Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DISLOKASI PADA HIP JOINT

DISUSUN OLEH :
NILUH NILA SAVITRI
NIM. PO7120421061

PRECEPTOR INSTITUSI PRECEPTOR KLINIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN PALU

PRODI PROFESI NERS

T.A 2021/2022
A. DEFINISI

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi

berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth).

Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi

merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif

Mansyur, dkk. 2000).

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan

patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku

Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan

sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau

terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari

mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali

sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari

tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi

bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi

itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang

pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor.

Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.


B. KLASIFIKASI

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Dislokasi congenital :

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2. Dislokasi patologik :

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya

tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan

tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatic :

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan

mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema

(karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat

sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan

mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system

vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

a. Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut

dan pembengkakan di sekitar sendi.

b. Dislokasi Kronik

c. Dislokasi Berulang

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi

dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut


dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello

femoral joint.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur

yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena

kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

C. ETIOLOGI

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera olah raga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola

dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat

bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling

sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak

sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan

dislokasi.

3. Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan

kompenen vital penghubung tulang

D. PATOFISIOLOGI

Dislokasi hip joint biasanya disebabkan oleh jatuh dalam posisi

terduduk lalu mengalami benturan keras disepanjang tulang femur dan


mendorong caput femuris kearah posterior keluar dari acetabulum yaitu

bagian yang paling pangkal.

E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS

1. Deformasi pada persendian

2. Gangguan gerakan

Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut

3. Pembengkakan

Pembengkakan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi

deformitas

4. Nyeri

Sendi bahu, sendi siku, metacarpal phalangeal dan sendi pangkal paha

servikal

5. Kekakuan

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays )

H. KOMPLIKASI

Dini

1. Cedera saraf

2. Cedera pembuluh darah : Arteri femoralis dapat rusak

3. Fraktur dislokasi

Komplikasi lanjut

1. Kekakuan sendi pangkal paha : Immobilisasi yang lama dapat

mengakibatkan kekakuan sendi pangkal paha

2. Dislokasi yang berulang

3. Kelemahan otot
I. PENATALAKSANAAN

1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan

anastesi jika dislokasi berat.

2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan

ke rongga sendi.

3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan

dijaga agar tetap dalam posisi stabil.

4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus

3-4 kali sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi

5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa

penyembuhan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan

darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

disklokasi yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan

terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi,

serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat

memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.

4. Pemeriksaan Fisik

Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah

nyeri, deformitas, fungsiolesa.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat

mobilisasi.
3. Deficit nutrisi b.d kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan

mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk

pembentukan sel darah merah.

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.


Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi:
jam diharapkan tingkat nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengertian : Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik Memburu Cukup Sedang Cukup Membai  Identifikasi skala nyeri
atau emosional yang k Membur Membai k  Identifikasi respons nyeri non verbal
berkaitan dengan uk k  Identifikasi faktor yang memperberat dan
kerusakan jaringan 1 Frekuensi nadi memperingan nyeri
aktual atau 1 2 3 4 5  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
fungsional, dengan 2 Pola nafas tentang nyeri
onset mendadak atau 1 2 3 4 5  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
lambat dan Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun hidup
berintensitas ringan t Meningk g Menuru  Monitor efek samping penggunaan analgetik
hingga berat yang at n Terapeutik:
berlangsung kurang 3 Keluhan nyeri  Berikan teknik nonfarmakologi untuk
dari 3 bulan. 1 2 3 4 5 mengurangi rasa nyeri
4 Meringis  Kontrol lingkungan yang memperberat
1 2 3 4 5 rasa nyeri
5 Gelisah  Fasilitasi istirahat dan tidur
1 2 3 4 5  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
6 Kesulitan tidur dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
1 2 3 4 5 Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan mobilisasi
Fisik Observasi:
D.0054 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
diharapkan mobilitas fisik meningkat lainnya
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Keterbatasan dalam Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
gerakan fisik dari Menurun Meningk at sebelum memulai mobilisasi
suatu atau lebih at  Monitor kondisi umum selama melakukan
ekstremitas secara 1 Pergerakan ekstremitas mobilisasi
mandiri 1 2 3 4 5 Terapeutik:
2 Kekuatan otot  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
1 2 3 4 5 bantu
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Meningka Menurun  Libatkan keluarga untuk membantu pasien
t dalam meningkatkan pergerakan
3 Nyeri Edukasi
1 2 3 4 5  Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
4 Kaku sendi  Anjurkan melakukan mobilisasi dini
1 2 3 4 5  Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
5 Gerakan terbatas dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur)
1 2 3 4 5
6 Kelemahan fisik
1 2 3 4 5

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
D.0019 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
status nutrisi terpenuhi.  Identifikasi status nutrisi
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi alergi dan intoleransi
Asupan nutrisi tidak cukup Menuru Cukup Sedang Cukup Meningk makanan
untuk memenuhi kebutuhan n Menuru Meningk at  Identifikasi perlunya penggunaan
metabolisme. n at selang nasogastric
1 Porsi makanan yang dihabiskan  Monitor asupan makanan
1 2 3 4 5  Monitor berat badan
2 Berat Badan atau IMT Terapeutik:
1 2 3 4 5  Lakukan oral hygiene sebelum makan,
3 Frekuensi makan Jika perlu
1 2 3 4 5  Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4 Nafsu makan
 Hentikan pemberian makanan melalui
1 2 3 4 5
selang nasogastric jika asupan oral
5 Perasaan cepat kenyang
dapat ditoleransi
1 2 3 4 5 Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
 Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien
 Berikan pujian kepada pasien untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yg bergizi
tinggi, terjangkau

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
D.0080 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi:
jam diharapkan tingkat ansietas menurun  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi kemampuan mengambil
Kondisi emosi dan Memburu Cukup Sedang Cukup Menuru keputusan
pengalaman subjektif k Membur Menuru n  Monitor tanda-tanda ansietas
individu terhadap objek uk n Terapeutik:
yang tidak jelas dan 1 Konsentrasi  Ciptakan suasana teraupetik untuk
spesifik akibat antisipasi 1 2 3 4 5 menumbuhkan kepercayaan
bahaya yang 2 Pola tidur  Temani pasien untuk mengurangi
1 2 3 4 5 kecemasan, jika memungkinkan
memungkinkan individu Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun  Pahami situasi yang membuat ansietas
melakukan tindakan t Meningk g Menuru  Dengarkan dengan penuh perhatian
untuk menghadapi at n  Gunakan pendekatan yang tenang dan
ancaman 3 Perilaku gelisah meyakinkan
1 2 3 4 5  Motivasi mengidentifikasi situasi yang
4 Verbalisasi kebingungan memicu kecemasan
1 2 3 4 5 Edukasi
5 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi  Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
1 2 3 4 5 mungkin dialami
6 Perilaku tegang  Informasikan secara faktual mengenai
1 2 3 4 5 diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
 Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
 Latih teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Aston,J.N. 1999. Kapita Selekta Traumatologik dan Ortopedi. Jakarta :

EGC

Betz, Cecily I. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah . Edisi 8

Volume 3. EGC : Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia


RESUME PASIEN KAMAR OPERASI

Nama Mahasiswa : Niluh Nila Savitri

NIM : PO7120421061

Tanggal prosedur : 10 Januari 2022

Asal ruangan : Teratai

No. register pasien : 01042481

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. O

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 42 tahun

Agama : Islam

Alamat : Mamuju Utara

Tanggal Rawat : 3 Januari 2022

Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2022

Riwayat Kesehatan : Klien terjatuh karena terpeleset didepan rumah

dengan membawa beban kayu sekitar ± 3 bulan

lalu

Diagnosa Medis : Dislokasi hip joint


2. Proses Keperawatan

a. Pre operasi (Validasi data rekam medis)

1) Mengecek rekam medis pasien dan menyesuaikan identitas dengan

gelang pasien

2) Mengecek persetujuan operasi : Ada bertanda tangan istri klien

3) Mengecek persetujuan tindakan pembiusan : Ada

4) Mengecek hasil lab : Ada

5) Mengecek hasil pemeriksaan infeksius : hasil lab menunjukkan klien

tidak dilakukan pemeriksaan HBsAg, hasil pemeriksaan antigen non-

reaktif

6) Mengecek adanya hasil foto rontgen : Ada

7) Persiapan darah klien 4 kantong

8) Mengecek blangko transfer : Ada

9) Jenis operasi : operasi besar

10) Tindakan operasi : open reduction

11) Klien menggunakan cairan RL

12) Klien puasa mulai pukul 24.00 wita

13) Keluhan saat diruang operasi : klien mengeluh nyeri pada paha

sebelah kiri

14) Data Fokus

DS :

- Klien mengeluh nyeri pada area paha kiri

- Klien tidak bisa menggerakan kaki sebelah kiri


- Klien mengatakan kondisi terjadi karena terpeleset di

depan rumah saat membawa kayu ± 3 bulan lalu

- Nyeri dirasakan hilang timbul

- Klien sulit tidur karena nyeri

DO :

- Klien nampak tidak bisa mengangkat kaki

- Skala nyeri 6

- Kaki sebelah kiri terpasang gips

- TTV :

TD : 120/70 mmHG

N : 67 kali/menit

R : 20 kali/menit

S : 36OC

SPO2 : 99%

15) Diagnosa keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)

16) Perencanaan

(a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kulitas,

intensitas nyeri

(b) Identifikasi respons nyeri non verbal

(c) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(e) Kolaborasi pemberian therapy analgetik


b. Intra operasi (ruangan operasi)

1) Persiapan kamar operasi :

(a) Menyiapkan ruang operasi

(b) Menyiapkan suction pump

(c) Tempat sampah medis dan non-medis

(d) Tabung oksigen

(e) Standar infus

(f) Meja instrument

(g) Meja operasi

(h) Elektrosurgical Unit (ESU)

(i) Lampu operasi

(j) Mesin anastesi

(k) Patient monitor

(l) Underpad sebagai alas meja operasi

(m) Meja mayo

2) Persiapan bahan dan instrument :

(a) Bahan :

- Duk besar 2 buah

- Duk sedang 2 buah

- Handscoen steril 6

- Kassa steril secukupnya

- Selang suction 1

- Cairan povidone iodine (cairan antiseptic)


- Jas operasi 4

- Botol untuk drain

- Selang drain

- Plester secukupnya

- Hypafix secukupnya

- Kateter urine 1 set

(b) Instrument :

- Korentang (mengambil alat steril)

- Bengkok besar (menampung cairan bilas)

- Kom besar (menampung cairan desinfeksi)

- Bak instrument (tempat meletakan instrument steril)

- Pinset anatomy ( menjepit kassa )

- Operating scissors ( gunting untuk pembedahan)

- Gunting perban/ kassa (bandage scissors)

- Gunting benang

- Capit tulang

- Pengabel

- Klem bone

- Needle holder (menjepit jarum operasi/ jarum bedah )

- Disposable tuberculin syringe (alat suntik tuberculin

sekali pakai 1 cc)

- Disposable syringe and injection needle ( alat suntik

sekali pakai 3 cc, 5 cc)


- Catgut plain (benang bedah yang diabsorbsi oleh tubuh)

- Benang nylon (untuk menjahit kulit)

- Suture needle (jarum jahit luka operasi)

- Scalpel (pisau pembedahan)

- Pinset sirurgis (menjepit jaringan)

- Sponge holding forceps (memegang kassa, antiseptic

area operasi )

- Retraktor (menarik tepi luka agar lapangan operasi jadi

lebih luas)

- Klem arteri

- Pencil cauter (pisau bedah elektrik)

3) Laporan tindakan operasi

a) Jam masuk ruang operasi : 08.45 wita

b) Jenis pembiusan : spinal (tulang belakang) anastesi

c) Obat bius : Bupivacaine 0,5%

d) Teknik : SAB (Subarachnoid Blok)

e) Desinfeksi area pembiusan

f) Jam induksi : 09.27 wita

g) Posisi operasi : miring kanan

h) Desinfeksi area insisi

i) Jam insisi : 09.50 wita

j) Dilakukan tindakan insisi lapis demi lapis

k) Identifikasi dislokasi
l) Kontrol perdarahan

m) Dilakukan reduksi pada hip joint

n) Cuci luka operasi

o) Jahit luka operasi lapis demi lapis dengan benang Nylon 2-0

p) Tutup luka operasi dengan kassa steril dan hypafyx

q) Cek keadaan umum pasien

r) Pindahkan pasien ke recovery room bila keadaan umum stabil

s) Penatalaksanaan terapi :

- Midazolam 3 mg

- Ondansentron 4 mg

- Fentanyl 40 mg

- Ketorolac 30 mg

c. Post operasi (recovery room)

1) Observasi tindakan bedah

- Observasi tanda vital :

TD : 95/54 mmHg

N : 67 kali/menit

R : 20 kali/menit

S : 36oC

SPO2 : 99 %

- Tidak ada rembesan pada luka operasi

- Klien mengatakan merasa cemas saat pengaruh bius hilang

dirinya akan merasa nyeri


- Jumlah output urine 800 cc

- Output darah ±500 cc

- Jumlah cairan drain ±70 cc

2) Observasi tindakan pembiusan

- Kesadaran compos mentis

- Klien berkomunikasi dengan baik

- Klien dapat menggerakan jari kaki kiri dan kanan

- Klien tidak terpasang oksigen

- Klien dapat mengangkat kepala

- Klien merasakan rangsangan nyeri pada kaki kanan


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO HARI/
DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
. TANGGAL
1. Senin, 10 Nyeri akut berhubungan 07.50 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
Januari dengan agen pencedera karakteristik, durasi,  Klien mengatakan
2022 fisik frekuensi, kualitas, intensitas masih nyeri saat
nyeri dengan hasil klien kaki digerakkan
mengeluh nyeri pada area
paha kiri, nyeri dirasakan O:
hilang timbul, klien sulit tidur  Klien meringis
07.52 karena nyeri saat berpindah dari
2. Mengidentifikasi respon nyeri tempat tidur ke
non verbal dengan hasil klien meja operasi
nampak tidak bisa
07.55 mengangkat kaki A:
3. Memberikan teknik Masalah nyeri akut belum
nonfarmakologis untuk teratasi
mengurangi nyeri dengan hasil
klien diberikan teknik P : Lanjutkan intervensi
07.58 relaksasi napas dalam  Berikan teknik
4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis
nonfarmakologis dengan hasil  Kolaborasi
klien diajarkan teknik napas pemberian therapy
dalam dan dianjurkan untuk
berbincang dengan keluarga
08.45 bila merasa nyeri (teknik
distraksi)
5. Mengolaborasi pemberian
therapy
Klien menjalani prosedur
operasi

Anda mungkin juga menyukai