitas
a. Bergerak bebas 4
b. Sedikit terbatas 3
c. Sangat terbatas 2
d. Tidak bisa bergerak 1
Inkontinensia
a. Tidak ada 4
b. Kadang-kadang 3
c. Sering inkontinensia urin 2
d. Inkontinensia urin dan alvi 1
Score 20
Kategori skor :
16-20 : Kecil sekali/tak terjadi
12-15 : Kemungkinan kecil terjadi
<12 : Kemungkinan besar terjadi
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) (Fostein MF, 1975)
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar
□ Tahun
□ Musim
□ Tanggal
□ Hari
□ Bulan
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang
□ Negara Indonesia
□ Provinsi…..
□ Kota….
□ Panti Wredha….
□ Wisma….
2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi
Nilai Nilai
No Aspek kognitif Kriteria
maks klien
(untuk disebutkan)
□ Obyek 1…
□ Obyek 2…
□ Obyek 3…
3 Perhatian dan kalkulasi 5 3 Minta klien untuk memulai dari
angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali
□ 93
□ 86
□ 79
□ 72
□ 65
4 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada no 2 tadi, bila
benar 1 point untuk masing-
masing obyek
□ Obyek 1…
□ Obyek 2…
□ Obyek 3…
5 Bahasa 9 7 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien
(misal jam tangan atau pensil)
□ Mengetahui nama
c. Skala depresi
Sesuaikan jawaban klien dengan jawaban yang sesuai pada instrument.
Jawaban yang
No Pertanyaan
sesuai
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda YA
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan TIDAK
Jawaban yang
No Pertanyaan
sesuai
minat/kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? TIDAK
4 Apakah anda merasa sering bosan? TIDAK
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? YA
Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan terjadi
6 YA
pada anda?
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup
7 YA
anda?
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya? TIDAK
Apakah anda lebih sering di rumah daripada pergi keluar dan
9 TIDAK
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan
10 TIDAK
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang
11 YA
menyenangkan?
Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda
12 YA
saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? YA
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
14 TIDAK
harapan?
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya
15 TIDAK
dari pada anda?
Total score 8 7
*) Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor 1
Keterangan :
Score 5 -9 : Kemungkinan depresi
Score 10 atau lebih : Depresi
Konsistensi : Normal
Gangguan BAB : Tidak ada
5 Pola eliminasi BAK
Frekuensi : >3 kali sehari
Warna urin : Kuning keruh
Gangguan BAK : Tidak ada
6 Pola aktifitas
Kegiatan produktif yg dilakukan : Berkebun
7 Pola pemenuhan personal hygiene
Mandi : 2x sehari
Memakai sabun : Ya
Sikat gigi : 2x sehari
7. PROGRAM TERAPI
No Nama obat Dosis
1. Minum rebusan jahe : Tiap pagi dan malam hari
8. ANALISA DATA
Nama : Ny. W
Diagnose : Gout Arthritis
Umur : 70 Tahun
Hipertermia
Nyeri akut
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamanan
10. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. W
Diagnosa : Gout Arthritis
Umur : 70 Tahun
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan keluarga Ny. W dengan
Gout Arthritis pada Ny. W di Wilayah Kerja Puskesmas Moramo Desa Moramo, penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada hasil pengkajian
didapatkan data dimana anggota keluarga Ny. W dalam hal ini Ny. W mengeluhkan
sering nyeri di area pergelangan kaki dan sering merasa keram ekstremitas bawah pada
malam hari kurang tidur jika keluhan muncul. Pada hasil pemeriksaan muskuloskeletal
didapatkan bahwa rentang gerak terbatas.
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 2 diagnosa keperawatan
yakni : nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan adalah terapi komplementer dan manajemen
nyeri.
B. Saran
1. Bagi Mayarakat/Klien
Keluarga berisiko untuk terjadi kekambuhan penyakit, sehingga diharapkan perlunya
upaya pencegahan serta pengendalian secara rutin dari keluarga. Upaya pencegahan
dapat dilakukan dengan mengontrol pola makanmdan memeriksakan kesehatan secara
rutin.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan
ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan sebagai referensi perpustakaan yang
bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai bahan acuan dan dasar dalam menerapkan
asuhan keperawatan keluarga khususnya Gout Arthritis.
3. Bagi Puskesmas
Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan motivasi dan bimbingan kesehatan
khususnya penyakit Gout Arthritis kepada keluarga dan dapat memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara optimal serta lebih meningkatkan mutu pelayanan di
komunitas atau di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI Dinkes
Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Kendari:Dinkes
Sultra
Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika
Mubarrak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori
&Praktik. Jakarta : EGC
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction