Anda di halaman 1dari 106

ANALISIS KEPERAWATAN PADA NY.

S YANG MENDERITA
DIABETES MELITUS DI DESA TACCORONG
KEC.GANTARANG, KAB. BULUKUMBA
TAHUN 2021

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

OLEH :

MUH. ADNAN. M, S.Kep


NIM. D.20.07.021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANRITA HUSADA BULUKUMBA
PROGRAM STUDI NERS

i
ANALISIS KEPERAWATAN PADA NY. S YANG MENDERITA
DIABETES MELITUS DI DESA TACCORONG
KEC.GANTARANG, KAB. BULUKUMBA
TAHUN 2021

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ners Pada Program Studi
Profesi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba

OLEH :

MUH. ADNAN. M, S.Kep


NIM. D.20.07.021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANRITA HUSADA BULUKUMBA

ii
PROGRAM STUDI NERS
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Ners Dengan Judul “Analisis Keperawatan


Pada Ny. SYang Menderita Diabetes Melitus
Di Puskesmas Bonto Nyeleng Tahun 2021

Telah disetujui untuk diujikan pada ujian sidang diharapkan tim penguji pada
tanggal

Oleh
Muh. Adnan. M, S.Kep
D.20.07.021

Pembimbing

Dr. Andi Suswani, S.Kep, Ns, SKM, M.Kes

iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners Dengan Judul “Analisis Keperawatan
Pada Ny. SYang Menderita Diabetes Melitus
Di Puskesmas Bonto Nyeleng Tahun 2021

Oleh
Muh. Adnan. M, S.Kep
D.20.07.021

Pembimbing

Dr. Andi Suswani, S.Kep, Ns, SKM, M.kes

Penguji I penguji II

Nurlina, S. Kep, Ns, M.Kep Isnaeni, S. Kep, Ns

Ketua Program Studi Profesi NERS

Haerani S.Kep, Ns, M.Kep

iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang tanda tangan di bawah ini, saya


Nama : Muh. Adnan. M, S.Kep
Nim : D.20.07.021
Program Studi : NERS
Tahun Akademik : 2020/2021
Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini adalah karya hasil
sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar. Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan KIAN saya yang
berjudul :
“Analisis Keperawatan Pada Ny. SYang Menderita Diabetes Melitus Di Desa
Taccorong Kec. Gantang, Kab. Bulukumba Tahun 2021”Apabila suatu saat nanti
terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang
telah ditetapkanDemikian surat ini saya buat dengan sebenar – benarnya

Bulukumba …….…2021

Muh. Adnan. M, S.Kep

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat
danhidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan KIAN ini dengan
judul “Analisis Keperawatan Pada NY. SYang Menderita Diabetes Melitus Di
Desa Taccorong Kec. Gantarang, Kab. Bulukumba Tahun 2021”Salawat
kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi umat manusia
untuk keselamatan dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa KIAN ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala bentuk sumbangsih dari pembaca menjadi
harapan besar dalam menyempurnakan KIAN ini selanjutnya.Ucapan terima kasih
yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada :
1. H. Idris Aman S.Sos, selaku Ketua Yayasan STIKES Panrita Husada
Bulukumba yang telah menyiapkan sarana dan prasarana sehingga proses
belajar dan mengajar berjalan dengan lancar.
2. Dr. Muriyati, S.ST. M.Kes. selaku Ketua STIKES Panrita Husada Bulukumba
yang memberikan motivasi sebagai bentuk kepedulian sebagai orangtua yang
membimbing penulis selama penyusunanKIAN ini.
3. Dr. Andi Suswani, S.kep, Ns, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia memberikan bimbingan serta mengarahkan penulis dalam
penyusunan KIAN ini..
4. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas bekal
keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama
proses perkuliahan.
5. Khususnya kepada ayahanda tercinta Mahmud, ibunda Imma, hormatku
kepada mereka yang telah memberikan doa, bimbingan, dorongan, dan
dukunganserta materi kepada penulis dalam menuntut ilmu.

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS......................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................ 6
C. Ruang Lingkup................................................................................... 7
D. Manfaat Penulisan.............................................................................. 7
E. Metode penulisan .............................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan........................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP Dasar Penyakit Diabetes Melitus...................................... 10
B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus................................ 27
C. Konsep Dasar Gerontik...................................................................... 36
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan.................................................................... 57
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 72
C. Implementasi dan Evaluasi................................................................ 75
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajia Keperawatan...................................................................... 80
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 82
C. Perencanaa Keperawatan................................................................... 83
D. Evaluasi Keperawatan........................................................................ 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 88
B. Saran.................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di

dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang

hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,

dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun

psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut

memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan

semakin buruk, gerakan semakin lambat, dan figure tubuh yang tidak

proposional (Sulistyowati, 2017).

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut)

secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua

makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga

tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong lanjut usia

(masih muda) tetapi mengalami kekurangan-kekurangan yang menyolok

atau diskrepansi (Sulistyowati, 2017).

Di Indonesia, prevalensi demensia pada lanjut usia yang berumur 65

tahun adalah 5 persen dari populasi lansia. Prevalensi ini akan meningkat

menjadi 20 persen pada lansia berumur 85 tahun ke atas. Penduduk yang


2

berumur 65 tahun ke atas pada tahun 2000 sebanyak 11,28 juta. Jumlah

tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 29 juta jiwa pada 2010 atau

10 persen dari populasi penduduk (Amirullah, 2011). Gangguan atau

kerusakan kognitif dapat menimbulkan dampak pada kehidupan lanjut usia,

diantaranya yaitu aktivitas dan komunikasi.

Menurut WHO (World Health Organitation) kesehatan adalah

suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya

bebas dari penyakit atau kelemahan (Ardani, 2013). Kesehatan dimulai

dari kesehatan individu. Banyak gangguan penyakit kronis yang

disebabkan oleh ketidakmampuan individu untuk menjalankan hidup

sehat dan ketidakmampuan individu untuk bertanggung jawab atas status

kesehatannya sendiri karena telah tenggelam dalam gaya hidup yang

kurang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga

dapat mempengaruhi sistem keluarga tersebut (Sudiharto, 2012).

Menurut IDF (International Diabetes federation)pada tahun 2017

jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa

dekade terakhir. Indonesia merupakan salah satu Negara peringkat ke-6

di dunia yang mayoritas penduduknya mengalami diabetes mellitus

sekitar 10,3 juta orang. Prevalensi diabetes mellitus di Sulawesi Selatan

mengalami penurunan, dari data yang dilaporkan terdapat 2,0% pasien

diabetes mellitus pada tahun 2013, sedangkan pada tahun 2018 terjadi

penurunan menjadi 1,3% pasien diabetes mellitus (2018).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), menunjukkan

bahwa Sulawesi Selatan berada pada urutan ke 7 sebanyak 1,3% atau


3

33.693 jiwa. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter sebanyak 12,3

(Kemenkes, 2019). Data di atas menunjukkan bahwa kejadian diabetes

memang menjadi masalah yang serius. Hal ini disebabkan karena jumlah

penderita diabetes mellitus yang sangat banyak dan mengalami

peningkatan.

Menurut data dinas kesehatan kabupaten Bulukumba pada tahun

2018 sebanyak 5237 orang penderita diabetes mellitus dan mengalami

peningkatan pada tahun 2019 yaitu sebanyak 5410 orang. Sedangkan di

Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Nyeleng, terhitung dari bulan Januari

sampai Agustus 2020 jumlah penderita diabetes Mellitus sebanyak 125

orang.

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula

darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah

kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat

penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh

para pemimpin dunia (Rahayu & Utami, 2018).

Diabetes mellitus memiliki tanda dan gejala seperti rasa haus

yang berlebihan (polidipsi), sering kencing (poliuria) terutama malam

hari, sering merasa lapar (poliphagi), berat badan yang turun dengan

cepat, keluhan lemah, kesemutan pada tangan dan kaki, gatal-gatal,

penglihatan kabur, impotensi dan luka sulit sembuh (Fitriana &


4

Rahmawati, 2016). Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya diabetes

mellitus adalah dengan melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin

dan perubahan gaya hidup kearah yang lebih sehat (Sudiharto, 2012).

Berbagai macam dampak buruk dapat terjadi karena diabetes

mellitus. Diantaranya amputasi, kebutaan, kerusakan pada ginjal, bahkan

diabetes mellitus dapat menyebabkan kematian. Menurut (WHO, 2019)

diabetes mellitus menyebabkan hampir 4 juta kematian disetiap tahunnya

dan diperkirakan 629 juta orang yang hidup dengan diabetes pada tahun

2045. Orang yang hidup dengan penyakit diabetes mellitus memiliki

resiko terkena berbagai macam komplikasi yang mengancam jiwa.

Diabetes beserta dengan komplikasinya harus ditangani dengan baik.

Jika tidak ditangani dengan baik, penderita akan keluar masuk rumah

sakit dan akan menyebabkan kematian dini. (IIDF, 2019). Dengan

demikian diabetes mellitus merupakan masalah yang serius dan perlu

ditangani melalui upaya pencegahan.

Peran serta keluarga sangat berpengaruh pada kepatuhan diet

Diabetes Mellitus yaitu mengenal gangguan perkembangan kesehatan

setiap anggota yang menderita Diabetes Melitus, mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan yang tepat pada pasien Diabetes Melitus,

memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita

Diabetes Mellitus, mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota


5

keluarganya, memanfaatkan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan

untuk pasien Diabetes Melitus (Abdilah, Roifah, & Wahyuni, 2019).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 15 Februari 2021

di Puskesmas Bonto Nyeleng, didapatkan bahwa jumlah kunjugan

penderita Diabetes Mellitus dilihat berdasarkan grafik angka kunjungan

pasien, menunjukan bahwa jumlah kunjugan pasien Diabetes Mellitus

mengalami peningkatan selama beberapa bulan terakhir ditahun 2020

dan selalu masuk dalam lima peringkat kunjungan penyakit terbanyak di

Puskesmas Bonto Nyeleng. Maslah utama yang ditemukan pada saat

melakukan wawancara kepada klien yaitu sering mengalami pusing,

tekanan darah tinggi, susah menggerakkan ekstremitas atas dan bawah

(mengalami kram), dan struk.

Data rekam medis menunjukan bahwa empat dari sepuluh pasien

dengan Diabetes Mellitus di Puskesmas Bonto Nyeleng sudah

mengalami komplikasi berupa hipertensi, sementara tujuh diantaranya

mengeluhkan sering mengalami pusing dibagian kepala belakang dan

ektremitas bahwa mengalami kram atau kaku. Sebagian besar pasien

yang datang ke Puskesmas Bonto Nyeleng rata-rata datang dengan

diantar teman atau keluarga dekatnya.

Dalam penyelesaian masalah ini peneliti menggunakan model

adaptasi ROY dimana dalam memenuhi kebtuhannya, manusia selalu

dihadapkansebagai personal yang kompleks, sehingga dituntuk untuk

melakukan adaptasi. Dimana model adaptasi ROY ini memiliki empat


6

faktor penting yaiitu manusia, sehat-sakit, lingkungan, dan keperawatan

yang saling terkait.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

masalah yaitu “Bagaimana Memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga

Pada NY. S Dengan Diabetes Mellitus Melalui Pendekatan Proses

Keperawatan?”.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga secara

komprehensif kepada NY. S yang mengalami Diabetes Mellitus.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu :

a. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada NY. S yang

mengalami Diabetes Mellitus.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan keluarga pada NY. S yang

mengalami Diabetes Mellitus.

c. Merencanakan tindakan keperawatan keluarga pada NY. S yang

mengalami Diabetes Mellitus.

d. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada NY. S yang

mengalami Diabetes Mellitus.

e. Menganalisis pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada

NY. S yang mengalami Diabetes Mellitus.


7

f. Mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta

mencari solusi/ alternatif pemecahan masalah pada NY. S yang

mengalami Diabetes Mellitus.

g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga pada NY. S

yang mengalami Diabetes Mellitus.

C. RUANG LINGKUP

Analisis Asuhan Keperawatan Keluarga pada NY. S dengan

diagnosis medis Diabetes Mellitus di Desa Taccorong Kecamatan

Gantarang Kabupaten Bulukumba dari tanggal 15 Februari s/d 27

Februari 2021 tahun 2021.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Untuk Mahasiswa

Mahasiswa dapat memahami tentang asuhan keperawatan

keluarga terhadap pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus

Di Desa Taccorong Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba

Tahun 2021.

2. Untuk lahan praktek

Sebagai salah satu tambahan informasi dan pedoman dalam

melakukan asuhan keperawatan Gerontik Di Desa Taccorong

Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2021.

3. Untuk Institusi Pendidikan

Sebagai tolak ukur mahasiswa dalam mempelajari, memahami

dan mengaplikasikan praktek asuhan keperawatanGerontik D iDesa


8

Taccorong Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun

2021.

A.

B.

C.

E. METODE PENULISAN

Dalam penulisan karya tulis ilmah ini, penulis menggunakan metode

deskriptif dengan menggunakan data secara objektif dimulai dari

pengumpulan data, pengolahan sampai evaluasi dan selanjutnya

menyajikan dalam bentuk narasi. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini penulis memperoleh data melalui :

1. Wawancara langsung dengan tanya jawab pada pasien, keluarga,

pembimbing.

2. Observasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat

melakukan asuhan keperawatan.

3. Pemeriksaan fisik sebelum melakukan pemeriksaan dan tindakan

keperawatan.

4. Dokumentasi

Menggunakan dokumen yang berhubungan dengan judul karya

tulis ini, seperti catatan medis, catatan keperawatan dan lain

sebagainya.

5. Studi keperawatan
9

Mempelajari literatur-literatur yang berkaitan atau relevan

dengan isi karya tulis seperti buku dan internet.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

1. BAB satu penulis menggunakan latar belakang masalah, tujuan

penulisan, ruang lingkup, manfaat penulisan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini.

2. BAB dua berisikan tinjauan teori yang meliputi konsep dasar

penyakit terkait dengan masalah kesehatan utama, meliputi

pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan

medis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, asuhan keperawatan

yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan

keperawatan, evaluasi keperawatan, dan dokumentasi keperawatan.

3. BAB tiga berisikan tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan/ Intervensi

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan sesuai dengan

asuhan keperawatan yang dilakukan.

4. BAB empat berisikan pembahasan yang menguraikan tentang

pembahasan dari kesenjangan asuhan keperawatan yang telah

diberikan secara teori dengan asuhan keperawatan secara nyata telah

diberikan pada pasien.H yang mengalami Diabetes Melitus yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, inervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

5. BAB lima berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang mempuyai

dampak negative terhadap fisik maupun psikologis penderita,

dampak psikologis seperti kecemasan. Kecemasan merupakan reaksi

terhadap penyakit karena dirasakan sebagai ancaman dan

ketidaknyamanan (Taluta & Hamel, 2014)

Kata Diabetes berasal dari bahasa yunani, “diabanein” yang

artinya curahan atau pancuran air, dan Mellitus berasal dari bahas

latin “militus” yang artinya rasa manis atau gula. Jadi, secara bahasa,

definisi dari Diabetes Militus adalah curahan cairan dari tubuh yang

sebagian besar mengandung gula. Diabetes Mellitus secara umum

adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak dapat menghasilkan hormon

insulin yang dibutuhkan tubuh atau tubuh tidak dapat dipergunakan

secara maksimal insulin yang diperoleh, sehingga terjadi kenaikan

kadar gula dalam darah melebihi batas normal.

Menurut World Health Organization (WHO) yang kita ketahui

sebagai organisasi kesehatan dunia, Diabetes Mellitus merupakan


11

kondisi peningkatan kadar glukosa dalam darah menahun yang

disebabkan oleh factor lingkungan dan genetik secara bersamaan

dengan ciri khas hiperglekemia kronis yang tidak dapat disembuhkan

tapi dapat dikendalikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Diabetes

Mellitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan

lemak (Taluta & Hamel, 2014)

2. Konsep Glukosa Darah

Glukosa darah di dalam tubuh berfungsi untuk bahan bakar

bagi proses metabolisme dan juga sumber energy utama bagi otak.

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk

dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di

hati dan otot rangka (Subiyono 2016).

Umunya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian

kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau

Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin,

akibatnya terjadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes mellitus

juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam

memasukan glukosa ke dalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena

kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.

Bagi tubuh kita, glukosa merupakan sumber energy utama.

Glukosa tersebut baru dapat diubah menjadi energy setelah berada di

dalam sel jaringan, seperti sel otot. Masuknya glukosa ke jaringan sel

diperlukan satu alat bantu (hormone) yaitu insulin. Terjadi satu


12

kondisi, dimana glukosa tidak dapat masuk ke sel otot. Penyebabnya

adalah kekurangan insulin atau karena karena sesuatu hal insulin

yang ada tidak dapat bekerja dengan benar. Akibatnya glukosa tidak

dapat diubah menjadi energy dan otot akan kekurangan energy

(Kristiana, 2012).

Guna memenuhi kebutuan energy agar sel-sel tetap bisa

bertahan hidup, tubuh akan membkar persediaan lemak yang ada.

Hal ini bila tidak cepat teratasi, dalam waktu singkat berat badan

penderita akan menurun drastic. Penggunaan cadangan lemak juga

menyebabkan kadar lemak dalam darah meningkat. Bila kadarnya

tinggi akan menyebabkan pernapasan menjadi cepat

(Yosdimyat,Romlii & Hariyono, 2018).

Dengan tidak dapat masuknya glukosa ke dalam sel jaringan,

glukosa akan menumpuk dalam darah sedangkan sel kekurangan

energy. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh

darah dan menimbulkan berbagai komplikasi. Bila kadar glukosa

darah sudah melebihi ambang kemampuan kerja ginjal, maka

kelebihan glukosa akan dibuang melalui kencing. Dalam proses ini

diperlukan banyak air. Itulah sebabnya penderita sering kencing

(kencing terasa manis) dan selalu merasa haus serta kulit menjadi

kering. Selain itu berkurangnya kadar glukosa dalam sel jaringan

membuat system saraf memberikan rangsangan pada susunan saraf

pusat sehingga penderita merasa lapar. Sehingga penderita akan


13

sering makan dan akibatnya kadar glukosa darah semakin tinggi lagi

(Kristiana, 2012).

Kriteria objektif glukosa darah:

a. Hipoglikemia: penurunan kadar glukosa darah di bawah normal

(<70 mg/dl)

b. Normoglikemia: kadar glukosa darah dalam batas normal (70-140

mg/dl)

c. Hiperglikemia: peningkatan kadar glukosa darah di atas normal

(>140 mg/dl) (Maisyarah, 2012).

3. Tipe Diabetes Melitus

Terdapat beberapa tipe dari Diabetes Melitus dengan karakteristik

yang berbeda-beda. Adapun penggolongan penyakit diabetes mellitus

menjadi 3 tipe, yaitu sebagai berikut:

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 adalah diabetes mellitus yang disebabkan

karena kurangnya produksi hormone insulin oleh pankreas. Adapun

penyebab dasar dari diabetes mellitus tipe 1 adalah karena kerusakan

atau kesalah genetic pada sel pankreas penderita, sehingga sistem

imun terganggu dan tidak bias menghasilkan hormone insulin.

Akibatnya, kadar gula dalam darah meningkat. Pada penderita

diabetes mellitus tipe 1 sangat tergantung dengan insulin dari luar.

agar tetap hidup, penderita diabetes perlu mendapatkan suntikan


14

berupa hormone insulin secara rutin dan harus terjadwal. Oleh karena

itu, diabetes mellitus tipe 1 ini juga disebut dengan Insuline

Dependent Diabetic Militus atau IDDM.

Pada diabetes tipe 1 ini umumnya menyerang anak hingga

remaja. Untuk itu, diabetes mellitus jenis atau tipe ini biasa disebut

dengan juvenile diabetes. Diabetes tipe 1 ini selalu mencul secara

mendadak dengan gejala sering merasa haus, sering buang air kecil

(sering ngompol pada anak), berat badan menurun secaradrastis, den

merasa lemah. Jika tidak segera diberi insulin, penderita bias tiba-tiba

tidak sadarkan diri dan koma diabetic (Rahmatul & Siti, 2016).

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes mellitus yang paling

banyak menimpa penderita diabetes. Bahkan presentasenya sampai

90% dari keseluruhan penderita diabetes mellitus. Diabetes tipe 2 ini

merupakan diabetes mellitus yang disebabkan karena kurangnya

respon tubuh terhadap insulin, sehingga penggunaan hormone tersebut

menjadi tidak efektif. Kekurang mampuan tubuh untuk merespon

hormone insulin mengakibatkan tubuh tidak dapat memanfaatkan

insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Walaupun pankreas telah

memproduksi insulin secara normal, akan tetapi hormone yang

dihasilkan tidak bias dimanfaatkan oleh tubuh secara efektif. Tubuh

manusia bersifat resisten (kebal) terhadap hormone insulin (Rahmatul

& Siti, 2016).


15

Ketidakmampuan tubuh dalam memanfaatkan hormone insulin

umumnya disebabkan karena sel-sel tubuh bersaing berat dengan sel-

sel lemak dalam tubuh. Hormone insulin banyak dihisap oleh sel-sel

lemak yang menumpuk di dalam tubuh. Untuk itu, diabetes mellitus

tipe 2 ini kebanyakan menimpa orang-orang yang memiliki pola

makan dan pola hidup yang buruk, sehingga menyebabkan lemak

menumpuk dan terjadi kegemukan. Berkaitan dengan hal ini,

kegemukan dapat mengganggu system kerja dari pankreas, sehingga

system metabolisme pun ikut terganggu (Rahmatul & Siti, 2016).

c. Diabetes Melitus Tipe 3

Diabetes mellitus tipe 3 yaitu penyakit diabetes yang disebabkan

karena tubuh tidak dapat merespon hormone insulin kaena adanya

hormone penghambat respon yang dihasilkan oleh plasenta selama

proses kehamilan. Tipe diabetes ini merupakan gabungan dari

diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2. Hal ini terjadi saat penderita

diabetes tipe 1 terus menerus disuntik insulin, sehingga ada sebagian

penderita menjadi resistensi terhadap hormone dari luar, dan akhirnya

dia menderita diabetes tipe 2 sekaligus.

Diabetes mellitus tipe 3 juga bias terjadi karena penderita

diabetes mellitus tipe 2 mengkonsumsi obat-obatan yang dapat

merangsang produksi insulin yang lebih banyak, sehingga pankreas

menjadi lelah, lemas, dan akhirnya ambruk (Rahmatul & Siti, 2016).
16

4. Etiologi Diabetes Melitus

a. Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 merupakan diabetes mellitus yang

tergantung pada insulin yang ditandai dengan penghancuran sel-sel

beta pankreas yang disebabkan oleh:

1) Factor genetic yaitu penderita tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu

sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan

genetic kea rah terjadinya diabetes mellitus tipe 1.

2) Factor autoimun (imunologi)

3) Factor lingkungan yaitu toksin atau virus tertentu yang dapat

memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel

beta.

b. Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin dan

kegagalan relative sel beta. Resistensi insulin adalah menurunnya

kemampuan insulin untuk merangsang jaringan perifer dalam

pengambilan glukosa dan menurunnya kemampuan hati untuk

menghambat produksi glukosa (Kusuma & Nurarif, 2015).

Faktorresiko diabetes mellitus tipe 2 yaitu berhubungan dengan

proses terjadinya diabetes mellitus tipe 2 yaitu:

1) Usia

Usia/umur merupakan lamanya kehidupan seseorang atau

suatu karakteristik yang melekat pada individu mulai dari awal


17

kelahiran (Edison & Haerati, 2018). Pada usia setelah 40 tahun

manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis

menurun dengan cepat. Penurunan ini yang akan beresiko pada

penurunan fungsi endokrin pankreas untuk meproduksi insulin.

2) Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami

hipertrofi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi

insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban

metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi

energy sel yang terlalu banyak.

3) Riwayat keluarga

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang

mengidap diabetes mellitus. Hal tersebut terjadi karena DNA pada

orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan pada gen

berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.

4) Pola makan

Ketidakstabilan kerja sel beta pankreas dapat terjadi akibat

pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat. Malnutrisi

dapat merusak pankreas dan pola makan yang tidak teratur juga

akan berperan pada ketidakstabilan pankreas.

5) Stress

Stress akan meningkatkan kerja metabolisme dan kebutuhan

akan sumber energy yang dapat mengakibatkan kenaikan kerja


18

pankreas. Pankreas akan mudah rusak akibat beban yang tinggi

sehingga berdampak pada penurunan insulin

6) Infeksi

Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat

rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini akan berakibat pada

penurunan fungsi pankreas (Fady, 2015).

5. Patofisiologi

Apabila jumlah atau dalam fungsi/aktivitas insulin mengalami

kekurangan insulin, hiperglikemia akan timbul dan hiperglikemia ini

adalah diabetes. Kekurangan insulin ini biasa absolut apabila

pankreas tidak menghasilkan sama sekali insulin, tetapi dalam

jumlah yang tidak cukup, misalnya yang terjadi pada IDDM (DM

tipe 1). Kekurangan insulin dikatakan relatif apabila pankreas

menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal, tetapi insulinnya

tidak efektif. Hal ini tampak pada NIDDM (DM tipe 2), ada

resistensi insulin. Baik kekurangan insulin absolut maupun relative

akan mengakibatkan gangguan metabolisme bahan bakar, yaitu

karbohidrat, protein dan lemak. Tubuh memerlukan bahan bakar

untuk melangsungkan fungsinya, membangun jaringan baru, dan

memperbaiki jaringan.

Diabetes merupakan penyakit yang sulit di fahami oleh pasien

dan pemberi asuhan. Definisi penyakit DM mungkin bias

dipermudah dengan mempelajari “star player” diabetes mellitus.


19

Fungsi hormone yaitu “board of directors” dalam kaitan dengan

metabolisme, yaitu mengarahkan dan mengendalikan kegiatan. Board

of directors mempunyai representasi pankreas (insulin dan glucagon),

kelenjar hipofisis (GH dan ACTH), korteks adrenal (kortisol), system

saraf autonomic (norepinefrin), dan medulla adrenal (epinefrin) dari

semua hormon yang terkait dengan metabolisme glukosa, hanya

insulin yang biasa menurungkan gula darah. Hormon yang lain

adalah “counterregulatory hormones” karena bisa membuat gula

darah meningkat. Insulin adalah hormon yang kurang (absolut atau

relatif) dalam penyakit DM. Hormon insulin disintesis (dihasilkan)

oleh sel beta pulau Langerhans yang terdapat pada pankreas. Peran

insulin yaitu melihat bahwa sel tubula dapat memakai bahan bakar.

Fungsi insulin yaitu sebagai “kunci” yang bisa membuka pintu sel

agar bahan bakar bisa masuk ke dalam sel. Pada permukaan setiap sel

terdapat reseptor. Dengan membuka reseptor (oleh insulin), glukosa

dan asam amino bisa masuk kedalam sel tubuh (Brunner & Suddarth,

2013).

6. Gejala klinik

a. Poliuria akibat dari diuresis osmotik bila ambang ginjal terhadap

reabsopsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui

ginjal)

b. Polydipsia disebabkan oleh dehidrasi dari poliuria)


20

c. Polifagia disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energi dari

perubahan sintesis protein dan lemak) (Baradero, Wilfrid Dayrit,

& Siswadi, 2011).

7. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan analisa data pasien.

Berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang terdapat pada

klien dengan diabetes mellitus, namun demikian bukan berarti bahwa

diagnosa keperawatan pada klien ini terbatas hanya pada yang

disebutkan disini saja. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin

Muncul (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi

b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapaar

informasi

c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan dibuktikan dengan

perubahan sirkulasi

d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

e. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

penggunaan insulin atau obat glikemik oral

f. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah di buktikan dengan

kurang terpapar informasi tentang manajemen diabetes.

8. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


21

Tujuan utama penatalaksanaan diabetes adalah untuk mengatur

glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronis.

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:

a. Aktivitas fisik

b. Diet

c. Pemantauan

d. Terapi (jika diperlukan)

e. Pendidikan

Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam

membantu klien mengatasi kondisi kronis ini. Intervensi yang

direncanakan untuk diabetes harus individual, ini berarti intervensi

tersebut harus berdasarkan pada tujuan, usia, gaya hidup, kebutuhan

nutrisi, maturasi, tingkat aktivitas, pekerjaan, tipe diabetes klien, dan

kemampuan untuk secara mandiri melakukan krterampilan yang

dibutuhkan oleh rencana penatalaksanaan. Penyatuan aspek

psikososial ke dalam rencana keseluruhan adalah vital (Rumahorbo,

2014)

Tujuan awal untuk klien yang baru didiagnosa diabetes atau klien

dengan control buruk diabetes harus difokuskan pada yang berikut:

1) Eliminasi ketosis, jika terdapat

2) Pencapaian berat badan yang diinginkan

3) Pencegahan manifestasi hiperglikemia

4) Pemeliharaan toleransi latihan


22

5) Pemeliharaan kesejahteraan psikososial

6) Pencegahan hipoglikemia (Rumahorbo, 2014)

9. Komplikasi

a. Komplikasi akut

1) Ketoasidosis diabetic (KAD) adalah komplikasi akut diabetes

yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang

tinggi (300-600 mg/dl) disertai dengan adanya tanda dan gejala

asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma

meningkat (300-320 mOs/ml) dan terjadi peningkatan anion

gap.

2) Status hiperglikemi hyperosmolar (SHH) pada keadaan ini

terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200

mg/dl) tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma

sangat maningkat (330-380 mOs/ml) plasma keton (+/-), anion

gap normal atau sedikit meningkat.

3) Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa

darah <60 mg/dL.

b. Komplikasi kronis

1) Makroangiopati

a) Pembuluh darah jantung

b) Pembuluh darah tepi

c) Pembuluh darah otak.


23

2) Mikroangiopati

a) Retinopati diabetik

b) Nefropati diabetik

3) Neuropati

a) Komplikasi yang tersering dan paling penting adarlah

neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal.

b) Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan

bergetar sendiri, dan lebih terasa dimalam hari (Rahman,

2019)

10. Penanganan Diabetes Militus

a. Edukasi

Diabetes militus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya

hidup dan perilaku setelah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan

pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif

pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan

perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehentif yang

meliputi pemahaman tentang:

1) Penyakit DM

2) Makna dan perlunya pengendalian diri pemantauan DM

3) Penyulit DM

4) Intervensi farmakologis dan non-farmakologis

5) Hipoglikemia

6) Masalah khusus yang dihadapi


24

7) Cara pengembangan system pendukung dan mengajarkan

keterampilan

8) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

(Widayanti, Wantiyah, & Wuryaningsih, 2015).

b. Perencanaan makanan

Perencanaan makanan adalah salah satu pilar pengelolaan

diabetes. Factor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan

adalah cara memasak, proses penyiapan makanan dan bentuk

makanan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak dan

protein), yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung

dan serat. Standard yang diajukan adalah makanan dengan

komposisi:

1) Karbohidrat 60-70%

2) Protein 10-15%

3) Lemak 20-25% (Widayanti et al., 2015)

c. Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4

kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah

satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe 2. (Widayanti et al.,

2015).

11. Model adaptasi ROY

Model adaptasi Roy merupakan sistem model yang esensial dan

banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam


25

pendidikan keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia adalah

makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam

memenuhi kebutuhannya, manusia selalu dihadapkan sebagai

persoalan yang kompleks, sehingga dituntut untuk melakukan

adaptasi. Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri adalah

berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk

memelihara integritas diri dari keadaan rentang sehat sakit dari

keadaan lingkungan sekitarnya.

Jadi ada 4 faktor penting dari Roy adalah manusia, sehat-sakit,

lingkungan dan keperawatan yang saling terkait, yaitu:

1. Manusia

a. Sistem adaptasi dengan proses koping

b. Menggambarkan secara keseluruhan bagian-bagian

c. Terdiri dari individu atau dalam kelopmpok (keluarga,

organisasi, masyarakat, bangsa dan masyarakat secara

keseluruhan)

d. Sistem adaptasi dengan cognator dan regulator, subsistem

bertindak untuk memelihara. Model adaptasi: fungsi fisiologis,

konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan.

2. Lingkungan

a. Semua kondisi, keadaan dan pengaruh lingkungan sekitar,

pengaruh perkembangan dan tingkah laku individu dalam

kelompok dengan beberapa pertimbangan saling


26

menguntungkan individu dan sumber daya alam.

b. Tiga jenis stimulasi: lokal stimulasi, kontekstual stimulasi, dan

residual stimulasi.

c. Stimulasi bermakna dalam adaptasi semua manusia termasuk

perkembangan keluarga dan budaya.

3. Sehat-Sakit

a. Kesehatan adalah pernyataan dan proses keutuhan dan

keseluruhan refleks individu dan lingkungan yang saling

menguntungkan.

b. Adaptasi : proses dan hasil dimana dengan berfikir dan

merasakan seperti individu dan kelompok, menggunakan

kesadaran dengan memilih untuk membuat kesatuan individu

dan lingkungan.

c. Respon adaptif : respon yang mengikat integritas dalam masa

antara tujuan dan sistem individu, yang bertahan, tumbuh,

reproduksi, penguasaan, personal dan perubahan lingkungan

(Cabral, K.tahu, & K.tage, 2016).

Model adaptasi Roy memberikan suatu kerangka

berpikir bahwa tujuan keperawatan adalah membantu pasien

untuk beradaptasi dengan penyakitnya. Menjalankan

pengelolaan diabetes secara mandiri dengan pemahaman yang

benar dan efikasi diri yang tinggi, akan mendukung perilaku

yang positif dan juga berdampak pada respon biologis dengan


27

penurunan glukosa darah, manfaat dan fungsi psikoedukasi

diharapkan dapat maksimal bagi penderita diabetes mellitus

dalam penurunan kadar glukosa darah dan motivasi sembuh

mereka (YosdimyatRomlii & Hariyono, 2018)

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

Sumber : (Raharjo, 2018).

a. Identitas meliputi : Nama pasien, tanggal lahir, umur, agama,

jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No

rekam medis.

b. Keluhan utama :

1) Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus

dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit

kepala.

2) Kondisi hipoglikemiTremor, perspirasi, takikardi, palpitasi,

gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo,

konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir,

pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama

gatal-gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-

sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.

Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi,


28

anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang

disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus,

pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah

impoten pada pria.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Diabetes Millitusa dapat terjadi saat kehamilan, penyakit

pankreas, gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal,

konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid,

thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita Diabetes

Millitus.

f. Pemeriksaan Fisik

a) Aktivitas dan Istirahat

a. Gejala: lemah, letih, sulit bergerak, atau berjalan,

keram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat

tidur.

b. Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat

atau dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma.

b) Sirkulasi

a. Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark

miokard akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada


29

ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang

lama.

b. Tanda : takikardia, perubahan Tekanan Darah

postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit

panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.

c) Integritas ego

a. Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah

finansial yang berhubungan dengan kondisi.

b. Tanda: ansietas, peka rangsang.

d) Eliminasi

a. Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria),

nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih,

Infeksi Saluran Kemih, nyeri tekan abdomen, diare.

b. Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising

usus lemah, hiperaktif pada diare.

e) Makanan dan cairan

a. Gejala : hilang nafsu makan, mual muntah, tidak

mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau

karbohidrat, penurunan berat badan, haus,

penggunaan diuretik.

b. Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan,

distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas

bau aseton.
30

f) Neurosensori

a. Gejala : pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada

otot, parastesia, gangguan penglihatan.

b. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi,

stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon

menurun, kejang.

g) Kardiovaskuler

Takikardia atau nadi menurun atau tidak ada,

perubahan TD postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ

(GJK)

h) Pernapasan

a. Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan

atau tanpa sputum.

b. Tanda : pernapsan cepat dan dalam, frekuensi

meningkat.

i) Seksualitas

Gejala : rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan

orgasme pada wanita.

j) Gastro intestinal

Muntah, penurunan Berat Badan,

kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis

pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.

k) Muskulo skeletal
31

Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot,

ulkus pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa

berat pada tungkai.

l) Integument

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata

cekung, turgor jelek, pembesaran tiroid, demam,

diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,

lesi/ulserasi/ulkus.

1. Diagnosa keperawatan Diabetes militus

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.

b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b.d. ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1).

c. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan

volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme

pengaturan.

d. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.

2. Perencanaan keperawatan Diabetes militus

a. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan

volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme

pengaturan.

a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24jam diharapkan klien dengan diagnosa kelebihan

volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil :


32

a. Terbebas dari edema, efusi, anaskara.

b. Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler

paru, output jantung dan vital sign dalam batas

normal.

c. Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau

kebingungan.

d. Menjelaskan indikator kelebihan cairan.

b) Intervensi

a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

b. Pasang urin kateter jika diperlukan.

c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan

(BUN,Hmt, osmolalitas urin ).

d. Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles,

CVP , edema, distensi vena leher, asites).

e. Kaji lokasi dan luas edemaMonitor status nutrisi.

f. Berikan diuretik sesuai interuksi.

g. Batasi masukan cairan pada keadaan

hiponatrermidilusi dengan serum Na < 130 mEq/l.

h. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul

memburuk

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencera fisik


33

a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24jam diharapkan klien dengan diagnosa nyeri akut

dapat teratasi dengan kriteria hasil

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,

mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri, mencari bantuan.

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri.

c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi

dan tanda nyeri).

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurangTanda vital dalam rentang normal.

b) Intervensi

a. Lakukanpengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi,

karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,danfaktor

presipitasi.

b. Observasireaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

c. Kaji kulturyang mempengaruhi respon nyeri.

d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

e. Ajarkan tentangteknik nonfarmakologi.

f. Berikan analgetikuntuk mengurangi nyeri.


34

g. Kolaborasikandengan dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak berhasil.

c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

a) Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24jam diharapkan klien dengan diagnosa ketidak

seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat

teratasi.

a. Adanya peningkatan beratbadan sesuai dengan usia.

b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

b) Intervensi

a. Monitor adanya penurunan berat badan.

b. Monitor lingkungan selama makan.

c. Monitor mual dan muntah.

d. Monitor makanan kesukaan.

e. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

konjungtiva.

f. Monitor kalori dan intake nuntrisi.

g. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila

lidah dan cavitas oral.

h. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

d. Ketidak efektifan perfusi jaringan ferifer


35

a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24jam diharapkan klien dengan diagnosa ketidak

efektifan perfusi perifer bisa teratasi.

a. TD normal (120/80 mmHg).

b. Tingkat kesadaran membaik.

c. Tidak ada gerakan involunter.

d. Fungsi sensorik dan motorik tidak ada gangguan.

b) Intervensi

a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka

terhadap rangsangan panas atau dingin.

b. Periksa penyebab perubahan sensasi.

c. Ajarkan klien untuk mengobservasi kulit pada daerah

perifer.

d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

analgetik.

3. Implementasi keperawatan Diabetes Militus

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien

secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan

intelektual, kemampuan hubungan antar manusia

(komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan

perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan


36

komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan

hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim

medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan

keselamatan klien.

4. Evaluasi keperawatan diabetes militus

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan

terencana mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan

melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian

dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasipemenuhan

kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari

proses keperawatan.

1. Konse Dasar Gerontik

1. Konsep Dasar Menua

a. Definisi Menua

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringanuntuk memperbaiki diri atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Bandiyah, 2009).

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus

(berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya

dialami semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu


37

pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang

belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi mengalami

kekurangan-kekurangan yang menyolok atau diskrepansi

(Nugroho, 2006).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di

dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses

sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,

tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua

merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui

tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap

ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki

usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran

fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut

memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,

penglihatan semakin buruk, gerakan semakin lambat, dan figure

tubuh yang tidak proposional (Nugroho, 2006).

b. Fisiologi Lansia

Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus

menerus secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan

sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk hidup. Menua

merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti

penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa

tua, akan tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda


38

tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-

faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status

kesehatan dan lain-lain (Stanlay, 2012).

c. Batasan Lansia

WHO 1999 dalam jurnal Mulyani, 2019 menggolongkan

lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4

kelompok yaitu usia pertengahan(middle age) antara usia 45

sampai 59, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun,

lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, dan usia sangat tua (Very old)

di atas 90 tahun. Sedangkan Nugroho, 2006 menyimpulkan

pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli,bahwa yang

disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke

atas.

d. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik yang berusia lebih dari 60

tahun, kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat

sampai sakit, kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual, kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptive (Maryam, 2011).

e. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Patricia Gonce Morton dkk. 2011 tugas

perkembangan lansia yaitu :

1) Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup

selama sisa umurnya.


39

2) Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan

dengan pasangan hidupnya, keluarga, dan teman.

3) Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan

terkait dengan status kesehatan dan ekonomi.

4) Menyiapkan pendapatan yang memadai.

5) Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal.

6) Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang

komprehensif.

7) Memelihara kebersihan diri.

8) Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan

keluarga dan teman.

9) Memelihara keterlibatan social, sipil, dan politisi.

10) Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang

meningkatkan status.

11) Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan.

12) Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi

penyakit diri dan pasangan hidup serta kematian pasangan

hidup dan orang yang disayangi, menyesuaikan diri dengan

orang yang disayangi.

13) Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan

kenyamanan dalam filosofi atau agama (Morton, Stanley, &

Beare, 2011).

f. Teori – Teori Proses Menua


40

Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul

Azizah (2011) dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi

dan teori penuaan psikososial.

1) Teori Biologi

a) Teori seluler

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam

jumlah tertentu dan kebanyakan sel–sel tubuh

“diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel pada lansia

dari tubuh dan dibiakkan di laboratrium, lalu diobrservasi,

jumlah sel–sel yang akan membelah, jumlah sel yang

akan membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa

sistem, seperti sistem saraf, system musculoskeletal dan

jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu

tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak

atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan

mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan

yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan

memperbaiki diri (Azizah, 2011).

b) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)

Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan

elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini

dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada

komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia


41

beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada

kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang

berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak

kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang

kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal,

seiring dengan bertambahnya usia (Azizah, 2011).

Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan

perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya

dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan

mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal

(Azizah, 2011).

c) Keracunan Oksigen

Teori tentang adanya sejumlah penurunan

kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan

diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan

kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.

Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksink

tersebut membuat struktur membran sel mengalami

perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik

(Azizah, 2011).

Membran sel tersebut merupakan alat untuk

memfasilitas sel dalam berkomunikasi dengan

lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan


42

nutrisi dengan proses ekskresizat toksik di dalam tubuh.

Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat

penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas

membran tersebut. Konsekuensi darikesalahan genetik

adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang

mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan

organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan

kerusakan sistem tubuh (Azizah, 2011).

d) Teori Imunologis

Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran

pada masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran

kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan

khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang

berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang

berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat

menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun

tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik

menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen

permukaan sel, maka hal ini akan dapat menyebabkan

sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami

perubahan tersebut sebagai sel asing dan

menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar


43

terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun

tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan

pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker

menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-

belah (Azizah, 2011).

e) Teori Menua Akibat Metabolisme

Pengurangan “intake” kalori pada rodentiamuda

akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjangumur

. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut

antaralain disebabkan karena menurunnya salah satu atau

beberapaproses metabolisme. Terjadi penurunan

pengeluaran hormone yang merangsang pruferasi sel

misalnya insulin dan hormon pertumbuhan (Azizah,

2011).

2) Teori Psikologis

a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus

memelihara keaktifannya setelah menua. Sense of

integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara

sampai tua.Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia

yang sukses adalah meraka yang aktif dan ikut banyak

dalam kegiatan sosial (Azizah, 2011).

b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)


44

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah

pada lanjut usia. Identity pada lansia yang sudah mantap

memudahkan dalam memelihara hubungan dengan

masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di

masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah,

2011).

c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya

usia,seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan

diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).

g. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Menua

Menurut Bandiyah(2009) penuaan dapat terjadi secara

fisiologis dan patologis. Penuaan yang sesuai dengan kronologis

usia, faktor yang mempengaruhi yaitu hereditas atau genetik,

nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup,

lingkungan dan stress.

1) Hereditas atau genetik

Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan

yang dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam

mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara genetik,

perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X sedangkan

laki-laki oleh satu kromoxom X. Kromoxom X ini ternyata


45

membawa unsur kehidupan sehingga perempuan berumur

lebih panjang daripada laki-laki.

2) Nutrisi atau makanan

Berlebihan atau kekurangan mengganggu

keseimbangan reaksi kekebalan.

3) Status kesehatan

Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan

proses penuaan , sebenarnya bukan disebabkan oleh proses

menuanya sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh faktor luar

yang merugikan yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.

4) Pengalaman hidup

a) Paparan sinar matahari : kulit yang tak terlindung sinar

matahari akan mudah ternoda oleh flek, kerutan dan

menjadi kusam.

b) Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot

dan menyebabkan lancarnya sirkulasi darah.

c) Mengkonsumsi alcohol, alcohol dapat memperbesar

pembuluh darah kecil pada kulit dan menyebabkan

peningkatan aliran darah dekat permukaan kulit.

h. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan

secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-


46

perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi

juga kognitif,perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).

1) Perubahan Fisik

a) Sistem Indra

Sistem pendengaran ; Prebiakusis (gangguan pada

pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi

suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,

sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60

tahun.

b) Sistem Integumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur,

tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan

cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan

kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula

sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada

kulitdikenal dengan liverspot.

c) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara

lain sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan

elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon,

tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.


47

d) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian lunak dan

mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi

menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk

regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi

cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago

pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.

e) Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan sangat

berfariasi,

penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan

jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot

mengakibatkan efek negatif.

f) Sendi

Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,

ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

2) Sistem Tubuh

Perubahan sistem dalam tubuh mencakup:

a) Sistem kardiovaskuler

Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami

hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang

karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan


48

lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi

berubah menjadi jaringan ikat.

b) Sistem respirasi

Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,

kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan

parubertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang

rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.

Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak

mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan

kemampuan peregangan toraks berkurang.

c) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan,

seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi

yang nyata : (1). Kehilangan gigi, (2). Indra pengecap

menurun, (3). Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar

menurun), (4). Liver (hati) makin mengecil dan

menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran

darah.

d) Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang

signifikan.Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,

contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh

ginjal.
49

e) Sistem saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan

anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf

lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan

kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari

f) Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai

dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi

payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi

spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara

berangsur-angsur.

3) Perubahan Kognitif

a) Memory (Daya ingat, Ingatan)

b) IQ (Intellegent Quocient)

c) Kemampuan Belajar (Learning)

d) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

e) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

f) Pengambilan Keputusan (Decission Making)

g) Kebijaksanaan (Wisdom)

h) Kinerja (Performance)

i) Motivasi

i. Pemeriksaan Penunjang
50

Menurut Stanlay(2012) pemeriksaan laboratorium rutin yang

perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteksi dini

gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia

yang belum diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu

(penyakit degenerative) yaitu :

1) Pemeriksaan hematologic urine

2) Urine rutin

3) Glukosa

4) Profil lipid

5) Alkalin pospat

6) Fungsi hati

7) Fungsi ginjal

8) Fungsi tiroid

9) Pemeriksaan feses rutin

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Menua (Lansia)

a. Pengkajian Keperawatan

Perawat mengkaji perubahan pada perkembangan fisiologis,

kognitif, dan perilaku sosial pada lansia. Menurut

Nugroho(2008), pengkajian adalah langkah pertama pada proses

keperawatan, meliputi pengumpulan data, analisis data, dan

menghasilkan diagnosis keperawatan.

1) Pengkajian Dasar

a) Temperatur / suhu tubuh


51

(1) Mungkin (hipotermia) ± 35oC

(2) Lebih teliti diperiksa di sublingual

b) Denyut nadi

(1) Kecepatan, irama, dan volume

(2) Apical, radial, dan pedal

c) Respirasi (Pernapasan)

(1) Kecepatan, irama, dan kedalaman

(2) Pernapasan tidak teratur

d) Tekanan darah

(1) Saat baring, duduk, dan berdiri

(2) Hipotensi akibat posisi tubuh

e) Berat badan perlahan berkurang pada beberapa tahun

terakhir

f) Tingkat orientasi

g) Memori (ingatan)

h) Pola tidur

i) Penyesuaian psikososial

2) Perubahan Fisik / Fisiologis

a) Pengkajian Sistem Endokrin

(1) Peningkatan gula darah lebih dari ambang nilai

normal
52

(2) Salah satu kelenjar endokrin mengalami penurunan

sehinggan menyebabkan lansia kurang mampu

menghadapi stress.

(3) Tidak jarang pada lanjut usia ditemukan kemunduran

fungsi kelenjar tiroid sehingga lansia tampak lesu dan

kurang bergairah.

(4) Penurunan hormon ini berpengaruh pada wanita usia

50 tahun ke atas yang ditandai mulainya menstruasi

tidak teratur sampai berhenti sama sekali

(menopause). Sedangkan pada laki-laki terjadi

penurunan sekresi dan kelenjar testis.

b) Pengkajian Persarafan

(1) Kesimetrisan raut wajah

(2) Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak

(3) Mata : Pergerakan, kejelasan, melihat, dan adanya

katarak.

(4) Pupil : Kesamaan dan dilatasi

(5) Ketajaman penglihatan menurun

(6) Gangguan sensori, gangguan ketajaman pendengaran

(7) Adanya rasa sakit atau nyeri

c) Sistem Kardiovaskuler

(1) Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan

(2) Auskultasi denyut nadi apical


53

(3) Periksa adanya pembengkakan vena jugularis

(4) Pusing

(5) Sakit/nyeri

(6) Edema pada ekstremitas

d) Sistem Gastrointestinal

(1) Status gizi

(2) Asupan diet

(3) Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, dan muntal

(4) Mengunyah dan menelan

(5) Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut

(6) Auskultasi bising usus

(7) Palpasi ; apakah perut kembung dan apakah ada

pelebaran kolon

(8) Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan

inkontinensia alvi

e) Sistem Genitourinaria

(1) Urine (warna dan bau)

(2) Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat

menahan untuk BAK)

(3) Frekuensi dan pengeluaran cairan

(4) Pemasukan dan pengeluaran urine

(5) Disfungsi seksualitas, yaitu :

(a) Kurang minat melakukan hubungan seks


54

(b) Adanya disfungsi seksual

(c) Gangguan ereksi

(d) Dorongan/daya seks menurun

(e) Hilangnya kekuatan atau gairah seksual

(f) Adanya kecacatan sosial yang mempengaruhi

aktivitas seksual

f) Sistem Kulit

(1) Temperatur dan tingkat kelembaban

(a) Keutuhan kulit : luka tertutup, luka terbuka dan

robekan

(b) Turgor (kekenyalan kulit)

(c) Perubahan pigmen

(2) Adanya perubahan parut

(3) Keadaan kaku

(4) Keadaan rambut

g) Sistem Muskuluskletal

(1) Kontraktur

(a) Atrofi otot

(b) Tendon mengecil

(c) Ketidakadekuatan gerakan sendi

(2) Tingkat mobilisasi

(a) Ambulasi dengan atau tanpa bantuan peralatan

(b) Keterbatasan gerak


55

(c) Kemampuan melangkah atau berjalan

(3) Gerakan sendi

(4) Paralisis

(5) Kifosis

3) Pengkajian Status Fungsional

Pengkajian status fungsional sangat penting, terutama

ketika terjadi hambatan pada kemampuan lansia dalam

melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari. Gangguan

status fungsional merupakan indikator penting tentang

adanya penyakit pada lansia (Tamher, 2009).

Pengkajian ini didasarkan pada kondisi actual klien

dan bukan pada kemampuan, artinya jika klien menolak

untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak

melakukan fungsi meskipun ia sebenarnya mampu

(Maryam, 2011).

Indeks Katz atau pengkajian Katz dikegiatan sehari-

hari sering disebut sebagai Katz ADL, adalah instrumen

sederhana yang digunakan untuk penilaian kemampuan

fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari), dapat

juga untuk meramalkan prognosa dari berbagai macam

penyakit pada lansia. Adapun aktivitas yang ada dalam

indeks Katz meliputi : Mandi, berpakaian, toileting,


56

berpindah pengawasan diri dan makan (Martono, Hadi, &

Pranaka, 2009).

4) Tingkat Kemandirian Lansia menurut Maryam(2011)

a) Kemandirian dalam hal makanan, kontinen, berpindah, ke

kamar mandi, berpakaian, dan mandi

b) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,

kecuali satu dari fungsi tambahan.

c) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,

kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.

d) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,

kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan.

e) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,

kecuali mandi, berpakaian, ke kamar mandi dan satu

fungsi tambahan.

f) Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,

kecuali mandi, berpakaian, dan ke kamar kecil.

g) Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.

b. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul(Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017)

1) Nyeri Akut

2) Defisit perawatan diri : berpakaian, makan, eliminasi

3) Gangguan sensori persepsi (tipe penglihatan, pendengar,

taktil, olfaktori)
57

4) Defisit nutrisi

5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan

kognitif, salah interpretasi, kurang minat dalam belajar,

kurang dapat mengingat, tidak familiar dengan sumber

informasi

6) Hambatan interaksi social

7) Kerusakan memori

8) Risiko cedera
58

BAB III
TINJAUAN KASUS

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKDEMIK
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK

1. Riwayat klien/data biografis


Nama : Ny. S
Alamat : Dusun Ukke’e, Desa Taccorong
Telp - : ----
Suku : Bugis
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : Tidak tamat SD
Orang yang paling dekat dihubungi : Ny. M
Alamat/telpon : Dusun Ukke’e, Desa Taccorong
2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan : hidup/mati,
kesehatan, : Sehat
umur : 60 tahun
pekerjaan, : Petani
alamat : Dusun Ukke’e, Desa Taccorong
b. Anak :
hidup/mati,
nama : Tn. K
alamat : Dusun Ukke’e, Desa Taccorong
3. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : klien saat ini bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga.
59

Pekerjaan sebelumnya :----


Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Klien
mendapat sumber kebutuhan dari hasil jualan.

4. Riwayat Lingkungan Hidup


Tipe tempat tinggal : Rumah permanen
Jumlah kamar : 3 kamar

5. Riwayat Rekreasi
Hobby/minat : klien mempunyai hobi menjahit dan berkebun
Keanggotaan organisasi : -
Liburan/perjalanan : Klien mengatakan bahwa biasanya pergi kepantai bira.
Kegiatan di panti :

6. Sumber/sistem pendukung yang digunakan


Dokter
Rumah sakit : H. Andi Sultang Daeng Radja Kabupaten Bulukumba
Klinik : Rama Medika Farma
Pelayanan kesehatan di rumah : -
Perawatan sehari-hari :-
Lain-lain

7. Kebiasaan /Ritual
Agama : Islam
Istirahat/tidur : pola istrahat dan tidur terganggu jika
penyakitnya kambuh
Kebiasaan ibadah : klien hanya mampu beribadah di rumah karna
kakinya yang kurang sehat
Kepercayaan : klien mengatakan [percaya bahwa kondisi yang
dialamiya akan cepat sembuh.
60

Ritual makan : klien biasa membaca doa sebelum dan sesudah


makan

8. Status kesehatan saat ini


Status kesehatan selama 1 tahun dan 5 tahun terakhir : klien sering mengeluh
tentang kaki kanannya yang kadang sakit dan susah digerakkan dan klien
juga terdiagnosis menderita penyakit DM.
Keluhan kesehatan utama (PQRST) : -
Klien mengeluh kesemutan pada bagian ekstremitas bawah dan ekstremitas
atasnya.
Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : klien
kurang memahami tentang penyakit dan cara peng obatan penyakit yang
dideritanya.
Obat-obatan
Nama obat
Dosis obat
Waktu dan cara penggunaan
Dokter yang memberi
Tanggal resep
Masalah karena obat-obatan
Alergi (agen dan reaksi fisik)
Obat-obatan : tidak ada
Makanan : tidak ada
Faktor-faktor lingkungan : tidak ada
Nutrisi
Diet 24 jam terakhir (termasuk cairan) : klien tidak melakukan diet atau
pembatasan makanan
Diet khusus, pembatasan makanan atau pilihan : klien dianjurkan melakukan
diet khusus DM tetapi tidak mematuhi diet yang dianjurkan
Rilwayat peningkatan dan penurunan berat badan : klien mengalami
penurunan berat badan 1 tahun terakhir.
61

9. Penyakit masa kanak-kanak


Penyakit serius atau kronik : klien mengatakan tidak ingat
Trauma : klien mengatakan tidak ingat
Perawatan di Rumah Sakit : klien mengatakan tidak pernah dirawat semasa
anak-anak
Alasan : -
Tanggal : Tempat : -
Operasi : -
Jenis Operasi : -
Tanggal :- Tempat : -
Alasan : -
Riwayat obstetric : -
10. Riwayat keluarga
Genogram (gambarkan silsilah dari keluarga klien)
G1

G2

G3

Ket :
G1 : klien mengatakan kakek neneknya telah lama meninggal dan kurang tau
penyebabnya

G2 : klien mengatakan ibunya memiliki riwayat asam urat , dan ayahnya


sudah meninggal dan memiliki riwayat Diabetes, Ayaha klien meninggal
dikarenakan usia dan Sesak Nafas.
62

G3 : klien berada pada generasi ke 3, klien memiliki penyakit diabetes


mellitus dan mengeluh kesemutan pada kaki kanannya. Klien mengatakan
kalau saudaranya juga memiliki riewayat glukosa tinggi (Diabetes).

11. Tinjauan sistem


Beri tanda cek ya atau tidak untuk setiap gejala
Umum Ya Tidak
Kelelahan 
Perubahan berat badan setahun yang lalu 
Perubahan nafsu makan 
Demam 
Keringat malam 
Kesulitan tidur 
Sering pilek, infeksi 

Penilaian diri terhadap status kesehatan :


Kemampuan untuk melakukan ADL : klien mengatakan sulit untuk
melakukan aktifitas .,

tegumen Ya Tidak
Lesi/luka 
Pruritus 
Perubahan pigmentasi 
Perubahan tekstur 
Sering memar 
Perubahan rambut 
Perubahan kuku 
Pemajanan lama terhadap matahari 

Pola penyembuhan lesi, memar : klien tidak memiliki lesi atau memar
63

Hemopoetik Ya Tidak
Perdarahan/memar abnormal 
Pembengkakan kelenjar limfa 
Anemia 
Riwayat transfusi darah 

Kepala Ya Tidak
Sakit kepala 
Trauma berarti pada masa lalu 
Pusing 
Gatal kulit kepala 
64

Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan 
Kaca mata/lensa kontak 
Nyeri 
Air mata berlebihan 
Pruritus 
Bengkak sekitar mata 
Diplopia 
Kabur 
Fotofobia 
Riwayat infeksi 

Tanggal pemeriksaan terakhir : klien mengatakan kurang lebih 1 tahun yang


lalu
Tanggal pemeriksaan glaukoma terakhir : klien tidak pernah melakukan
pemeriksaan sebelumnya

Dampak pada penampilan sehari-hari : klien mengatakan sulit membaca atau


melihat benda jauh atau kecil

Kemampuan untuk melakukan ADL : tidak mengalami gangguan

Leher Ya Tidak
Kekakuan 
Nyeri/nyeri tekan 
Benjolan/massa 
Keterbatasan gerak 
65
66

Telinga Ya Tidak
Perubahan pendengaran 
Tinitus 
Vertigo 
Sensitivitas pendengaran 
Alat-alat protesa 
Riwayat infeksi 

Tanggal pemeriksaan terakhir : klien tidak pernah melakukan pemeriksaan


sebelumnya
Kebiasaan perawatan telinga : klien hanya melakukan perawatan telinga
dengan menggunakan tustel

Hidung dan sinus Ya Tidak


Rhinore 
Epistaksis 
Obstruksi 
Mendengkur 
Nyeri pada sinus 
Alergi 
Riwayat infeksi 

Penilaian diri terhadap kemampuan olfaktori : klien mengatakan tidak


mengalami gangguan pada olfaktori
67

Mulut dan Tenggorokan Ya Tidak


Sakit tenggorokan 
Lesi/ulkus 
Serak 
Perubahan suara 
Kesulitan menelan 
Perdarahan gusi 
Karies 
Kesulitan menelan 
Alat-alat protesa 
Riwayat infeksi 

Tanggal pemeriksaan gigi terakhir : klien mengatakan terakhir


memeriksakan gigi setahun yang lalu
Pola menggosok gigi : klien jarang melakukan gosok gigi
Masalah dan kebiasaan membersihkan gigi palsu : klien tidak menggunakan
gigi palsu

Payudara Ya Tidak
Benjolan/massa 
Nyeri/nyeri tekan 
Bengkak 
Keluar cairan dari putting susu 

Pola pemeriksaan payudara sendiri : klien tidak pernah memeriksakan


payudaranya
Tanggal dan hasil mammogram terakhir : -
68
69

Pernafasan Ya Tidak
Batuk 
Sesak nafas 
Hemoptisis 
Sputum 
Bunyi nafas abnormal 
Asma/alergi pernafasan 

Tanggal dan pemerikasaan sinar x dada terakhir ; klien tidak pernah


melakukan pemerikasaan sinar x

Perkemihan Ya Tidak
Disuria 
Frekuensi 
Menetes 
Ragu-ragu 
Dorongan 
Hematuria 
Poliuria 
Oliguria 
Nokturia 
Inkontinensia 
Nyeri saat berkemih 
Batu 
Infeksi 
70

Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada 
Palpitasi 
Sesak nafas 
Dispnea pada aktivitas 
Ortopnea 
Murmur 
Edema 
Varises 
Parastesia 

Perubahan warna kaki : tidak mengalami perubahan warna kaki

Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia 
Tak dapat mencerna 
Nyeri ulu hati 
Mual/muntah 
Hematemesis 
Perubahan nafsu makan 
Intoleran makanan 
Ulkus 
Nyeri 
Ikterik 
Benjolan/massa 
Perubahan kebiasaan defekasi 
Diare 
Konstipasi 
71

Melena 
Hemoroid 
Perdarahan rectum 

Pola defekasi biasanya : klien mengatakan pola defekasinya 1 kali setiap 2


hari

Genitoreproduksi Pria Ya Tidak


Lesi
Nyeri testikuler
Massa testikuler
Masalah prostat
Penyakit kelamin
Perubahan hasrat seksual
Impotensi

Masalah aktifitas seksual

Genitoreproduksi Wanita Ya Tidak


Lesi 
Perdarahan pasca senggama 
Sistokel/rektokkel/prolapsed 
Penyakit kelamin 
Infeksi 

Masalah aktifitas seksual : tidak ada


Riwayat menstruasi :
Riwayat menopause : klien mengatakan telah menopause sejak beberapa
tahun yang lalu
72
73

Muskuloskeletal Ya Tidak
Nyeri persendian 
Kekakuan 
Pembengkakan sendi 
Deformitas 
Spasme 
Kram 
Kelemahan otot 
Masalah cara berjalan 
Nyeri punggung 
Protesa 
Pola kebiasaan latihan 

Dampak pada penampilan sehari-hari : cara berjalan klien tidak normal.

Sistem Saraf Pusat Ya Tidak


Sakit kepala 
Kejang 
Paresis 
Paralisis 
Masalah kordinasi 
Tremor/spasme 
Parestesia 
Cedera kepala 

Masalah : tidak ada masalah


74

Sistem Reproduksi Ya Tidak


Intoleran panas 
Intoleran dingin 
Goiter 
Pigmentasi kulit/tekstur 
Perubahan rambut 
Polifagia 
Polidipsi 
Poliuria 

Psikososial Ya Tidak
Cemas 
Depresi 
Insomnia 
Menangis 
Gugup 
Takut 
Masalah dalam mengambil keputusan 
Kesulitan berkonsentrasi 
Pernyataan perasaan umum mengenai kepuasan/frustasi mekanisme koping
yang biasa : tidak ada .
Stress saat ini : klien mengeluh kefikiran tentang penyakit yang dideritanya
saat ini
Masalah tentang kematian : -
75

I. PENGKAJIAN
A. PENGUMPULAN DATA

1. Klien mengatakan merasa keram pada kaki kanannya


2. Klien mengatakan sering lelah
3. Klien nampak lemah
4. Klien mengatakan kesulitan dalam menggerakkan kakinya
5. Kekuatan otot 3 (dapat melawan gravitasi tapi lemah)
6. Rentang gerak klien menurun
7. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
8. Klien nampak bingung dengan kondisinya
9. Klien memeriksakan gula darahnya. nilai gula darahnya 300 mg/dl.
10. Klien mengatakan tidak membatasi makanannya
76

B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Penurunan kekuatan Gangguan Mobilitas fisik
1. Klien mengatakan kesulitan otot
dalam pergerakan
2. Klien mengatakan merasa
keram pada kaki kanannya
3. Klien mengatakan sering
lelah

DO :
1. Klien tampak lemah
2. Kekuatan otot 3 (dapat
melawan gravitasi tapi
lemah)
3. Rentang gerak klien menurun

2 DS : Kurang terpapar Defisit pengetahuan


1. Klien mengatakan tidak informasi
mengetahui tentang penyakit
yang dideritanya
2. Klien memeriksakan gula
darahnya. nilai gula
darahnya 300 mg/dl.
DO :
1. Klien nampak bingung
77

dengan kondisinya

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERUMUSAN


PRIORITAS KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan


1 Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot
2 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
73

II. PERENCANAAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi


berhubungan dengan keperawatan, maka mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
imobilisasi ditandai dengan meningkat dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi fisikk melakukan pergerakan
penurunan kekuatan otot 1. Kekuatan otot cukup meningkat 3. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
(4) 4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2. Rentang gerak cukup meningkat 5. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
(4) meningkatkan pergerakan
3. Gerakan terbatas menurun (5) 6. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
4. Kelemahan fisik menurun (5) 7. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan


berhubungan dengan keperawatan, maka pola tidur 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
kurang terpapar informasi membaik dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
1. Kemampuan menjelaskan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
pengetahuan tentang suatu topik 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
meningkat (5) 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
2. Perilaku sesuai dengan 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
pengetahuan (5) 6. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
3. Pertanyaan tentang masalah 7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
yang dihadapi menurun (5) 8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
74

4. Persepsi yang keliru terhadap perilaku hidup bersih dan sehat


masalah menurun (5)

III. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


DIAGNOSIS WAKTU/
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TGL
Gangguan mobilitas 15 Februari Dukungan mobilisasi S : Klien mengeluh keram dan tidak bias
fisik berhubungan 2021 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik menggerakkan jari kaki kanannya
dengan imobilisasi lainnya O : - Klien tampak tidak bisa menggerakkan
ditandai dengan  Hasil : klien mengatakan kesemutan dan tidak bias jari kaki kanannya
penurunan kekuatan menggerakkan jari kaki kanannya A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
otot 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan P : Lanjutkan intervensi
pergerakan 1. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi
75

 Hasil : klien mengatakan tidak bisa menggerakkan dengan alat bantu


jari-jari kaki kanannya 2. Melibatkan keluarga untuk membantu
3. Memonitor kondisi umum selama melakukan pasien dalam meningkatkan
mobilisasi pergerakan
 Hasil : kllien tampak kelelahan 3. Menganjurkan mobilisasi sederhana
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi yang harus dilakukan
 Hasil : klien mengetahui penjelasan perawat
5. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
 Hasil : klien mampu menggunakan alat bantu yang
diberikan
6. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
 Hasil : keluarga mampu membantu pergerakan
klien
7. Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
 Hasil : klien mampu melakukan mobilisasi
sederhana tapi sedikit
Defisit pengetahuan 15 Februari Edukasi kesehatan S : Klien mengatakan telah memahami
berhubungan dengan 2021 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan tentang penyakit yang didierita
kurang terpapar menerima informasi O : - Klien tampak memperhatikan dan
informasi  Hasil : klien bersedia dan mampu menerima memahami tentang pendidikan
76

informasi kesehatan yang diberikan


2. Mengidentifikasi factor-faktor yang dapat A : Defisit pengetahuan teratasi
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku P : Hentikan intervensi
hidup bersih dan sehat
 Hasil : klien mengalami penurunan kekuatan
dalam beraktivitas
3. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
 Hasil : materi yang disediakan dalam bentuk
SAP dan Leflet
4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
 Hasil : Pendidikan kesehatan dilakukan sesuai
kesepakatan dengan klien
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya
 Hasil : klien diberikan kesempatan untuk
bertanya
6. Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
 Hasil : klien tampak memahami
7. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
77

 Hasil : klien mampu melakukan PHBS


8. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Hasil : klien mampu memahami dan melakukan

IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


DIAGNOSIS WAKTU/
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TGL
Gangguan mobilitas 17 Februari Dukungan mobilisasi S : Klien mengeluh kesemutan dan keram dan
fisik berhubungan 2021 1. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat juga tidak bias menggerakkan jari kaki
dengan imobilisasi bantu kanannya
ditandai dengan  Hasil : klien mampu menggunakan alat bantu O : - Klien tampak tidak bisa menggerakkan jari
penurunan kekuatan yang diberikan kaki kanannya
otot 2. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
dalam meningkatkan pergerakan P : Lanjutkan intervensi
 Hasil : keluarga mampu membantu 1. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
78

pergerakan klien alat bantu


3. Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus 2. Melibatkan keluarga untuk membantu
dilakukan pasien dalam meningkatkan pergerakan
 Hasil : klien mampu melakukan mobilisasi 3. Menganjurkan mobilisasi sederhana yang
sederhana tapi sedikit harus dilakukan

V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


DIAGNOSIS WAKTU/
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TGL
Gangguan mobilitas 19 Februari Dukungan mobilisasi S : Klien mengeluh kesemutan dan sedikit
fisik berhubungan 2021 1. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu bisa menggerakkan jari kaki kanannya
dengan imobilisasi  Hasil : klien mampu menggunakan alat bantu yang O : - Klien tampak sedikit bisa menggerakkan
ditandai dengan diberikan jari kaki kanannya
penurunan kekuatan 2. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam A : Gangguan mobilitas fisik teratasi
79

otot meningkatkan pergerakan P : Hentikan intervensi


 Hasil : keluarga mampu membantu pergerakan
klien
3. Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
 Hasil : klien mampu melakukan mobilisasi
sederhana tapi sedikit
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis membandingkan antara teori dan asuhan

keperawatan keluarga dengan DIABETES MELITUS pada Tn. S pada tanggal

01 Maret 2021 di Desa Taccorong Kec. Gantarang Kab.Bulukumba. Berikut

akan diuraikan pelaksanaan keperawatan pada Tn. S dengan diagnose Diabetes

Melitus sesuai fase dalam proses keperawatan yang meliputi :

a. Pengkajian Keperawatan,

b. Diagnosa Keperawatan,

c. Perencanaan,

d. Pelaksanaan,

e. Evaluasi, serta dilengkapi pembahasan dokumentasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan

Hasil pengkajian yang didapat, Ny.S mengatakan merasa keram

pada kaki kanannyaNy.S mengatakan sering lelahNy.S mengatakan

kesulitan dalam menggerakkan kakinya Kekuatan otot 3 (dapat melawan

gravitasi tapi lemah)Rentang gerak klien menurunNy.S mengatakan

tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanyaNy.S nampak

bingung dengan kondisinya beberapa minggu yang lalu memeriksakan

gula darahnya. nilai gula darahnya 300 mg/dl. Ny.S mengatakan jika

gula darahnya naik penglihatannya kabur.Ny.S mengatakan tidak

membatasi makanannya. Keadaan umum Ny.S tampak lemas, tampak


81

pucat. Dari beberapa hal tersebut yang dirasakan klien , sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh (Fatimah, 2016) yaitu tanda dan gejala

diabetes mellitus yaitu

a. Poliphagia (Banyak Makan)

b. Polidipsia (Banyak Minum)

c. Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari)

d. Nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-

10 kg dalam waktu 2-4 minggu)

e. Mudah lelah.

Walaupun tidak semua dari teori yang dialami klien tetapi sebagian besar

dirasakan oleh klien.

Dari hasil pengkajian juga diketahui bahwa keluarga kurang

mengetahui mengenai penyakit diabetes melitus. Klien dan keluarga

tidak mengetahui penyebabnya, tanda dan gejala, akibat, pencegahan dan

perawatannya.

Penulis mengalami sedikit hambatan karena klien dan keluarga

kurang memahami apa yang dialami oleh anggota keluarganya .Hal ini

didukung oleh pendapat dari Baum et al. (2015) dalam Sari, Utomo dan

Agrina, (2013), efek yang dapat ditimbulkan Diabetes Melitus seperti

kelemahan pada anggota tubuh, kelumpuhan, masalah dengan

keseimbangan, rasa sakit atau mati rasa, gangguan memori, dan masalah

dengan sistem perkemihan atau gangguan pencernaan. Dengan


82

permasalahan tersebut semua dapat mengubah fungsi maupun peran

orang tua atau keluarga di rumah.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang

respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan

aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan

pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,

membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien

(Keperawatan, Kemenkes, Kebidanan, & Kemenkes, 2016):

Berdasarkan data yang ditemukan pada kasus diagnose prioritas

yang muncul pada Ny.S dengan Diabetes Melitusdi Desa Taccorong

Kec. Gantarang Kab. Bulukumba adalah

a. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan

Kekuatan Otot yaitu Ny.S mengatakan kesulitan dalam

menggerakkan kakinya kanannya yang sudah dirasakan sejak

beberapa tahun yang lalu, nampak lemah, tidak mampu melakukan

aktivitas gangguan mobilitas fisk berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot dengan data lemah separuh badan sebelah kiri,

kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun.

Hal ini didukung oleh penelitian Menurut hasil penelitian

deskriktif yang dilakukan oleh Sari, Agianto dan Wahid (2015),

didapatkan bahwa pada semua pasien Diabetes Melitus


83

yangmengalami hambatan mobilitas akan merasakan 3 karakteristik

utama yang muncul, yaitu kesulitan membolak balikkan posisi,

keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik

halus dan motorik kasar. Presentase tertinggi dari faktor yang

berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik yaitu penurunan

kekuatan otot (92,3%) (Sari, Utomo dan Agrina, 2013).

b. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar

Informasi yaitu Ny.S mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit

yang dideritanyaNy.S nampak bingung dengan kondisinya beberapa

minggu yang lalu memeriksakan gula darahnya. nilai gula darahnya

300 mg/dl. Ny.S mengatakan jika gula darahnya naik penglihatannya

kabur,Ny.S juga mengatakan tidak membatasi makanannya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Harmoko (2012) bahwa

keluargalah yang bertanggungjawab utama untuk memulai dan

memantau pelayanan yang diberikan oleh para professional

perawatan kesehatan.

3. Perencanaan Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengan

susunan perencanaan serta asuhan keperawatan yang diberikan kepada

klien. Adapun perencanaan sesuai dengan diagnosa antara lain :

a. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan

Kekuatan Otot.
84

Pada kasus Ny. S diagnosis pertama yang menjadi prioritas

masalah utama adalah gangguan mobilitas fisik karena terjadi

kekakuan otot. Perencanaan lebih ditekankan untuk meningkatkan

aktivitas pergerakan fisik..

Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak

secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun

dengan bantuan orang lain dan hanya denga bantuan alat. Adapun

rencana tindakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi adanya

nyeri atau keluhan fisik lainnya, mengidentifikasi toleransi fisik

dalam melakukan pergerakan, anjurkan mobilisasi sederhana yang

harus dilakukan, menfasilitasi melakukan pergerakan (ROM), dan

melibatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan

pergerakan (Lukita & Widayati, 2018).

Hal tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tsenget al (2007) yang mengungkapkan bahwa latihan Range of

Motion (ROM) dapat meningkatkan fleksibilitas dan luas geraksendi

pada pasien Diabetes Melitus. Latihan ROM dapat menimbulkan

rangsangan sehingga meningkatkan aktivitas dari kimiawi

neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan melalui neuro muskuler

akan meningkatkan rangsangan pada serat saraf otot ekstremitas

terutama saraf parasimpatis yang merangsang untuk produksi

asetilcholin, sehingga mengakibatkan kontraksi. Mekanisme melalui


85

muskulus terutama otot polos ekstremitasakan meningkatkan

metabolism pada metakonderia untuk menghasilkan ATP yang

dimanfaatkan oleh otot ekstremitas sebagai energi untuk kontraksi

dan meningkatan tonusotot polos ekstremitas (Experimental & T-test,

2015).

Adapun rencana tindakan yang tidak dapat dilakukan adalah

menfasilitasi aktivitas mobilitas fisik dengan menggunakan alat

bantu. Hal tersebut tidak terlaksana di karenakan alat bant yang tidak

ada, dalam menangani permasalahan ini di harapkan pihak dari

pelayanan kesehatan dapat membantu klien yang memerlukan alat

bantu untuk mempercepat proses penyembuhan.

b. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar

Informasi

Prioritas masalah kedua adalah Defisit Pengetahuan Berhubungan

Dengan Kurang Terpapar Informasi perencanaan yang dilakukan

adalah melatih Kemampuan dan menjelaskan pengetahuan tentang

suatu topik tentang kadar gula darah dan juga kemampuan menerima

informasiyang dapat meningkatkan pengetahuan tentang DM.

Hal ini sesuai teori yang dikemukakan oleh (Fatimah, 2016)

Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar

gula darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan

menghilangkan gejala, dan mengontrol berat badan dan pengaturan

asupan energi dan karbohidrat serta olahraga.


86

Adapun rencana tindakan yang dilakukan adalah memberikan

edukasi tentang kesehatan yaitu : mengidentifikasi kesiapan dan

kemampuan menerima informasi, mengidentifikasi faktor-faktor

yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup

bersih dan sehat, sediakan materi dan media pendidikan kesehatan,

jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, berikan

kesempatan untuk bertanya, jelaskan faktor resiko yang dapat

mempengaruhi kesehatan, dan menganjurkan perilaku hdup bersih

dan sehat. Sementara kendala dalam memberikan intervensi tindakan

adalah klien yang kurang paham tentang bahasa yang diberikan

(Bahasa Indonesia) serta cara bicara klien yang susah untuk

dipahami.

4. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan asuhan keperawatan

yang telah dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Setelah

dievaluasi didapatkanmampu mengenal gangguan fisik yang

menyebabkan klien kurang mampu melakukan pergerakan, mampu

mengatur jadwal untuk melakukan latihan rom aktif, mampu mendukung

Ny.S untuk melakukan rom aktif sesuai jadwal yang telah disepakati,

mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien, mampu

mengikuti instruksi untuk membantu klien dalam melakukan latihan rom

aktif, mampu membantu Ny.S dalam meningkatkan pergerakan saat

melakukan latihan rom, mampu mengetahui manfaat yang biasa


87

diperoleh jika teratur menjalani program pengobatan, keluarga Ny.S

mengatakan bahwa Ny.S sering memeriksakan kesehatannya di

pelayanan kesehatan di pelayanan kesehatan (dokter keluarga).Keluarga

Ny.S mengatakan mampu mengenal tentang penyakit Diabetes Melitus

dan keluhan fisik lainnya yang berhubungan dengan Diabetes Melitus,


88

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Hasil pengkajian yang didapat, Ny.S mengatakan merasa keram pada

kaki kanannyaNy.S mengatakan sering lelahNy.S mengatakan

kesulitan dalam menggerakkan kakinya Kekuatan otot 3 (dapat

melawan gravitasi tapi lemah)Rentang gerak klien menurunNy.S

mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanyaNy.S

nampak bingung dengan kondisinya beberapa minggu yang lalu

memeriksakan gula darahnya. nilai gula darahnya 300 mg/dl. Ny.S

mengatakan jika gula darahnya naik penglihatannya kabur.Ny.S

mengatakan tidak membatasi makanannya. Keadaan umum Ny.S

tampak lemas, tampak pucat. Dari beberapa hal tersebut yang

dirasakan klien Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah

gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan massa otot,

kesiapan peningkatan manajemen kesehatan.

2. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan oleh penulis

adalahGangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpapar informasi

3. setelah diberikan terapi latihan ROM Ny.Sdapatmeningkatkan

fleksibilitas dan luas geraksendi. Latihan ROM dapatmenimbulkan


89

rangsangan sehinggameningkatkan aktivitas dari

kimiawineuromuskuler dan muskuler

4. Setelah dievaluasi didapatkan mampu mengenal gangguan fisik yang

menyebabkan klien kurang mampu melakukan pergerakan, mampu

mengatur jadwal untuk melakukan latihan rom aktif, mampu

mendukung Ny.S untuk melakukan rom aktif sesuai jadwal yang

telah disepakati, mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi

pasien, mampu mengikuti instruksi untuk membantu klien dalam

melakukan latihan rom aktif.

B. SARAN

1. Untuk Puskesmas

Semoga makalah ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan yang baik, sehingga dapat

meningkatkan kualitas pelayanan di puskesmas.

2. Untuk Tenaga Kesehatan

Sebaiknya memberikan edukasi kesehatan kepada pasien dan

keluarga terkait dengan penyakit,serta memberikan motivasi kepada

klien dan keluarga untuk mematuhi program pengobatan.

3. Untuk Keluarga

Untuk selalu memperhatikan kondisi kesehatan pasien, mengatur

pola makan pasien, memberi semangat kepasien atau support untuk

selalu rutin memperiksakan kesehatan dan memperhatikan

pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan.


90

4. Untuk Mahasiswa

Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai pedomen dan

meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan gawat

darurat di ruang kamar operasi pada pasien dengan tumor otak

5. Untuk Institusi

Semoga dengan makalah ini dapat menambah sumber referensi untuk

membantu dalam proses pembelajaran dan meningkatkan

pengetahuan peserta didik dikampus


91

DAFTAR PUSTAKA

Abdilah, D. K., Roifah, I., & Wahyuni, L. ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN
MANAJEMEN KESEHATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DI
PUSKESMAS BANGSAL (2019). Mojokerto.
Ardani, T. A. (2013). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Bandung: CV. Karya
Putra Darwanti.
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia (Edisi 1). Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Baradero, M., Wilfrid Dayrit, M., & Siswadi, Y. (2011). No Title. (M. Ester &
A. Onny Tampubolon, Eds.). jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Brunner, & Suddarth. (2013). No Title. (S. C. Smeltzer & B. G. Bare, Eds.).
jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Cabral, E., K.tahu, S., & K.tage, P. (2016). Modus adaptasi pasien diabetes
mellitus terhadap penyakit yang di derita dengan pendekatan konsep model
sisiter Calista Roy, 11.
Edison, S., & Haerati. (2018). FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK
JIWA RSUD H. ANDI SULTHAN DG. RADJA KABUPATEN
BULUKUMBA, 3(1), 24–40.
Experimental, P., & T-test, P. S. (2015). Pengaruh pemberian latihan RANGE
OF MOTION (ROM) TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK PADA
PASIEN POST STROKE DI RSUD GAMBIRAN, (2010), 102–107.
Fady, A. (2015). Madu dan Luka Diabetik (edisi 1). Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Fatimah, R. N. (2016). DIABETES MELITUS TIPE 2 Restyana. Indonesian
Journal of Pharmacy, 27(2), 74–79.
https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74
92

Fitriana, & Rahmawati. (2016). Cara Ampuh Tumpas Diabetes. Yogyakarta:


Medika.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawata Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
IIDF. (2019). IDF Diabetes Atlas 2019. International Diabetes Federation.
Keperawatan, J., Kemenkes, P., Kebidanan, J., & Kemenkes, P. (2016).
PENDOKUMENTASIAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN, 2.
KEMENKES 2019. Kementrian kesehatan republik indonesia.
Kristiana, F. (2012). Awas Pankreas Rusak Penyebab Diabetes. Jakarta: Cerdas
Sehat.
Kusuma, H., & Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnose NIC NOC (Edisi 1). Jogja:Jogjakarta: Mediacation.
Lukita, Y. I., & Widayati, N. (2018). Pengaruh Range of Motion ( ROM ) Aktif
Kaki terhadap Risiko terjadinya Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Desa Kaliwining Kabupaten Jember ( The Effect of
Active Leg Range of Motion on the Risk of Diabetik Foot Ulcer in Patient
with Type 2 Diabetes Mellitus at Kaliwining Village of Jember Regency ),
6(2), 305–311.
Martono, Hadi, & Pranaka, K. (2009). Buku Terbuka Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Jakarta: FK UI.
Maryam, S. (2011). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Morton, P. G., Stanley, M., & Beare. (2011). Buku Ajar Keperawatan Gerontik
(Edisin 2). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran : EGC.
Mulyani, S. S. (2019). Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi Di PAnti
Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda.
Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontil : Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Nugroho, W. (2006). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik (Edisi 3 Bu).
Jakarta: EGC.
Rahayu, N. W., & Utami, M. P. S. (2018). PENINGKATAN KEMAMPUAN
KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN DIABETES MELLITUS
MELALUI SUPPORTIVE GROUP THERAPHY. Jurnal Ilmu
93

Keperawatan Jiwa, 1.
Rahman, F. (2019). Analisis Biaya Layanan Diabetes Melitus dengan
Komplikasi dan Faktor Penentu Inefisiensi Penanganan Diabetes Melitus di
Rawat Inap RSUD Banyuasin Tahun 2015, 3, 29–41.
Rahmatul, F., & Siti, R. (2016). Cara Ampuh Tumpas Diabetes. Jagarasa-
Jakarta: Medika.
RISKESDAS 2018. Riset kesehatan dasar.
Rumahorbo, H. (2014). Mencegah Diabetes Militus Dengan Perubahan Gaya
Hdup. (Y. Asih, Ed.). bogor : Buku Kedokteran EGC.
Sari, K., Utomo, W., & Agrina. (2013). STUDI FENOMENOLOGI :
PENGALAMAN KELUARGA MERAWAT PASIEN PASCA STROKE
DENGAN GANGGUAN MOBILISASI.
Sari, S. H., Agianto, & Wahid, A. (2015). Batasan karakteristik dan faktor yang
berhubungan (etiologi) diagnosa keperawatan: hambatan mobilitas fisik
pada pasien stroke. Dinamika kesehatan. 3(1), 12-21.
Stanlay, M. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Sudiharto. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sulistyowati Dwi. (2017). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Profesi
"Keperawatan Gerontik".Surakarta: Salemba Medika.
Taluta, Y. P., & Hamel, R. S. (2014). KOPING PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS KABUPATEN HALMAHERA UTARA, 2.
Tamher. (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
WHO. (2019). Classification of diabetes mellitus. Clinics in Laboratory
Medicine (Vol. 21). https://doi.org/10.5005/jp/books/12855_84
Widayanti, N., Wantiyah, & Wuryaningsih, E. W. (2015). Pengaruh pelatihan
strategi koping terhadap manajemen perwatan diri pasien diabetes mellitus
tipe 2 di wilayah kerja puskesmas jember kidul kabupaten jember, 11.
94

YosdimyatRomlii, L., & Hariyono. (2018). Pengaruh psikoedukasi terhadap


motivasi sembuh dan glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2
dengan pendekatan teori adaptasi ROY. Nursing Journal, 15.
(2018). Status Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai